Anda di halaman 1dari 19

CABG

Coronary Artery By Pass Grafting


OLEH
ANDIK ROHMANA (151610213004)
NOVIANDRA KARTINI PUTRI PRATIWI (151610213003)
IRSALINA RAMADHANI (151610283004)
Etiologi
• Penyakit jantung koroner disebabkan oleh penyumbatan atau
penyempitan pada pembuluh darah coroner akibat kerusakan lapisan
dinding pembuluh yg diikuti oleh penebalan dan pengerasan
pembuluh tersebut (artherosklerosis).
Patofisiologi
lemak dalam darah
tertumpuk di antara sel Plak Pengerasan arteri
endotel (atherosclerosis)

darah membeku di
bagian aterosklerosis
dan menghalang
sepenuhnya
pengaliran darah ke
otot-otot jantung

Infark
Faktor Resiko
Kondisi yang dapat meningkatkan resiko terserang penyakit jantung coroner adalah sebagai berikut :
1. Usia tua (>50 thn)
2. Pria > Wanita
3. Faktor hereditas penyakit kardiovaskular
4. Physical inactivity
5. Merokok
6. Hipertensi
7. Obesitas
8. Diabetes mellitus
• Tanda-tanda penyakit jantung termasuk kesakitan di bagian jantung, berkeringat, lemas, dan kesulitan
untuk bernafas.
CABG
• CABG adalah salah satu penanganan intervensi dari penyakit jantung
koroner ( PJK ),dengan cara membuat saluran baru melewati bagian
arteri coronaria yang mengalamipenyempitan atau penyumbatan.
• Coronary Artery By Pass Grafting (CABG) bertujuan utnuk mengatasi
kurang atau terhambatnya aliran artery Coronaria akibat adanya
penyempitan bahkan penyumbatan ke otot jantung .
• CABG dilakukan dengan membuka dinding dada melalui pemotongan
tulang sternum , selanjutnya dilakukan pemasangan pembuluh darah
baru dari Artery Mammaria interna atau pun vena Shapenous
tergantung pada kebutuhan.
• Indikasi CABG menurut American Heart Association ( AHA )
• 1. Stenosis left mean coronary artery yang signifikan
• 2. Angina yang tidak dapat di control dengan terapi medis
• 3. Angina yang tidak stabil
• 4. Iskemia yang mengancam dan tidak respon terhadap terapi non bedah yang
maksimal
• 5. Gagal pompa ventrikel yang progresif dengan stenosis koroner yang
mengancam daerahmiokardium
• 6. Pasien dengan sumbatan 3 pembuluh darah arteri( three vessel disease )
dengan anginastabil atau tidak stabil dan pada klien dengan 2 sumbatan
pembuluh darah dengan anginastabil atau tidak stabil
• 7. Pasien dengan stenosis ( penyempitan lumen >70% pada 3 arteri, arteri
koronia komunissinistra, bagian proksimal dari arteri desendenanterior sinistra.
• Kontra indikasi CABG
• 1. Usia lanjut
• 2. Struktur arteri koroner yang tidak memungkinkan untuk disambung
• 3. Sumbatan pada arteri <70% sebab jika sumbatan pada arteri
koroner kurang dari 70%maka aliran darah tersebut masih cukup
banyak sehingga mencegah aliran darah yangadekuat pada pintasan.
Akibatnya, akan terjadi pembekuan pada graft sehingga hasiloperasi
akan menjadi sia – sia ( muttaqin, 2009)
• 4. Fungsi ventrikel kiri jelek ( kurang dari 30 % )
Persiapan sebelum pelaksanaan CABG

• Persiapan pasien:
• Informed concern
• Obat-obatan pra operasi: aspirin, nitrogliserin, nifedipin, diltiazem
• Pemeriksaan laborat lengkap terutama Hb, Hematokrit, jumlah lekosit, kadar elektrolit,
faal hemotasis, foto torak, ECG terbaru serta tes fungsi paru-paru (vital capacity)
• Persiapan darah 6-10 bag sesuai golongan darah pasien
• Puasa malam 10-12 jam
• Cukur area pembendahan
• Lepaskan perhiasan, kontak lensa, mata palsu, gigi palsu (identifikasi, dan simpan yang
aman atau berikan keluraganya.
• Cek benda-benda asing dalam mulut
Persiapan alat dan bahan penunjang operasi

• A) Bahan habis pakai (spuit, masker, jarum, benang dll)


• B) Alat penunjang kamar operasi
• c) Linen set : 3 set
• d) Instrument dasar : 1 set dasar bedah jantung dewasa
• e) Instrumen tambahan : 1 set tambahan bedah jantung
• f) Intrumen AV graft : 1 set
• g) Instrument mikrocoroner : 1 set
• h) Instrument kateter : 1 set
Pelaksanaan CABG

• 1. Pemasangan CVP pada vena jugularis dekstra atau vena subklavia dekstra, arteri
line dan saturasi oksigen
• 2. Pasien dipindah dari ruang premedikasi ke kamar operasi
• 3. Pasang kateter dan kabel monitor suhu, diselipkan dibawah femur kiri pasien dan
diplester
• 4. Pasang plate diatermi di daerah pantat /pangkal femur bawah
• 5. Posisi pasien terlentang, kedua tangan disamping kiri dan kanan badan dan diikat
dengan duek kecil, dibawah punggung tepat di scapula diganjal guling kecil.
• 6. Bagian lutut kaki diganjal guling, untuk memudahkan pengambilan graft vena
• 7. Menyuntikkan agen induksi untuk membuat pasien tidak sadar
• 8. Petugas anestesi memasang ETT memulai ventilasi mekanik.
• 9. Melakukan desinfeksi dengan betadin 10 % mulai dari batas dagu dibawah bibir kesamping leher melewati mid
aksila samping kanan kiri, kedua kaki sampai batas malleolus ke pangkal paha (kedua kaki diangkat) kemudian
daerah pubis dan kemaluan didesinfeksi terakhir selnjutnya didesinfeksi dengan larutan hibitan 1% seperti urutan
tersebut diatas dan dikeringkan dengan kasa steril.
• 10. Dada dibuka melalui jalur median sternotomi dan operator mulai memeriksa jantung
• 11. Pembuluh darah yang sering digunakan untuk bypass grafting ini antara lain; arteri thoracic internal, arteri
radial, dan vena saphena. Saat dilakukan pemotongan arteri tersebut, klien diberi heparin untuk mencegah
pembekuan darah.
• 12. Pada operasi “off pump”, operator menggunakan alat untuk menstabilkan jantung.
• 13. Pada operasi “on Pump”, maka ahli bedah membuat kanul ke dalam jantung dan menginstruksikan kepada
petugas perfusionist untuk memulai cardiopulmonary bypass (CPB). Setelah CPB terpasang, operator ditempat
klem lintas aorta (aortic cross clamp) diseluruh aorta dan mengintruksikan perfusionist untuk memasukkan
cardioplegia untuk menghentikan jantung.
• 14. Ujung setiap pembuluh darah grafting dijahit pada arteri koronaria diluar daerah yang diblok dan ujung alin
dihubungkan pada aorta.
• 15. Jantung dihidupkan kembali; atau pada operasi “off pump” alat stabilisator dipisahkan. Pada beberapa kasus,
aorta didukung sebagian oleh klem C-Shaped, jantung dihidupkan kembali dan penjahitan jaringan grafting ke
aorta dilakukan sembari jantung berdenyut.
• 16. Protamin diberikan untuk memberikan efek heparin
• 17. Sternum dijahit bersamaan dan insisi dijahit kembali.
• 18. Pasien akan dipindahkan ke unit perawatan intensif (ICU) untuk penyembuhan. Setelah keadaan sadar dan
stabil di ICU (sekitar 1 hari), pasien bisa dipindah ke ruang rawat sampai pasien siap untuk pulang.
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI
Penatalaksanaan Pre Operasi

• Pada saat sebelum dilakukan operasi hal-hal yang di edukasikan meliputi masa
pemulihan, penurunan komplikasi post operasi.
• Berikut merupakan penatalaksanaan fisioterapis yang dilakukan sebelum operasi
dilakukan :
• 1.Evaluasi fungsi pernafasan (poin faal paru harus ≥60)
• 2.Latihan batuk efektif
• 3.Breathing Exercise
• 4.Edukasi selama operasi dan post operasi

• Selain itu, informasi yang diberikan adalah medikasi atau pengobatan yang dilakukan
sebelum operasi dilaksanakan dan antisipasi selama operasi.
Penatalaksanaan Post Operasi

Tujuan utama dari penatalaksanaan adalah untuk mencegah terjadinya


komplikasi yang berhubungan dengan pembedahan seperti hipotermia,
perdarahan dan disritmia serta bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi
jantung dan paru pasien.
• Rehabilitasi pasca operasi jantung harus melalui beberapa tahap/ fase, yaitu
• fase I : fase perawatan RS (inpatient),
• fase II : fase setelah pulang RS (outpatient),
• dan fase III : fase pemeliharaan (maintenance). Setiap fase rehabilitasi akan
meningkatkan kemampuan fisik, dan mempercepat masa rawat sehingga
pasien dapat kembali bersama keluarga secara mandiri.
• FASE 1 (Rawat Inap / Inpatient) Hari 1 – 2 :
• Active ROM exercise dan Active Assisted ROM exercise
• Breathing exercise
• Deep Breathing Exercise
• Sub Maximal Inspiration
• Pursed lip Breathing
• Segmental Breathing Exercise
• Bed exercise
• Postural Drainage

• Hari 3 – 7 :
• Latihan transfer dan ambulasi
• Active ROM exercise dan Active Assisted ROM exercise
• Breathing exercise
• Deep Breathing Exercise
• Sub Maximal Inspirasi
• Pursed Lip Breathing
• Segmental Breathing Exercise
• Latihan batuk efektif
• Koreksi postur / Chest Mobility
• Masase
• Efflurage pada otot upper trapezius kanan, otot deltoid lateral, dan otot biceps,
• Stroking pada otot upper trapezius kanan, otot deltoid lateral, biceps,
• Friction pada otot biceps, dan otot deltoid lateral.
• Latihan ADL mandiri.
• SMWT (Six Minutes Walking Test di akhir fase).
FASE 2 (Outpatient)
• Dimulai sesegera mungkin 1 minggu seteleh pulang RS selama ±3 bulan Latihan aerobik 3 – 4 kali
seminggu selama 4 – 8 minggu
FASE 3 (Maintainence) Pada fase ini pasien sudah kembali ke aktivitas sehari-hari seperti sebelum
sakit.
Fase 3 bertujuan untuk :
• Meningkatkan kemampuan endurance,
• Menghambat progresivitas atau mengupayakan regresi meningkatkan kualitas hidup,
• Makoto Ayabe dkk, merekomendasikan hal-hal berikut untuk dilakukan pada fase ini :
o Aktivitas latihan fisik 3-4 kali perminggu durasi 30 – 40 menit intensitas sedang 60 -80 % HR Max,
o Energi expenditur ( PAEE / Physical Activity Energy Expenditure ) 1000 – 1500 kcal/minggu,
o Latihan jalan 6500 – 8500 langkah sehari.
Monitor Selama Latihan
• Selama latihan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu heart rate, saturasi O2, tekanan darah,
frekuensi nafas, dan kondisi pasien apakah kelelahan atau tidak. Latihan harus segera dihentikan apabila :
• Heart rate turun <50 bpm atau naik >120 bpm,
• Systolic BP turun 10-20 mmHg
• Diastolic BP naik >110 mmHg
• Terjadi ST segmen displacement
• Terjadi disritmia (AF, 2nd/3rd degree AV block)
• Timbul cardiac symptom : chest pain, sesak, pusing, mual,
• aritmia, berdebar, lelah berlebihan, berkeringat dingin berlebihan.
• Timbul Deep Vein Trombhosis, maka harus diistirahatkan. Bisa digunakan stocking khusus pasien Deep
Vein Thrombosis, lalu di elevasikan.
• Borg Scale.
Terimakasih
Hatur Nuhun

Anda mungkin juga menyukai