Anda di halaman 1dari 23

Tendinitis Infrapatellaris /

Jumper’s Knee
By elninosky1405

1).Patofisiologis Tendinitis Infrapatellaris / Jumper’s Knee

Tendinitis Infra patellaris / Jumper’s knee adalah cidera karena penggunaan berlebihan
(overuse) dari tendon patella. Tendon patella memainkan peran yang sangat penting pada gerak
dan fungsi tungkai. Diantaranya yaitu membantu otot-otot paha untuk meluruskan tungkai
bawah sehingga memungkinkan seseorang untuk dapat melakukan gerakan seperti menendang
bola , menekan pedal sepeda , dan melompat ke udara.

Tendinitis infrapatellaris / Jumper’s knee terjadi ketika tendon patella tarikan yang berulang –
ulang atau ketika seseorang meningkatkan intensitas dan frekuensi latihan atau kerjanya secara
tiba – tiba . Tarikan yang berulang – ulang sering menyebabkan kerobekan kecil ( Microtear )
sehingga menimbulkan nyeri pada tenno osseous junction ( Perhubungan otot dan tulang ) .
Kondisi ini berkembang secara bertahap . Keadaan ini kemudian mengakibatkan inflamasi pada
dengan nyeri sebagai keluhan utama. Tendon mendapat suplai darah yang lebih sedikit daripada
jaringan lunak lainnya. Dalam keadaan tarikan yang berulang tendon sangat berpotensi menjadi
sprain injury dengan proses penyembuhan yang lebih lambat dikarenakan kurangnya suplai
darah.

Adanya trauma atau kontraksi mm.quadriceps femoris yang berulang – ulang akan meimbulkan
tarikan pada tendonpatella yang menyebabkan reaksi fisiologis seperti kerusakan mekanis
jaringan oleh karena effek mekanik. Adanya kerusakan jaringan akan merangsang serabut saraf
bermyelin tipis yaitu saraf afferent tipe III b dan saraf tipe IV yang kemudian menghantarkan
impuls ke ganglion dorsalis dan masuk ke medulla spinalis melalui cornu dorsalis yang kemudian
dibawa ke level SSP yang lebih tinggi melalui traktus spinotalamikus . Timbulnya rangsangan
pada ganglion dorsalis akan memicu pelepasan zat – zat iritan P substance yang akan
membebaskan prostaglandin dan diikuti juga dengan pembebasan bradikinin , potasium ion ,
serotonin yang merupakan noxious atau chemical stimuli yang akan merangsang terjadinya
inflamasi pada area yang mengalami kerusakan . Sementara itu , impuls nociseptic yang sampai
ke cortex somato sensorik dan limbik sistem akan di interpretasikan sebagai nyeri.

2). Tipe – tipe tendinitis infrapatellaris / Jumper’s Knee

– Tipe Pertama : Ketika nyeri timbul hanya setelah beraktifitas

– Tpe Kedua : Ketika nyeri timbul pada awal aktifitas , kemudian hilang saat aktifitas
berlangsung dan timbul kembali setelah aktifis berakhir

– Tipe Ketiga : Ketika nyeri timbul secara konstan sehingga menyebabkan pasien tidak bisa
beraktifitas atau berolahraga
– Tipa keempat : Robeknya tendon patella

3). Tanda

– Terdapat bengkak disekitar tendon patella pada kasus akut dan kadang-kadang masih ada pada
kasus kronik

– Nyeri pada bagian depan lutut

– Nyeri timbul saat meluruskan kaki (ekstensi) dengan tahanan dan adanya nyeri ringan saat
gerakan menekuk lutut

– Atlet sering mengeluh adanya ngilu pada tendon

– Tegang ( Tightness) pada lutut

– Adanya kelemahan otot paha depan

4).Gejala

– Pada Mulanya nyeri dirasakan hanya setelah aktifitas yang intens sebagai nyeri tumpul tanpa
ada riwayat trauma . Nyeri timbul pada awal aktifitas olahraga kemudian menghilang ketika atlet
sudah melakukan pemanasan dan hanya timbul kembali ketika olahraga tersebut selesai

– Pada Kondisi kronik nyeri akan timbul secara konstans selama aktifitas olahraga dan pada
akhirnya tetapi jarang terjadi, tendon dapat benar – benar robek

– Pada atlet , nyeri dapat berkurang dengan tetap melakukan latiihan . Tetapi setelah beberapa
waktu , nyeri akan bertamabah sehingga dapat membatasi aktifitas fisik dan mengganggu latihan
serta dapat menggganggu aktifitas sehari-hari bahkan lutut akan terasa nyeri saat beristirahat.

JUMPER'S KNEE (PATELLAR TENDONITIS).


Peradangan Tendon Lutut
Definisi Jumper's Knee (Patellar Tendonitis)

Istilah jumper’s knee (patellar tendonitis) pertama kali digunakan pada tahun 1973 untuk

menggambarkan masalah tendon di daerah lutut yang sering timbul pada yang atlet yang aktivitas

utamanya melompat. Masalah tendon di daerah lutut (tendon patella) tersebut dapat berupa

peradangan (patellar tendonitis), penebalan (patellar tendinosis) atau robekan.


Penyebab Jumper's Knee

Meski penyebab jumper’s knee masih belum jelas, namun diduga, jumper’s knee (patellar

tendonitis) terjadi akibat regangan berlebihan dan berulang (stres fungsional berlebihan) pada

tendon patella yang memicu timbulnya robekan-robekan kecil dan degenerasi kolagen pada

tendon. Regangan berlebihan terjadi saat aktivitas melompat di mana tempurung lutut

memproduksi kekuatan besar melalui tendon patella.

Jumper’s knee banyak dialami oleh atlet-atlet basket, bola voli, peloncat tinggi, atlet pelompat

jauh dan pesebakbola. Pada kasus yang jarang, jumper’s knee dapat terjadi pada atlet angkat

berat dan bersepeda, meskipun mereka jarang melakukan aktivitas melompat atau meloncat.

Faktor Risiko Jumper's Knee

Beberapa hal berikut dianggap sebagai faktor risiko jumper’s knee (patellar tendonitis) yaitu:
 Berat badan berlebih
 Abnormalitas letak tempurung lutut (letak tinggi atau rendah) dan kelainan anatomi berupa
timpang (tinggi atau panjang anggota gerak kanan dan kiri tidak sama)
 Kelemahan dan gangguan fleksibilitas pada otot paha (quadriceps dan hamstring)
 Kemampuan dan teknik melompat, sangat mempengaruhi angka kejadian cedera ini
 Olahraga berlebihan dan berolahraga pada permukaan yang keras juga dianggap sebagai
faktor risiko jumper’s knee.

Pria dan wanita memiliki risiko yang sama untuk mengalami cedera ini.

Gejala Jumper's Knee

Gejala jumper’s knee (patellar tendonitis) yang dilaporkan berupa nyeri dibagian bawah lutut,

yang kadang datang secara perlahan dan mungkin tidak terkait dengan cedera yang spesifik.

Menurut tingkat kelainannya, gejala jumper’s knee diklasifikasikan menjadi 4 tahap dengan gejala

yang berbeda:

Tahap 1 – Nyeri setelah aktivitas, tanpa gangguan fungsional

Tahap 2 – Nyeri selama dan setelah aktivitas, meskipun pasien masih mampu tampil

memuaskan dalam berolahraga

Tahap 3 – Nyeri berkepanjangan selama dan setelah kegiatan, dengan meningkatnya

kesulitan dalam melakukan aktivitas

Tahap 4 – Tendon sobek seluruhnya sehingga membutuhkan tindakan bedah untuk

memperbaikinya.

Diagnosis Jumper's Knee


Riwayat aktivitas dan temuan klinis sangat penting untuk membantu mengetahui kemungkin

penyebab dan jenis kelainan yang terjadi. Pemeriksaan laboratorium dan rontgen umumnya tidak

diperlukan. ultrasonografi (USG) dan MRI cukup sensitif untuk mendeteksi kelainan tendon di

kedua sendi lutut, dengan gejala ataupun tanpa gejala.

Penanganan Jumper's Knee

Terapi yang diberikan tergantung dari tahapan atau level kelainan yang terjadi. Umumnya, di fase

awal dengan kerusakan yang belum parah, terapi konservatif sangat diperlukan. Imobilisasi lutut

tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan kekakuan dan menyebabkan masalah lanjut pada

otot dan sendi, dan memperlama proses penyembuhan dan kembali beraktivitas.

Tahap I. Nyeri setelah aktivitas dan tidak ada gangguan fungsional yang
tidak semestinya.

Lakukan kompres dingin setelah melakukan aktivitas untuk meredakan rasa nyeri. Jika sakit

berlanjut, penggunaan obat peradangan dapat direkomendasikan, namun mengingat efek samping

obat-obat anti peradangan, penggunaan sebaiknya dibatasi tidak boleh lebih dari 5 hari tanpa

resep dokter.

Tahap II. Nyeri selama dan setelah aktivitas tapi masih dapat berpartisipasi
dalam olahraga dengan cukup memuaskan. Rasa sakit dapat mengganggu
tidur.

Pada level ini, kegiatan yang menyebabkan peningkatan beban dari tendon patella (misalnya

berjalan atau melompat) harus dihindari.

Dokter sebaiknya sudah dilibatkan dalam pengelolaannya, agar kondisi tidak berkembang menjadi

buruk. Dokter akan melakukan pengobatan konservatif dengan program rehabilitasi yang

komprehensif. Adapun tujuan program pengobatan konservatif adalah:

1. Meredakan peradangan dan rasa nyeri, dengan cara:

 Kompres dingin
 Pemberian obat. Dokter akan meresepkan obat-obat anti inflamasi dengan dosis yang kuat,

bila obat-obat bebas tidak memberikan hasil maksimal.

 Rekomendasi alat bantu untuk mengurangi beban tekanan dan gesekan pada tendon

patella seperti tapping, knee support, dll

 Injeksi pereda nyeri dan peradangan. Jika rasa sakit semakin intens dan sangat
mengganggu saat istirahat, Dokter dapat merekomendasikan injeksi kortikosteroid pada area
lokal untuk meredakan peradangan, dengan memperhatikan indikasi dan kontraindikasinya.
 Terapi fisik dengan modalitas (alat-alat). Penggunaan beberapa alat
seperti ultrasound, infra red, stimulasi listrik (TENS) dapat membantu melancarkan
alirah darah di area lokal, sehingga peradangan mereda dan mempercepat proses
penyembuhan.

 Prolotherapy. Prolotherapi adalah sebuah teknik pengobatan inovatif yang bertujuan untuk
mengurangi rasa sakit dengan mempengaruhi dan memberikan dampak penyembuhan
langsung pada area/penyebab rasa sakit tersebut. Tubuh dipicu melakukan penyembuhan
sendiri (self-healing). Proses dan caranya dapat dibaca lebih lanjut di info layanan kami
tentang Prolotherapy.
 PRP (Platelet Rich Plasma). PRP merupakan teknik terapi terkini yang betujuan memicu
proses regenerasi (pertumbuhan kembali) sel-sel baru untuk menggantikan sel-sel tubuh
yang rusak oleh berbagai sebab, dan mengoptimalkan kembali fungsi sel-sel yang rusak
tersebut. Terapi PRP menggunakan bagian (komponen) dari darah kita yang mengandung
zat-zat yang berfungsi merangsang pertumbuhan (Growth Factor) bagian tubuh yang rusak

2. Melatih kekuatan dan kebugaran

Setelah rasa sakit membaik, terapi harus fokus pada lutut, pergelangan kaki, dan berbagai gerak

sendi pinggul, fleksibilitas, dan penguatan.

Penguatan otot betis dan hamstring juga sangat penting. Latihan penguatan harus selalu

dilakukan dalam berbagai gerakan. Jika menyebabkan sakit bertambah, kemungkinan Anda
membuat cedera makin parah. Perlu menerapkan terapi kompres dingin setelah latihan untuk

mencegah peradangan.

Intensitas nyeri mungkin meningkat akibat pergerakan tendon saat latihan. Ini merupakan bagian

alami dari proses rehabilitasi, namun jika gejala tidak membaik dalam satu hari maka Anda perlu

untuk mengurangi intensitas dan beban latihan.

Penting bahwa latihan penguatan khusus harus terus berlanjut sepanjang proses rehabilitasi dan

tidak berhenti ketika olahraga pelatihan khusus dimulai.

Tanyakan kepada dokter tentang latihan-latihan dan modifikasi teknik latihan agar

cedera tidak bertambah parah.

Tahap III. Nyeri menetap, kinerja dan partisipasi olahraga terpengaruh.


Ketidaknyamanan meningkat.

Langkah-langkah terapi yang sama dengan yang dijelaskan di atas harus dilanjutkan bersama dan

hindari kegiatan yang dapat memperburuk atau mencegah pemulihan.Seringkali, atlet akan

didorong untuk melanjutkan program kardiovaskular dan kekuatan-pelatihan alternatif.

Tahap IV. Umumnya telah terjadi ruptur tendon yang membutuhkan


tindakan bedah untuk memperbaikinya.
Banyak atlet yang datang kembali dengan cedera jenis ini karena mereka telah sengaja

menempatkan berat badan pada kaki yang baik sehingga justru terjadi pola gerakan abnormal.

Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan dan cedera lebih lanjut.

Kapan boleh memulai olahraga kembali setelah mengalami Jumper’s Knee?

Atlet harus menyadari bahaya ini ketika kembali beraktivitas setelah cedera. Perlu

setidaknya sekitar 6–12 bulan untuk kembali ke kebugaran penuh setelah mengalami

cedera.

Aktivitas olahraga dapat mulai dilakukan kembali setelah tidak ada rasa nyeri sedikitpun saat lutut

digerakkan, tidak ada tanda peradangan (bengkak dan merah), kekuatan otot dan sendi telah

kembali. Dokter akan membantu untuk menentukan kesiapan atlet (pasien) untuk kembali ke

olahraganya dan apakah aman.

Komplikasi Jumper's Knee

Komplikasi yang paling umum adalah nyeri yang menetap selama melompat. Kondisi yang

memburuk atau cedera berulang juga dapat terjadi.

Sport Specific Biomechanics

Jumper's knee is believed to be caused by repetitive


stress placed on the patellar or quadriceps tendon during
jumping. It is an injury specific to athletes, particularly
those participating in jumping sports such as basketball,
volleyball, or high or long jumping. Jumper's knee is
occasionally found in soccer players, and in rare cases, it
may be seen in athletes in non-jumping sports such
as weight lifting and cycling.
Risk factors include gender, greater body weight, being
bow-legged or knock-kneed, having an increased angle
of the knee, having an abnormally high kneecap or an
abnormally low kneecap, and limb-length inequality.
Impairment linked to jumper's knee includes poor
quadricep and hamstring flexibility. Vertical jump ability,
as well as jumping and landing technique, are believed
to influence tendon loading.
Overtraining and playing on hard surfaces have also
been implicated as risk factors.
Interestingly, the kneecap tendon experiences greater
mechanical load during landing than during jumping,
because of the eccentric (off center) muscle contraction
of the quadriceps. Therefore, eccentric muscle action
during landing, rather than concentric (symmetrical)
muscle contraction during jumping, may exert the
mechanical and tension loads that lead to injury.
1. Definisi Tendinitis Patella
Merupakan peradangan pada patella yang terjadi saat melompat (Hardianto Wibowo,
1992).
Patella tendinitis atau “ jumpers knee “ adalah suatu kondisi yang di hasil kan dari
penggunaan berlebihan dari lutut. (David Edell, 2000).

Tendinitis patellaris adalah terjadinya rasa nyeri pada tendon patella yang menghubungkan
tempurung dengan tulang tibia, karena adanya peradangan yang disebabkan oleh ketegangan
otot yang terjadi secara terus - menerus.

2. Anatomi dan Fisiologi


Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tendinitis patella ini, maka dalam kerangka
teori ini, penulis akan membahas terlebih dahulu mengenai anatomi dan fisiologi tentang
knee joint. Adapun hal-hal pokok yang di bahas adalah anatomi dan fisiologi yang meliputi:
a. Tulang
Tulang merupakan alat ungkit dalam gerakan, memberi bentuk pada tubuh yang menyediakan
permukaan untuk mengaitnya otot-otot. Knee joint dibentuk ole beberapa tulang yaitu:
1. Tulang Femur
Merupakan tulang pipa terpanjang dan terbesar didalam tulang kerangka pada bagian
pangkal yang berhubungan dengan asetabulum membentuk kepala sendi yang disebutKaput
femoris. Disebelah atas dan bawah dari
kolumna femoris terdapat laju yang disebut trokanter mayor dan trokanter minor. Dibagi
an ujung membentuk persendian lutut, terdapat 2 buah tonjolan yang disebut kondilus
lateralis, diantara kedua kondilus ini terdapat lekukan tempat letaknya tulang tempurung lutut
(patella)yang disebut Fosa Kondilus 3.
2. Tulang Tempurung Lutut ( patella )
Patella adalah tulang sesamoid yang terdapat di dalam tendon m.quadriceps.
Berbentuk segi tiga dengan puncaknya mengarah ke bawah, puncaknya berhubungan
dengan tuberositas tibia melalui ligament patella. Permukaan posterior berartikulasio
dengan kondilus femoralis. Kondilus femoralis terletak pada posisi terbuka di depan sendi
lutut dan dengan mudah di palpasi melalui kulit, di pisahkan dari kulit oleh bursa subcutanea.
Tepi atas lateral dan medial menjadi perlengketan berbagai bagian darim.quadriceps
femoralis. Otot ini di cegah ke lateral selama bekerja oleh serat horizontal bawah
dari m.vastus medialis dan oleh besarnya kondilus lateral femoralis.
3. Tulang Tibia
Tibia berfungsi memindahkan berat badan dari femur ke talus. Ujung
atas tibiamemiliki kondilus tibia medialis dan lateralis, berartikulasi dengan kondilus
femoralis,kondilus tibialis medialis lebih besar dari pada lateralis.
Area interkondilaris adalah daerah antara kondilus tibialis, dimana terdapat dua
tonjolan (tuberkulum interkondilaris medialis dan lateralis). Pada bagian anterior
korpus atas, tuberositas tibia bisa di temukan dengan mudah dan ini merupakan
tempat insersio ligament patella. Potongan melintang korpusberbentuk
segitiga. Korpus memiliki sisi anterior, medial, dan lateral serta permukaanposterior, lateral,
dan medial. Batas anterior dan permukaan medial korpus seluruhnya terletak subkutan. Oleh
karena itulah korpus tibia merupakan tempat tersering terjadinyafraktur terbuka. Pada
permukaan posterior korpus terdapat garis miring (linea soleal) yang menandai origo
m.soleus pada tibia. N.popliteus memasuki area trigeminum di atas linea soleal.
Fibula berartikulasi dengan tibia di superior pada
permukaan artikularis aspekpostero-inferior kondilus lateralis (artikulasio tibiofibularis /
tibiafibula joint). Insisura fibularis terletak di sebelah lateral ujung bawah tibia untuk
berartikulasi dengan fibula padasindesmosis tibiofibularis. Pada bagian inferior
tibia menonjol membentuk maleolusmedialis. Maleolus medialis turut membentuk mata kaki
yang menstabilkan talus. Maleolus medialis memiliki sulkus di posterior untuk
lewatnya tendon tibialis posterior.
4. Tulang Fibula
Tulang fibula tidak termasuk tulang pembentuk articulasio genu (knee joint) dan
tidak turut memindahkan berat badan. Fungsi utama tulang fibula adalah origo otot-otot dan
turut berperan dalam articulasio talokruralis (ankle joint).
Prosesus stiloideus merupakan tonjolan pada kaput fibula yang merupakan
tempatinsersi tendon biseps (disekitar ligament kolateral lateralis). Kolum
fibula memisahkankaput dari korpus fibula. N.fibularis komunis melengkung di
sekitar kolum sebelum terbagi menjadi cabang-cabang superfisial dan profunda. Nervus ini
mudah terkena trauma padafraktur kolum fibula yang menyebabkan drop foot.
Pada potongan melintang fibula tampak terbentuk segitiga.Tulang ini memiliki sisi
anterior, medial (interoseus), dan posterior dengan permukaan anterior, lateral, dan posterior.
Pada ujung bawah fibula adalah maleolus lateral. Struktur ini merupakan bagianlateral mata
kaki yang menstabilkan talus. Permukaan medialnya halus untuk berartikulasi dengan talus.
Aspek posterior malleolus bersulkus untuk lewat tendon peroneus
longus danbrevis. Maleolus lateral memiliki tonjolan lebih ke bawah di banding maleolus
medialis.
b. Otot
Otot-otot pada sendi lutut berdasarkan fungsinya terdiri dari :
1) Biceps femoris
Origo : untuk caput longum ditepi bawah tuber ischiadicum dan caput brevis pada labium
lateral linea aspera.
Insertion : pada capitulum fibula lateral.
Inervasi : Nervus peroneus communis (caput brevis).
Fungsi : Untuk flexi knee joint, extensi hip joint.
2) Semi membranosus
Origo : Bagian atas tuber ischiadicum.
Insertio : Pada condylus medialis tibia.
Inervasi : Nervus tibialis L4 – S3.
Fungsi : Flexi knee joint dan extensi hip joint.
3) Semi tendinosus
Origo : Tuber ishiadicum.
etio : Pada permukaan antero medial bagian proximal tibia.
Inervasi : Nervus tibialis L4 – S3.
Fungsi : Extensi hip joint dan flexi knee joint.
4) Rectus femoris
Origo : Spina Iliaca anterior inferior dan superior acatabulum.
Insertio : Melekat pada patella berupa berupa tendon yang terakhir pada tuborsitas tibia.
Inervasi : Nervus femorali cabang L2 – L4.
Fungsi : Flexi dan abduksi hip joint dan extensi knee.
5) Gastrocnemius
Origo : Condylus medialis dan condylus lateralis femoris.
Insertion : Bagian posterior os calcaneus.
Innervasi : Nervus tibialis cabang S1 – S2.
Fungsi : Plantar flexi ankle joint dan flexi knee joint.
6) Popliteus
Origo : Epicondylus lateralis femoris dan lig. Popliteum arquatum.
Insertion : Facies posterior tibia.
Inervasi : Nervus tibialis cabang L4, L5 – S 1
Fungsi : Membantu flexi knee joint.
Sedangkan otot-otot paha bagian anterior untuk gerakan extensi sendi lutut sebagai
penggerak utamanya adalah quadriceps femoris yang merupakan gabungan dari empat otot
dan otot-otot lain yaitu :
1) Vastus lateralis
igo : Dataran lateral dan anterior trochantor mayor labium lateral linea aspera.
ertion : Melekat pada patella dan berakhir sebagai tendon pada tuberositas tibia.
Inervasi : Nervus femorali cabang L2 – L4.
Fungsi : Extensi knee joint.
2) Vastus intermedius
Origo : Dataran anterior corpus femoris.
Insertion : Berjalan kebawah dan akhirnya melekat pada Patella kemudian berlanjut sebagai
tendon yang berakhir pada tuborsitas tibia.
nervasi : Nervus femorali cabang L2 – L4.
ungsi : Extensi knee joint.
3) Vastus medialis
Origo : Labium medial linea aspera.
Insertion : patella dan berakhir sebagai tendon tubersitas tibia.
Inervasi : Nervus femorali cabang L2 – L4.
Fungsi : Extensi knee joint.
4) Gracilis
Origo : Pada ramus anterior ossis pubis dan ossis ischii.
Insertio : Tuborsitas tibia dibelakang tendon m. Sartorius.
Inervasi : Ramus anterior nervus obturatoria cabang L2 – L4.
Fungsi : Adduksi, flexsi hip joint dan flexi knee joint.
5) Sartorius
Origo : Spina iliaca anterior superior.
Insertion : Melekat pada tubositas tibia.
Innervasi : Nervus femoralis cabang L2 – L4.
Fungsi : Flexi, adduksi hip joint juga flexi knee joint.
6) Tensor facialata
Origo : Spina iliaca anterior superior.
Insertion : Samping lateral tibia.
Innervasi : Nervus bagian superior gluteal.
Fungsi : Flexi, endorotasi, abduksi hip joint dan flexi lutut.

c. Tendon patella
Tendon merupakan suatu jaringan yang kuat dan tidak elastis. Tendon ini dibentuk
oleh suatu jaringan yang yang terdapat serabut – serabut kenyal dan serabut kolagen. Jaringan
ikat yang membentuk tendon adalah jaringan fibrosa yang sering disebut dengan jaringan
fibrosa putih, karna terbentuk dari serabut kolagen putih atau serabut simpal putih yang
mengkilat dan sifatnya lemas, kuat tetapi tidak elastic, serta sedikit pembuluh darah. Tendon
berfungsi sebagai penghubung antara otot dengan otot atau suatu tulang dengan ikut
membantu otot dalam menggerakkan sendi.
Tendon patella adalah lanjutan dari tendon quadriceps yang lurus, bergabung dengan
tempurung lutut dan tibia. Tendon tersebut beerasal dari inferior tulang patella dan masuk ke
tuberositas tibialis, ini memiliki panjang sekitar 6 cm dan lebar sekitar 3 cm.Tendon ini
berfungsi untuk membantu otot quadriceps melakukan gerakan extensi knee. Serta membantu
gerakan aktif untuk mendorong individu dari tanah dalam melakukan lompatan dan juga
berfungsi dalam menstabilkan sendi lutut dalam melakukan pendaratan.
Dengan demikian tendon ini berada dibawah jumlah stress yang besar terutama pada
individu yang secara aktif menambah ketegangan pada sendi lutut, seperti pada atlit voliyang
secara teratur melakukan olahraga yang melibatkan perubahan arah dan gerakan melompat.
Dengan regangan yang terus berulang maka akan terjadi penekanan yang berlebihan yang
mengakibatkan terjadinya degenerasi kolagen yang akan mempengaruhi terjadinya
peradangan pada tendon patella.
d. Struktur sendi
1) Ligament
Dalam sendi lutut terdapat ligament yang memperkuat sendi lutut, terdiri dari
ligamentum patellaris, ligamentum collateral medial, ligamentum collateral lateral,
ligamentum popliteum obliqum, ligamentum popliteum arcuatum, ligamentum crusiatum
anterior dan posterior.
2) Synovial
Dalam lutut terdapat synovial yaitu selaput pembungkus permukaan capsul fibrosa,
dan disini terjadi gerakan yang luas. Susunan ini terdiri dari articular capsul dan synovial
membrane yang membentuk cafum synovial. Synovial membrane menghasilkan cairan
synovial yang berfungsi sebagai pelican sendi, member makanan pada articularis dan
mengabsorbsi cartilage yang rusak dan benda asing yang ada dalam persendian.
3) Bursa
Bursa yaitu lapisan yang terdapat diantara otot, ligament, dan tulang yang fungsinya
untuk mengurangi gesekan urat-urat disekitar lutut. Bursa yang terbesar adalah bursa
patellaris, prepatellaris infra patellaris, dan bursa cutaneus yang terletak di daerah depan
lutut, di bagian belakang terdapat bursa gastrocnimeus dan busa semi membranosus.
Dibagian media terdapat bursa arcerina dan bursa Sartorius.
4) Meniscus
Meniscus terdiri dari jaringan penyambung padat kolagen dan sel-sel seperti tulang
rawan. Meniscus juga terdiri dari meniscus medialis yang bebentuk semi sirkularis dan
bersatu dengan ligamentum collateral medial, dan meniscus lateralis yang bentuknya hampir
sirkular dan bersatu dengan legamentum collateral atau capsular. Meniscus lateralis lebih
banyak dari pada meniscus medialis.
e. Persyarafan
Persyarafan yang ada pada sendi lutut adalah N.femoralis, N.iskiadikus, N.tibialis,
dan N.fibularis komunis. N.femoralis merupakan cabang pleksus lumbalis yang terbesar.
Syaraf ini muncul ditepi lateral m.psoas kemudian menuruni fosa iliaka dan lewat di
bawahligamentum inguinale. Di titik ini nervus terletak pada m.iliakus, yang dipersyarafinya.
Cabangnya dalam trigonum femoralis hanya sedikit lima centimeter di bawah ligamentum
inguinale. N.femoralis mempersyarafi bagian ruang anterior paha. Devisi anterior memiliki
dua cabang kutaneus dan cabang muskuler. Cabang kutaneus n.kutaneus
femoris medialisdan N.kutaneus femoris intermedius, turut mensyarafi kulit
permukaan medial dan posteriorpaha. Cabang muskuler
mempersyarafi m.sartorius dan m.pectineus.
Devisi posterior memiliki satu cabang kutaneus, N.saphenus, dan cabang muskuler
ke m.quadriceps. N.saphenus berjalan ke bawah dan medial, menyilang A.femoris dari sisi
lateral ke medial. Ia menembus fascia profunda pada sisi medial sendi lutut, setelah muncul
diantara tendon m.sartorius dan m.grasilis, kemudian berjalan turun pada sisi medial tungkai
bawah bersama V.saphena magna, lalu berjalan ke depan maleolus medialis dan sepanjang
tepian medial tungkai dan kaki.
N.iskiadikus merupakan cabang dari lumbal empat dan sakrum tiga. Syaraf ini
melewati foramen iskiadika mayor di bawah m.piriformis dalam lapisan m.gluteus maksimus.
Di regio gluteal saraf ini lewat di atas m.gemelus superior, m.obturatorius internus,
dan m.gemelus inferior kemudian diatas m.quadratus femoris dan m.adduktor magnus pada
paha saat turun di garis tengah.
N.iskiadikus terbagi menjadi cabang-cabang terminal, N.tibialis dan N.fibularis
komunis, biasanya tepat dibawah pertengahan paha. N.iskiadikus memiliki dua cabang
yaituN.tibialis dan N.fibularis komunis. N.tibialis merupakan cabang terminal N.iskiadikus.
Syaraf ini melintasi fosa poplitea dari sisi lateral ke medial melalui bagian bawah arkus
fibrosa soleus dan, pada tungkai, turun bersama A.tibialis posterior. Syaraf ini
menyilangA.tibialis posterior dari medial ke lateral di pertengahan betis dan, bersama
denganA.tibialis, lewat dibelakang maleolus medialis dan kemudian di bawah retinakulum
muskulorum fleksorum pedis di mana syaraf ini turut mensyarafi articulasio
genus,m.gastroknemius, dan otot-otot profunda di bagian belakang tungkai.
N.fibularis komunis merupakan cabang terminal N.iskiadikus. Syaraf ini melewati
sisi medial tendon biseps sepanjang batas superolateral fosa poplitea. Syaraf ini melengkung
di sekeliling kolum fibula dan, dalam m.peroneus longus dimana syaraf ini turut
mensyarafi articulasio genus, juga mensyarafi kulit di atas dua pertiga lateral tungkai dan
seluruh dorsum kaki.
f. Peredaran Darah
Kebutuhan nutrisi pada sendi lutut di pasok oleh arteri-arteri pada tungkai (pembuluh
darah arteri tungkai). A.femoralis memasuki paha melalui bagian belakangligament inguinale,
dan merupakan lanjutan A.illiaca externa. A.femoralis merupakan pemasok darah utama bagi
tungkai. A.femoralis berjalan turun hampir vertikal ketuberkulum adduktorum dan berakhir
pada lubang dalam m.abduktor magnus dan memasuki spatia
poplitea sebagai A.poplitea. A.poplitea bercabang menjadi tiga yaituA.tibialis
anterior, A.tibialis posterior, dan A.peroneus. A.tibialis anterior menjalar ke bawah
menjadi A.arcuota, sedangkan perjalanan dari A.tibialis
posterior dan A.peroneusmenjadi A.dorsalis pedis.
Arteri profunda femoris adalah arteri besar yang timbul dari sisi lateral
A.femoralisdalam trigonum femorale, kurang lebih empat centimeter di bawah ligament
inguinale. Arteri ini keluar dari ruang anterior paha melalui bagian belakang m.abduktor
longus, berjalan turun di antara m.abduktor longus dan m.abduktor brevis, kemudian
menujuabduktor magnus, tempat berakhirnya A.profunda femoris sebagai perforans ke
empat.A.profunda femoris bercabang menjadi A.cirkumfleksa femoris
medial, A.cirkkumfleksa femoris lateral, tempat A.perforantes. Sisa hasil metabolisme akan di
bawa kembali ke jantung oleh pembuluh darah vena.
g. Persendian
Stabilitas sendi lutut yang lain adalah ligamentum. Ada beberapa ligamentum yang
terdapat pada sendi lutut antara lain : (1) ligamentum crusiatum anterior, yang berjalan dari
depan eminentia intercondyloidea tibia, ke permukaan medial condylus lateralis femur,fungsi
menahan hiperekstensi dan menahan bergesernya tibia ke depan, (2) ligamentumcrusiatum
posterior, berjalan dari facies lateralis condylus medialis femoris, menuju fossa
intercondyloidea tibia, berfungsi menahan bergesernya tibia, ke arah belakang,
(3)ligamentum collateral lateralle yang berjalan dari epicondylus lateralis ke capitulum
fibulla, yang berfungsi menahan gerakan varus atau samping luar, (4) ligamentumcollateral
mediale tibia (epicondylus medialis tibia), yang berfungsi menahan gerakanvalgus atau
samping dalam dan eksorotasi, dan secara bersamaan ligament collateral juga berfungsi
menahan bergesernya ke depan pada posisi lutut fleksi 90 derajat, (5) ligamentum
popliteum abligum, berasal dari condylus lateralis femoris menuju ke insertio musculus semi
membranosus melekat pada fascia musculus popliteum, (6) ligamentum transversum
genu, membentang pada permukaan anterior meniscus
medialis dan lateralis. Semualigament tersebut
berfungsi sebagai fiksator dan stabilisator sendi lutut. Tranversum genu di
sampingligament ada juga bursa pada sendi lutut. Bursa merupakan kantong yang berisi
cairan yang memudahkan terjadinya gesekan dan gerakan, berdinding tipis dan dibatasi
oleh membran synovial. Ada beberapa bursa yang terdapat pada sendi lutut antara lain :
(1) bursa popliteus, (2) bursa supra patellaris, (3) bursa infra patellaris, (4) bursa subcutan
prapatellaris, (5) bursa sub patellaris, (6) bursa prapatellaris.
h. Pergerakan
Pada sendi lutut terdapat tiga hubungan persendian, masing-masing tibio femoral
joint, patello femoral joint dan superior tibio fibular joint. Dari ketiga hubungan persendian
tersebut diatas maka tibio femoral joint mempunyai gerak yang luas dan nyata
seperti flexidan extensi disamping gerakan asesori, abduksi, adduksi, rotasi, posteroanterior /
anteroposterior.
Pada patello femoral joint terjadi gerakan-gerakan longitudinale cephal /
caudal danmedial / lateral tranversal. Sedangkan pada superior tibio fibular joint terjadi
gerakanantero posterior dan longitudinale.
Pada sendi lutut terdapat 4 (empat) ligamentum, masing-masing ligamentum
kollateral medial dan lateral, ligamentum krusiatum anterior dan
posterior. Dipandang dari arah anteroposterior, sendi lutut tidak lurus tetapi bengkok
kelateral kira-kira 170 derajat (Varus) dan ini berbeda-beda pada setiap individu. Bila
seseorang berdiri tegak dengan kaki rapat, kedua corpus femur dan tibia mempunyai
kecondongan ke lateral dimana tulang femur lebih condong dari pada tibia, pada posisi diatas
permukaan sendi horizontal. Tetapi lebih renggang, corpus tibia yang tegak lurus dan
permukaan sendi akan lebih miring. Gerakan sendi lutut sangat ditentukan oleh bentuk
permukaan sendi dan kekuatan ligamentum kollateral mencegah gerakan lutut
ke lateral,ligamentum krusiatum untuk stabilisator pada posisi flexi, untuk mencegah /
menjaga terjadinya pemelesetan sendi ke arah anterior dan posterior. Aksis gerakan fleksi dan
ekstensi terletak di atas permukaan sendi melewati condylus femoris. Untuk gerakan rotasi
aksisnya longitudinal pada daerah condylus medialis femoris.

Biomekanik Gerak Lutut Pada Pemain Voli


Knee jumper adalah cedera olahraga umum kronis yang terletak di sekitar sendi lutut
pada tendon patela, terutama di bola voli, dimana selama melompat tinggi kecepatan
pergerakan yang dikombinasikan dengan pembangunan kekuatan. Banyak pemain
menderita knee jumper atau memiliki riwayat knee jumper itu. Hal ini sebagian besar
mengarah ke defisit kelembutan, rasa sakit dan fungsional, yang dapat menghasilkan tingkat
kinerja yang rendah, tidak adanya pelatihan, atau bahkan dapat menjadi penyebab utamaknee
jumper. Gerakan pola kelompok yang berbeda dari pemain bola voli diukur dan dianalisis
dengan metode biomekanik untuk menemukan faktor risiko yang mungkin dalam teknik
melompat atau arahan untuk pengembangan knee jumper itu. Untuk
mempelajariteknik hubungan antara melompat dan mendarat dan memiliki knee jumper ini,
orang melakukan pendaratan penurunan melompat dari beberapa ketinggian, saat menyerang
melompat spike dan melompat saat blok. Salah satu faktor risiko utama yang mungkin untuk
pengembangan knee jumper di voli tampaknya kurang fleksi sendi selama bagian pertama
dari dampak mendarat setelah melompat (teknik pendaratan kaku). Hal ini
menyebabkan tingginya kekuatan di sekitar sendi lutut, dan dapat menyebabkan microtrauma
kumulatif pada tendon patela, dengan knee jumper sebagai hasilnya.

3. Patologi
Untuk mencapai hasil yang di harapkan, seorang fisioterapis juga harus mengerti
mengenai patologi dan kondisi tersebut. Patologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang
perubahan – perubahan struktur anatomi dan fisiologi alat tubuh yang sakit, mulai dan tingkat
molekuler sampai pengaruh nya yang tampak pada individu.
a. Etiologi
Adapun penyebab tendininis patellaris yaitu trauma, kelelahan otot-otot disekeliling
sendi lutut dan penggunaan sendi yang berlebihan.
1) Trauma
Dengan adanya trauma pada sendi lutut pada saat melompat, kemungkinan akan
terjadi cedera, yang disebabkan oleh penarikan pada tendon yang berlebihan sehingga terjadi
perobekan pada tendon patella.
2) Kelelahan otot-otot disekeliling sendi lutut
Keseimbangan sendi lutut baik dalam sikap berdiri, melompat dan berjalan dihasilkan
oleh kekuatan atau kerja otot disekeliling lutut, bila terjadi kelelahan yang belebihan pada
otot-otot tersebut terutama otot bagian flexor dapat mengakibatkan kesalahan keseimbangan
pada sendi lutut. Sehingga otot – otot tersebut tidak dapat berkontraksi karena kurangnya
pergerakan pada daerah lutut.
3) Penggunaan sendi berlebihan
Dalam hal ini daya tahan cartilago articularis lama-kelamaan akan berkurang karena
terus menerus dari berat badan.
Hal yang paling berpengaruh dalam terjadinya tendinitis patella adalah aktifitas
melompat yang terus-menerus pada saat atlit bermain.
Sedangkan faktor yang mempengaruhi terjadinya cedera Terbagi atas dua faktor
utama, yaitu :
a) Faktor-faktor intrinsik (Ferretti 1986) : (1) Sex, Pria lebih sering terkena (rasio 6:1), (2)
Umur, rentan terkena cedera Usia 18-30 tahun, (3) Keterpaduan lutut,Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa fleksibilitas yang lebih rendah dari paha depan dan otot hamstring dapat
berkontribusi bagi pengembangan tendinitis patella dalam populasi atletik Sudut longitudinal
otot paha depan, (4) Posisi tempurung lutut, (5) Gerakan rotasi tibia / femoralis dan (6)
Stabilitas lutut.
Selain itu terjadinya tendinitis patella juga memiliki hubungan dengan kekakuan
group otot hamstring dan group otot quadriceps (Writvrouw et al. 2001) dan sudut fleksi
lutut pada saat tekanan terjadi (Richards et al. 1996)
b) Faktor-faktor ekstrinsik (Ferretti 1986) : (1) Kerasnya permukaan tempat bermain (Semen
38% Parket 4% Linoleum 23%), (2) Panjang sesi pelatihan.
Sedangkan menurut Bassett et al. (1990) cedera ini dipengaruhi oleh
a) besarnya gaya terapan
b) durasi beban
c) sudut fleksi lutut selama tekanan terjadi
b. Perubahan Patologi
Bila tendon patella mengalami radang maka akan di ikuti proses radang di sekitar
tendon tersebut.
Proses radang ditandai fase – fase yaitu fase inflamasi respon ( 0 – 4 ) ditandai adanya
tanda inflamasi, respon sel berupa pelepasan leukosit dan sel phagocytic lainnya, reaksi
vascular terjadi pembekuan darah dan peningkatan jaringan fibrin, pada fase ini mulai terjadi
penutupan luka.
Fase fibroflactic refair ( 5 – 6 minggu ) terjadi proses ploriferasi dan regenerasi secara
aktif dimulai dengan terbentuknya jaringan granulasi yang kemudian menjadi kolagen.
Terjadi proses profilerasi dimana kolagen menjadi lebih solid dan kuat. Pada fase initiatives
jaringan sudah mulai berfungsi.
Fase remodeling merupakan proses yang lama. Proses ini terjadi realignment atau
remodeling dari jaringan kolagen. Proses penguraian dan sintesa kolagen menjadi suatu
jaringan yang kuat dan teratur. Biasanya dalam 3 minggu jaringan yang kuat, elastic, dan
tanpa perdarahan sudah terjadi.
c. Tanda dan gejala
1) Adanya rasa nyeri pada daerah lutut.
Nyeri merupakan tanda peringatan terhadap organism untuk berhenti atau menghindar
dari aktifitas yang dapat merusak dan membiarkan proses regenerasi berlangsung (Gnattz,
1995). Rasa nyeri yang dikeluhkan pada daerah lutut terjadi akibat kerusakan dan gangguan
pada ujung – ujung saraf yang mengalami penekanan.
2) Spasme otot quadriceps femoris, hamstring dan gastrocnimeus.
Spasme otot – otot pada daerah lutut terjadi karena adanya penarikan yang terlalu kuat
pada jaringan lunak secara spontan atau tiba – tiba atau adanya peningkatan ketegangan
jaringan lunak pada daerah lutut sehingga akan menimbulkan rasa nyeri pada daerah lutut
tersebut.
3) Keterbatasan gerak dari jongkok ke berdiri.
Keterbatasan gerak sendi lutut terjadi karena adanya nyeri, bengkak sehingga
penderita akan cenderung mempertahankan sendi lutut untuk tidak bergarak dan otot – otot
penggerak sendi lutut dalam keadaan memendek sehingga akan terjadi kontraktur. Dengan
adanya kontraktur pada otot penggerak sendi lutut maka akan terjadi penurunan lingkup
gerak sendi pada sendi lutut (Saleem, 1995).
4) Kesemutan (neuropati) pada daerah lutut.
Kebas – kebas atau kesemutan pada daerah lutut terutama pada tendon patella yang
mengalami kerusakan terjadi akibat penyempitan dan penekanan pada ujung – ujung saraf.
5) Rasa nyeri ketika meluruskan kaki.
Keterbatasan gerak sendi lutut terjadi karena adanya nyeri sehingga penderita akan
cenderung mempertahankan sendi lutut untu tidak bergerak, sehingga ketika lutut digerakkan
extensi nyeri akan terjadi.
d. Diagnosa
Untuk menegakkan diagnose pada penderita tendinitis patellaris diperlukan beberapa
pemeriksaan. Pemeriksaan didapat dari anamneses yang cermat, pengamatan dan test khusus
agar tidak mengalami kesalahan dalam diagnosis. Diagnosis pada tendinitis patellaris dapat
berupa keterbatasan gerak dari jongkok ke berdiri karena adanya rasa nyeri. Test khusus yang
digunakan pada kasus ini adalah gerakan isometrik melawan tahanan pada gerakan extensi
lutut, apabila ditemukan adanya rasa nyeri pada daerah depan lutut maka positif terjadinya
tendinitis patella. Selain itu diperlukan adanya pemeriksaan penunjang yaitu dengan MRI.
e. Diagnosa banding
1) Soff tissue swelling (pembengkakan pada jaringan lunak sendi).
2) Chondromalacia patella.
Pembebanan yang terlalu berat dan bersifat kronis dapat mengakibatkan kelainan–
kelainan degeneratif didalam lapisan tulang rawan pada patella bagian belakang atau didalam
tulang rawan persendian condylus femoris ( terutama yang lateral). Kelainan-kelainan
degeneratif ini sering terjadi dalam hal arthrosis (melunak, pembentukan fissura, fregmentasi,
orosi yang disertai eksposisi tulang subkontral) yang sering mengenai tulang rawan. Bila
terjadi iritasi maka akan timbul hydrops atau penumpukan cairan.
3) Tendopati Insersi quadriceps
Penderita mengeluh tentang adanya rasa sakit di daerah patella, yang bertambah sakit
bila membungkuk, jongkok, berlutut dan melakukan gerakan-gerakan seperti naik turun
tangga, bersepeda dan lainnya. Dalam pemeriksaan timbulnya nyeri jika dilakukan gerakan
extensi yang ditahan dan juga flexi pasif. Apabila di palpasi maka akan ditemukan suatu
daerah atau atau yang biasanya terbatas dengan rasa nyeri tekan pada sisi patella.
f. Komplikasi
1) Stif joint pada sendi lutut.
Stif joint pada sendi lutut dapat disebabkan oleh beberapa factor yang antara lain yaitu
dengan adanya rasa nyeri yang dirasakan penderita sehingga penderita sulit untuk
menggerakkan sendi lutut dan ketika hal ini berlangsung lama akan terjadi perlenggketan
jaringan dan kekakuan sendi lutut.
2) Contraktur pada daerah lutut.
Kontraktur dapat terjadi akibat keterbatasan gerak pada sendi lutut sehingga penderita
cenderung mempertahankan sendi lututnya untuk tidak bergerak yang kemudian otot-otot
disekitar lutut melemah dan mengalami pemendekan.
3) Penurunan kekuatan otot quadriceps femoris, hamstring dan gasrocnimeus.
Tidak adanya pergerakan yang maximal dari sendi lutut akibat nyeri yang dirasakan
akan menimbulkan kontraksi otot akan berkurang, hal ini akan membuat otot-otot akan
mengalami kelemahan.
g. Prognosis
Pada kasus ini mempunyai prognosis yang baik, jika atlit mendapatkan perawatan
yang cepat dan intensif. Prognosa dapat berupa qua ad sanam baik, qua ad vitam baik, qua ad
cosmetica baik dan qua ad fungsional baik.

B. Deskripsi Problematik Fisioterapi


Problematik yang didapati pada Tendinitis Patellaris pada atlit voli antara lain :
1. Impairment, meliputi
a. rasa nyeri
Rasa nyeri akan timbul pada bagian bawah dan depan tempurung lutut terutama ketika
dilakukan gerakan menekan. Nyeri juga akan terjadi karena adanya kontraksi dari otot paha
depan atau group otot Quadriceps.
b. adanya bengkak pada tendon yang terkena akibat adanya penumpukancairan dalam proses
peradangan (fase akut).
c. Adanya kekakuan pada sendi akibat desakan cairan di sekitar jaringan yang meradang.
2. Fungtional Limitation
Dengan adanya peradangan pada tendon patella akan mengakibatkan ganguan
aktifitas jongkok ke berdiri, dan pola jalan dari atlit akan terganggu.

C. Teknologi Intevensi Fisioterapi


Teknologi intervensi fisioterapi yang penulis pilih dalam kasus tendinitis patella
adalah Ultra Sound dan terapi latihan.
1. Ultra Sound
a. Efek Mekanik
Gelombang suara masuk ke dalam jaringan tubuh, maka efek yang pertama yang
terjadi di dalam tubuh adalah efek mekanik. Gelombang Ultra Sound menimbulkan adanya
peregangan dan pemampatan di dalam jaringan dengan frekuensi yang sama dengan
frekuensi dari Ultra Sound. Oleh karna itu terjadilah adanya variasi tekanan di dalam
jaringan.Jadi adanya variasi tekanan inilah, kemudian timbul efek mekanik yang lebih
dikenal dengan istilah micromassage adanya variasi-variasi tekanan tersebut akan
menimbulkan.
b. Efek Panas
Micromassage yang ditimbulkan oleh Ultra Soundakan menimbulkan efek panas
dalam jaringan. Efek panas yang diperoleh adalah tidak sama untuk setiap jaringan, ini
tergantung dari beberapa factor yang dapat ditentukan seperti bentuk aplikasi Ultra Sound(
continue dan intermitten ), intensitas dan lamanya terapi.
c. Efek-efek Biologis
1) Meningkatkan sirkulasi darah
Terjadinya vasodilatasi pembuluh darah yang diakibatkan oleh adanya reaksi terhadap
efek panas.
2) Relaksasi otot
Perbaikan sirkulasi darah akan dapat menyebabkan terjadinya relaksasi otot, oleh
karena zat-zat pengiritasi jaringan akan diangkut. Disamping itu vibrasi Ultra Sound dapat
mempengaruhi serabut saraf afferent secara langsung dan akibatnya adalah relaksasi otot.
3) Meningkatkan kemampuan regenerasi jaringan
Telah dapat ditunjukkan bahwa getaran Ultra Sound dapat memperbaiki proses
regenerasi pada berbagai macam jaringan. Ini karena kekuatan mekanik Ultra Sound dapat
menyebabkan gerakan-gerakan bebas molekul-molekul dalam jaringan tubuh.
4) Pengurangan rasa nyeri
Nyeri dapat dikurangi dengan menggunakan ultrasound, selain dipengaruhi oleh efek
panas juga berpengaruh langsung pada saraf.Hal ini disebabkan oleh karena gelombang pula
dengan intensitas rendah sehingga dapat menimbulkan pengaruh sedative dan analgesi pada
ujung saraf afferent II dan IIIa sehingga diperoleh efek terapeutik berupa pengurangan nyeri
sebagai akibat blockade aktivitas pada HPC melalui serabut saraf tersebut.
Dasar dari pengurangan rasa nyeri diperoleh dari :
(1) Perbaikan sirkulasi darah dalam jaringan.
(2) Normalisasi dari tonus otot.
(3) Berkurangnya tekanan dalam jaringan.
(4) Bekurangnya derajad keasaman.
(5) Stimulasi pada serabut saraf afferent.
d. Indikasi
(1) Kelainan - kelainan pada jaringan seperti tulang, sendi, otot.
(2) Keadaan post traumatic seperti contusion, distorsi, luxation, faraktur dan kontraktur,
Bursitis, kapsulitis, tendinitis.
(3) Kelainan – kelainan sirkulasi darah seperti oedema dan lain - lain.
e. Kontra indikasi
1. Absolut
Semua kontra indikasi seperti yang berlaku untuk terapi panas, berlaku juga untuk
Ulta Sound. Berdasarkan pertimbangan keamanan, beberapa organ yang tidak diberikan
terapi Ultra Soundseperti :
a) Mata : Karena dapat memberikan kemungkinan terjadinya cavitasi di dalam kelenjar air
mata, yang bahkan dapat sampai terjadi kerusakan.
b) Jantung
c) Uterus pada wanita hamil :Meskipun intensitas yang dapat mencapai uterus sangatlah kecil
tetapi dari segi keamanan, daerah perut pada wanita hamil tidak boleh diberikan.
d) Testis : Karena pengaruh getaran Ultra Sound pada jaringan ini belum dipastikan, maka
daerah ini tidak boleh diberikan Ultra Sound.
2. Relatif
Post laminectomi, Hilangnya sensibilitas, TumorPost traumatic, Diabetes melitus.
2. Terapi latihan
Pada uraian ini penulis membahas macam dan teknik latihan yakni : Latihan streching, aktif dan latihan
pasif
a. Streching
Streching adalah gerakan yang diberikan oleh adanya kekuatan dari luar, sedangkan penderita tetap
dalam keadaan rilex. Pada akhir ruang gerak dari sendi diberikan penekanan yang bertujuan untuk
menambah ROM.
b. Eccentrik exercise
Excentrik adalah suatu kontraksi otot dimana ujung-ujung otot saling menjahui. Dan
eccentric exercise adalah latihan yang dilakukan pada daerah lutut dimana latihan-latihan ini
menempatkan banyak gaya pada tendon patella. Latihan ini bertujuan untuk mengurangi rasa
nyeri dengan cara memperkuat otot-otot quadriceps dan tendon patella.

Anda mungkin juga menyukai