Anda di halaman 1dari 38

SPONDILITIS TB

OLEH : NANDA PRATAMA

PEMBIMBING DR.SYARIF INDRA,SP.S

Spondilitis tuberkulosa menyebabkan paraplegia

yang cukup banyak pada negara berkembang. Pria lebih banyak dibandingkan perempuan, terbanyak pada usia muda. Daerah torakal paling banyak, diikuti lumbal, torakolumbal, servikal, dan lumbosakral.

Kompresi spinalis pada spondilitis(penyakit pott)

terutama diakibatkan oleh tekanan dari abses paraspinalis yang berada retrofaringeal pada daerah serviakl dan berbentuk spindel pada daerah torakal dan torakolumbal. Defisist neurologi juga dapat berasal dari invasi intradura oleh jaringan granulasi dan kompresi dari pecahan tulang yang hancur, destruksi diskus intervertebralis, atau dislokasi tulang vertebra. Penyebab yang jarang adalah insufisiensi vaskular arteri spinalis anterior.

Gejala klinis

Spondilitis tuberkulosis dapat memberikan

gambaran yang sangat bervariasi, gambaran yang sering didapatakan adalah nyeri tulang belakang dan manifestasi penyakit kronis termasuk penurunan berat badan, rasa lemah, demam, keringat malam. Gejala timbul antara 2 minggu hingga 3 tahun.

Pemeriksaan fisik pada daerah terkena

mengakibatkan gambaran kifosis, nyeri lokal, spasme otot, restriksi gerakan, dan massa pada perut bawah, paha. Defisit neurologi dapat juga terjadi pada 13% pasien, dimana gambaran klinis sesuai dengan letak kompresi pada medula spinalis/radiks.

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium memberikan hasil peningkatan LED dan tuberkulin tes positif .Pemeriksaan laboratorium yang memastikan penyakit adalah kultur positif dari hasil biopsi lesi vertebra. Foto polos vertebra akan memberikan gambaran destruksi pada kedua sisi diskus, destruksi korpus vertebra bagian tengah, ostepenia, kifosis, abses paravertebra.

Pencitraan tomografi komputer(CT-scan)

memberikan gambaran luasnya kerusakan tulang, juga perubahan jaringan lunak sekitar vertebra dan dalam kanalis. Pencitraan resonansi magnetik (MRI) merupakan pilihan pencitraan karena dapat melihat baik tulang maupun jaringan lunak yang terkena , juga dapat membedakan antara tuberkulosis dan piogenik.

Diagnosa banding

Diagnosa banding untuk spondilitis tuberkulosis adalah infestasi jamur , kanker metastasis, abses medula spinalis, tumor tulang belakang, infeksi mikobakterium lainnya (avium, kansasii).

Terapi

Penatalaksanaan spondilitis tuberkulosis tergantung pada derajat klinisnya. Pengobatan medikamentosa dan pembedahan dilakukan pada kasus spondilitis. Pasien mendapatkan Rifampisin 450 mg, INH 300 mg, Etambutol 750 mg dan pirazinamid 1500 mg, selama 9 bulan.

Pengobatan nyeri merupakan hal yang penting

karena pasien mengalami nyeri akibat penekanan medula spinalis/ radiks saraf. Pengobatan akut dapat menggunakan antiinflamasi nonsteroid, inhibitor COX-2, opioid lemah (kodein dan tramadol). Bila timbul nyeri kronik maka ditambahkan antidepresan trisiklik (amitriptilin), anti konvulsi (carbamazepin, gabapenti). Fisioterapi untuk mengatasi nyeri dilakukan pemanasan, pendinginan, terapi ultrasound, massotherapy, TENS, akupuntur.

Penatalaksanaan bedah dilakukan pada pasien bila

terdapat defisit neurologi deteriorasi neurologi akut, paraparesis, paraplegia, deformitas tulang belakang dengan instabilitas, tidak ada respon terhadap pengobatan medikamentosa. Fisioterapi diperlukan untuk mencegah dekubitus, pencegahan fraktur dan deformitas tulang belakang yang lebih berat.

Prognosis penyakit

Prognosis tergantung dari derajatnya. Bila tidak ada deformitas tulang belakang berat dan defisit neurologi yang jelas maka hasil pengobatan akan baik. Prognosis juga tergantung dari kepatuhan pasien minum obat. Paraplegia yang timbul juga mengalami perbaikan dangan kemoterapi yang tapat, bila tidak ada perbaikan perlu dipertimbangkan tindakan operatif. Paraplegia ini dapat menetap bila terjadi kerusakan medula spinalis yang permanen.

ILUSTRASI KASUS
Identitas pasien Nama : Anna Roza umur : 35 tahun Alamat : Jl. Aur Duri no 21,Padang Pekerjaan : Guru Agama : Islam

Keluhan utama Lemah kedua tungkai

Riwayat penyakit sekarang

Lemah kedua tungkai sejak 3 minggu sebelum

masuk rumah sakit, terjadi berangsur - angsur Keluhan diawali dengan nyeri dipunggung seperti diikat, nyeri tidak membaik dengan perubahan posisi dan tidak menjalar. 1 minggu kemudian pasien merasakan kelemahan pada kedua tungkai yang serentak kiri dan kanan. Pasien masih bisa berjalan tanpa berpegangan namun kesulitan saat menaiki tangga.

Pasien juga mengeluhkan kebas setinggi ulu hati ke

bawah dan susah menahan BAK.

Riwayat penyakit dahulu Riwayat trauma pada tulang belakang (-) Riwayat batuk batuk lama dengan penurunan berat badan (-) Riwayat tumor (-)

Riwayat penyakit keluarga Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita sakit yang sama.

Riwayat Sosial ekonomi Pasien seorang pegawai negeri (guru).

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Umum Keadaan umum Keadaan gizi Kesadaran Tekanan Darah Frekuensi Nadi Frekuensi Nafas Suhu Berat Badan Tinggi Badan Sianosis Edema : tampak sakit sedang : : compos mentis kooperatif : 110/70 mmHg : 88 kali/ menit : 20 kali/menit : 37,50C : 50 kg : 168 cm : tidak ada : tidak ada

Kulit

KGB
Kepala Rambut Mata

tidak ikterik Telinga

: tidak ada kelainan : tidak membesar : wajah simetris : tidak ada kelainan : pupil isokor, reflek cahaya (+), diameter 3 mm/3mm gerak mata ke segala arah baik konjungtiva tidak anemis, sklera : pendengaran baik

Hidung

Tenggorokan
Mulut Leher

: tidak ada kelainan : tidak hiperemis : caries tidak ada : JVP 5 - 2 cmH2O

Thorax Paru :

Inspeksi

: gerakan nafas simetris statis dan dinamis Palpasi : fremitus kiri = kanan Perkusi : sonor Auskultasi : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing

Jantung : Inspeksi

: Iktus tidak terlihat Palpasi : Iktus teraba pada 1 jari medial linea midclavicularis sinistra RIC V Perkusi : Batas jantung atas : RIC II Batas jantung kanan : Linea sternalis dekstra Batas jantung kiri : 1 jari medial linea midclavicularis sinistra RIC V Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada.

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak membuncit Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba Perkusi : Timpani Auskultasi : Bising usus (+) normal

Punggung

I Pa

: Deformitas (-), Gibbus (-). : Nyeri tekan (-)

Genitalia : tidak diperiksa.

Status Neurologis :

Tanda rangsangan meningeal :


Kaku kuduk

: (-) Tanda peningkatan tekanan intrakranial (-) Nn. Kranial : tidak ada kelainan

Fungsi Motorik

Ekstermitas inferior : kanan -gerakan hipoaktif -kekuatan 444 -tropi eutrofi -tonus eutonus

kiri hipoaktif 444 eutrofi eutonus

Sensorik : Rasa raba berkurang setinggi dermatom

thorakal VI ke bawah. Otonom : Refleks Bladder (+) Refleks fisiologis : KPR +++/++ APR+++/+++ Reflek patologis : Babinsky : +/+

PEMERIKSAAN LABORATORIUM Darah : Hb : 11,2 gr % Leukosit : 9900/mm3 Ht : 35 vol % Trombosit : 335.000/mm3 GDR : 115 Ureum : 15 Kreatinin : 0,6 Na+ : 137 mMol/L K+ : 4,1 mMol/L Cl : 102

Rontgen thorakal AP Lateral :

- Aligment Baik, Corpus tidak intak, pedikel destruksi pada thorakal. -Diskus intervertebra menyempit pada thorakal V-VI -Para vertebral Mass (+) -Kesan : Spondilitis TB.

Diagnosis kerja :

Diagnosa Klinis

: Paraparese Inferior Tipe UMN Diagnosis Topik : Segmen Medula Spinalis setinggi Corpus Vertebra Thorakal V-VI Diagnosis Etiologi : Spondilitis TB

Terapi :

Bed rest
Diet MB TKTP Neurobion 5000 1 x 1

Anjuran pemeriksaan :

Pemeriksaan darah rutin


Faal hepar Rontgen thoraks PA

Pungsi Lumbal
CT scan AP-Lateral

Prognosis:

-Quo ad vitam: Bonam


-Quo ad sanam: Dubia at bonam

DISKUSI

Telah dilaporkan seorang pasien perempuan

berumur 35 tahun masuk Bangsal Saraf pada tanggal 18 September 2012 dengan keluhan lemah kedua tungkai sejak 3 minggu sebelum masuk rumah sakit. Pada anamnesa diketahui bahwa pada awalnya pasien merasakan nyeri di punggung seperti diikat,1 minggu kemudian baru dirasakan lemah dikedua tungkai dan terdapat perasaan baal mulai dari atas pusat kebawah serta susah menahan BAK.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan sensorik

hipoestesi setinggi thorakal VI ke bawah. Motorik pada ekstremitas inferior kiri dan kanan 4-4-4 yaitu masih berjalan tapi kesulitan jika menaiki tangga. Kemudian juga terdapat neurogenic bladder pada pasien ini. Terdapat hiperefleks pada pemeriksaan APR dan KPR, Babinsky (+), dan Klonus (+).Dari pemeriksaan penunjang rontgen thorakal didapatkan kesan Spondilitis TB. Dari keadaan ini dapat ditegakkan diagnosa pada pasien ini Paraplegi tipe UMN ec Spondilitis TB.

Pada pasien ini diberikan terapi umum yaitu bed rest

dan diet TKTP kemudian terapi khusus yaitu Neurobion 5000 1 x 1.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai