OLEH :
NURHIDAYAH
PO.71.3.241.17.1.036
JURUSAN FISIOTERAPI
TAHUN 2019/2020
2
LEMBAR PENGESAHAN
“Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Low Back Pain With Radicular Pain Et Causa
Syndrome Piriformis” telah disetujui untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan praktek klinik di RSUD kota Makassar Mulai tanggal 17 Februari
Mengetahui,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali ini
Back Pain with Radicular Pain Et Causa Syndrome Piriformis” Dalam menulis
laporan ini, tentu saja penulis mengalami beberapa kesulitan. Namun dengan usaha dan
laporan ini.
yang ikut berpartisipasi. Terkhusus kepada Pembimbing Klinik RSUD Kota Makassar
Penulis berharap laporan yang disusun ini dapat bermanfaat bagi kita semua
khususnya yang membaca. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan klinik
ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
Penulis
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
rotasi dan nyeri di daerah pinggang yang dapat menjadi pemicu timbulnya nyeri
nyeri punggung bawah ditemukan jauh lebih tinggi. Modifikasi FAIR test
hampir 6% dari total kasus iskialgia dalam praktek dokter keluarga di AS,
diduga sekitar 6% sampai 36% piriformis syndrome menjadi penyebab dari low
back pain dan sciatica. Piriformis syndrome paling sering terjadi didekade
3.550 kasus nyeri punggung bawah yang menderita piriformis syndrome, dan 50
% diantaranya memiliki riwayat trauma di pantat atau hip / lower back torsional
(Mukhil, 2016).
lembut diarahkan pada sendi atau otot yang melibatkan kontraksi secara sadar
oleh pasien terhadap kekuatan yang diterapkan dari terapis. Selama prosedur,
otot yang terlibat diregangkan dengan lembut hingga batas bebas rasa sakit
B. Rumusan Masalah
Fisioterapi pada low back pain with radicular pain et causa syndrome
piriformis?
C. Tujuan
Fisioterapi pada low back pain with radicular pain et causa syndrome
piriformis?
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sciatic yang berjalan di antara otot-otot piriformis tersebut dan timbul gejala
seperti nyeri pinggul (sciatic) akibat jepitan saraf sciatic di daerah bokong
(pantat). Piriformis adalah otot kecil yang terletak jauh di dalam bokong (di
belakang otot gluteus maximus). Dimulai pada tulang punggung bagian bawah
dan terhubung ke permukaan atas tulang paha (femur). Berjalan secara diagonal,
2. Anatomi Fisiologi
a. Myologi
M. Piriformis
Persarafan : N. Ischiadikus
yang lemah, dan fleksor hip yang lemah, serta memberikan stabilitas
obturator internus dan gemellus. Otot ini dipersarafi oleh saraf spinal
otot lainnya yaitu obturator externus dan internus, gemellus superior dan
paling superior dari group otot ini dan sedikit diatas dari hip joint.
foramen deep sciatic yang besar sepanjang permukaan inferior dari otot
otot, atau saraf tersebut berjalan membelah dengan satu cabang (biasanya
8
piriformis. Jarang saraf sciatic muncul pada foramen sciatic yang besar
yang berasal dari radiks posterior L4 – S3. Pada spasium poplitea, saraf
sciatic bercabang dua dan jauh lebih ke distal tidak lagi menyandang
nama saraf sciatic (saraf ischiadikus). Kedua cabang saraf tersebut adalah
b. Neurologi
commuis
9
3. Biomekanik
Hip joint merupakan triaxial joint, karena memiliki 3 bidang gerak. Hip
joint sangat stabil yang konstruksinya untuk menumpuh berat badan. Selama
pelvis & trunk, dan aktivitas extremitas inferior lainnya. Dalam suatu gerak
fungsional, terjadi hubungan antara pelvic girdle dan hip joint pelvic girdle akan
mengalami tilting dan rotasi selama gerakan femur. Hubungan tersebut hampir
scapula kiri & kanan dapat bergerak bebas sedangkan pelvic hanya dapat
bergerak sebagai satu unit. Hip joint dibentuk oleh caput femur yang konveks
bersendi dengan acetabulum yang konkaf. Hip joint adalah ball and socket
ischium, dan pubis. Seluruh acetabulum dilapisi oleh cartilago hyaline, & pusat
acetabulum terisi oleh suatu massa jaringan lemak yang tertutup oleh membran
synovial.
femur secara sempurna ditutup oleh cartilago hyaline. Pada pusat caput femurter
dapat lubang kecil yang dinamakan dengan fovea capitis tidak ditutup oleh
cartilage hyaline. Caput femur membentuk sekitar 2/3 dari suatu bola. Caput
Hip joint diperkuat oleh kapsul sendi yang kuat, ligamen iliofemoral,
femoris merupakan ligamen triangular yang kecil, melekat pada apex fovea
capitis dekat pusat caput femur ke tepi ligamen acetabular. Ligamen teres
Ligamen iliofemoral disebut juga ligamen “Y”, karena arah serabut mirip huruf
Y terbalik.
pubofemoral terdiridari ikatan serabut yang kecil pada kapsul sendi bagian
4. Etiologi
Penyebab primer terjadi akibat kompresi saraf langsung akibat trauma atau
faktor intrinsik otot piriformis, termasuk variasi anomali anatomi otot, hipertrofi
otot, inflamsi kronik otot, dan perubahan sekunder akibat trauma semacam
pelengketan. Penyebab sekunder termasuk gejala yang terkait lesi massa dalam
pelvis, infeksi, anomalia pembuluh darah atau simpai fibrosis yang melintasi
saraf, bursitis tendon piriformis, inflamasi sacroiliaca, dan adanya titik-titik picu
(Rizal, 2010).
d. Ketika saraf sciatik melewati foramen skiatika yang lebih besar, saraf ini
berada di dekat otot piriformis. Nyeri terjadi akibat kompresi saraf skiatik
e. Laminektomi.
f. Injeksi intragluteal.
h. Latihan berlebihan
nyeri pada panggul hal ini mungkin merupakan penyebab paling umum dari
sindrom piriformis. variasi anomali anatomi otot seperti piriformis ganda dan
varian dari perjalanan saraf skiatik, saraf kutaneus posterior, inferior, saraf
5. Patofisiologi
juga akan memunculkan sindrom piriformis. Dalam proses melangkah, saat fase
berdiri (stance phase) musculus piriformis teregang sejalan dengan beban pada
selama proses melangkah dan cenderung lebih hipertrofi dibanding otot lain di
dengan posisi rotasi internal atau adduksi yang meningkat dapat semakin
ischiadicus dan otot-otot rotator eksternal pendek, salah satu pemicu gejala
pasca trauma langsung di area pantat, aktifitas normal kembali 2 bulan setelah
(Rizal, 2010).
6. Manifestasi Klinis
14
Beberapa tanda dan gejala yang dapat timbul sebagai akibat dari adanya
a. Keluhan yang khas adalah kram atau nyeri di pantat atau di area
hamstring.
d. Keluhan pasien dapat pula berupa nyeri yang semakin menjadi saat
melakukan gerakan internal rotasi hip, juga nyeri saat miksi/defekasi dan
1. Tinjauan Assesment
a. Anamnesis
umum dan anamnesis khusus. Pada kasus ini berdasarkan auto anamnesis pada
a) Anamnesis Umum
15
Identitas pasien
b) Anamnesis Khusus
lain.
keluhan sekarang.
a. Riwayat pribadi
1. Pemeriksaan fisik
b. Inspeksi
c. Palpasi
dikeluhkan pasien.
2. Pemeriksaan Spesifik
a. Tes Bragard
17
ini merupakan modifikasi dari tes laseque atau SLR dan cara
melakukan tes sama dengan tes laseque atau SLR hanya waktu
(Willms, 2005).
tungkai yang akan di test. Satu tangan di letakkan di knee pasien dan
klinis.
18
memberikan sebuah titik yang mewakili keadaan nyeri yang dirasakan saat
ini.
Parameter VAS :
kehidupan pribadinya. Dari sini, dokter dapat mengetahui skala nyeri dan
Skor ODI :
diagnosa fisioterapi dan jenis latihan yang akan diberikan, serta dapat
secara manual atau sering disebut Manual Muscle Testing (MMT) dengan
Nilai Keterangan
Nilai 0 Otot benar-benar diam pada palpasi atau inspeksi visual
(tidak ada kontraksi)
Nilai 1 Otot ada kontraksi, baik dilihat secara visual atau palpasi,
ada kontraksi satu atau lebih dari satu otot
Nilai 2 Gerak pada posisi yang meminimalkan gaya gravitasi.
Posisi ini sering digambarkan sebagai bidang horizontal
gerakan tidak full ROM
Nilai 3 Gerak melawan gravitasi dan full ROM
Nilai 4 Resistance Minimal
Nilai 5 Resistance Maksimal
stessor fisi berupa energi elektromagnetik yang dihasilkan oleh arus bolak-
Arus dari mesin mengalir ke elektrode melalui co-axial cable, yaitu suatu
kabel yang terdiri dari serangkaian kawat ditengah yang diselubungi oleh
selubung logam yang dikelilingi suatu benda isolator Kawat dan selubung
logam yang dikelilingi suatu benda isolator. Kawat dan selubung logam tadi
berjalan sejajar dan membentuk sebagai kabel output dan kabel bolak-balik
dari mesin. Konstruksi kabel semacam ini diperlukan untuk arus frequensi
fisiologis.
saraf
membaik pula.
menurun..
a. Pengertian
cara penggunaan energi listrik yang digunakan untuk merangsang sistem saraf dan
dengan penggunaan energi listrik dan terbukti efektif untuk merangsang berbagai
tipe nyeri. TENS mampu mengaktivasi baik syaraf berdiameter besar maupun
bahwa terjadi penurunan nyeri dengan penggunaan TENS ber durasi 330 µdetik
campuran.
dalam jaringan yang ditandai dengan rasa panas dan nyeri apabila
Modifikasi Intensitas
energi listrik ke dalam suatu jaringan pada tiap-tiap fase dari pulsa
disebut muatan pulsa. dengan kata lain muatan pulsa ditentukan oleh
23
dalam menentukan besarnya muatan arus listrik dalam pulsa dan puncak
besarnya muatan listrik berkisar antara 20-200 mikrocolums per fase, per
Frekuensi Pulsa
Penerapan Elektroda
1) Di sekitar nyeri
digunakan.
2) Area dermatom
1) Persiapan alat
2) Persiapan pasien
akan di terapi dalam hal ini: kulit harus bersih dan bebas dari lemak,
3) Intervensi
fekuensi 6 kali
3. Strengthening Exercises
fungsi dari otot. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan kekuatan, ketahanan dan
tanah. Sebagai contohnya adalah leg squat. Tujuan latihan ini untuk
ini otot yang lemah yaitu quadriceps dan lawannya hamstring, keduanya
Proprioceptive
Propiosepsi adalah rasa untuk mengetahui letak bagian dari tubuh. Ini mungkin
merupakan konsep yang sulit. Ketika anda memegang Sesutu benda sampai anda
manipulasi osteopatik pada jaringan lunak yang digabungkan secara tepat, dapat
Metode MET hampir digunakan oleh seluruh ahli manual terapi dalam
(Chaitow, 2006).
melawan tahanan, yang diberi nama dengan “rapid resistive duction”. Ruddy’s
melawan tahanan, biasanya dengan 20 pulsasi dalam 10 detik. Metode kerja dari
dipublikasikan pada tahun 1979 oleh Fred Mitchell, Jr et al. Teknik ini
menggambarkan sebagai salah satu teknik yang melibatkan kontraksi otot secara
volunteer dalam salam suatu pola yang terkontrol pada segmen-segmen yang
tubuh manusia dapat bergerak melalui aksi otot yang voluntary baik secara
langsung maupun tidak langsung, hal ini dapat dipengaruhi oleh metode MET
kontraktur atau spastik, memperkuat secara fisiologis otot atau group otot yang
pada kontraksi yang sangat ringan dengan pertimbangan bahwa lokalisasi gaya
pada atau sekitar sendi yang spesifik. Monitoring dan batasan gaya terhadap
group otot atau level disfungsi somatik yang terlibat adalah penting untuk
mencapai perubahan yang diinginkan. Sebagian besar hasil yang jelek adalah
seringkali akibat lokalisasi gaya yang tidak tepat, seringkali terjadi usaha pasien
khususnya yang berkaitan dengan kerja Lewit. PIR merujuk pada anggapan
bahwa efek penurunan tonus akan terjadi padaotot atau group otot setelah
jangka waktu singkat dari kontraksi isometrik. Suatu variasi MET yang
lebih jauh dapat melibatkan respon fisiologis dari otot antagonis yang secara
2006).
29
dari prosedur MET bahwa otot atau group otot antagonist yang memendek,
melalui inhibisi pada golgi tendon organ. Metode lainnya yang nampaknya
MET yaitu ada dua aspek yang terlibat dalam MET ; kemampuannya untuk
1) Suatu kontraksi aktif dari pasien, yang mulai dari posisi terkontrol dan
hambatan keterbatasan).
bergantung pada akurasi diagnosis, level gaya yang tepat, dan lokalisasi
gaya yang cukup. Sebagian besar hasil terapi yang jelek seringkali
disebabkan oleh diagnosis yang kurang tepat, gaya lokalisasi yang kurang
pemahaman yang luas tentang hambatan keterbatasan sendi. Hal ini berarti
feel (merasakan akhir gerakan seperti apa dan dibandingkan dengan yang
posisi sendi dapat menerima input MET, terlepas dari sendi yang terlibat.
Jika end-feelnya adalah tajam atau tiba-tiba ada tahanan maka kemungkinan
terdapat proteksi spasme dari patologi sendi, seperti arthritis. Manfaat dari
MET pada sendi yang terbatas oleh berbagai patologi seperti arthritis adalah
abnormal end-feel, yaitu firm-elastic end-feel yang dapat terjadi ketika scar
elastic-less soft end-feel yang terjadi ketika terdapat peningkatan tonus otot
nyeri yang sangat hebat seperti kemungkinan terjadi inflamasi aktif, atau
sendi tidak digunakan stretching tetapi hanya gerakan atau mobilisasi sendi
2006).
32
sendiri dapat membatasi gerak pasif, dan lesi artikular secara reguler
perubahan jaringan lunak, tetapi karena terdapat joint play yang terbatas.
atau lebih besar sebagai problem sekunder daripada sebagai faktor primer
2006).
1) Refleks relaksasi
otot setelah kontraksi dapat terjadi akibat adanya aktivasi pada golgi
33
isometrik otot masih tetap dalam panjang yang sama, tetapi jaringan
dengan passive stretching itu sendiri, karena lebih besar gaya yang
sampai toleransi nyeri (pre dan post MET) maka passive torque yang
dapat meredam sensasi nyeri. Sesuai dengan teori gate control Melzack
penurunan nyeri.
36
memiliki keterbatasan gerak aktif (100 atau lebih) pada satu atau lebih
bidang gerak (rotasi, lateral fleksi, fleksi atau ekstensi) kemudian secara
repetisi dengan kontraksi isometrik 5 detik yang ringan. Pre dan post
dan lingkup gerak post test diukur satu hari setelah sesi pengobatan
2006).
meneliti efek dari aplikasi MET secara tunggal yang diarahkan pada
kontraksi yang lebih lanjut dan terjadi relaksasi (sonal, 2016). Selain
BAB III
PROSES FISIOTERAPI
A. Diagnosa Medis
Nama : Ny. A
Umur : 40 Thn
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
C. Anamnesis Khusus
kiri.
D. Inspeksi/Observasi
1. Statis : Adanya kelainan postur, pelvic bagian kiri pasien lebih rendah
2. Dinamis : pasien saat berjalan terkesan menmpukan berat badan pada sisi
E. Palpasi
Hasil : Terdapat spasme otot dan nyeri tekan pada daerah otot gluteus maximus,dan
piriformis.
1. Pemeriksaan Fisik
a. Vital Sign
Pernafasan : 20 x/menit
Suhu : 36,3 °C
Berat Badan : 52 Kg
a. Pengukuran Fisioterapi
41
b. Pemeriksaan Spesifik
Parameter VAS :
dirasakan tersebut.
Skor ODI :
dari spinal cord atau lesi pada spinal cord ( seperti; disc heniation,
piriformis
44
pasien dan satu tngan lagi di pada bagian bawah tumit. Kemudian
area tersebut.
a) Patrik tes
joint dysfunction.
menggunakan satu tangan dan tangan satunya pada sisi medial knee
Ulangi prosedur tes yang sama pada tungkai pasien yang satunya.
piriformis.
1. Diagnosa
2. Problematik Fisioterapi
a) Impairment
a. pelvic bagian kiri pasien lebih rendah daripada pelvic bagian kanan
pasien.
b. Terdapat spasme otot dan nyeri tekan pada daerah otot gluteus
maximus,dan piriformis.
46
b) Functional Limitation
b. Kesulitan berlari
c) Participation Restriction
- Menurunkan nyeri .
Teknik : Posisi pasien tidur dalam posisi tengkurap, pad dipasang pada lumbal
dan M. Piriformis
Dosis :
Frekuensi : 2 x seminggu
Intensitas : 70 MHz
Time : 10 menit
3. Strengthening Exercises
Posisi Pasien : Pasien tidur terlentang di atas bed dengan posisi tungkai
rileks
I. Evaluasi Fisioterapi
l
1 Senin, 9 Spasme otot MWD Spasme otot
hamstring dan
quadriceps
quadriceps
3 Februari Spasme otot Mwd Spasme otot
quadriceps
50
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
pasien untuk sembuh serta didukung oleh modalitas fisioterapi yang diberikan
penurunan nyeri.
B. Saran
Suatu keberhasilan terapi juga ditentukan oleh sikap dari pasien itu
sendiri, jadi perlu ada kerjasama dengan baik antara terapis, pasien serta
disarankan kepada:
b. Kepada pasien:
menimbulkan cedera.
terapi dan melakukan home program/ edukasi- edukasi yang telah diberikan
atau tenaga medis lain, bila dijumpai atau dirasakan keluhan seperti:nyeri
DAFTAR PUSTAKA
http://adeputrasuma.blogspot.com/2013/07/transcutaneous-electrical-nerve.html
http://eprints.ums.ac.id/1777/2/J100050040.pdf
http://eprints.ums.ac.id/36007/1/Naskah%20Publikasi.pdf
https://www.academia.edu/16462246/makalah_low_back_pain_atau_sakit_tulang_b
elakang
https://id.scribd.com/doc/101927057/Makalah-pre-klinis-lbp
https://www.researchgate.net/publication/253335936_Brief_review_Piriformis_syndrome
_Etiology_diagnosis_and_management.