Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN KASUS

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FRAKTUR

FIBULA DI RS. ISLAM FAISAL MAKASSAR

OLEH :

NURHIDAYAH

PO.71.3.241.17.1.036

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MAKASSAR

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

JURUSAN FISIOTERAPI

TAHUN 2019/2020
2

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan kasus paktek klinik di Ruangan Poli Fisioterapi RS. Islam Faisal Makassar

mulai tanggal 02 September sampai 27 September 2019 dengan judul kasus

“PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI FRAKTUR FIBULA DI RS.

ISLAM FAISAL” telah disetujui oleh Pembimbing Lahan (Clinical Educator) dan

Preceptor (Dosen)

Makassar,.....................................2019

Mengetahui,

Pembimbing klinik Pembimbing akademik

Rahmi Amalia Amd. Ft Fahrul Islam S.Ft Physio, M..kes

NIP. 0260150269150316 NIP. 196401071990031003


3

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga

penyusun dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Pada kesempatan kali

ini penyusun menyajikan materi yang berjudul ”penatalaksaan fisioterapi pada kasus

fraktur fibula di rs.islam faisal”.

Dalam menulis laporan ini, tentu saja penyusun mengalami beberapa kesulitan.

Namun dengan usaha dan kesungguhan dalam mengerjakan penyusunan laporan ini

akhirnya dapat menyajikan laporan ini. Penyusun mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi, Terkhusus kepada

Pembimbing Klinik Rumah sakit islam faisal.

Penyusun berharap laporan yang di susun ini dapat bermanfaat bagi kita semua

khususnya yang membaca. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran

yang membangun agar laporan ini dapat lebih baik lagi.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Makassar, 27 September 2019

Penyusun
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sering menjadi berita utama di

berbagai media. Sebagaimana diketahui, masyarakat modern menjadikan alat

transportasi sebagai kebutuhan primer.

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta orang

meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas.

Menurut Depkes RI 2011, dari banyak kasus fraktur di indonesia, fraktur ekstremitas

bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lain

yaitu sekitar 46,2%. Pada beberapa kasus post fraktur, pasien sering mengalami

keterlambatan pergerakan karena adanya kelemahan otot dan keterbatasan rentang

gerak (Purwanti, 2013). Dalam hal ini, peran fisioterapis dibutuhkan untuk membantu

pemulihan pasien pasca fraktur, sesuai dengan keputusan menteri kesehatan Republik

Indonesia nomor 376/MENKES/SK/III/2007 bahwa fisioterapi adalah bentuk

pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk

mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur

kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak,

peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.TINJAUAN PUSTAKA

a. Defenisi fraktur

fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang rawan epifisis dan

atau tulang rawan sendi. Fraktur dapat terjadi akibat peristiwa trauma tunggal,

tekanan yang berulang-ulang, atau kelemahan abnormal pada tulang (fraktur

patologik). Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan

berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan,

pemuntiran, atau penarikan. Fraktur dapat disebabkan trauma langsung atau

tidak langsung. Trauma langsung berarti benturan pada tulang dan

mengakibatkan fraktur di tempat itu. Trauma tidak langsung bila titik tumpu

benturan dengan terjadinya fraktur berjauhan. Tekanan yang berulang-ulang

dapat menyebabkan keretakan pada tulang. Keadaan ini paling sering ditemui

pada tibia, fibula, atau metatarsal. Fraktur dapat pula terjadi oleh tekanan yang

normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu

sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget).

Definisi Fraktur 1/3 proximal Fibula Menurut Helmi (2013) Fraktur adalah

hilangnya kontinuitas tulang atau patah tulang akibat trauma atau tenaga fisik.

Fraktur 1/3 proximal fibula adalah terputusnya hubungan tulang fibula bagian
6

proximal. fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang artinya terjadi

pemutusan tulang maupun jarigan kartilago. Kejadian ini dapat inkomplit atau

komplit sebagai akibat trauma. Energi yang sampai ke tulang melebihi dari

batas kekuatan tulang sehingga terjadi fraktur. Energi yang sampai ke tulang

tergantung dari jenis (ringan, berat, dsb), arah dan kecepatan trauma tersebut.

Trauma dapat langsung (direct), seperti terkena pukulan dari benda yang

bergerak atau kejatuhan maupun dipukul, atau tidak langsung (indirect), seperti

gaya memutar atau gaya membengkok pada tulang. Gaya ini juga sering

mengakibatkan terjadinya dislokasi. Apabila kondisi tulang tempat terjadi

fraktur tersebut terdapat kelainan patologis seperti tumor atau osteoporosis /

osteomalacia maka disebut fraktur patologis. Trauma lain yang menyebabkan

fraktur adalah gaya penekanan yang terus - menerus (chronic stress / overuse)

yang disebut fatique fracture.

b. Anatomi dan fisiologi

1. anatomi

Fibula merupakan tulang yang panjang, langsing, terletak di sebelah

lateral tibia. Epiphysis proximalis membulat disebut capitulum fibulae. Ke arah

proximal meruncing menjadi apex. Pada capitulum terdapat dua dataran sendi

yang disebut facies articularis capitulli fibulae, untuk bersendi dengan tibia.

Pada corpus terdapat empat buah crista yaitu, crista lateralis, crista anterior,
7

crista medialis dan crista interosssea. Datarannya ada tiga buah yaitu facies

lateralis, facies medialis dan facies posterior. Pada bagian distal ke arah lateral

membulat menjadi maleolus lateralis.

2. Fisiologi

Menurut Long, B.C, fungsi tulang secara umum yaitu :

1. Menahan jaringan tubuh dan memberi bentuk kepada

kerangka tubuh.

2. Melindungi organ-organ tubuh (contoh:tengkorak

melindungi otak)

3. Untuk pergerakan (otot melekat kepada tulang untuk

berkontraksi dan bergerak).

4. Merupakan gudang untuk menyimpan mineral (contoh

kalsium dan posfor)

5. Hematopoiesis (tempat pembuatan sel darah merah dalam

sum-sum tulang).

c. Patofisiologi

Fraktur dapat terjadi karena trauma / rudapaksa sehingga dapat

menimbulkan luka terbuka dan tertutup. Fraktur luka terbuka memudahkan

mikroorganisme masuk kedalam luka tersebut dan akan mengakibatkan

terjadinya infeksi.
8

Pada fraktur dapat mengakibatkan terputusnya kontinuitas jaringan

sendi, tulang bahakan kulit pada fraktur terbuka sehingga merangsang

nociseptor sekitar untuk mengeluarkan histamin, bradikinin dan prostatglandin

yang akan merangsang serabut A-delta untuk menghantarkan rangsangan nyeri

ke sum-sum tulang belakang, kemudian dihantarkan oleh serabut-serabut saraf

aferen yang masuk ke spinal melalu “dorsal root” dan sinaps pada dorsal horn.

Impuls-impuls nyeri menyeberangi sum-sum belakang pada interneuron-

interneuron dan bersambung dengan jalur spinal asendens, yaitu spinothalamic

tract (STT) dan spinoreticuler tract (SRT). STT merupakan sistem yang

diskriminatif dan membawa informasi mengenai sifat dan lokasi dari stimulus

kepada thalamus kemudian ke korteks untuk diinterpretasikan sebagai nyeri.

Nyeri bisa merangsang susunan syaraf otonom mengaktifasi

norepinephrin, sarap msimpatis terangsang untuk mengaktifasi RAS di

hipothalamus mengaktifkan kerja organ tubuh sehingga REM menurun

menyebabkan gangguan tidur.

Akibat nyeri menimbulkan keterbatasan gerak (imobilisasi) disebabkan

nyeri bertambah bila digerakkan dan nyeri juga menyebabkan enggan untuk

bergerak termasuk toiletening, menyebabkan penumpukan faeses dalam colon.

Colon mereabsorpsi cairan faeses sehingga faeses menjadi kering dan keras dan

timbul konstipasi.
9

Imobilisasi sendiri mengakibatkan berbagai masalah, salah satunya

dekubitus, yaitu luka pada kulit akibat penekanan yang terlalu lama pada

daerah bone promenence.

Perubahan struktur yang terjadi pada tubuh dan perasaan ancaman akan

integritas stubuh, merupakan stressor psikologis yang bisa menyebabkan

kecemasan.

Terputusnya kontinuitas jaringan sendi atau tulang dapat

mengakibatkan cedera neuro vaskuler sehingga mengakibatkan oedema juga

mengakibatkan perubahan pada membran alveolar (kapiler) sehingga terjadi

pembesaran paru kemudian terjadi kerusakan pada pertukaran gas, sehingga

timbul sesak nafas sebagai kompensasi tubuh untk memenuhi kebutuhan

oksigen.

d. Etiologi

Secara umum penyebab fraktur karena kegagalan tulang menahan tekanan

berupa memutar, membengkok atau tarikan. Fraktur fibula dapat terjadi akibat

adanya daya putar atau puntir pada tulang kaki (Helmi, 2013).

e. Klasifikasi Fraktur

a. Komplit - tidak komplit - Fraktur komplit : garis patah melalui seluruh

penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat


10

pada foto. - Fraktur tidak komplit : garis patah tidak melalui seluruh

penampang tulang seperti:

1. Hairline fracture (patah retak rambut)

2. Buckle fracture atau torus fracture (terjadi lipatan dari satu

korteks dengan kompresi tulang spongiosa dibawahnya).

3. Greenstick fracture (mengenai satu korteks dengan angulasi

korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak)

b. Bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma - garis

patah melintang

a. garis patah oblique

b. garis patah spiral

c. fraktur kompresi

d. fraktur avulsi

c. Jumlah garis patah

a. fraktur kominutif : garis patah lebih dari satu dan saling

berhubungan

b. fraktur segmental : garis patah lebih dari satu tetapi tidak

berhubungan. Bila dua garis patah disebut pula fraktur bifokal.

c. fraktur multipel : garis patah lebih dari satu tetapi pada tulang yang

berlainan tempatnya.

Bergeser - tidak bergeser


11

a. fraktur undisplaced (tidak bergeser) : garis patah komplit tetapi

kedua fragmen tidak bergeser. Periosteumnya masih utuh.

b. Fraktur displaced (bergeser) : terjadi pergeseran fragmen-fragmen

fraktur yang juga disebut dislokasi fragmen.

e. Terbuka – tertutup

a. Fraktur tertutup : bila tidak ada luka yang menghubungkan fraktur

dengan udara luar atau permukaan kulit.

b. Fraktur terbuka : bila terdapat luka yang menghubungkan tulang

yang fraktur dengan udara luar atau permukaan kulit. Fraktur

terbuka dibagi menjadi 3 derajat yang ditentukan oleh berat

ringannya luka dan berat ringannya patah tulang.

Grade I : luka biasanya kecil, luka tusuk yang bersih pada tempat

tulang menonjol keluar. Terdapat sedikit kerusakan pada jaringan lunak,

tanpa penghancuran dan fraktur tidak kominutif.

Grade II : luka > 1 cm, tetapi tidak ada penutup kulit. Tidak

banyak terdapat kerusakan jaringan lunak, dan tidak lebih dari

kehancuran atau kominusi fraktur tingkat sedang.

Grade III : terdapat kerusakan yang luas pada kulit, jaringan

lunak dan struktur neurovaskuler, disertai banyak kontaminasi luka. III

A : tulang yang mengalami fraktur mungkin dapat ditutupi secara

memadai oleh jaringan lunak. III B : terdapat pelepasan periosteum dan


12

fraktur kominutif yang berat. III C : terdapat cedera arteri yang perlu

diperbaiki, tidak peduli berapa banyak kerusakan jaringan lunak yang

lain.

d. Fraktur dibagi ke dalam 3 klasifikasi sebagai berikut :

a. Klasifikasi Jenis

Jenis fraktur pada ini adalah fraktur transversal yaitu fraktur yang

arahnya melintang pada tulang (Helmi, 2013).

b. Klasifikasi Penyebab

Penyebab fraktur pada kasus ini karena fraktur traumatik, yaitu

fraktur yang disebabkan trauma yang mengenai tulang secara tiba-

tiba dan tulang tidak bisa menahan sehingga terjadi fraktur (Helmi,

2013).

c. Klasifikasi klinis

Fraktur pada karya ilmiah ini menurut klasifikasi klinis adalah

Fraktur terbuka, yaitu fraktur yang memiliki luka pada kulit dan

jaringan lunak di sekitar area fraktur.

f. Patofisiologi

 Inflamasi

yaitu suatu proses pendarahan. Inflamasi biasanya ditandai dengan

nyeri dan pembengkakan. Inflamasi berlangsung beberapa hari.

 Proliferasi
13

yaitu proses dimana jaringan seluler yang berisi cartilago keluar dari

ujung-ujung fragmen.

 Klasifikasi

yaitu Pembentukan callus dimana cartilago tumbuh dan mencapai

sisi lain sampai celah-celah fraktur terhubungkan, Fase

pembentukan ini berlangsung 2 sampai 6 minggu.

 Remodeling

Remodeling merupakan tahap akhir dari perbaikan tulang,

pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke bentuk

dan susunan semula. Tahap ini berlangsung berbulan-bulan sampai

bertahuntahun tergantung pada berat-ringannya modifikasi tulang

yang dibutuhkan.

g. Tanda dan Gejala Klinis Post Fraktur

o Tanda dan gejala klinis fraktur diantaranya nyeri akut, oedema,

hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas dan krepitasi.

Tetapi tidak semua tanda tersebut ada dalam setiap kasus fraktur

(Johnson, 2010).

h. Beberapa Komplikasi Proses Penyambungan Fraktur


14

Ada tiga istilah dalam proses abnormal penyambungan fraktur yaitu:

penyambungan lambat (slow union), delayed union dan non-union.

Penyambungan lambat yaitu penyambungan fraktur membutuhkan waktu lama

dibanding dengan waktu biasanya (normal), tetapi stadium proses

penyambungan berjalan seperti normal tanpa ada pergeseran. Penderita cukup

diberi pengertian dan menjaga kondisi kesehatan yang baik. Adapun delayed

union adalah union gagal terjadi dalam waktu yang diperkirakan. Perbedaannya

dengan penyambungan lambat dapat dilihat pada radiograph terjadi perubahan

abnormal di tulang pada delayed union.

Permasalahannya adalah kesukaran dalam menentukan bahwa kondisi

ini akan berlanjut union atau berakhir menjadi non-union. Oleh sebab itu dalam

waktu dua bulan tidak ada tanda-tanda union periu dinilai fiksasinya pada

radiograph penderita Bila yakin tidak akan terjadi non-union maka fiksasi

dilanjutkan. Setelah 4-6 minggu dinilai kembali secara radiograph dan apabila

tidak ada perubahan maka terapi secara aktif seperti pembedahan memperbaiki

fiksasi dsb periu dipikirkan. 11. Menjelaskan terjadinya union yang abnormal

Pada non-union yaitu fraktur gagal terjadinya penyambungan artinya fragmen

fraktur tidak akan pernsah bersatu lagi. Ada dua tipe yang perlu Anda ketahui

yaitu:

1). Hypertrophic non-union atau disebut juga elephant foot appearance,

dimana ujung fragmen fraktur pada radiograph terlihat sklerotik dan


15

melebar. Garis fraktur masih teriihat jelas dengan disertai gap yang

berisi kartilago atau jaringan fibrus. Adanya peningkatan densitas

tulang menunjukan vaskularisasi disitu baik. Oleh karena itu perbaikan

fiksasi akan terjadi mineralisasi jaringan fibrus dan kartilago di gap

tersebut menjadi tulang dan bone induction.

2). Atrophic non-union di tempat fraktur tidak terjadi kegiatan sel-sel,

sehingga ujung-ujung terlihat menyepit, bunder, osteoporortik dan

umumnya avaskular. Oleh sebab itu perlu pemasangan fiksasi yang

kaku, membuang jaringan fibrus diantra fragmen, dekortikasi dan

grafting. Proses penyambungan fraktur berjalan normal tapi terdapat

angulasi atau rotasi maupun sedikit deformitas yang mempunyai potensi

akan gangguan fungsi atau terjadi pemendekan tulang (discrepancy)

yang tidak dapat ditolerir maka akan mengganggu fungsi ekstremitas

tersebut. Hal tersebut diatas disebut malunion. Periu Anda ketahui

bahwa pemendekan 1-1,5 cm dapat diterima.

I. Penyembuhan fraktur

Proses penyembuhan pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu:

 Fase Hematoma
16

Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang, maka pembuluh darah kecil

yang melewati kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan

pada daerah fraktur dan akan membentuk hematoma di antara kedua sisi

fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum. Periosteum

akan terdorong dan dapat mengalami robekan akibat tekanan hematoma

sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak.

Osteosit dengan lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah

fraktur akan kehilangan darah dan mati, yang akan menimbulkan suatu

daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur segera

setelah trauma.

 Radang dan proliferasi seluler

Dalam delapan jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai

proliferasi sel di bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang

tertembus. Ujung fragmen dikelilingi oleh jaringan sel, yang

menghubungkan tempat fraktur. Hematoma yang membeku perlahan-

lahan diabsorpsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke daerah itu.

 Fase pembentukan kalus

Sel yang berkembang biak memiliki potensi krondrogenik dan

osteogenik. Apabila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai

membentuk tulang dan dalam beberapa keadaan juga kartilago.

Populasi sel sekarang juga mencakup osteoklas (mungkin dihasilkan


17

pembuluh darah baru) yang mulai membersihkan tulang yang mati.

Massa sel yang tebal, dengan pulau-pulau tulang yang immatur dan

kartilago, membentuk kalus atau bebat pada permukaan periosteal dan

endosteal. Sementara tulang fibrosa yang immature (atau anyaman

tulang) menjadi lebih padat, gerakan pada tempat fraktur semakin

berkurang dan pada empat minggu setelah cedera, fraktur menyatu.

 Fase konsolidasi

Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut, anyaman tulang

berubah menjadi tulang lamelar. Sistem itu sekarang cukup kaku untuk

memungkinkan osteoklas menerobos melalui reruntuhan pada garis

fraktur, dan dekat dibelakangnya osteoblas mengisi celah-celah yang

tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses

yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang cukup

kuat untuk membawa beban yang normal.

 Fase remodeling

Fraktur telah dijembatani oleh suatu manset tulang yang padat. Selama

beberapa bulan, atau bahkan beberapa tahun, pengelasan kasar ini

dibentuk ulang oleh proses resorpsi dan pembentukan tulang yang terus

menerus.lamela yang lebih tebal diletakkan pada tempat yang

tekanannya tinggi, dinding-dinding yang tidak dikehendaki dibuang,


18

rongga sumsum dibentuk. Akhirnya, dan terutama pada anakanak

tulang akan memperoleh bentuk yang mirip bentuk normalnya.

B. ASSESMENT FISIOTERAPI.

Assesment atau pemeriksaan merupakan komponen penting dalam menejemen

penatalaksanaan fisioterapi. Tindakan ini bertujuan untuk menegakkkan

diagnosis dan pedoman dalam pelaksaan terapi terhadap keluhan yang dialami

pasien. Baik berupa anamnesis maupun berupa pemeriksaan. dengan anamnesis

dan pemeriksaan yang terarah dan terstruktur dapat di peroleh diagnosa yang

tepat. Berikut langkah langkah anamnesis dan pemeriksaan.

1. Anamnesis

Merupakan suatu cara pengumpulan data dengan cara tanya jawab antara

terapis dengan pasien atau keluarga pasien, baik itu meliputi : nama, umur, jenis

kelamin, serta pekerjaan dan hal hal yang berkaitan dengan penderita. Dari hasil

anamnesis yang di peroleh dari penerita bahwa :nama pasien nyonya Anisa

Maulinda, Umur 17 tahun, jenis kelamin : perempuan, pekerjaan : siswa, dan

beralamatkan : barongan kudus RT 02 /rw 01.

a. Keluhan utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang di rasakan oleh pasien sehingga

mendorong pasien untuk mencari pengobatan atas apa yang di deritanya.

Berdasarkan keluhan pasien di peroleh hasil adanya nyeri pada kaki sebelah kiri

baik itu dalam keadaan diam, tekan maupun gerak, adanya keterbatasan gerak,
19

ada nya kelemahan otot penggerak lutut dan pinggul dan adanya bengkak pada

knee sebelah kiri.

b. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit dahulu perlu diketahui karena mungkin ada kaitanya dengan

penyakit yang di derita sekarang. Dari kasus ini diperoleh bahwa pasien belum

pernah mengalami patah tulang paha pada lokasi yang sama maupun bagian

tubuh yang lain.

2. Pemeriksaan fisioterapi

a. Pemeriksaan fisik.

Pemeriksaan tanda tanda vital bertujuan untuk memantau dan menilai fungsi

fisiologis organ vital tubuh. Adapun pemeriksaan yang dilakukan antara lain :

- Tekanan darah

- Denyut nadi

- Pernafasan

- Temperatur

 Inspeksi

Inspeksi (statis dan dinamis) (posture, bengkak, gait, tropic, change,

dll):Inspeksi adalah pemeriksaan dengan cara mengamati setiap pasien secara

tepat dan Dilakukan observasi terhadap sikap tubuh. Pemeriksaan statis adalah
20

mengamati tubuh pasien dalam kondisi pasien diam sedangkan Pemeriksaan

dinamis adalah mengamati pasien dalam kondisi tubuh pasien bergerak.dari

pemeriksaan inspeksi di peroleh hasil : Pemeriksaan statis pada pemeriksaan

ini di dapat hasi kondisi umum pasien baik, terlihat adanya bengkak pada knee

sebelah kiri. Pemeriksaan dinamis : pada pemeriksaan ini pasien duduk di tepi

bed dan belum bisa berjalan menggunakan kruk maupun walker dan di peroleh

hasil pasien nampak menahan rasa sakit ketika menggerakkan lutut sebelah kiri

baik gerakkan ekstensi maupun fleksi.

 Palpasi

Palpasi (Nyeri, spasme, suhu lokal, tonus, bengkak, dll). Pemeriksaan dengan

cara meraba dan menekan pada bagian tubuh pasien untuk mengetahui adanya

spasme otot, perbedaan suhu lokal, adanya nyeri, kelainan tonus otot, dan

adanya bengkak dll.

b. Pemeriksaan gerak dasar

Pemeriksaan gerak adalah pemeriksaan dengan cara melakukan gerakan yang

terdiri dari gerakan pasif, aktif dan isometrik melawan tahanan.

 Pemeriksaan gerak pasif

Suatu cara pemeriksaan gerak yang di lakukan dengan cara di bantu oleh

terapis atau dari luar dalam keadaan pasif dan rileks.

 Pemeriksaan gerak aktif


21

Suatu cara pemeriksaan dengan pasien melalukan gerakan tanpa adanya

bantuan dari terapis tujuan terapis hanya sebagai pemberi arahan.

 Pemeriksaan gerak isometrik melawan tahanan

Pemeriksaan gerak yang dimana pasien di minta menggerakkan secara

aktif, sementara terapis memberikan tahanan yang berlawanan arah dengan

gerakan yang di lakukan oleh penderita. Pemeriksaan pada kasus ini pasien

belum mampu melakukan gerakan isometrik melawan tahanan dikarenakan

adanya nyeri pada luka incisi pada area 1/3 distal femur sinistra bagian lateral.

c. Pemeriksaan khusus.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk memperjelas permasalahan yang dihadapi.

1) Pengukuran skala nyeri

Nyeri merupakan pemeriksaan yang dilakukan secara objektif. Untuk

mengukur nyeri dapat menggunakan berbagai macam skala nyeri sperti VAS

(visual analog scale). VAS adalah alat untuk mengukur rasa sakit secara

obyektif merupakan bagian penting dari perawatan kesehatan, baik dalam

pemantauan kesehatan kronis maupun dalam pengaturan akut.

2) Pemeriksaan kekuatan otot.

Pemeriksaan kekuatan otot adalah pemeriksaan yang di tujukan untuk

mengetahui nilai otot secara aktif. Pemeriksan kekuatan otot menggunkan


22

MMT yang akan membantu penegakan diagnosis, penentuan jenis terapi, jenis

alat bantu yang di perlukan. Pemeriksaan LGS

Pemeriksaan LGS (lingkup gerak sendi) adalah gerakan dalam keadaan normal

dapat di lakukan oleh sendi yang besangkutan. pengukuran ini menggunakan

alat goneometer.

B. Diagnosa fisioterapi

1. Impairment :

a. Penurunan mobilitas sendi hip dan knee.

b. Penurunan kekuatan otot quadrisep dan hamstring

2. Functional limitations

a. Tidak mampu berdiri dengan menumpu pada ke 2 kaki secara penuh.

b. Belum mampu toileting, mandi secara mandiri.

3. Disability

C. Tujuan Fisioterapi

Tujuan fisioterapi merupakan tujuan yang dicapai dari pelaksanaan fisioterapi

diatas, maka dapat ditentukan tujuan jangka pendek maupun jangka panjang

fisioterapi sesuai dengan keadaan pasien

1. Tujuan jangka pendek


23

a. Mengurangi nyeri

b. Meningkatkan kekuatan otot

c. Meningkatkan LGS sendi hip dan knee.

d. Mengurangi oedem

2. Tujuan jangka panjang

Menjaga dan meningkatkan aktifitas fungsional seperti berdiri dengan

menumpu pada ke 2 kaki secara penuh. toileting, mandi, naik turun tangga

secara mandiri.

G. Intervensi Fisioterapi

Untuk kasus fraktur fibula 1/3 proximal dextra mengunakan intervensi sinar

infra red (IR) dan terapi latihan Pelaksanaan fisioterapi Demi mencapai tujuan

fisioterapi yang sesuai dengan kaedaan pasien yang dimana intervensi yang di

gunakan pada kasus fraktur fibula 1/3 proximal adalah :

1. Infra Red (IR)

o Definisi Terapi Infra red (IR)

Terapi infra red adalah salah satu jenis terapi dalam bidang Ilmu

Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi yang menggunakan gelombang


24

elektromagnetik infra merah dengan karakteristik gelombang adalah

panjang gelombang 770nm-106 nm, berada di antara spektrum

gelombang cahaya yang dapat dilihat dengan gelombang microwave,

dengan tujuan untuk pemanasan struktur muskuloskeletal yang terletak

superfisial dengan daya penetrasi 0,8-1mm.

o Efek Samping Terapi Infra red (IR)

Secara umum terapi infrared (IR) sangat jarang menimbulkan efek

samping, bila terjadi efek samping pun bersifat reversibel atau dapat

kembali sempurna setelah terapi dihentikan atau dalam waktu 2-3

hari.Efek samping yang dapat terjadi:

- Luka bakar derajat ringan.

- Bertambahnya peradangan.

2. Transcutaneuous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS) merupakan suatu

cara penggunaan energi listrik yang digunakan untuk merangsang sistem

saraf dan peripheral motor yang berhubungan dengan perasaan melalui

permukaan kulit dengan penggunaan energi listrik dan terbukti efektif

untuk merangsang berbagai tipe nyeri. TENS mampu mengaktivasi baik

syaraf berdiameter besar maupun kecil yang akan menyampaikan

berbagai informasi sensoris ke saraf pusat. Efektifitas TENS dapat

diterangkan lewat teori gerbang kontrol. TENS memiliki tiga bentuk

pulsa, antara lain adalah:


25

1.) Monophasic memiliki bentuk gelombang rectangular, trianguler dan

gelombang separuh sinus searah.

2.) Biphasic memiliki bentuk gelombang simetris.

3.) Polyphasic ada rangkaian gelombang sinus dan bentuk interfensi

atau campur.

Dosis : Kondisi osteoathritis menggunakan TENS konvensional

dengan pulsa pendek sekitar 50 ms pada 40-150 Hz, dengan

frekwensi tinggi dan intensitas rendah ber-durasi 200 msec. Tipe

konvensional dapat mengurangi nyeri dalam waktu 10 – 15 menit

dengan lama pemberian antara 30 menit. Intensitas rendah akan

mengstimulasi serabut Ab untuk menginhibisi nyeri dengan pain

gate mechanism.

3. Terapi latihan

- Passive Movement exercise

Adalah latihan gerakan yang dilakukan oleh bantuan dari luar

misalnya dari fisioterapis atau dari alat tanpa mengandalkan gerakan

otot pasien. Menurut Kisner and Colby (2007) gerak passive movement

menyebabkan efek penurunan nyeri akibat incisi serta mencegah

keterbatasan gerak dan menjaga elastisitas otot.

- Active movement exercise


26

Adalah latihan gerakan yang dilakukan secara aktif tetapi

dibantu tenaga dari luar. Gerakan terjadi karena adanya kerja oot

melawan gravitasi dan dibantu gerakan dari luar sehingga merangsang

rileksasi propioseptif. Latihan jenis ini bertujuan untuk mengurangi

nyeri, mengembangkan koordinasi dan keterampilan untuk aktifitas

fungsional. Tiap gerakan dilakukan sampai batas nyeri pasien.


27

BAB III

PROSES FISIOTERAPI

A. Anamnesis umum

Nama : tn.darwis

Umur : 65 tahun

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : jln.bonto dengape stapa

Pekerjaan : pensiunan

B. Anamnesis khusus

Keluhan utama : keterbatasan gerak,gangguan ADL

lokasi keluhan : tungkai dextra

Riwayat penyakit : asam urat

Riwayat penyakit sekarang : pasien sudah mengalami sekitaran 1 bulan yang

lalu pasien sedang mengendarai sepeda dan tiba-tiba disambar motor

sehingga pasien mengalami fraktur pada bagian fibula.


28

C. Pemeriksaan vital sign

- Tekanan darah : 110/80 mmhg

- Denyut nadi : 80x /menit

- Frekuensi pernapasan : 20x/menit

- Suhu : 36,50c

D. Inspeksi / observasi

a. Statis : Nampak coxavara

b. Dinamis : Pasien datang menggunakan tongkat, menggunakan

gips, dan pasien tidak dapat menumpukan berat

badannya pada kedua tungkai

c. Palpasi : Tidak terdapat oedem pada lutut ,adanya penurunan

massa otot pada area paha.

E. pemeriksaan fungsi gerak dasar

1. Gerakan Aktif

KETERBATASAN HASIL
29

FLEKSI Ada keterbatasan Nyeri

EKSTENSI Ada keterbatasan nyeri

2. Gerakan Pasif

KETERBATASAN HASIL

FLEKSI Ada keterbatasan nyeri

EKSTENSI Ada keterbatasan Nyeri

3. Gerakan timt

KETERBATASAN HASIL

FLEKSI Ada keterbatasan nyeri

EKSTENSI Ada keterbatasan nyeri

F. Pemeriksaan spesifik

1. Tes JPM (Joint play movement)

 Traksi : tujuannya untuk menangani fraktur ,dislokasi, atau spasme otot

dalam usaha untuk memperbaiki deformitas dan mempercepat

penyembuhan.
30

 Vas ( Visual Analog Scale )

o Nyeri sedang ( 4 )

 MMT ( Manual Muscle Testing )

Nilai Otot :

0 : Tidak dapat melakukan kontraksi.

1 : Terjadi kontraksi otot namun tidak ada gerakan

2 : Otot dapat berkontraksi tetapi tidak dapat menggerakkan bagian tubuh

melawan gravitasi.

3 : Otot berkontraksi dan menggerakkan bagian tubuh secara penuh melawan

gravitasi tetapi belum dapat melawan resistensi.

4 : Otot mampu berkontraksi dan menggerakkan tubuh melawan tahanan

minimal.

5 : Otot berfungsi normal dan mampu melawan tahanan maksimal.


31

Hasil : Nilai Otot 4

G. Diagnose dan problematika fisioterapi

- Diagnose fisioterapi :

fraktur pada bagian fibula tungkai kanan

- Problematika fisioterapi:

 Impairment

Penurunan mobilitas sendi hip dan knee

Penurunan kekuatan otot quadricep dan hamstring

 Functional limitation

Tidak mampu berdiri dengan menumpu pada kedua kaki secara penuh

 Participation restraction

Terhambat dalam melakukan kegiatan sehari-hari

H. program intervensi fisioterapi

a. Infra Merah

Penggunaan infra merah pada kasus post fraktur adalah untuk menaikan

temperatur pada jaringan sehingga menimbulkan vasodilatasi pembuluh

darah selain itu pemanasan yang ringan pada otot akan menimbulkan

pengaruh sedatif terhadap ujung-ujung syaraf sensoris.


32

a. Persiapan alat

Semua saklar dalam keadaan aman atau off. Pastikan kabel tidak saling

bersilangan dan tidak kontak dengan pasien.

b. Persiapan pasien

Posisi kan pasien supine laying. Kemudian jelaskan kepada pasien tujuan

dari infra red, jelaskan rasa hangat yang akan timbul. Kemudian pastikan

pasien terhindar atau terbebas dari benda metal dan kain yang dapat

menutupi bagian tungkai yang akan di sinar oleh infra red.

c. Pelaksanaan fisioterapi

Posisi pasien tidur terlentang atau supine lying. Sinar IR harus tegak lurus

dengan area yang mau diterapi, Area yang mau diterapi bebas dari pakaian

atau pun benda logam yang dapat menghalangi sinar untuk melakukan

penetrasi ke tubuh pasien , atur jarak kurang lebih 45-60 cm (non luminus)

dengan waktu terapi selama 15 menit. Apabila pasien merasakan terlalu

panas, maka jaraknya bisa ditambah dengan cara menggeser sinar IR agak

jauh. Selama terapi, Terapis selalu mengkontrol kondisi pasien.

FUNGSI:

o Mengaktifkan molekul air dalam tubuh


33

o Meningkatkan temperature kulit

o Memperbaiki sirkulasi darah

b. Tens (transcutaneous electrical stimulation)

suatu cara energi listrik yang berguna untuk merangsang system

saraf melalui permukaan kulit dan terbukti efektif untuk mengurangi

berbagai rasa nyeri.

INSTRUKSI KERJA ALAT:

- pastikan semua alat dalam keadaan nol

- kemudian pad dibasahi dengan air biasa,lalu pad tersebut di pasang ke

dalamelektroda

- pemanasan alat diyakinkan tombol intensitas off

- lepaskan semua metal diarea terap

- setelah itu pad diletakkan pada area yang nyeri

- atur intensitas sesuai toleransi pasien dengan durasi 15 menit

FUNGSI:

- memelihara fisiologis otot dan mencegah artropi otot

- memperlancar peredaran darah dan memperlancar reabsorbsi oedema


34

c. Terapi latihan

Menurut Arovah (2010) ada banyak jenis terapi latihan, yang

digunakan dalam kasus fraktur proximal fibula proximal ini antara lain

1) PassiveMovement exercise

Adalah latihan gerakan yang dilakukan oleh bantuan dari luar

misalnya dari fisioterapis atau dari alat tanpa mengandalkan gerakan

otot pasien. Menurut Kisner and Colby (2007) gerak passive movement

menyebabkan efek penurunan nyeri akibat incisi serta mencegah

keterbatasan gerak dan menjaga elastisitas otot.

Pasive exercise. :

a. Persiapan pasien

Posisi pasien tidur terlentang atau supine lying

b. Posisi terapis

Posisi terapis di sisi kiri pasien atau pada tungkai yang sakit.

c. Pelaksanaan fisioterapi

Pasien melakukan gerakan ekstensi dengan kontraksi isometrik

sebesar 20 sampai 30 persen pada lutut secara aktif dengan terapis


35

memberi tahanan pada pergelanggan kaki pasien. Kemudian pasien

diminta merileksasikan pada hitungan ke 8 setalah itu fleksikan knee

secara pasif. Latihan ini di lakukan sebnyak 5-8 kali pengulangan.

2) Assisted Active movement exercise

Adalah latihan gerakan yang dilakukan secara aktif tetapi

dibantu tenaga dari luar. Gerakan terjadi karena adanya kerja oot

melawan gravitasi dan dibantu gerakan dari luar sehingga merangsang

rileksasi propioseptif. Latihan jenis ini bertujuan untuk mengurangi

nyeri, mengembangkan koordinasi dan keterampilan untuk aktifitas

fungsional. Tiap gerakan dilakukan sampai batas nyeri pasien.

Actif exercise :

a. Persiapan pasien :Posisi pasien tidur terlentang atau supine lying

b. Posisi terapis : Di sisi kiri tungkai sakit pasien.

c. Pelaksanaan fisioterapi

Pasien diminta untuk menggerakkan ekstensi dengan kontraksi

isometrik sebesar 20 sampai 30 persen pada lutut secara aktif dengan

terapis memberi tahanan pada pergelanggan kaki pasien. Kemudian


36

pasien diminta merileksasikan pada hitungan ke 8 setalah itu fleksikan

knee secara pasif. Latihan ini di lakukan sebanyak 5-8 kali pengulangan.

3). Statik kontraksi ( M. Quadrisep dan M. Hemstring).

- Latihan ini di gunakan untuk kontraksi otot quadrisep

a. Persiapan pasien : Posisi pasien supine lying

b. Pelaksanaan fisioterapi

Letakkan satu tangan terapis di bawah lutut kiri pasien. Kemudian

pasien diminta menekan tangan terapis ke arah bed. Dan di selingi tarik

nafas dalam yang bertujuan untuk merileksasi. Gerakan ini di lakukan

5 sampai 10 kali hitungan dan di ulang 6-8 kali.

Latihan kontraksi otot hamstring.

a. Persiapan pasien : Posisi pasien supine lying

b. Pelaksanaan fisik

Letakkan satu tangan terapis di tumit kiri pasien. Kemudian

instruksikan pasien untuk menekan tumit ke arah bed. Dan di selingi

tarik nafas dalam untuk rileksasi. Gerakan ini di lakukan 5 sampai 10

kali hitungan dan di ulang 6-8 kali.

 Evaluasi / Follow Up
37

1. Sabtu 07/09/2019

Memakai gips

masih terdapat kelemahan otot

tidak full ROM

2. Selasa 10/09/2019

Memakai gips

Masih terdapat kelemahan otot

Tidak full ROM

3. Sabtu 14/09/2019

Memakai gips

Masih terdapat kelemahan otot

Tidak full ROM

4. Selasa 17/09/2019

Sudah membuka gips

ROM sudah mulai bertambah

Nyeri sudah berkurang

5. Sabtu 21/09/2019

Sudah mulai buka gips

ROM sudah bertambah

Nyeri sudah berkurang

Anda mungkin juga menyukai