Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala nikmat dan hidayahNya, sehingga akhirnya
Sayan dapat menyelesaikan MAKALAH METODE PENELITIAN yang
berjudul“Populasi dan Sampel”. Dalam penyelesaian makalah ini, Saya menyadari
bahwa semua itu tidak terlepas dari berbagai pihak.
Saya menyadari bahwa terdapat hal-hal yang kurang sempurna dalam
penyusunan makalah ini.Oleh karena itu, Saya mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan
pihak-pihak lain yang memerlukan pada umumnya.

Makassar, 28 September 2019

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Dalam melakukan penelitian, populasi dan sampel merupakan satu


komponen yang sangat perlu diperlukan. Populasi dan sampel sebagai
keseluruhan atau sebagian contoh dari objek-objek yang diteliti. Mendengar
istilah sampel, orang akan akan cenderung menghubungkannya dengan contoh.
Misalnya ketika jalan-jalan dipusat perbelanjaan dan diberikan hadiah sabun
dalam bentuk yang lebih kecil, maka disebut sampel (contoh) sabun (asli). Lalu,
apa hubungannya sampel barang tersebut dengan statistik?
Dalam menentukan populasi dan sampel penelitian, sudah barang tentu
haruslah sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan serta haruslah tepat
dan efisien. Kendala-kendala yang timbul selayaknya dapat diantisipasi oleh
peneliti. Oleh karenanya, dalam menentukan populasi dan sampel peneliti
hendaklah memperhatikan hal-hal yang memang berkaitan dengan populasi dan
sampel, sehingga didapatkan sampel yang tepat.
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Populasi dan Sampel?
b. Apa Alasan Dalam Pemilihan Sampel?
c. Bagaimana Syarat-syarat Sampel yang Baik?
d. Bagaimana Ukuran Sampel?
e. Bagaimana Teknik Sampling?
f. Apa Faktor yang Mempengaruhi Besar Sampel?

C. Tujuan
a. Untuk Megetahui Pengertian Populasi dan Sampel.
b. Untuk Megetahui Alasan Dalam Pemilihan Sampel.
c. Untuk Megetahui Syarat-syarat Sampel yang Baik.
d. Untuk Megetahui Ukuran Sampel.
e. Untuk Megetahui Teknik Sampling.
f. Untuk Megetahui Faktor yang Mempengaruhi Besar Sampel.
BAB II
PEMBAHASAN

A. DefinisI populasi dan sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi berupa subjek atau objek yang diteliti untuk
dipelajari dan diambil kesimpulan. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi
yang diteliti.

Dengan kata lain, sampel merupakan sebagian atau bertindak sebagai perwakilan dari
populasi sehingga hasil penelitian yang berhasil diperoleh dari sampel dapat
digeneralisasikan pada populasi.

Penarikan sampel diperlukan jika populasi yang diambil sangat besar, dan peneliti
memiliki keterbatasan untuk menjangkau seluruh populasi maka peneliti perlu
mendefinisikan populasi target dan populasi terjangkau baru kemudian menentukan
jumlah sampel dan teknik sampling yang digunakan.

B. Alasan Pengambilan Sampel Penelitian


Setiap penelitian yang dimaksudkan untuk menarik generalisasi, mau tidak
mau, akan berhadapan dengan masalah pemilihan dan pengambilan sampel. Dalam
hubungan ini, pemilihan sesuatu teknik masalah bisa dinalar kesesuaiannya dengan
karakteristik populasi yang hendak diteliti. Pengambilan sampel secara random yang
dapat diperhatikan tingkat keakuratan sehingga berlakunya kesimpulan terhadap
populasi dari sampel yang diambil. Karenanya, teknik-teknik non random, hanya
relevan digunakan untuk yang bersifat eksplorasi atau penjajakan; bukan untuk
menarik inferensi terhadap populasi.
Mengenai kememadaian jumlah (adequency) dari suatu sampel, pada
prinsipnya, semakin besar jumlah sampel akan semakin kecil kemungkinan kesalahan
inferensi yang dikarenakan kesalahan sampel; faktor variabilitas atau tingkat
heterogonitas populasi ikut mempengaruhi kemungkinan kesalahan sampel, dan
karenanya, semakin heterogen suatu populasi semakin besar pula jumlah sampel yang
sebaiknya diambil.
Bila jumlah populasi dipandang terlalu besar, dengan maksud meng-hemat
waktu, biaya, dan tenaga, penelitili tidak meneliti seluruh anggota populasi. Bila
peneliti bermaksud meneliti sebagian dari populasi saja (sampel), pertanyaan yang
selalu muncul adalah berapa jumlah sampel yang memenuhi syarat. Ada hukum
statistika dalam menentukan jumlah sampel, yaitu semakin besar jumlah sampel
semakin menggambarkan keadaan populasi.[12]
Biarpun demikian, ukuran besarnya sampel bukanlah pertimbangan satu-
satunya untuk bisa menjamin ketepatan dan keakuratan inferensi. Representatif
tidaknya sampel, berdasarkan sifat atau ciri populasi, tetapi merupakan pertimbangan
terpenting dalam memilih sampel. Sampel yang besar, akan tetapi kurang
mempertimbangkan representasi sifat-sifat atau ciri-ciri populasi sangat mungkin
melahirkan.[13]
Selain berdasarkan ketentuan di atas perlu pula penentuan jumlah sampel dikaji
dari karakteristik populasi. Bila populasi bersifat homogen maka tidak dituntut sampel
yang jumlahnya besar. Misalnya saja dalam pemeriksaan golongan darah.
Walaupun pemakaian jumlah sampel yang besar sangat dianjurkan, dengan
pertimbangan adanya berbagai keterbatasan pada peneliti, sehingga peneliti berusaha
mengambil sampel minimal dengan syarat dan aturan statistika tetap terpenuhi
sebagaimana dianjurkan oleh Isaac dan Michael. Dengan menggunakan rumus tertentu,
Isaac dan Michael memberikan hasil akhir jumlah sampel terhadap jumlah populasi
antara 10 – 100.000.[14]
Dari keterangan di atas, karakteristik populasi merupakan hal yang penting
untuk dipertimbangkan di samping kememadaian jumlahnya dalam pengambilan
sampel.
C. Syarat syarat sampel yang baik
Pertama : Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam
sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel,
makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan adalah
populasi.
Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic variance” yang
maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh
yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada
satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu
perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut
jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa
terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis
Kedua : Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi
estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan
karakteristik populasi. Contoh : Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang.
Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk
“X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk “X” per
harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan
populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8
unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata
sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.
Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi
sepenuhnya. Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat
keasalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama “sampling error” Presisi diukur oleh
simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku
yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi (, makin tinggi
pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat presisi mungkin bisa
meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan mungkin bisa
berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah ( Kerlinger, 1973 ). Dengan contoh di
atas tadi, mungkin saja perbedaan rata-rata di antara populasi dengan sampel bisa lebih
sedikit, jika sampel yang ditariknya ditambah. Katakanlah dari 50 menjadi 75.

D. Ukuran Sampel

Untuk menentukan sampel dari populasi digunakan perhitungan maupun acuan tabel
yang dikembangkan para ahli. Secara umum, untuk penelitian korelasional jumlah
sampel minimal untuk memperoleh hasil yang baik adalah 30, sedangkan dalam
penelitian eksperimen jumlah sampel minimum 15 dari masing-masing kelompok dan
untuk penelitian survey jumlah sampel minimum adalah 100.

Roscoe (1975) yang dikutip Uma Sekaran (2006) memberikan acuan umum untuk
menentukan ukuran sampel :

1. Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk kebanyakan
penelitian
2. Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
3. Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
4. Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen yang
ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel kecil antara
10 sampai dengan 20

Besaran atau ukuran sampel ini sampel sangat tergantung dari besaran tingkat ketelitian
atau kesalahan yang diinginkan peneliti. Namun, dalam hal tingkat kesalahan, pada
penelitian sosial maksimal tingkat kesalahannya adalah 5% (0,05). Makin besar tingkat
kesalahan maka makin kecil jumlah sampel. Namun yang perlu diperhatikan adalah
semakin besar jumlah sampel (semakin mendekati populasi) maka semakin kecil
peluang kesalahan generalisasi dan sebaliknya, semakin kecil jumlah sampel (menjauhi
jumlah populasi) maka semakin besar peluang kesalahan generalisasi.

E. Yang perlu diperhatikan dalam Penentuan Ukuran Sampel

Ada dua hal yang menjadi pertimbannga dalam menentukan ukuran sample. Pertama
ketelitian (presisi) dan kedua adalah keyakinan (confidence).

Ketelitian mengacu pada seberapa dekat taksiran sampel dengan karakteristik populasi.
Keyakinan adaah fungsi dari kisaran variabilitas dalam distribusi pengambilan sampel
dari rata-rata sampel. Variabilitas ini disebut dengan standar error, disimbolkan dengan
S-x

Semakin dekat kita menginginkan hasil sampel yang dapat mewakili karakteristik
populasi, maka semakin tinggi ketelitian yang kita perlukan. Semakin tinggi ketelitian,
maka semakin besar ukuran sampel yang diperlukan, terutama jika variabilitas dalam
populasi tersebut besar.
Sedangkan keyakinan menunjukkan seberapa yakin bahwa taksiran kita benar-benar
berlaku bagi populasi. Tingkat keyakinan dapat membentang dari 0 – 100%. Keyakinan
95% adalah tingkat lazim yang digunakan pada penelitian sosial / bisnis. Makna dari
keyakinan 95% (alpha 0.05) ini adalah “setidaknya ada 95 dari 100, taksiran sampel
akan mencerminkan populasi yang sebenarnya”.

F. Teknik pengambilan sampel lengkap

Cara Pengambilan Sampel bermacam-macam tergantung jenis penelitian yang akan


dilakukan. Secara garis besar, metode pengambilan sampel terdiri dari 2 kelas besar
yaitu

 Probability Sampling (Random Sample)


 Non- Probability Sampling (Non-Random Sample).

Kedua jenis tersebut terdiri dari pengambilan secara acak dan pengambilan sampel
tidak acak. Kedua jenis ini juga memiliki sub – sub lain yang diantaranya
adalah purposive sampling, snowball samping, cluster sampling dll.

PROBABILITY SAMPLING

Probability sampling adalah Metode pengambilan sampel secara random atau acak.
Dengan cara pengambilan sampel ini. Seluruh anggota populasi diasumsikan memiliki
kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian. Metode ini terbagi
menjadi beberapa jenis yang lebih spesifik, antara lain:

1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)

Pengambilan sampel acak sederhana disebut juga Simple Random Sampling. teknik
penarikan sampel menggunakan cara ini memberikan kesempatan yang sama bagi
setiap anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian. Cara pengambilannya
menggunakan nomor undian.

Terdapat 2 pendapat mengenai metode pengambilan sampel acak sederhana. Pendapat


pertama menyatakan bahwa setiap nomor yang terpilih harus dikembalikan lagi
sehingga setiap sampel memiliki prosentase kesempatan yang sama. Pendapat kedua
menyatakan bahwa tidak diperlukan pengembalian pada pengambilan sampel
menggunakan metode ini. Namun, metode yang paling sering digunakan adalah Simple
Random Sampling dengan pengembalian.

Kelebihan metode ini yaitu dapat mengurangi bias dan dapat mengetahui standard
errorpenelitian. Sementara kekurangannya yaitu tidak adanya jaminan bahwa sampel
yang terpilih benar-benar dapat merepresentasikan populasi yang dimaksud.

Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana:


Dalam suatu penelitian dibutuhkan 30 sampel, sedangkan populasi penelitian
berjumlah 100 orang. Selanjutnya peneliti membuat undian untuk mendapatkan
sampel pertama.

Setelah mendapatkan sampel pertama, maka nama yang terpilih dikembalikan lagi agar
populasi tetap utuh sehingga probabilitas responden berikutnya tetap sama dengan
responden pertama. Langkah tersebut kembali dilakukan hingga jumlah sampel
memenuhi kebutuhan penelitian.

2. Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)

Metode pengambilan sampel acak sistematis menggunakan interval dalam memilih


sampel penelitian. Misalnya sebuah penelitian membutuhkan 10 sampel dari 100
orang, maka jumlah kelompok intervalnya 100/10=10. Selanjutnya responden dibagi
ke dalam masing-masing kelompok lalu diambil secara acak tiap kelompok.

Contoh Sampel Acak Sistematis adalah pengambilan sampel pada setiap orang ke-10
yang datang ke puskesmas. Jadi setiap orang yang datang di urutan 10,20,30 dan
seterusnya maka itulah yang dijadikan sampel penelitian.
3. Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)

Metode Pengambilan sampel acak berstrata mengambil sampel berdasar tingkatan


tertentu. Misalnya penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat atas,
manajer tingkat menengah dan manajer tingkat bawah. Proses pengacakan diambil dari
masing-masing kelompok tersebut.

4. Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling)

Cluster Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok. Pengambilan sampel


jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu. Tujuan metode Cluster Random
Sampling antara lain untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang
berbeda di dalam suatu instansi.

Misalnya, penelitian tentang kepuasan pasien di ruang rawat inap, ruang IGD, dan
ruang poli di RS A dan lain sebagainya.

5. Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi Stage Sampling)

Proses pengambilan sampel jenis ini dilakukan secara bertingkat. Baik itu bertingkat
dua, tiga atau lebih.

Misalnya -> Kecamatan -> Gugus -> Desa -> RW – RT

NON- PROBABILITY SAMPLING / NON RANDOM SAMPLE

1. Purposive Sampling

Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering digunakan. Metode ini
menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria
pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan tujuan
penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang menyebabkan
calon responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari kelompok
penelitian. Misalnya, calon responden mengalami penyakit penyerta atau gangguan
psikologis yang dapat memengaruhi hasil penelitian.

Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada pasien diabetes mellitus
yang mengalami luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi yang dipakai antara lain:

1. Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada tungkai kaki)
2. Usia 18-59 tahun
3. Bisa membaca dan menulis
Kriteria eksklusi:

1. Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta lainnya seperti


gangguan ginjal, gagal jantung, nefropati, dan lain sebagainya.
2. Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.
2. Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau


korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan
sampel berikutnya, demikian secara terus menerus hingga seluruh kebutuhan sampel
penelitian dapat terpenuhi.

Metode pengambilan sampel Snowball atau Bola salju ini sangat cocok untuk
penelitian mengenai hal-hal yang sensitif dan membutuhkan privasi tingkat tinggi,
misalnya penelitian tentang kaum waria, penderita HIV, dan kelompok khusus lainnya.

3. Accidental Sampling

Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti mengambil
sampel yang kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok untuk meneliti
jenis kasus penyakit langka yang sampelnya sulit didapatkan.

Contoh penggunan metode ini, peneliti ingin meneliti tentang penyakit Steven Johnson
Syndrom yaitu penyakit yang merusak seluruh mukosa atau lapisan tubuh akibat reaksi
tubuh terhadap antibiotik.
Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit sekali menemukan kasus
tersebut. Dengan demikian, peneliti mengambil sampel saat itu juga, saat menemukan
kasus tersebut. Kemudian peneliti melanjutkan pencarian sampel hingga periode
tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.

Tehnik pengambilan sampel dengan cara ini juga cocok untuk penelitian yang bersifat
umum, misalnya seorang peneliti ingin meneliti kebersihan Kota Bandung. Selanjutnya
dia menanyakan tentang kebersihan Kota Bandung pada warga Bandung yang dia
temui saat itu.

4. Quota Sampling

Metode pengambilan sampel ini disebut juga Quota Sampling. Tehnik sampling ini
mengambil jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti.
Kelebihan metode ini yaitu praktis karena sampel penelitian sudah diketahui
sebelumnya, sedangkan kekurangannya yaitu bias penelitian cukup tinggi jika
menggunakan metode ini.

Teknik pengambilan sampel dengan cara ini biasanya digunakan pada penelitian yang
memiliki jumlah sampel terbatas. Misalnya, penelitian pada pasien lupus atau penderita
penyakit tertentu. Dalam suatu area terdapat 10 penderita lupus, maka populasi tersebut
dijadikan sampel secara keseluruhan , inilah yang disebut sebagai Total Quota
Sampling.

5. Teknik Sampel Jenuh

Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan semua
anggota populasi sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30
orang.

G.faktor-faktor yang punya pengaruh terhadap ukuran sampel yaitu:

 Derajat keragaman dari populasi


Makin besar derajat keragaman, maka ukuran sampel yang diperlukan akan lebih besar.
Sebaliknya, bila derajat keragaman kecil, maka ukuran sampel yang diperlukan juga
kecil. Populasi yang lebih seragam (homogen) memungkinkan kita mendapatkan
sampel dengan daya keterwakilan lebih efektif dan efisien. Sebaliknya, kita
memerlukan ukuran sampel lebih besar untuk menjamin aspek keterwakilan bila
populasinya tidak seragam (heterogen).
 Presisi yang ditentukan peneliti
Presisi yang lebih tinggi mengharuskan kita memperbesar peluang bahwa statistik
sesuai dengan parameter sebenarnya (true value). Mau tak mau, agar presisinya tinggi,
ukuran sampel yang kita butuhkan juga harus lebih besar. Semakin besar ukuran
sampel memberikan jaminan bahwa harapan dari statistik sama dengan nilai
parameternya.

Meski demikian, karena dalam praktiknya, tingkat presisi ini ditentukan peneliti, maka
ukuran sampel juga tak luput dari kesalahan manusia (human error). Dalam artian,
sensitivitas peneliti dalam menentukan besarnya presisi amat berpengaruh.

 Rancangan analisis
Ukuran sampel yang kita gunakan, sebesar tertentu, biasa kita yakini telah memenuhi
aspek keterwakilan dan kecukupan terhadap populasi. Namun, kebutuhan analisis yang
berbeda justru membuat ukuran sampel yang kita tentukan sebelumnya belum
mewakili dan belum cukup.

Misalkan, bila awalnya kita menentukan unit analisis dari penelitian kita adalah
penduduk berprofesi sebagai petani dengan sampel sebanyak 100 responden, maka
ukuran sampel itu belum cukup dan belum mewakili bila unit analisisnya adalah
penduduk berprofesi sebagai petani menurut pendidikannya. Ukuran sampel yang
diperlukan tentu lebih dari 100 responden, supaya mewakili masing-masing jenjang
pendidikan petani.

Hal ini memperlihatkan bahwa rancangan analisis yang berbeda berdampak mengubah
ukuran sampel yang diperlukan. Demikian pula halnya bila melakukan penambahan
atau pengurangan strata atau grup di dalam rancangan pengambilan sampel.

 Tenaga, biaya, dan waktu


Hal yang tak kalah penting dalam penentuan ukuran sampel adalah tenaga, biaya, dan
waktu. Bila secara teknik sampling kita sudah baik, namun ukuran sampel tertentu
tidak bisa diterapkan begitu saja dalam penelitian. Adakalanya tenaga pelaksana
penelitian minim sehingga beban kerja lebih berat, hal ini menjadi alasan untuk
mengurangi besarnya ukuran sampel.

Ukuran sampel tertentu juga dipengaruhi oleh biaya pelaksanaan, apabila jumlah
sampelnya sebanyak 100, tapi memerlukan biaya yang mahal, mengurangi ukuran
sampel adalah jalan keluarnya.
Pada posisi inilah, dalam menentukan ukuran sampel, kita harus memilih antara
mengoptimalkan biaya atau meminimalkan keragaman yang terjadi. Aspek ini oleh
para ahli statistika diracik sedemikian rupa sehingga menghasilkan formula ukuran
sampel dengan biaya optimum dan ukuran sampel dengan varians minimum.

Sampel menjadi konsekuensi logis bahwa di dalam penelitian, kita tidak mungkin
mengambil semua elemen populasi untuk dicacah atau menjadi unit observasi. Terlebih
lagi, waktu yang ditetapkan dalam praktiknya begitu singkat. Oleh karen itu, sampel
itu ada karena adanya waktu yang terbatas. Tidak hanya waktu pencacahan lapangan
untuk mendapatkan data dari unit observasinya saja, tetapi juga diperlukan waktu lagi
untuk proses pengolahan data, analisis, hingga sampai pada diseminasi hasil
penelitian.(*)

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian apapun yang sedang anda kerjakan, perlu kiranya
mempertimbangkan matang-matang pada bagian populasi dan sampel (jika
kuantitatif) dan pemilihan informan (jika kualitatif). Keberhasilan seorang
peneliti dalam menentukan populasi dan sampel tergantung pada kedekatan dan
pemahamannya tentang objek yang diteliti. Terlebih pada aspek pencarian data
dan informasi yang diyakini sebagai pondasi dasar dalam merumuskan dan
menyimpulkan masalah.
Hubungan populasi dan sampel menjelaskan kepada kita bahwa,
metode penelitian sangatlah kompehensif dan koheren atas hal yang
ditemukannya, sebab masing-masing sampel telah berargumen atas
kehendaknya pribadi dan tanpa paksaan. Oleh karena itu, patut dikesampingkan
persoalan kesalahan sampel yang menjadi momok menakutkan bagi peneliti
khususnya metode kuantitatif. Semoga penelitian yang akan dilakukan
memberikan efek positif bagi peneliti maupun sampel yang ditentukannya.
B. Saran
Besar harapan Saya pembaca dapat merasakan manfaat dari hasil kerja
Saya dan kritik pembaca yang bersifat membangun dapat menjadi pelajaran
berharga untuk Saya menjadi lebih baik lagi mambuat suatu makalah
selanjutnya.
Dan Saya berharap dalam melakukan penelitian, mahasiswa diharuskan
mengikuti aturan-aturan dan juga prosedur-prosedur, agar penelitian yang
dilakukan diharapkan memiliki jawaban yang akurat terhadap suatu
permasalahan.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.statistikian.com/2017/06/teknik-sampling-dalam-penelitian.html
http://www.ngobrolstatistik.com/2018/06/faktor-faktor-yang-memengaruhi-
ukuran.html
https://silalatjantan.blogspot.com/2017/08/makalah-populasi-dan-sampel-
penelitian.html
http://riabudiati.blogspot.com/2013/06/pemilihan-sampel.html
https://www.infosarjana.com/2015/10/kriteria-sampel-yang-baik.html
https://statmat.id/ukuran-sampel-penelitian/

Anda mungkin juga menyukai