Anda di halaman 1dari 31

https://www.eurekapendidikan.com/2015/09/defenisi-sampling-dan-teknik-sampling.

html

Definisi Sampling Serta Jenis Metode dan Teknik


Sampling
Eureka Pendidikan. Sampel atau contoh secara sederhana dapat diartikan
sebagai bagian dari populasi yang mewakili secara keseluruhan sifat dan
karakter dari populasi. Sebagai gambaran sederhana sampel dibutuhkan
sebagai acuan untuk memberi gambaran sederhana seperti seseorang yang
membeli rambutan. Seorang pembeli yang pintar biasanya akan memilih
secara rambang (Random) dari rambutan yang dijajakan untuk menghindari
adanya kecurangan yang dilakukan oleh pedagang. Rasa buah rambutan
yang dicicipi akan menjadi alat tafsiran mengenai rasa seluruh rambutan yang
ada.

Dalam penelitian pendidikan objek penelitian biasanya akan berlaku pada


peserta didik, mahasiswa, guru atau lembaga pendidikan. Kumpulan dari
objek biasanya memiliki volume yang cukup besar selanjutnya disebut
populasi penelitian. Volume yang cukup besar ini kemudian dapat diamati
dengan menarik beberapa sampel yang mewakili populasi dengan alasan
yang berbagai macam tentu saja dengan tujuan yang utama adalah
terlaksana sebuah penelitian dengan benar sehingga jika desain dari sebuah
penelitian mengharuskan penggunaan populasi, maka pengambilan sampel
tidak diperbolehkan dan begitu pula sebaliknya, sebuah penelitian yang tidak
memperbolehkan melakukan treatment pada seluruh populasi maka
pengambilan sampel penelitian adalah sebuah keharusan.

A. Definisi Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari
populasi. Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat diambil sebagian
dengan kualitas sampel yang mewakili sama persis dengan kualitas dari
populasi dengan kata representatif. jumlah dari sampel tidak selalu besar dan
juga tidak selalu kecil, hal ini bergantung pada pada keterwakilan karakter dari
sampel. Sebagai contoh pada penelitian mengenai golongan darah, tentu saja
tidak perlu memasukkan seluruh darah dari seseorang ke dalam laboratorium
karena 2 ml darah sudah cukup untuk digunakan untuk mengetahui golongan
darah yang ada di bagian kaki, kepala atau tangan dari pasien.

Pada beberapa bentuk penelitian kemungkinan jumlah harus terpenuhi


sehingga ada aturan baku mengenai sampel minum yang harus diambil dalam
sebuah penelitian. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan kualitas dari
sampel yang diambil. Sebagai contoh sebuah penelitian mengenai daya beli
di kabupaten Gowa. mengambil lima orang sampel sebagai wakil dari
populasi tidak cukup untuk mewakili seluruh populasi. Selain dari kualitas,
pada sebuah penelitian yang membutuhkan statistik inferensi, jumlah sampel
minimal harus disesuaikan dengan jenis analisis statistik yang digunakan
terutama untuk distribusi data dari sampel.

B. Tujuan Pengambilan Sampel


Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, pengambilan sampel pada
sebuah penelitian hanya dilakukan jika sampel adalah sebuah keharusan.
Dasar yang digunakan dalam pengambilan sampel diakibatkan oleh alasan
bersifat konstruktif, destruktif, atau alasan yang bersifat teknis sehingga
sampel adalah satu-satunya solusi. Adapun alasan yang bekenaan dengan
pengambilan sampel adalah sebagai berikut:

1. Percobaan yang bersifat merusak


Percobaan yang bersifat merusak membutuhkan sebuah sampel dan diambil
seminimal mungkin agar dapat menekan resiko selama percobaan
dilaksanakan. Hal yang paling baik digunakan sebagai contoh dalam kasus ini
adalah uji glukosa darah seseorang atau daya tahan hewan ternak di
kabupaten Sleman terhadap kadar besi dalam air. Dalam kasus ini pengujian
darah digunakan seminimal mungkin selama kadar glukosa dalam dalam
dapat diketahui karena tentu saja sangat berbahaya jika mengambil sebagian
darah dari pasien.

Pada kasus hewan ternak, kemungkinan mengambil satu ekor hewan ternak
tidak mewakili populasi karena adanya perbedaan dari setiap individu dari
masing-masing hewan. Masalah ini dapat ditangani dengan cara
mengelompokkan hewan tersebut berdasarkan makanan pokok yang
diberikan oleh peternak, berdasarkan ketinggian dan lokasi peternakan atau
berdasarkan jenis hewan yang diternakkan. Sampel yang digunakan
kemudian dicukupkan sampai seluruh karakteristik dari populasi.

2. Masalah Teknis Penelitian


Pada sebuah penelitian yang bersifat psikologi jumlah sampel besar akan
menghasilkan data yang lebih variatif dan lebih lengkap dibandingkan dengan
jumlah sampel sedikit. Semakin banyak sampel yang digunakan semakin baik
namun ada beberapa pertimbangan yang harus dilakukan peneliti untuk
mengakhiri jumlah sampel yang digunakan. Hal ini terkait masalah teknis
penelitian yakni terkait masalah dana, waktu dan keakuratan data. Peneliti
harus pandai melihat kondisi data yang diambil, pada saat data sudah jenuh
atau tidak menunjukkan perubahan sama sekali sebaiknya pengumpulan data
dihentikan karena hanya akan menghabiskan waktu, dan biaya. Pada kasus
tertentu beberapa peneliti bahkan bermasalah pada proses memasukkan data
karena jumlah sampel yang berlebih.

Hal yang paling penting diperhatikan dalam kasus teknis adalah data
penelitian. Penghentian dilakukan ketika data yang dikumpulkan sudah jenuh
dan tidak menunjukkan perubahan atau bisa jadi tidak ada jenis statistik
inferensi yang sesuai dengan jumlah data yang sangat besar sehingga
pengambilan data yang besar menjadi sia-sia. Sebagai contoh berdasarkan
pengalaman penulis, pada pengukuran dan analisis kualitas item soal dengan
menggunakan RASH model, Analisis data yang terdistribusi mulai dari
rantang 100 sampai dengan 1000 masih menunjukkan perubahan nilai dari
setiap item namun jika sampel yang digunakan lebih dari 1000 misalnya 1500
atau 2000 responden, hasil analisis kualitas soal tidak menunjukkan
perbedaan yang berarti sehingga pengambilan kelebihan 500 responden
menjadi sia-sia.

C. Syarat Pengambilan Sampel


Sampel harus memiliki seluruh kriteria dari populasi oleh karean
pertimbangan pengambilan sampel harus memiliki dua kriteria yakni

1. Presisi
Presisi dari sampel adalah pertimbangan mengenai estimasi yang mungkin
muncul dalam pengambilan data yang diakibatkan oleh sampel. Salah satu
cara untuk estimasi data ini adalah melihat standar deviasi dari data yang
ada. Sampel yang digunakan harus baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Sebagai contoh rata-rata penghasilan di perumahan A adalah Rp 25.500.000
yang didapatkan dari dua orang sampel dengan penghasilan sampel X
sebanyak Rp 50.000.000 dan sampel Y sebanyak 1.000.000. Kesimpulan
rata-rata dari perumahan berdasarkan operasi matematis sudah benar namun
pada kajian statistik dan kesimpulan tentu saja tidak benar. Penambahan
julah sampel adalah salah satu cara untuk mengurangi kesalahan analisis
data.

2. Akurasi
Akurasi mengacu kepada sifat dan karakter dari sampel yang digunakan.
Sebuah populasi yang homogen hanya terdapat pada kasus yang bersifat
teoritik. Sifat dan karater dari sampel yang diambil terkadang tidak sesuai
dengan keadaan populasi karena pengaruh banyak hal. Peneliti harus
memiliki kemampuan untuk mengetahui secara detail karakter dari setiap
sampel yang digunakan dan disesuaikan dengan karakter dari populasi.

Beberapa kasus mungkin saja mengurangi akurasi dari pengambilan sampel


seperti kasus penelitian terhadap pengaruh jam belajar di luar jam sekolah di
kabupaten A. Sebuah sekolah khusus seperti proyek pemerintah atau
boarding school tentu saja tidak boleh dimasukkan karena adanya karakter
yang berbeda dari populasi secara keseluruhan.

D. Ukuran Sampel
Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai pengambilan ukuran dari
sampel selama sampel sudah mewakili karakteristik dari populasi. Namun
dalam penelitian yang bersifat psikologi seperti pada penelitian pendidikan,
Semakin besar jumlah akan menghasilkan data yang lebih stabil. Selain dari
karakteristik peneliti juga harus mempertimbangkan jumlah data yang
dibutuhkan untuk keperluan analisis Statistik. Sebagai contoh jika penelitian
yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan dua bua grouph dengan satu
variabel pembanding, analisis yang dilakukan untuk data yang terdistribusi
normal adalah untuk distribusi t mengharuskan minimal jumlah data terdiri dari
30 data karena kurang dari itu tidak menghasilkan analisis yang baik dan tidak
lebih dari 60 data.

Beberapa ahli memberikan gambaran mengenai jumlah sampel yang


berbeda-beda namun pertimbangan jenis dan bidang penelitian sebaiknya
dijadikan acuan untuk memilih ukuran sampel. Sebagai gambaran pendapat
beberapa ahli mengenai jumlah sampel

Gay dan Diehl (1992) pada kajian penelitian untuk kelas bisni dan manajemen
memberikan sara ukuran sampel minimal:

 Penelitian deskriptif, jumlah sampel minimum adalah 10% dari populasi


 Penelitian korelasi, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek
 Penelitian kausal perbandingan, jumlah sampel minimum adalah 30 subjek
per group
 Penelitian eksperimental, jumlah sampel minimum adalah 15 subjek per
group

Frankel dan Wallen (1993) pada kajian penelitian evaluasi pendidikan


menyarankan

 Penelitian deskriptif jumlah sampel minimum adalah 100 sampel


 Penelitian jumlah sampel minimum adalah 50 sampel
 Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30 sampel untuk setiap group
 Penelitian eksperimental sebanyak 30 atau 15 per group

Roscoe, Ukuran sampel penelitian dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu :

 Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
 Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
 Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
 Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen
yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel
kecil antara 10 sampai dengan 20
 Isaac dan Michael memberikan gambaran mengenai metode pengambilan
sampel disesuaikan dengan taraf signifikansi dari penelitian yakni 1%, 5%,
dan 10%. Jumlah sampel sampel selanjutnya dihitung dengan persamaan
Keterangan:
s : Jumlah Sampel
x2 : Nilai tabel untuk Chi Square
P = Q = 0.5
d = Taraf Siginifikansi
Berdasarkan Slovin,ukuran sampel dapat ditentukan dengan

rumus :

keterangan :
S : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e = taraf Siginifikansi

Pertimbangan pengambilan sampel dikembalikan oleh peneliti dengan asumsi


terpenuhi karakteristik dari populasi, disesuaikan dengan jenis statistik yang
digunakan dan menggunakan jumlah sampel jenuh paling sedikit.

E. Teknik Pengambilan Sampel atau Sampling


Teknik sampling adalah sebuah metode atau cara yang dilakukan untuk
menentukan jumlah dan anggota sampel. Setiap anggota tentu saja wakil dari
populasi yang dipilih setelah dikelompokkan berdasarkan kesamaan karakter.
Teknik sampling yang digunakan juga harus disesuaikan dengan tujuan dari
penelitian.

Populasi terdiri dari sekumpulan individu yang bersifat heterogen terbatas.


Ada banyak variasi variabel yang melekat pada masing-masing individu.
Perbedaan ini bisa disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dari individu
seperti halnya wilayah tempat tinggal, tingkat pendidikan, budaya atau gaya
hidup dalam suatu daerah tertentu. Subjektifitas dari individu-individu yang
memiliki sifat determinan yang berulang pada populasi akhirnya membentuk
karakter dari populasi secara umum. Berdasarkan karakter ini, dapat
disimpulkan bahwa pengambilan sampel dari populasi tidak bisa dilakukan
begitu saja namun dibutuhkan suatu teknik agar sampel yang ditarik tetap
representatif

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel atau sampling adalah
seluruh variabel yang berkaitan dengan penelitian. Unsur-unsur khusus yang
melekat pada pribadi tentu saja perlu diperhatikan karena individu dengan
kemampuan khusus dalam sampel akan membawa bias data dan tentu saja
mempengaruhi distribusi data yang ada. Kesesuaian karakteristik daerah,
tingkatan, dan juga kecenderungan khusus juga perlu dipertimbangkan dalam
memilih teknik sampling yang sesuai

F. Jenis dan Metode Sampling


Sampling secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua (2) kelompok,
yaitu Probability sampling dan Nonprobability sampling. Adapun Probability
sampling menurut Sugiyono adalah teknik sampling yang memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi
anggota sampel. Sedangkan Nonprobability sampling menurut Sugiyono
adalah teknik yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel.

1) Probability sampling
Probability sampling menuntut bahwasanya secara ideal peneliti telah
mengetahui besarnya populasi induk, besarnya sampel yang diinginkan telah
ditentukan, dan peneliti bersikap bahwa setiap unsur atau kelompok unsur
harus memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Adapun jenis-jenis
Probability sampling adalah sebagai berikut :

a) Simple random sampling


Menurut Kerlinger (2006:188), simple random sampling adalah metode
penarikan dari sebuah populasi atau semesta dengan cara tertentu sehingga
setiap anggota populasi atau semesta tadi memiliki peluang yang sama untuk
terpilih atau terambil.

Menurut Sugiyono (2001:57) dinyatakan simple (sederhana) karena


pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Margono (2004:126)
menyatakan bahwa simple random sampling adalah teknik untuk
mendapatkan sampel yang langsung dilakukan pada unit sampling. Cara
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen. Teknik ini dapat
dipergunakan bilamana jumlah unit sampling di dalam suatu populasi tidak
terlalu besar. Misal, populasi terdiri dari 500 orang mahasiswa program S1
(unit sampling). Untuk memperoleh sampel sebanyak 150 orang dari
populasi tersebut, digunakan teknik ini, baik dengan cara undian, ordinal,
maupun tabel bilangan random. Teknik ini dapat digambarkan di bawah ini.

Gambar 1. Teknik Simpel Random Sampling (Sugiyono, 2001: 58)

b) Proportionate stratified random sampling


Margono (2004: 126) menyatakan bahwa stratified random sampling biasa
digunakan pada populasi yang mempunyai susunan bertingkat atau berstrata.
Menurut Sugiyono (2001: 58) teknik ini digunakan bila populasi mempunyai
anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Misalnya suatu organisasi yang mempunyai pegawai dari berbagai latar
belakang pendidikan, maka populasi pegawai itu berstrata. Populasi
berjumlah 100 orang diketahui bahwa 25 orang berpendidikan SMA, 15 orang
diploma, 30 orang S1, 15 orang S2 dan 15 orang S3. Jumlah sampel yang
harus diambil meliputi strata pendidikan tersebut dan diambil secara
proporsional.

c) Disproportionate stratified random sampling


Sugiyono (2001: 59) menyatakan bahwa teknik ini digunakan untuk
menentukan jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang
proporsional. Misalnya pegawai dari PT tertentu mempunyai mempunyai 3
orang lulusan S3, 4 orang lulusan S2, 90 orang lulusan S1, 800 orang lulusan
SMU, 700 orang lulusan SMP, maka 3 orang lulusan S3 dan empat orang S2
itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok itu terlalu kecil
bila dibandingkan dengan kelompok S1, SMU dan SMP.

d) Area (cluster) sampling (sampling menurut daerah)


Teknik ini disebut juga cluster random sampling. Menurut Margono (2004:
127), teknik ini digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu,
melainkan terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik
sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan
diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk dari suatu negara,
propinsi atau kabupaten.

Indonesia memiliki 34 propinsi dan akan menggunakan 10 propinsi.


Pengambilan 10 propinsi itu dilakukan secara random. Tetapi perlu diingat,
karena propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata maka pengambilan
sampelnya perlu menggunakan stratified random sampling. Contoh tersebut
dikemukakan oleh Sugiyono sedangkan contoh lainnya dikemukakan oleh
Margono (2004: 127). Ia mencotohkan bila penelitian dilakukan terhadap
populasi pelajar SMU di suatu kota. Untuk random tidak dilakukan langsung
pada semua pelajar-pelajar tetapi pada sekolah/kelas sebagai kelompok atau
cluster.

Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan
orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Teknik ini dapat
digambarkan di bawah ini.

Gambar 2. Teknik Cluster Random Sampling (Sugiyono, 2001: 59)

2) Nonprobability sampling
Non Probability sampling adalah sebuah teknik sampling yang tidak
memperhatikan banyak variabel dalam penarikan sampel. Sampel-sampel
dari Nonprobability Sampling juga disebut sebagai subjek penelitian dimana
hasil dari uji yang dilakukan pada sampling tidak memiliki hubungan dengan
populasi. Tujuan penggunaan teknik sampling ini lebih banyak melekat pada
materi yang diujikan sedangkan pada random sampling atau probability
Sampling, tujuan penelitian melekat pada nilai dari materi pada populasi yang
diujikan.

a) Sampling sistematis
Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari
semua anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja,
atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima.
Untuk itu, yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya
sampai 100.

b) Quota sampling
Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127)
dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan
memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan
data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah kuota terpenuhi,
pengumpulan data dihentikan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian
terhadap pegawai golongan II dan penelitian dilakukan secara kelompok.
Setelah jumlah sampel ditentukan 100 dan jumlah anggota peneliti berjumlah
5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas
sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.

c) Sampling aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004:
27) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan
lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang
ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu
dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai
unit sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang
dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.

d) Purposive sampling
Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono
(2004:128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive
sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai
sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan
penelitian. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai
maka sampel yang dipilih adalah orang yang memenuhi kriteria-kriteria
kedisiplinan pegawai.

e) Sampling jenuh
Menurut Sugiyono (2001:61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.

f) Snowball sampling
(Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh
memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga
jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding
semakin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan
purposive dan snowball sampling. Teknik sampel ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.

Gambar 3. Snowball Sampling (Sugiyono, 2001: 61)

Sumber Bacaan dan Referensi


Fraenkel, J. & Wallen, N. (1993). How to Design and evaluate research in
education. (2nd ed). New York: McGraw-Hill Inc.

Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and.
Management, MacMillan Publishing Company, New York

Hair, J.F., W.C. Black, B.J. Babin, R.E. anderson, R.L.Tatham, (2006).
Multivariate Data Analysis, 6 Ed., New Jersey : Prentice Hall
Karlingger, Fred N. 1987. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta :
UGM

Krejcie, R. V., & Morgan, D. W. (1970). Determining sample size for research
activities. Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610.

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung


: Penerbit Alfabeta

https://www.statistikian.com/2017/06/teknik-sampling-dalam-penelitian.html

 HOMEPAGE
 PENELITIAN
METODOLOGIPENELITIAN

Penjelasan Teknik Sampling


Dalam Penelitian
Teknik Sampling Dalam Penelitian
Pengertian Teknik Sampling
Teknik sampling dalam penelitian berdasarkan statistikian dan pakar akan
dijelaskan pada kesempatan ini. Teknik sampling adalah teknik yang
dilakukan untuk menentukan sampel. Jadi, sebuah penelitian yang baik
haruslah memperhatikan dan menggunakan sebuah teknik dalam
menetapkan sampel yang akan diambil sebagai subjek penelitian.
Pengertian Teknik Sampling Menurut Ahli
Pengertian teknik sampling menurut Sugiyono (2001) adalah: Teknik sampling
adalah merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2001: 56).
Pengertian teknik sampling menurut Margono (2004) adalah: Teknik sampling
adalah cara untuk menentukan sampel yang jumlahnya sesuai dengan ukuran
sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan memperhatikan
sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif.

Baca Juga: Populasi dan Sampel.


Langkah Dalam Teknik Sampling
Menurut Dalen (1981), beberapa langkah yang harus diperhatikan peneliti
dalam menentukan sampel, yaitu:
1. Menentukan populasi,
2. Mencari data akurat unit populasi,
3. Memilih sampel yang representative,
4. Menentukan jumlah sampel yang memadai.

Jenis teknik Sampling


Untuk menentukan sampel dalam penelitian, terdapat berbagai teknik
sampling yang digunakan. Teknik sampling berdasarkan adanya randomisasi,
yakni pengambilan subyek secara acak dari kumpulannya, dapat
dikelompokkan menjadi 2 yaitu sampling nonprobabilitas dan sampling
probabilitas. Teknik-teknik sampling tersebut dapat dilihat pada skema
berikut.

Baca juga: Metode Penelitian.


Menurut Sugiyono (2001), untuk menentukan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara
skematis ditunjukkan pada diagram berikut ini:

Teknik Sampling
Dari diagram di atas menjelaskan pada kita bahwasanya teknik sampling dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Probability Sampling dan Nonprobability
Sampling.

Yang termasuk ke dalam kelompok probability sampling antara lain: simple


random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate
stratified random sampling, dan area (cluster) sampling (disebut juga dengan
sampling menurut daerah).

Sedangkan yang termasuk ke dalam jenis nonprobability sampling antara lain:


sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling,
sampling jenuh, dan snowball sampling.

Baca juga: metodologi penelitian.


Berikut penjelasannya:

1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Teknik sampel probability sampling meliputi:

a. Simple Random Sampling


Simple Random Sampling dinyatakan simple (sederhana) karena pengambilan
sampel anggota populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata
yang ada dalam populasi itu.

Simple random sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang


langsung dilakukan pada unit sampling. Maka setiap unit sampling sebagai
unsur populasi yang terpencil memperoleh peluang yang sama untuk menjadi
sampel atau untuk mewakili populasinya. Cara tersebut dilakukan bila anggota
populasi dianggap homogen. Teknik tersebut dapat dipergunakan bila jumlah
unit sampling dalam suatu populasi tidak terlalu besar. Cara pengambilan
sampel dengan simple random sampling dapat dilakukan dengan metode
undian, ordinal, maupun tabel bilangan random.

Untuk penentuan sample dengan cara ini cukup sederhana, tetapi


dalamprakteknya akan menyita waktu. Apalagi jika jumlahnya besar,
sampelnya besar
b. Proportionate Stratified Random Sampling
Proportionate Stratified Random Sampling biasa digunakan pada populasi yang
mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik ini digunakan bila
populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
proporsional.

Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar subjek maka
tidak dapat membuat strata.

c. Disproportionate Stratified Random Sampling


Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan untuk menentukan
jumlah sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional.

d. Cluster Sampling (Area Sampling)


Cluster Sampling (Area Sampling) juga cluster random sampling. Teknik ini
digunakan bilamana populasi tidak terdiri dari individu-individu, melainkan
terdiri dari kelompok-kelompok individu atau cluster. Teknik sampling daerah
digunakan untuk menentukan sampel bila objek yang akan diteliti atau sumber
data sangat luas.

Kelemahan teknik ini dapat dilihat dari tingkat error samplingnya. Jika lebih
banyak di bandingkan dengan pengambilan sampel berdasarkan strata karena
sangat sulit memperoleh cluster yang benar-benar sama tingkat
heterogenitasnya dengan cluster yang lain di dalam populasi.

2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Jenis teknik sampling ini antara lain:

a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

b. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik ini
jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam
beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum
tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit
sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan.

Teknik ini biasanya digunakan dan didesain untuk penelitian yang


menginginkan sedikit sampel dimana setiap kasus dipelajari secara mendalam.
Dan bahayanya, jika sampel terlalu sedikit, maka tidak akan dapat mewakili
populasi.

c. Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
sesuai sebagai sumber data.

Dalam teknik sampling aksidental, pengambilan sampel tidak ditetapkan lebih


dahulu. Peneliti langsung saja mengumpulkan data dari unit sampling yang
ditemui.

d. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan
atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat
dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka dengan kata
lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu
yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau permasalahan penelitian.
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasinya
relatif kecil, kurang dari 30 orang. Sampel jenuh disebut juga dengan istilah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang awal mula jumlahnya
kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan
sampel. Dan begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel makin lama makin
banyak. Ibaratkan sebuah bola salju yang menggelinding, makin lama semakin
besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan
snowball.

Pemilihan Jenis Teknik Sampling


Pemilahan jenis teknik sampling probabilitas dan nonprobabilitas didasarkan
adanya randomisasi atau keacakan, yakni pengambilan subjek secara acak dari
kumpulannya. Dalam hal randomisasi berlaku, setiap subjek penelitian
memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan anggota sampel sejalan
dengan anggapan bahwa pada dasarnya probabilitas distribusi kejadian ada
pada seluruh bagian.

Baca juga: Menghitung Besar Sampel Penelitian.


Pemilihan teknik sampling harus berdasarkan 2 hal penting yaitu, reliabilitas
dan efisiensi. Sampel yang reliable adalah sampel yang memiliki reliabilitas
tinggi. Hal tersebut dapat diartikan bahwa semakin kecil kesalahan sampling,
reliabilitas sampling semakin rendah. Jika dikaitkan dengan varian nilai
statistiknya berlaku kriteria bahwa semakin rendah varian, maka reliabilitas
sampel yang diperoleh semakin tinggi pula.

Demikian statistikian telah membahas dan menguraikan secara singkat perihal


teknik sampling berdasarkan para ahli. Semoga dapat bermanfaat.
This article was last modified on July 31, 2017, 11:33 pm

Subscribe to updates
SHARE


TAGSMetode PenelitianPengertianTeknik Sampling

2 JUNI 2017 18:25

Anwar Hidayat

Founder dan CEO dari Statistikian Sejak 2012. Melayani jasa bantuan olah dan analisis data menggunakan
berbagai aplikasi statistik, seperti: SPSS, STATA, Minitab, Eviews, AMOS dan Excel. Silahkan WhatsApp:
08816050259, atau SMS/LINE/Telegram ke: 081373337354. Biaya 100 ribu sd 300 ribu Sesuai Beban.
Proses 1 sd 3 Hari Tergantung Antrian.
NEXTPerbedaan Hipotesis Statistik dan Hipotesis Penelitian »
PREVIOUS« Penjelasan Lengkap ANOVA Sebagai Analisis Statistik

RELATED POST

 Hipotesis Penelitian dan Hipotesis Statistik Dalam Perbedaan


 Pengertian Simple Random Sampling, Jenis dan Contoh
 Cara Hitung Rumus Slovin Besar Sampel
 Perbedaan Hipotesis Statistik dan Hipotesis Penelitian
 Penjelasan Teknik Purposive Sampling Lengkap Detail
 METODE PENELITIAN: Pengertian, Tujuan, Jenis
 Pengertian Uji Asumsi Klasik Regresi Linear dengan SPSS
 Pengertian dan Penjelasan Metodologi Penelitian – Lengkap


Pengertian Dan Jenis Transformasi Data


Penjelasan Analisis Data dan Rancangan Analisis Data


Penjelasan Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data


Penjelasan Teori Ilmiah Dan Manfaatnya Dalam Penelitian

Pengertian Data Penelitian, Skala Data Dan Sumber Data

Populasi dan Sampel


Penjelasan Lengkap Hipotesis Penelitian

http://yayan-s-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-70863-Survey%20%20Opini%20Publik-
TEKNIK%20SAMPLING%20RISET%20OPINI%20PUBLIK.html

TEKNIK SAMPLING RISET OPINI PUBLIK

11 January 2013 - dalam Survey Opini Publik Oleh yayan-s-fisip

TEKNIK SAMPLING RISET OPINI PUBLIK


Dalam kehidupan sehari-hari, kita tanpa sengaja kerap berhubungan dalam
penggunaan sampel. Misalnya ketika kita akan membeli jeruk di toko buah kita
tidak perlu memakan 1 kilogram jeruk untuk memastikan rasanya cukup memakan
1-2 iris jeruk sebagai sampel untuk memastikan rasanya manis atau
tidak. Demikian juga untuk mencicipi rasa sebuah sayuran, kita tidak perlu
memakan 1 mangkuk sayuran cukup merasakan 1-2 sendok.

Dalam kasus diatas, sampel dipakai sebagai alat untuk mengukur dan menguji
sebuah populasi yang ingin kita ketahui. Ilustrasi diatas dapat kita padankan
dengan penjaringan pendapat umum (opini publik) termasuk pendapat masyarakat
dalam kaitannya dengan PEMILUKADA. Dalam kasus ini peneliti akan
berhadapan dengan ribuan, puluhan bahkan ratusan ribu pemilih. Cara terbaik
untuk mengetahui bagaimana pendapat mereka adalah dengan menanyakan kepada
semua orang. Teknik ini biasa disebut sebagai SENSUS. Akan tetapi, cara seperti
ini hampir tidak mungkin bisa dilakukan. Untuk mewawancarai puluhan hingga
ratusan ribu orang dibutuhkan waktu yang tidak sedikit (bisa berbulan-
bulan). Sementara itu opini dan pendapat orang mudah dan cepat berganti. Untuk
mengukur opini publik terkait kita perlu melakukan pengukuran secepat mungkin
namun bisa mewakili keseluruhan populasi yang ingin kita ketahui. Satu-satunya
cara untuk mengetahui opini publik (masyarakat) adalah dengan menarik sejumlah
sampel. Peneliti tidak perlu mewawancarai seluruh populasi pemilih tetapi hanya
sebagian saja dari populasi (seluruh pemilih) di suatu daerah
(Kabupaten/Kota/Propinsi).

Jika dilakukan dengan teknik dan metode yang benar, mewawancarai sedikit
pemilih bisa menggambarkan pendapat seluruh pemilih yang ada di suatu
daerah. Cara inilah yang dikenal dengan SURVEY PENDAPAT UMUM atau
JAJAK PENDAPAT (POLLING). Pada survey pendapat umum atau jajak
pendapat (polling) sampel memainkan peranan yang penting/sentral dalam survey.

Pemakaian sampel akan diperlukan jika bisa digunakan sebagai alat


pendugaan. Dalam survey pendapat umum atau survey pemilukada sampel akan
dipakai sebagai alat pendugaan berapa nilai sebuah populasi. Jika dalam survey
pemilukada seorang calon bupati/walikota mendapatkan sekian persen
suara, peneliti akan dapat menduga berapa perolehan suara seorang calon
bupati/walikota jika PEMILUKADA dilakukan saat ini. Tindakan ini disebut
dengan pendugaan (inferensi) atau dikenal dengan GENERALISASI. Tentu saja
untuk melakukan generalisasi dengan benar dibutuhkan beberapa
prasyarat. Teknik penarikan sampel harus dilakukan secara benar. Salah satu
syarat penarikan sampel itu haruslah dilakukan secara acak (random). Teknik ini
akan memberikan kesempatan yang sama kepada semua anggota populasi untuk
terpilih sebagai sampel.
MENGAPA PERLU SAMPEL

Survey pendapat umum atau jajak pendapat kerap dilawankan dengan


sensus. Dalam sensus peneliti mewawancarai semua anggota populasi sementara
dalam survey pendapat umum atau jajak pendapat peneliti hanya mengambil dan
mewawancarai sebagian anggota populasi. Ada beberapa pertimbangan mengapa
dalam pengukuran pendapat umum digunakan sampel bukan populasi
keseluruhan. Pertimbangan tersebut antara lain:

1. 1. Hampir tidak mungkin mengamati semua anggota populasi

Dalam penjaringan pendapat publik peneliti akan dihadapkan dengan pemilih yang
sangat besar. Tidak mungkin mewawancarai semua pemilih tersebut. Cara ini
bukan hanya tidak efektif tetapi juga memakan waktu yang sangat lama.

1. 2. Menghemat waktu, tenaga dan biaya

Pemakaian sampel dalam mengukur pendapat publik dapat menghemat waktu,


tenaga dan biaya. Kalo peneliti akan mewawancarai semua pemilih di sebuah
daerah, bisa jadi akan dibutuhkan ratusan bahkan ribuan pewawancara dan biaya
yang dikeluarkan akan sangat besar. Hal yang tidak bisa ditoleransi adalah waktu.
Pendapat pemilih terhadap seorang calon kepala daerah
(Bupati/Walikota/Gubernur) maupun perilaku pemilih bisa dengan cepat
berubah. Penelitian yang terlalu lama potensial akan menghasilkan temuan yang
keliru (salah) karena saat penelitian dipublikasikan bisa jadi opini publik telah
berubah. Misalnya survey mengenai dukungan terhadap kandidat bupati bisa
setiap saat berubah dengan cepat. Jika penelitian dilakukan terlalu lama, kita bisa
keliru menentukan kandidat b berubah. Misalnya survey mengenai dukungan
terhadap kandidat bupati bisa setiap saat berubah dengan cepat. Jika penelitian
dilakukan terlalu lama, kita bisa keliru menentukan kandidat bupati dengan
dukungan terbesar. Oleh karena itu pemakaian survey pendapat umum atau jajak
pendapat justru akan menghasilkan temuan yang lebih akurat dalam merefleksikan
pendapat pemilih.

1. 3. Pemakaian sampel seringkali lebih akurat

Secara teoritis, mewawancarai semua pemilih di sebuah kabupaten atau kota


(sensus) bisa menghasilkan sebuah kesimpulan yang mendekati kebenaran. Tetapi
kerapkali terjadi, hasil dari suatu penelitian yang menggunakan sampel lebih baik
daripada penelitian dengan menyertakan semua anggota populasi. Mengapa hal
ini bisa terjadi? Karena mewawancarai semua anggota populasi memang
mengurangi kesalahan dalam pengambilan sampel (seringkali disebut
dengan sampling error), namun akan lebih banyak kesalahan yang muncul dari
manusia (dalam hal ini pewawancara) yang sering disebut dengan human error
(non sampling error). Semakin banyak orang yang diwawancarai maka secara
teoritis akan semakin besar kemungkinan kesalahan wawancara dan makin besar
pula jawaban yang tidak bisa dianalisis. Yang lebih penting, pemakaian sampel
umumnya bisa membuat penelitian lebih fokus dan dan mendalam. Dengan
jumlah orang yang lebih sedikit, peneliti bisa membuat desain pertanyaan yang
lebih mendalam (komprehensif).

SAMPLING DAN NON SAMPLING ERROR

Dalam survey pendapat umum atau jajak pendapat yang melibatkan sejumlah
sampel ada 2 kesalahan (error) yang mungkin terjadi, pertama kesalahan yang
muncul dari pengambilan sampel (sampling error) dan kesalahan yang muncul
dari kegiatan wawancara dan kemampuan pewawancara (non sampling error).

Kesalahan yang muncul akibat pengambilan sampel tidak bisa dihindari dalam
setiap pengukuran pendapat umum atau jajak pendapat. Oleh karena itu peneliti
harus menetapkan sampling error tertentu yang muncul dari kesalahan dalam
pengambilan sampel. Penentuan sampling error lazim dikenal dengan margin
error (ME). Penetapan sampling error atau margin error akan berimplikasi pada
jumlah sampel yang diambil dalam mewakili populasi pemilih di sebuah
Kabupaten/Kota atau Propinsi.

Sementara itu kesalahan yang muncul bukan dari pengambilan sampel atau lazim
disebut kesalahan akibat prosedur wawancara yang dilakukan (non sampling
error) diupayakan seminimal mungkin dihindari dalam kegiatan survey pendapat
umum atau jajak pendapat. Jika non sampling error terjadi sangat besar
walaupun sampling error/margin error yang ditetapkan kecil maka tetap saja
akan hasil yang diperoleh menjadi tidak akurat.

Non sampling error banyak disebabkan dari human error dalam hal ini
pewawancara sebagai ujung tombak survey pendapat umum atau jajak
pendapat. Hal tersebut bisa muncul dari pemahaman pewawancara terhadap
materi pertanyaan, pemahaman pewawancara dalam prosedur penetapan sampel
atau kemampuan pewawancara dalam proses wawancara dengan pemilih (face to
face interview). Untuk menghindari terjadinya non sampling error biasanya
peneliti harus mendesain sebuah pelatihan bagi interviewer (pewawancara)
mengenai bagaimana prosedur wawancara yang baik. Demikian juga harus
dilakukan briefing kepada pewawancara (interview) berhubungan dengan materi
survey pendapat umum atau opini publik.

POPULASI DAN KERANGKA SAMPEL

Dalam survey opini publik, sangat penting mengetahui secara jelas terlebih dahulu
siapa populasi kita. Kesalahan menentukan populasi, akan berdampak pada
kesalahan pada sample yang dihasilkan. Sebagus apapun teknik penarikan sample
yang kita pakai, hasilnya akan bias kalau sejak awal kita salah dalam menentukan
populasi

Pengenalan mengenai konsep-konsep dasar penarikan sample akan diuraikan


terlebih dahulu sebelum uraian mengenai teknik penarikan sample. Konsep-
konsep dasar dari sample itu adalah : populasi, populasi target,, elemen unit
sample, dan kerangka sample.

1. Elemen/Unit Sampel

Elemen adalah unit yang akan diteliti dan menjadi dasar analisis. Dalam penelitian
survey umumnya elemen adalah orang, misalnya penduduk, mahasiswa, buruh atau
pemilih. Elemen berupa orang inilah yang akan kita teliti (diwawancarai) dan
menjadi dasar kita dalam melakukan analisis.

1. Populasi

Populasi adalah semua bagian atau anggota dari obyek yang akan
diamati. Populasi bisa berupa orang, benda, obyek, peristiwa, ataupun yang
menjadi obyek dari survey kita. Langkah awal yang harus dillakukan pertama kali
oleh peneliti adalah menentukan siapa populasi dari survey.

Populasi ditentukan oleh topik dan tujuan survey. Pertanyaan yang harus dijawab
peneliti adalah apa yang ingin diteliti? Pertanyaan ini penting karena tujuan survey
yang berbeda akan menghasilkan populasi yang berbeda pula.

Tujuan survey Generalisasi Populasi Elemen


Survey ingin Pemilih pemula yang Semua pemilih pemula Pemilih
menggambarkan bagaimana ada di Pamekasan di Pamekasan
pengetahuan pemilih
pemula di Pamekasan
Survey ingin mengetahui Mahasiswa Universitas Semua mahasiswa Mahasiswa
tanggapan mahasiswa Univ Trunojoyo Universitas Trunojoyo
Trunojoyo atas kebijakan
sistem penerimaan
mahasiwa baru

1. Populasi Sasaran

Populasi adalah konsep abstrak, tidak bisa ditunjuk secara langsung. Agar lebih
operasional (bisa dihitung, bisa diukur), populasi haruslah didefinisikan secara
jelas dan spesifik. Populasi yang sudah didefinisikan ini disebut sebagai populasi
sasaran (target population). Dalam populai sasaran, peneliti harus menjelaskan
secara spesifik batasan dan definisi dari populasi yang dipakai. Ketika
merumuskan populasi sasaran, ada 2 aspek yang harus diperhatikan peneliti yaitu
populasi sasaran sangat tergantung pada tujuan dari survey dan populasi sasaran
harus mendefinisikan kriteria dari elemen yang dimasukkan dalam populasi
sasaran. Selain dua aspek tersebut, populasi sasaran harus juga
mempertimbangkan akses untuk menjangkau populasi.

Populasi Definisi spesifik Populasi sasaran


(Target population)
Semua pemilih pemula di 1. (What) ; definisi pemilih pemula Semua pemilih yang
Kabupaten Pamekasan adalah pemilih yang baru baru pertama kali
pertama kali mempunyai hak mempunyai hak pilih
pilih pada Pemilu di Pamekasan.
2. (Who) ; pemilih pemula yang
diteliti dibatasi pada pemilih Pemilih harus
yang terdaftar (mempunyai kartu mempunyai kartu
pemilih) pemilih saat Pemilu
3. (Where) : pemilih pemula yang Legsiatif 9 April
mempunyai kartu pemilih di 2009 di TPS yang
Kabupaten Pamekasan ada di Pamekasan

Semua pasien rumah sakit 1. (What) : Pasien adalah mereka Semua pasien rawat
yang ada di RSUD Kab yang menjalani perawatan di inap di RSUD Kab
Sumenep Rumah Sakit Pemerintah Sumenep selama
(RSUD) bulan Nopember
2. (Who) : pasien dibatasi hanya 2010
mereka yang menjalani rawat
inap (tidak termasuk yang
menjalani rawat jalan)
3. (Where) : Pasien di RSUD Kab
Pamekasan
4. (When) : pasien yang menjalan
rawat inap selama bulan
Nopember 2010

1. Unit sampel

Unit sampel adalah elemen yang menjadi dasar dalam penarikan sampel. Dalam
penarikan sampel yang sederhana (satu tahap), unit sampel identik dengan
elemen. Dalam survey yang kompleks (dengan sejumlah tahap penarikan sampel),
unit sampel bisa beberapa jenis. Setiap tahap penarikan sampel, peneliti harus
menentukan elemen apa yang menjadi dasar dalam penarikan sampel. Dalam
setiap survey, unit sampel harus dirumuskan dengan jelas karena menjadi dasar
penentuan dan penarikan sampel. Unit sampel ini umumnya dirumuskan dengan
beragam istilah. Misalnya Primary Sampling Unit (PSU) yaitu unit sampel
pertama yang diambil oleh peneliti, misalnya PSU adalah desa atau
kelurahan. Ada lagi yang disebut dengan Secondary Sampling Unit (SSU) yaitu
unit sampel di bawah PSU, misalnya Rukun Tetangga (RT). Sementara unit
sampel yang terakhir adalah Final Sampling Unit yaitu rumah tangga.

1. Kerangka Sampel

Kerangka sampel menjamin semua anggota populasi mempunyai kesempatan yang


sama terpilih sebagai sampel. Kerangka sampel ditentukan oleh populasi sasaran
yang sudah dibuat. Kerangka sampel yang baik harus memuat semua nama
anggota populasi. Tidak boleh ada anggota populasi yang tidak dimasukkan dalam
kerangka sampel karena kerangka sampel menjadi dasar penarikan
sampel. Kerangka sampel yang baik harus mempunyai karakteristik sebagai
berikut:

1. Komprehensif : kerangka sampel disebut komprehensif jika kerangka


sampel memasukkan semua anggota populasi sasaran.
2. Probabilitas ; kerangka sampel yang baik juga harus menjamin setiap
anggota populasi dalam daftar kerangka sampel mempunyai kesempatan
yang sama untuk terpilih sebagai sampel
3. Efisien ; kerangka sampel harus efisien – mudah didapatkan dan tidak
membutuhkan biaya dan tenaga besar untuk mendapatkannya

Unit sampel (Sampling Kerangka sampel Akses/Cara mendapatkan


Unit)
Pemilih pemula Daftar nama semua pemilih DPT yang tersedia di KPUD
pemula di Kab Pamekasan Pamekasan
Mahasiswa Universitas Daftar nama semua Tersedia di Bagian
Trunojoyo mahasiswa Univ Kemahasiswaan Universitas
Trunojoyo Program Trunojoyo
Sarjana

MENENTUKAN BESARNYA SAMPEL

Aspek penting lain dari penarikan sampel adalah menentukan besarnya


sampel. Teknik penarikan sampel yang baik menjamin agar sampel yang didapat
menjadi representasi dari populasi. Sementara itu, besarnya sampel berkaitan
dengan seberapa jauh hasil dari sampel bisa kita generalisasi dengan populasi.

Penarikan jumlah sampel berkaitan dengan seberapa jauh kita menginginkan


ketelitian dari suatu sampel. Menentukan besarnya sampel tergantung pada 3
(tiga) hal yaitu keragaman (variasi) dari populasi, batas kesalahan yang
dikehendaki (sampling error), dan interval kepercayaan (confidence interval).
1. Rumus jumlah sampel untuk Populasi Besar (Tidak diketahui)

n = Z2. p (1 – p)/ e2

dimana ; Z : nilai Z pada interval kepercayaan, p = variasi populasi yang


dikehendaki, e adalah kesalahan sampel yang dikehendaki (sampling error), dan n
= jumlah sampel

1. Rumus jumlah sampel untuk populasi kecil (diketahui)

n = [Z2. {p * (1-p)}* N]/ [Z2 {p * (1-p)} + (N-1). E2]

dimana ; Z : nilai Z pada interval kepercayaan, p = variasi populasi yang


dikehendaki, e adalah kesalahan sampel yang dikehendaki (sampling error), N =
jumlah populasi dan n = jumlah sampel

TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Sebelum peneliti mengambil sampel, peneliti harus terlebih dahulu menentukan


pendekatan yang akan dipakai. Apakah survey dipakai sebagai alat untuk
melakukan generalisasi (membuat estimasi dari suatu populasi pemilih) atau
tidak. Sampel dengan tujuan generalisasi haruslah representative (mewakili
populasi). Sementara sampel yang tidak dipakai dengan tujuan generalisasi tidak
memerlukan syarat harus mewakili populasi. Dalam survey pemilukada sampel
harus memenuhi tujuan generalisasi. Berdasarkan pertimbangan ini ada 2 jenis
pendekatan pengambilan sampel, yaitu sampel probabilitas dan non probabilitas.

1. Sampling probabilitas

Penarikan sample dengan metode ini digunakan untuk survey dengan tujuan
generalisasi. Mayoritas survey opini publik termasuk survey kebijakan publik
dan survey pemilukada mempergunakan pendekatan ini. Hasil dari survey
dipakai untuk mengestimasi suara dari masyarakat (populasi). Supaya sample bisa
dipakai untuk tujuan itu maka harus memenuhi prinsip probabilitas. Prinsip ini
terjadi apabila sample diambil berdasarkan asas keacakan (randomness). Artinya
setiap elemen atau unsur dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk
terpilih sebagai sample.

Beberapa jenis teknik penarikan sample dengan pendekatan probabilitas antara lain
adalah :

1. Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)


2. Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)
3. Sampel Acak Stratifikasi (Stratified Random Sampling)
4. Sampling Acak Klaster (Cluster Random Sampling)
5. Sampling Acak Bertahap (Multistage Random Sampling)
6. Sampling Wilayah (Area Random Sampling)

Teknik
Sampling
Sampel Bola Salju
(Snowball sampling)

Sampel Purposif

Sampel Kuota
Sampel Sembarang

(Convenience Sampling)
Non
Probabilitas
Sampel Wilayah

(Area Random Sampling)

1. Sampel Non Probabilitas

Penarikan sampel dengan pendekatan non probabilitas merupakan kebalikan dari


sampel probabilitas yaitu penarikan sampel dilakukan dengan tidak
memperhitungkan hukum kebetulan. Sampel yang ditarik dengan pendekatan ini
dilakukan menurut subyektifitas peneliti. Oleh karena itu, survey dengan
menggunakan teknik ini tidak bisa dipakai untuk generalisasi. Hasil survey semata
hanya menjelaskan sampel. Sampel dengan pendekatan ini hanya dipakai untuk
survey yang tidak terlalu mementingkan aspek representasi atau keterwakilan. Di
samping itu banyak, metode penentuan sampel seperti ini banyak digunakan ketika
peneliti mengalami hambatan teknik di lapangan. Penarikan sampel non
probabilitas terdiri atas :

1. Sampel sembarang (accidental sampling)


2. Sampel kuota (Kuota sampling)
3. Sampel purposive (purposive sampling)
4. Sampel bola salju (snowball sampling)

TEKNIK MULTISTAGE RANDOM SAMPLING

Teknik sampling multistage random sampling adalah teknik penarikan sampel


yang banyak dipakai dalam survey atau riset opini publik termasuk dalam
survey/riset pemilukada. Banyak lembaga survey atau konsultan survey opini
publik mempergunakan teknik ini dalam pengambilan survey atau riset opini
publik dan survey atau riset pemilukada.

Teknik penarikan acak bertingkat (Multistage Random Sampling) adalah


pengembangan dari acak klaster. Pada sampel acak klaster, kita pertama kali tidak
melakukan acak atas individu, tetapi gugus dimana individu berada. Dari gugus itu
kemudian individu anggota gugus terpilih diambil. Pada acak klaster, tahapan
dalam penarikan sampel hanya dua, pertama menarik klaster dimana individu
berada. Kedua, menarik anggota dalam gugus atau klaster sebagai sampel. Pada
acak bertingkat, gugus atau klaster sangat besar. Karena besar, maka gugus itu
haruslah dipecah lagi ke dalam beberapa gugus, baru individu diambil. Oleh
karena itu teknik ini disebut sampel acak bertingkat.

Misalnya : Kita mengambil studi kasus sampel pemilukada Kabupaten Sumenep,


maka tahapan-tahapan dalam penentuan sampel acak bertingkat adalah sebagai
berikut:

1. Membagi pemilih pada masing-masing Kecamatan di wilayah Kabupaten


Sumenep. Jumlah sampel pada masing-masing kecamatan proporsional
dengan jumlah pemilih yang ada pada masing-masing kecamatan.
2. Menetapkan Primary Sampling Unit (PSU) dalam hal ini kelurahan/desa
yang ada di Kabupaten Sumenep. Jumlah PSU atau desa/kelurahan yang
diambil pada masing-masing kecamatan tergantung jumlah sampel yang
diambil pada masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Sumenep.

Dalam 1 kelurahan/desa (PSU) biasanya diambil sampel 10 responden. Desa atau


kelurahan terpilih diambil secara acak dari seluruh desa/kelurahan dalam
kecamatan dimana setiap desa/kelurahan mempunyai kesempatan yang sama untuk
terpilih.

1. Menetapkan Secondary Sampling Unit (SSU) dalam hal ini Rukun Tetangga
(RT) terpilih. RT terpilih pada kelurahan terpilih di wilayah Kabupaten
Sumenep. Dalam 1 RT maksimal jumlah sampel adalah 2 (dua)
responden. Jumlah RT terpilih berdasarkan jumlah sampel pada masing-
masing kelurahan/desa. RT terpilih harus terambil secara acak dari seluruh
RT pada kelurahan terpilih, dimana setiap RT mempunyai kesempatan yang
sama untuk terpilih
2. Menetapkan Final Sampling Unit (FSU) yaitu rumah tangga terpilih.

Metode yang dipakai dalam penentuan rumah tangga bisa menggunakan teknik
acak sederhana (simple random sampling) atau sampling acak sistematis
(systematic random sampling) berdasarkan data rumah tangga yang diperoleh dari
Ketua RT.
1. Menetapkan responden terpilih pada rumah tangga terpilih dengan
menggunakan metode kishgrid, dimana setiap responden yang memiliki hak
pilih pada rumah tangga terpilih memiliki kesempatan yang sama untuk
terpilih
2. Membagi sampel berdasarkan kuota pemilih di Kabupaten Sumenep
(stratified random sampling) berdasarkan : gender, usia, strata pendidikan,
urban/rural

Anda mungkin juga menyukai