html
A. Definisi Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili seluruh karakteristik dari
populasi. Sebuah populasi dengan kuantitas besar dapat diambil sebagian
dengan kualitas sampel yang mewakili sama persis dengan kualitas dari
populasi dengan kata representatif. jumlah dari sampel tidak selalu besar dan
juga tidak selalu kecil, hal ini bergantung pada pada keterwakilan karakter dari
sampel. Sebagai contoh pada penelitian mengenai golongan darah, tentu saja
tidak perlu memasukkan seluruh darah dari seseorang ke dalam laboratorium
karena 2 ml darah sudah cukup untuk digunakan untuk mengetahui golongan
darah yang ada di bagian kaki, kepala atau tangan dari pasien.
Pada kasus hewan ternak, kemungkinan mengambil satu ekor hewan ternak
tidak mewakili populasi karena adanya perbedaan dari setiap individu dari
masing-masing hewan. Masalah ini dapat ditangani dengan cara
mengelompokkan hewan tersebut berdasarkan makanan pokok yang
diberikan oleh peternak, berdasarkan ketinggian dan lokasi peternakan atau
berdasarkan jenis hewan yang diternakkan. Sampel yang digunakan
kemudian dicukupkan sampai seluruh karakteristik dari populasi.
Hal yang paling penting diperhatikan dalam kasus teknis adalah data
penelitian. Penghentian dilakukan ketika data yang dikumpulkan sudah jenuh
dan tidak menunjukkan perubahan atau bisa jadi tidak ada jenis statistik
inferensi yang sesuai dengan jumlah data yang sangat besar sehingga
pengambilan data yang besar menjadi sia-sia. Sebagai contoh berdasarkan
pengalaman penulis, pada pengukuran dan analisis kualitas item soal dengan
menggunakan RASH model, Analisis data yang terdistribusi mulai dari
rantang 100 sampai dengan 1000 masih menunjukkan perubahan nilai dari
setiap item namun jika sampel yang digunakan lebih dari 1000 misalnya 1500
atau 2000 responden, hasil analisis kualitas soal tidak menunjukkan
perbedaan yang berarti sehingga pengambilan kelebihan 500 responden
menjadi sia-sia.
1. Presisi
Presisi dari sampel adalah pertimbangan mengenai estimasi yang mungkin
muncul dalam pengambilan data yang diakibatkan oleh sampel. Salah satu
cara untuk estimasi data ini adalah melihat standar deviasi dari data yang
ada. Sampel yang digunakan harus baik dari segi kualitas dan kuantitas.
Sebagai contoh rata-rata penghasilan di perumahan A adalah Rp 25.500.000
yang didapatkan dari dua orang sampel dengan penghasilan sampel X
sebanyak Rp 50.000.000 dan sampel Y sebanyak 1.000.000. Kesimpulan
rata-rata dari perumahan berdasarkan operasi matematis sudah benar namun
pada kajian statistik dan kesimpulan tentu saja tidak benar. Penambahan
julah sampel adalah salah satu cara untuk mengurangi kesalahan analisis
data.
2. Akurasi
Akurasi mengacu kepada sifat dan karakter dari sampel yang digunakan.
Sebuah populasi yang homogen hanya terdapat pada kasus yang bersifat
teoritik. Sifat dan karater dari sampel yang diambil terkadang tidak sesuai
dengan keadaan populasi karena pengaruh banyak hal. Peneliti harus
memiliki kemampuan untuk mengetahui secara detail karakter dari setiap
sampel yang digunakan dan disesuaikan dengan karakter dari populasi.
D. Ukuran Sampel
Pada dasarnya tidak ada aturan baku mengenai pengambilan ukuran dari
sampel selama sampel sudah mewakili karakteristik dari populasi. Namun
dalam penelitian yang bersifat psikologi seperti pada penelitian pendidikan,
Semakin besar jumlah akan menghasilkan data yang lebih stabil. Selain dari
karakteristik peneliti juga harus mempertimbangkan jumlah data yang
dibutuhkan untuk keperluan analisis Statistik. Sebagai contoh jika penelitian
yang dilakukan bertujuan untuk membandingkan dua bua grouph dengan satu
variabel pembanding, analisis yang dilakukan untuk data yang terdistribusi
normal adalah untuk distribusi t mengharuskan minimal jumlah data terdiri dari
30 data karena kurang dari itu tidak menghasilkan analisis yang baik dan tidak
lebih dari 60 data.
Gay dan Diehl (1992) pada kajian penelitian untuk kelas bisni dan manajemen
memberikan sara ukuran sampel minimal:
Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat untuk
kebanyakan penelitian
Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita, junior/senior, dan
sebagainya), ukuran sampel minimum 30 untuk tiap kategori adalah tepat
Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi berganda), ukuran
sampel sebaiknya 10x lebih besar dari jumlah variabel dalam penelitian
Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol eskperimen
yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin dengan ukuran sampel
kecil antara 10 sampai dengan 20
Isaac dan Michael memberikan gambaran mengenai metode pengambilan
sampel disesuaikan dengan taraf signifikansi dari penelitian yakni 1%, 5%,
dan 10%. Jumlah sampel sampel selanjutnya dihitung dengan persamaan
Keterangan:
s : Jumlah Sampel
x2 : Nilai tabel untuk Chi Square
P = Q = 0.5
d = Taraf Siginifikansi
Berdasarkan Slovin,ukuran sampel dapat ditentukan dengan
rumus :
keterangan :
S : Jumlah Sampel
N : Jumlah Populasi
e = taraf Siginifikansi
Hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel atau sampling adalah
seluruh variabel yang berkaitan dengan penelitian. Unsur-unsur khusus yang
melekat pada pribadi tentu saja perlu diperhatikan karena individu dengan
kemampuan khusus dalam sampel akan membawa bias data dan tentu saja
mempengaruhi distribusi data yang ada. Kesesuaian karakteristik daerah,
tingkatan, dan juga kecenderungan khusus juga perlu dipertimbangkan dalam
memilih teknik sampling yang sesuai
1) Probability sampling
Probability sampling menuntut bahwasanya secara ideal peneliti telah
mengetahui besarnya populasi induk, besarnya sampel yang diinginkan telah
ditentukan, dan peneliti bersikap bahwa setiap unsur atau kelompok unsur
harus memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Adapun jenis-jenis
Probability sampling adalah sebagai berikut :
Teknik sampling daerah ini sering digunakan melalui dua tahap, yaitu tahap
pertama menentukan sampel daerah, dan tahap berikutnya menentukan
orang-orang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Teknik ini dapat
digambarkan di bawah ini.
2) Nonprobability sampling
Non Probability sampling adalah sebuah teknik sampling yang tidak
memperhatikan banyak variabel dalam penarikan sampel. Sampel-sampel
dari Nonprobability Sampling juga disebut sebagai subjek penelitian dimana
hasil dari uji yang dilakukan pada sampling tidak memiliki hubungan dengan
populasi. Tujuan penggunaan teknik sampling ini lebih banyak melekat pada
materi yang diujikan sedangkan pada random sampling atau probability
Sampling, tujuan penelitian melekat pada nilai dari materi pada populasi yang
diujikan.
a) Sampling sistematis
Sugiyono (2001:60) menyatakan bahwa sampling sistematis adalah teknik
penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari
semua anggota diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai dengan nomor 100.
Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja,
atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan dari bilangan lima.
Untuk itu, yang diambil sebagai sampel adalah 5, 10, 15, 20 dan seterusnya
sampai 100.
b) Quota sampling
Menurut Sugiyono (2001: 60) menyatakan bahwa sampling kuota adalah
teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri
tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Menurut Margono (2004: 127)
dalam teknik ini jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi
diklasifikasikan dalam beberapa kelompok. Sampel diambil dengan
memberikan jatah atau quorum tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan
data dilakukan langsung pada unit sampling. Setelah kuota terpenuhi,
pengumpulan data dihentikan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian
terhadap pegawai golongan II dan penelitian dilakukan secara kelompok.
Setelah jumlah sampel ditentukan 100 dan jumlah anggota peneliti berjumlah
5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat memilih sampel secara bebas
sesuai dengan karakteristik yang ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
c) Sampling aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2001: 60). Menurut Margono (2004:
27) menyatakan bahwa dalam teknik ini pengambilan sampel tidak ditetapkan
lebih dahulu. Peneliti langsung mengumpulkan data dari unit sampling yang
ditemui. Misalnya penelitian tentang pendapat umum mengenai pemilu
dengan mempergunakan setiap warga negara yang telah dewasa sebagai
unit sampling. Peneliti mengumpulkan data langsung dari setiap orang
dewasa yang dijumpainya, sampai jumlah yang diharapkan terpenuhi.
d) Purposive sampling
Sugiyono (2001: 61) menyatakan bahwa sampling purposive adalah teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono
(2004:128), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive
sampling didasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai
sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui
sebelumnya, dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan
dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan
penelitian. Misalnya, akan melakukan penelitian tentang disiplin pegawai
maka sampel yang dipilih adalah orang yang memenuhi kriteria-kriteria
kedisiplinan pegawai.
e) Sampling jenuh
Menurut Sugiyono (2001:61) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering
dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain
sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan
sampel.
f) Snowball sampling
(Sugiyono, 2001: 61), Snowball sampling adalah teknik penentuan
sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh
memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel begitu seterusnya, sehingga
jumlah sampel semakin banyak. Ibarat bola salju yang menggelinding
semakin lama semakin besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan
purposive dan snowball sampling. Teknik sampel ditunjukkan pada gambar di
bawah ini.
Gay, L.R. dan Diehl, P.L. (1992), Research Methods for Business and.
Management, MacMillan Publishing Company, New York
Hair, J.F., W.C. Black, B.J. Babin, R.E. anderson, R.L.Tatham, (2006).
Multivariate Data Analysis, 6 Ed., New Jersey : Prentice Hall
Karlingger, Fred N. 1987. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta :
UGM
Krejcie, R. V., & Morgan, D. W. (1970). Determining sample size for research
activities. Educational and Psychological Measurement, 30, 607-610.
https://www.statistikian.com/2017/06/teknik-sampling-dalam-penelitian.html
HOMEPAGE
PENELITIAN
METODOLOGIPENELITIAN
Teknik Sampling
Dari diagram di atas menjelaskan pada kita bahwasanya teknik sampling dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: Probability Sampling dan Nonprobability
Sampling.
1. Probability Sampling
Probability sampling adalah teknik sampling yang memberikan peluang yang
sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota
sampel. Teknik sampel probability sampling meliputi:
Kelemahan dari cara ini jika tidak ada investigasi mengenai daftar subjek maka
tidak dapat membuat strata.
Kelemahan teknik ini dapat dilihat dari tingkat error samplingnya. Jika lebih
banyak di bandingkan dengan pengambilan sampel berdasarkan strata karena
sangat sulit memperoleh cluster yang benar-benar sama tingkat
heterogenitasnya dengan cluster yang lain di dalam populasi.
2. Nonprobability sampling
Nonprobability sampling adalah teknik yang tidak memberi
peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih menjadi sampel. Jenis teknik sampling ini antara lain:
a. Sampling Sistematis
Sampling sistematis adalah teknik penentuan sampel berdasarkan urutan dari
anggota populasi yang telah diberi nomor urut.
b. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan. Teknik ini
jumlah populasi tidak diperhitungkan akan tetapi diklasifikasikan dalam
beberapa kelompok. Sampel diambil dengan memberikan jatah atau quorum
tertentu terhadap kelompok. Pengumpulan data dilakukan langsung pada unit
sampling. Setelah jatah terpenuhi, maka pengumpulan data dihentikan.
c. Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat
digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu
sesuai sebagai sumber data.
d. Sampling Purposive
Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling, didasarkan
atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat
dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Maka dengan kata
lain, unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu
yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian atau permasalahan penelitian.
e. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi
digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasinya
relatif kecil, kurang dari 30 orang. Sampel jenuh disebut juga dengan istilah
sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.
f. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang awal mula jumlahnya
kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan
sampel. Dan begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel makin lama makin
banyak. Ibaratkan sebuah bola salju yang menggelinding, makin lama semakin
besar. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan
snowball.
Subscribe to updates
SHARE
TAGSMetode PenelitianPengertianTeknik Sampling
Anwar Hidayat
Founder dan CEO dari Statistikian Sejak 2012. Melayani jasa bantuan olah dan analisis data menggunakan
berbagai aplikasi statistik, seperti: SPSS, STATA, Minitab, Eviews, AMOS dan Excel. Silahkan WhatsApp:
08816050259, atau SMS/LINE/Telegram ke: 081373337354. Biaya 100 ribu sd 300 ribu Sesuai Beban.
Proses 1 sd 3 Hari Tergantung Antrian.
NEXTPerbedaan Hipotesis Statistik dan Hipotesis Penelitian »
PREVIOUS« Penjelasan Lengkap ANOVA Sebagai Analisis Statistik
RELATED POST
Pengertian Dan Jenis Transformasi Data
Penjelasan Analisis Data dan Rancangan Analisis Data
Penjelasan Instrumen Penelitian dan Pengumpulan Data
Penjelasan Teori Ilmiah Dan Manfaatnya Dalam Penelitian
Pengertian Data Penelitian, Skala Data Dan Sumber Data
Penjelasan Lengkap Hipotesis Penelitian
http://yayan-s-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-70863-Survey%20%20Opini%20Publik-
TEKNIK%20SAMPLING%20RISET%20OPINI%20PUBLIK.html
Dalam kasus diatas, sampel dipakai sebagai alat untuk mengukur dan menguji
sebuah populasi yang ingin kita ketahui. Ilustrasi diatas dapat kita padankan
dengan penjaringan pendapat umum (opini publik) termasuk pendapat masyarakat
dalam kaitannya dengan PEMILUKADA. Dalam kasus ini peneliti akan
berhadapan dengan ribuan, puluhan bahkan ratusan ribu pemilih. Cara terbaik
untuk mengetahui bagaimana pendapat mereka adalah dengan menanyakan kepada
semua orang. Teknik ini biasa disebut sebagai SENSUS. Akan tetapi, cara seperti
ini hampir tidak mungkin bisa dilakukan. Untuk mewawancarai puluhan hingga
ratusan ribu orang dibutuhkan waktu yang tidak sedikit (bisa berbulan-
bulan). Sementara itu opini dan pendapat orang mudah dan cepat berganti. Untuk
mengukur opini publik terkait kita perlu melakukan pengukuran secepat mungkin
namun bisa mewakili keseluruhan populasi yang ingin kita ketahui. Satu-satunya
cara untuk mengetahui opini publik (masyarakat) adalah dengan menarik sejumlah
sampel. Peneliti tidak perlu mewawancarai seluruh populasi pemilih tetapi hanya
sebagian saja dari populasi (seluruh pemilih) di suatu daerah
(Kabupaten/Kota/Propinsi).
Jika dilakukan dengan teknik dan metode yang benar, mewawancarai sedikit
pemilih bisa menggambarkan pendapat seluruh pemilih yang ada di suatu
daerah. Cara inilah yang dikenal dengan SURVEY PENDAPAT UMUM atau
JAJAK PENDAPAT (POLLING). Pada survey pendapat umum atau jajak
pendapat (polling) sampel memainkan peranan yang penting/sentral dalam survey.
Dalam penjaringan pendapat publik peneliti akan dihadapkan dengan pemilih yang
sangat besar. Tidak mungkin mewawancarai semua pemilih tersebut. Cara ini
bukan hanya tidak efektif tetapi juga memakan waktu yang sangat lama.
Dalam survey pendapat umum atau jajak pendapat yang melibatkan sejumlah
sampel ada 2 kesalahan (error) yang mungkin terjadi, pertama kesalahan yang
muncul dari pengambilan sampel (sampling error) dan kesalahan yang muncul
dari kegiatan wawancara dan kemampuan pewawancara (non sampling error).
Kesalahan yang muncul akibat pengambilan sampel tidak bisa dihindari dalam
setiap pengukuran pendapat umum atau jajak pendapat. Oleh karena itu peneliti
harus menetapkan sampling error tertentu yang muncul dari kesalahan dalam
pengambilan sampel. Penentuan sampling error lazim dikenal dengan margin
error (ME). Penetapan sampling error atau margin error akan berimplikasi pada
jumlah sampel yang diambil dalam mewakili populasi pemilih di sebuah
Kabupaten/Kota atau Propinsi.
Sementara itu kesalahan yang muncul bukan dari pengambilan sampel atau lazim
disebut kesalahan akibat prosedur wawancara yang dilakukan (non sampling
error) diupayakan seminimal mungkin dihindari dalam kegiatan survey pendapat
umum atau jajak pendapat. Jika non sampling error terjadi sangat besar
walaupun sampling error/margin error yang ditetapkan kecil maka tetap saja
akan hasil yang diperoleh menjadi tidak akurat.
Non sampling error banyak disebabkan dari human error dalam hal ini
pewawancara sebagai ujung tombak survey pendapat umum atau jajak
pendapat. Hal tersebut bisa muncul dari pemahaman pewawancara terhadap
materi pertanyaan, pemahaman pewawancara dalam prosedur penetapan sampel
atau kemampuan pewawancara dalam proses wawancara dengan pemilih (face to
face interview). Untuk menghindari terjadinya non sampling error biasanya
peneliti harus mendesain sebuah pelatihan bagi interviewer (pewawancara)
mengenai bagaimana prosedur wawancara yang baik. Demikian juga harus
dilakukan briefing kepada pewawancara (interview) berhubungan dengan materi
survey pendapat umum atau opini publik.
Dalam survey opini publik, sangat penting mengetahui secara jelas terlebih dahulu
siapa populasi kita. Kesalahan menentukan populasi, akan berdampak pada
kesalahan pada sample yang dihasilkan. Sebagus apapun teknik penarikan sample
yang kita pakai, hasilnya akan bias kalau sejak awal kita salah dalam menentukan
populasi
1. Elemen/Unit Sampel
Elemen adalah unit yang akan diteliti dan menjadi dasar analisis. Dalam penelitian
survey umumnya elemen adalah orang, misalnya penduduk, mahasiswa, buruh atau
pemilih. Elemen berupa orang inilah yang akan kita teliti (diwawancarai) dan
menjadi dasar kita dalam melakukan analisis.
1. Populasi
Populasi adalah semua bagian atau anggota dari obyek yang akan
diamati. Populasi bisa berupa orang, benda, obyek, peristiwa, ataupun yang
menjadi obyek dari survey kita. Langkah awal yang harus dillakukan pertama kali
oleh peneliti adalah menentukan siapa populasi dari survey.
Populasi ditentukan oleh topik dan tujuan survey. Pertanyaan yang harus dijawab
peneliti adalah apa yang ingin diteliti? Pertanyaan ini penting karena tujuan survey
yang berbeda akan menghasilkan populasi yang berbeda pula.
1. Populasi Sasaran
Populasi adalah konsep abstrak, tidak bisa ditunjuk secara langsung. Agar lebih
operasional (bisa dihitung, bisa diukur), populasi haruslah didefinisikan secara
jelas dan spesifik. Populasi yang sudah didefinisikan ini disebut sebagai populasi
sasaran (target population). Dalam populai sasaran, peneliti harus menjelaskan
secara spesifik batasan dan definisi dari populasi yang dipakai. Ketika
merumuskan populasi sasaran, ada 2 aspek yang harus diperhatikan peneliti yaitu
populasi sasaran sangat tergantung pada tujuan dari survey dan populasi sasaran
harus mendefinisikan kriteria dari elemen yang dimasukkan dalam populasi
sasaran. Selain dua aspek tersebut, populasi sasaran harus juga
mempertimbangkan akses untuk menjangkau populasi.
Semua pasien rumah sakit 1. (What) : Pasien adalah mereka Semua pasien rawat
yang ada di RSUD Kab yang menjalani perawatan di inap di RSUD Kab
Sumenep Rumah Sakit Pemerintah Sumenep selama
(RSUD) bulan Nopember
2. (Who) : pasien dibatasi hanya 2010
mereka yang menjalani rawat
inap (tidak termasuk yang
menjalani rawat jalan)
3. (Where) : Pasien di RSUD Kab
Pamekasan
4. (When) : pasien yang menjalan
rawat inap selama bulan
Nopember 2010
1. Unit sampel
Unit sampel adalah elemen yang menjadi dasar dalam penarikan sampel. Dalam
penarikan sampel yang sederhana (satu tahap), unit sampel identik dengan
elemen. Dalam survey yang kompleks (dengan sejumlah tahap penarikan sampel),
unit sampel bisa beberapa jenis. Setiap tahap penarikan sampel, peneliti harus
menentukan elemen apa yang menjadi dasar dalam penarikan sampel. Dalam
setiap survey, unit sampel harus dirumuskan dengan jelas karena menjadi dasar
penentuan dan penarikan sampel. Unit sampel ini umumnya dirumuskan dengan
beragam istilah. Misalnya Primary Sampling Unit (PSU) yaitu unit sampel
pertama yang diambil oleh peneliti, misalnya PSU adalah desa atau
kelurahan. Ada lagi yang disebut dengan Secondary Sampling Unit (SSU) yaitu
unit sampel di bawah PSU, misalnya Rukun Tetangga (RT). Sementara unit
sampel yang terakhir adalah Final Sampling Unit yaitu rumah tangga.
1. Kerangka Sampel
n = Z2. p (1 – p)/ e2
1. Sampling probabilitas
Penarikan sample dengan metode ini digunakan untuk survey dengan tujuan
generalisasi. Mayoritas survey opini publik termasuk survey kebijakan publik
dan survey pemilukada mempergunakan pendekatan ini. Hasil dari survey
dipakai untuk mengestimasi suara dari masyarakat (populasi). Supaya sample bisa
dipakai untuk tujuan itu maka harus memenuhi prinsip probabilitas. Prinsip ini
terjadi apabila sample diambil berdasarkan asas keacakan (randomness). Artinya
setiap elemen atau unsur dalam populasi memiliki peluang yang sama untuk
terpilih sebagai sample.
Beberapa jenis teknik penarikan sample dengan pendekatan probabilitas antara lain
adalah :
Teknik
Sampling
Sampel Bola Salju
(Snowball sampling)
Sampel Purposif
Sampel Kuota
Sampel Sembarang
(Convenience Sampling)
Non
Probabilitas
Sampel Wilayah
1. Menetapkan Secondary Sampling Unit (SSU) dalam hal ini Rukun Tetangga
(RT) terpilih. RT terpilih pada kelurahan terpilih di wilayah Kabupaten
Sumenep. Dalam 1 RT maksimal jumlah sampel adalah 2 (dua)
responden. Jumlah RT terpilih berdasarkan jumlah sampel pada masing-
masing kelurahan/desa. RT terpilih harus terambil secara acak dari seluruh
RT pada kelurahan terpilih, dimana setiap RT mempunyai kesempatan yang
sama untuk terpilih
2. Menetapkan Final Sampling Unit (FSU) yaitu rumah tangga terpilih.
Metode yang dipakai dalam penentuan rumah tangga bisa menggunakan teknik
acak sederhana (simple random sampling) atau sampling acak sistematis
(systematic random sampling) berdasarkan data rumah tangga yang diperoleh dari
Ketua RT.
1. Menetapkan responden terpilih pada rumah tangga terpilih dengan
menggunakan metode kishgrid, dimana setiap responden yang memiliki hak
pilih pada rumah tangga terpilih memiliki kesempatan yang sama untuk
terpilih
2. Membagi sampel berdasarkan kuota pemilih di Kabupaten Sumenep
(stratified random sampling) berdasarkan : gender, usia, strata pendidikan,
urban/rural