1
BAB I
PEMBAHASAN
1.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
2
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(mewakili).
Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan
karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan
gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan
gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia
menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau sampel yang dipilih
tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang membuat kesimpulan salah
tentang gajah.
4
Gambar 4.1 Kesalahan yang Berkaitan dengan Pemilihan Sampel
Sumber: Zikmund (2000:348)
Dalam praktek, estimasi berdasarkan sampel memang tidak sama persis dengan
perhitungan sensus. Oleh karena itu, cara-cara meminimalkan ke- salahan dalam
pengambilan sampel perlu diperhatikan (lihat Gambar 4.1). Kesalahan yang sering
terjadi adalah (Zikmund, 2000: 344-349):
a. Sampling frame error, yaitu kesalahan yang terjadi bila elemen sampel
tertentu tidak diperhitungkan, atau bila seluruh populasi tidak diwakili
secara tepat oleh kerangka sampel. Misalnya, sebuah bank mendefinisikan
populasinya sebagai semua orang yang memiliki rekening tabungan. Namun
ketika ia menarik sampel dari daftar rekening tabungan, dan bukan daftar
nama individu, maka sampelnya terlalu banyak karena nasabah dapat saja
miliki rekening ganda. Dengan demikian, kesalahan kerangka sampel dapat
menghilangkan responden yang potensial atau memasukkan responden
yang seharusnya tidak didaftar sebagai anggota populasi.
b. Random sampling error (sampling error), yaitu kesalahan akibat adanya
perbedaan antara hasil sampel dan hasil sensus yang dilakukan dengan
prosedur yang sama. Kesalahan juga dapat muncul karena fluktuasi statistik
yang terjadi karena variasi peluang dalam elemen sampel yang dipilih.
Kesalahan sampel semacam ini merupakan fungsi dari jumlah sampel. Bila
jumlah sampel meningkat, maka kesalahan sampel menurun. Misalkan,
suatu survei 900 orang karyawan untuk menentukan apakah perusahaan
sebaiknya berpindah ke lokasi baru. Asumsikan 30 persen responden
mendukung rencana lokasi baru. Para peneliti sadar, berdasarkan hukum
5
probabilitas, 95 persen dari waktu survei yang sedikit kurang dari 900 orang
akan mendatangkan hasil dengan kesalahan kurang lebih 3 persen. Bila
survei hanya mendapatkan 325 sampel, marjin kesalahan akan meningkat
kurang lebih 5 persen.
c. Nonresponse error, yaitu kesalahan akibat perbedaan statistik antara survei
yang hanya memasukkan mereka yang merespon dan juga mereka yang
gagal (tidak) merespons. Sebagai contoh, sebuah survei dengan surat (mail
survey) mendesain sampelnya dengan mengklasifikasikan pengembalian
kuesioner dan yang tidak merespons dalam tiga tahap pengiriman lewat
surat. Dalam survei semacam nonresponse perlu diteliti lebih jauh apakah
karena yang bersangkutan: (1) pindah alamat; (2) tidak mau menjawab; (3)
alamat tidak jelas atau salah.
6
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dari populasi mulai
dari 10 sampai dengan 1.000.000. Dari tabel 5.1 terlihat bahwa, makin besar taraf
kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel. Sebagai contoh: untuk populasi
kesalahan 1000, untuk taraf kesalahan 1% jumlah sampelnya = 399; untuk taraf
kesalahan 5%, jumlah sampelnya 258, dan untuk taraf kesalahan 10%, jumlah
sampelnya 213. Dari tabel juga terhihat bahwa bila jumlah populasi tak terhingga,
maka jumlah anggota sampelnya untuk kesalahan 1% = 664, 5% = 349, dan 10 %,
272. Untuk jumlah populasi 10 jumlah anggota sampel sebenarnya hanya 9,56 tetapi
dibulatkan, sehingga menjadi 10.
Cara menentukan ukuran sampel seperti yang dikemukakan di atas didasarkan
atas asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Bila sampel tidak berdistribusi
normal, misalnya populasi homogen maka cara-cara terscbut tidak perlu dipakai.
Misalnya populasinya benda, latakan logam dimana susunan molekulnya homogen,
maka jumlah sumpel yang diperlukan 1% saja sudah bisa mewakili.
Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sampel,
misalnya dari Cochran, Cohen dll. Bila keduanya digunakan untuk menghitung
ukuran sampel, terdapat sedikit perbedaan jumlahnya. Lalu yang dipakai yang
mana? Sebaiknya yang dipakai adalah jumlah ukuran sampel yang paling besar.
Selanjutnya pada gambar 5.7 berikut ini diberikan cara menentukan jumlah
anggota sampel dengan menggunakan Nomogram Herry King seperti berikut ini.
Dalam Nomogram maksimum 2000, dengan taraf kesalahan yang bervariasi,
mulai 0,3% sampai dengan 15% , dan faktor pengali yang disesuaikan dengan taraf
kesalahan yang ditentukan. Dalam nomogram terlihat untuk confident interval
(interval kepercayaan) 80% faktor pengalinya 0.780, untuk 85% faktor pengalinya
0,785; untuk 99% faktor pengalinya = 0,785 untuk 99% faktor pengalinya = 1,195
dan untuk 99% faktor penggalinya = 1,573.
7
Tabel 5.1
Gambar 5.7 Nomogram Harry King Untuk Menentukan Ukuran Sampel dari
Populasi Sampai 2.000
8
Jumlah sampel yang sesuai untuk suatu penelitian dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut (Davis & Cosenza, 1993: 222-223):
a. Homogenitas
Homogenitas unit pemilihan sampel sangat mempengaruhi jumlah sampel
yang layak untuk suatu penelitian. Semakin homogen suatu unit pemilihan
sampel, semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan. Sebaliknya, semakin
heterogen suatu unit pemilihan sampel, semakin besar jumlah sampel yang
diperlukan agar dapat mencerminkan populasi.
b. Derajat Kepercayaan
Derajat kepercayaan mengukur seberapa jauh peneliti yakin dalam
mengestimasi parameter populasi secara benar. Derajat kepercayaan
biasanya dinyatakan dalam probabilitas, misalnya 95 % . Dengan asumsi
faktor lain tetap, sampel yang lebih banyak diperlukan bila derajat
kepercayaan meningkat.
c. Presisi
Presisi (ketelitian) mengukur kesalahan standar dari estimasi yang
dilakukan. Dengan kata lain, harapan penyimpangan terhadap populasi
dihitung dengan deviasi standar. Standar deviasi diperoleh berdasarkan
studi pendahuluan (pllot study). Dengan asumsi faktor lain tetap, semakin
tinggi presisi yang diinginkan maka semakin banyak jumlah sampel yang
diperlukan.
d. Prosedur Analisis
Beberapa model analisis tertentu memerlukan sampel dalam jumlah ter-
tentu. Peneliti perlu mempertimbangkan jumlah sampel yang diperlukan
sesuai dengan model analisis yang akan dipergunakan.
e. Kendala Sumber Daya
Adalah benar bahwa semakin besar jumlah sarmpel yang dipergunakan
untuk penggalian data, pencerminan keadaan populasi akan semakin baik.
Namun demikian, pada kenyataannya kendala sumber daya tidak jarang
menjadi penghalang bagi peneliti untuk melakukan sesuatu yang ideal.
Keterbatasan waktu, dana, dan juga sumber daya manusia sering menjadi
pembatas yang sangat menentukan dalam penentuan jumlah sampel yang
layak dalam suatu penelitian.
9
Secara umum, jumlah sampel minimal yang dapat diterima untuk suatu studi
tergantung dari jenis studi yang dilakukan. Beberapa pedoman yang dianjurkan
adalah (Gay & Diehl, 1996: 140-141):
a. Untuk studi deskriptif, sampel 10 % dari populasi dianggap merupakan
jumlah amat minimal.
b. Untuk populasi yang lebih kecil, setidaknya 20 % mungkin diperlukan.
c. Untuk studi korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji
ada/tidaknya hubungan.
d. Untuk studi kausal-komparatif, minimal 30 subjek per grup umumnya
dianjurkan.
e. Untuk studi eksperimen, minimal 15 subjek per grup umumnya dianjurkan.
Roscoe dalam
buku Research
Methods For Business (1982: 253) memberikan saran-saran tentang ukuran
sampel untuk penelitian seperti berikut ini.
a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan
500.
b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya pria-wanita, pegawai negeri-
swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal
30.
c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi
atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5
(independen + dependen), maka jumlah anggota sampel 10 x 5= 50.
d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-
masing antara 10 s/d 20.
16
Unit pemilihan sampel adalah kelompok elemen. Dari populasi
penelitian, elemen yang akan dikelompokkan menjadi satu atau beberapa
kelompok tergantung kepada desain sampel yang dipergunakan penellti.
Dengan demikian, dari populasi yang sama dapat diklasifikasikan menjadi
satu atau lebih unit pemilihan sampel. Jika peneliti menggunakan desain
pemilihan sampel sederhana, misalnya pemilihan random sederhana, berarti
hanya terdapat satu macam unit pemilihan sampel, yaitu populasi. Namun
apabila peneliti menggunakan desain yang lebih kompleks. misalnya
pernilihan random stratifikasi, dari populasi yang sama dapat ditentukan
lebih dari satu unit pemilihan sampel. Dari unit pemilihan sampel ini
nantinya akan dipilih sampel untuk penelitian.
3. Penentuan Kerangka Pemilihan
Sampel Kerangka pemilihan sampel adalah daftar elemen dari setiap
unit pemilihan sampel. Penelitian terhadap mahasiswa tahun pertama
misalnya dapat menggunakan daftar nama mahasiswa tahun pertama yang
dapat diperoleh di bagian administrasi. Apabila populasi yang akan diteliti
adalah perusahaan manufaktur di Indonesia, kerangka pemilihan sampel
bisa diperoleh dari Daftar Direktori perusahaan manufaktur di seluruh
Indonesia.
4. Penentuan Desain Sampel
Desain sampel adalah metode untuk memilih sampel dari populasi yang
ada. Ada beberapa macam desain sampel yang dapat dipergunakan oleh
peneliti. Setiap desain sampel mempunyai kelebihan dan kelemahan
tersendiri. Peneliti perlu memilih desain sampel yang paling sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan.
5. Penentuan Jumlah Sampel
Sebagaimana diketahui, data yang akan dianalisis diperoleh dari sampel
penelitian. Dengan demikian semakin besar jumlah sampel, dengan desain
sampel yang benar, tentunya data yang diperoleh akan semakin mewakili
populasi yang diteliti. Namun demikian dalam hubungannya dengan biaya
penelitian, semakin besar jumlah sampel, biaya penelitian juga semakin
besar. Hal yang perlu dipertimbangkan peneliti adalah bagaimana
menentukan jumlah sampel yang dapat mewakili populasi dengan baik
sekaligus dengan jumlah biaya yang terjangkau oleh peneliti.
17
6. Pemilihan Sampel
Langkah terakhir dalam proses pemilihan sampel adalah memilih
sampel yang diperlukan. Dalam langkah ini peneliti menentukan elemen
yang akan menjadi sampel dari penelitian yang dilakukan.
18
40 𝑇𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
𝐼= = 3 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
13 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1.9.1.1 Kekurangan dan Keuntungan dari Teknik Pengambilan Sampel
Acak Sistematis
1. Keuntungan
Keuntungan dari metode ini adalah cara ini lebih cepat, lebih
mudah dan lebih mudah pelaksanaannya daripada cara-cara lainnya.
Cara ini juga memungkinkan untuk mengambil sampel di lapangan
dengan tanpa harus menggnakan kerangka sampel.
2. Kekurangan
Metode ini mempunyai dua kerugian. Pertama, jika urutannya
tidak sepenuhnya acak, maka variasi dari populasi tidak dapat
diduga secara tepat. Kedua, jika populasi memiliki pengulangan
karakteristik yang relatif tetap (dan kebetulan sama dengan interval
yg digunakan) maka sampel akan menjadi seragam.
1.9.2. Metode Pengambilan Sampel Dengan Sistem Diagonal
Pengambilan sampel dilakukan dengan sistem diagonal. Terdapat 5 titik
atau unit sampel atau sub-lokasi dalam satu lahan. Jadi sampel diambil pada
titik atau pada unit sampel Gambar 1.
19
Menghemat Biaya karena data yang dikumpulkan hanya sample
saja, maka petugas yang dibutuhkan lebih sedikit, hemat biaya
percetakan, biaya pelatihan, pencacahan, dan pengolahan.
2. Mempercepat Hasil Survei
Pada umumya data yang dibutuhkan segera, sehingga berbagai
perencanaan segera dapat dilakukan. Dengan melakukan survei
sample maka pelaksanaan lapangan dan pengolahan tentunya akan
jauh lebih cepat diselesaikan.
3. Cakupan Materi Lebih Besar
Data yang diperlukan biasanya beragam dan cukup banyak,
sehingga tidak mungkin dikumpulkan melalui pencacahan lengkap.
4. Akurasi Lebih Tinggi
Pada sensus jumlah petugas dan responden yang besar akan
mengakibatkan tingkat kesalahan yang juga besar terutama
kesalahan yang diakibatkan bukan oleh teknik sampling yang
disebut dengan Non Sampling Error.
1.9.2.2 Kelemahan Metode Diagonal
1. Penyajian Wilayah Kecil
Penyajian wilayah kecil seperti kecamatan dan desa dengan sample
terbatas tidak dapat dipenuhi.
2. Penyajian Variable Proporsi Kecil
Survei sample tidak dapat menyajikan variable yang kejadiannya
kecil dalam populasi (proporsi kecil).
3. Trend Data
Apabila data diperlukan secara berkala untuk mengukur perubahan
yang sangat kecil dari satu periode ke periode berikutnya,
kemungkinan sample diperlukan cukup besar.
4. Tidak Tersedianya Kerangka Sampel
Tidak tersedianya kerangka sample sehingga persyaratan
probabilitas sampling tidak terpenuhi.
20
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan
berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian.
Proses ini tidak melibatkan objek apapun, namun sengaja dipilih oleh
masingmasing individu dari populasi berdasarkan otoritas atau kewenangan
peneliti dan penilaian.
1.9.3.1. Kelebihan Metode Purposive Sampling
1. Tujuan dari penelitian terpenuhi
2. Sempel ini dipilih sedemikian relefan dengan desain penelitian
3. Cara ini relatif murah dan mudah dilaksanakan
4. Sampel yang dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan
penelitian dapat didekati
1.9.3.2. Kekurangan Metode Purposive Sampling
2.1 Tidak ada jaminan sepenuhnya bahwa sempel representatif seperti
halnya dengan sampel acakan atau random
2.2 Belum tentu mewakili keseluruhan variasi yang ada
2. Teknik Sampling
Teknik sampling ini menurut Purwanto (2009) merupakan kegiatan mengambil
sebagian dari populasi yang akan diteliti degnan cara tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan supaya sebagian yang diambil mewakili populasinya. Dalam garis
besarnya ada dua macam sampling, yaitu (a) yang memberi kemungkinan yang sama bagi
setiap unsur populasi untuk dipilih yang disebut probability sampling dan (b) yang tidak
memberi kemungkinan yang sama bagi tiap unsur populasi untuk dipilih yang disebut
dengan non probability sampling (Nasution, 2012).
2.1 Probability/Random Sampling
pada saat memilih unit sampling sangat diperhatikan besarnya peluang satuan
sampling untuk terpilih kedalam sampel, dan peluang itu tidak boleh sama dengan
nol. Sampel tipe ini bisa dipakai untuk melakukan generalisasi hasil penelitian
terhadap populasi walaupun data yang didapat hanya berasal dari sampel.Teknik
sampling ini biasanya digunakan pada penelitian kuantitatif.
Beberapa metode menurut Nasution (2012) yang termasuk dalam Sampling
Probabilitas, antara lain:
2.1.1. Simple Random Sampling
21
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak dan bahwa semua anggota populasi
mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai sample serta
kesempatan itu harus independen artinya kesempatan bagi suatu individu
untuk dipilih tidak mempengaruhi individu lain untuk dipilih.
Misalnya ada sebuah penelitian mengenai “Model Pembiayaan
Pendidikan Dasar di Jawa Barat”, sampelnya adalah seluruh SD dan SMP
yang ada di Jawa Barat. Terhadap seluruh SD dan SMP tersebut dilakukan
pemilihan secara random tanpa melakukan pengelompokkan terlebih dahulu,
dengan demikian peluang masing-masing SD maupun SMP untuk terpilih
sebagai sampel sama.
Sampling acakan ini dilakukan dengan cara (1) undian, (2) menggunakan
tabel, (3) menggunakan komputer.
Secara undian : tiap unsur diberi masing-masing satu nomor secara berturut,
misalnya pada secarik kertas, dimasukkan kedalam kotak, lalu dikocok agar
bercamput, kemudian peneliti mengambil satu per satu kertas sampai pada
jumlah yang diinginkan. Cara ini dapat dilakukan tanpa pengembalian atau
dengan pengembalian.
Secara ordinal : dilakukan dengan membuat daftar secara berurutan dari unit
sampling yang pertama sampai yang terakhir, kemudian secara berurutan dari
atas ke bawah ditetapkan satu persatu sampel, sampai mencapai jumlah atau
ukuran sampel yang diperlukan dengan pola tertentu. Pola itu antara lain
dengan mengambil unit sampling bernomor genap, atau bernomor ganjil saja,
mungkin pula dengan mengambil unit sampling degnan nomor urut kelipatan
tiga, kelipatan empat, tergantung dengan pola yang ditentukan oleh peneliti.
Cara ini tidak terdapat pengembalian.
Secara randomisasi : dengan mempergunakan bilangan random yang sifatnya
lebih obyektif, dilakukan dengan cara menyusun daftar unit sampling secara
berurutan lengkap dengan nomor urutnya masing-masing. Kemudian
dilakukan randomisasi nomor urut dengan menjatuhkan ujung pensil diatas
tabel bilangan random. Angka yang terdekat dengan ujung pensil merupakan
nomor urut unit sampling dan diambil sebagai sampel.
23
Satuan sampling dipilih dengan jalan mengambil setiap kasus yang
kesekian dari daftar populasi. Mula-mula ditetapkan terlebih dahulu berapa
jumlah subyek yang dikehendaki didalam sample (n). Karena jumlah seluruh
anggota populasi (N) sudah diketahui, maka N dibagi degnan n untuk
memperoleh interval penaikan sampel (k) yang akan digunakan dalam daftar
populasi. Anggota sampel yang pertama diilih secara acak dari interval yang
pertama, dan kemudian secara sistematis setiap anggota yang ke-k dari
populasi tersebut diambil sebagi sampel. Misalnya, kita andaikan suatu
populasi terdiri atas 400 subyek, sedang besar sampel yang kita inginkan
adalah 20, jadi k= N/n = 400/20= 20. Kemudian dari 20 kasus (orang) diambil
kasus pertama yang akan dijadikan sampel, dapat diambil secara acak.
Selanjutnya setiap kasus ke 20 berikutnya akan dipilih sebagai anggota
sampel. Misalnya, pilihan pertama itu adalah nama atau nomor 3. Kemudian
peneliti menambahkan interbal penarikan sampel k yaitu 20 pada angka 3 itu,
dengan demikian orang ke 23 akan masuk ke dalam sampel, demikian pula
orang ke 43, 63 dan seterusnya sampai akhir daftar itu.
2.2.2. Snowball Sampling
Satuan sampling dipilih atau ditentukan mulai dengan kelompok kecil
yang diminta untuk menunjuk kawan masing-masing, kemudian kawan
kawan ini diminta pula menunjukkan kawan masingmasing pula, begitu
seterusnya sehingga kelompok itu senantiasa bertambah besarnya, bagaikan
bola salju yang kian bertambah besar bila meluncur dari puncak bukit ke
bawah.
Sampling ini dipilih bila kita ingin menyelidiki hubungan antar manusia
dalam kelompok yang akrab, atau menyelidiki cara-cara informasi tersebar
dikalangan tertentu, misalnya kalangan berprofesi tertentu seperti bagaimana
doktor mengetahui tentang pemakaian obat, atau bagaimana orang
menanamkan modal, dan sebagainya.
2.2.3. Purposive Sampling
Disebut juga Judgment Sampling. Satuan samplingdipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperolehsatuan sampling yang
memiliki karakteristik yang dikehendaki,misalnya orang yang mempunya
tingkat pendidikan tertentu, jabatan terteu, usia tertentu yang pernah aktif
dalam kegiatan masyarakat tertentu. Sampel ini adalah sampel yang dipilih
24
dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian. Sebagai contoh
:untuk menilai mutu pendidikan, peneliti dapat memilih dari pegawai kantor
departemen pendidikan, guru, orang tua, mutid, pengusaha-pengusaha sebagai
konsumen produk pendidikan, kemudian peneliti menentukan siapa-siap yang
dianggapnya representatif dari tiap golongan. Keuntungan : sampel itu dipilih
sedemikian rupa, sehingga relean dengan desai penelitian dan relatif mudah
dan murah untuk dilaksanakan. Kelemahan: tidak ada jaminan sepenuhnya
bahwa sampel itu representatif seperti halnya degnan sampel random.
BAB II
SIMPULAN
25
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda
alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek yang diteliti itu.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi tersebut.
Teknik sampling terdiri dari Probability sampling yang terdiri dari: Simple random
sampling, Proportionate stratified random sampling, Disproportionate stratified random
sampling, Cluster sampling (area sampling) dan Nonprobability sampling yang terdiri dari:
Simple random sampling, Proportionate stratified random sampling, Disproportionate stratified
random sampling, Cluster sampling (area sampling).
26
DAFTAR PUSTAKA
Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan
Susila, Wayan. Tt. Teknik Pengambilan Sampel. Fakultas Pertanian Universitas Udayana,
Jimbaran
Marzuki, dkk. 2015. Teknik Sampling. Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang
27