Anda di halaman 1dari 27

PETA KONSEP

1
BAB I
PEMBAHASAN

1. Populasi dan Sampel


1.1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda- benda alam yang
lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.
Misalnya akan melakukan penelitian di perusahaan X, maka perusahaan X ini
merupakan populasi. Perusahaan X mempunyai sejumlah orang/subyek dan obyek
yang lain. Hal ini berarti populasi dalam arti jumlah/kuantitas. Tetapi perusahaan X
juga mempunyai karakteristik orang-orangnya, misalnya motivasi kerjanya, disiplin
kerjanya, kepemimpinannya, iklim organisasinya dan lain-lain; dan Juga
mempunyai karakteristik obyek yang lain, misalnya kebijakan, prosedur kerja, tata
ruang, produk dan jasa yang dihasilkan dan lain- lain. Yang terakhir berarti populasi
dalam arti karakteristik.
Satu orang-pun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu
mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicaranya, disiplin pribadi, hobi,
cara Misalnya akan melakukan penelitian tentang kepemimpinan presiden Y maka
kepemimpinan itu merupakan sampel dari semua karakteristik yang dimiliki
presiden Y.
Dalam bidang kedokteran, satu orang sering bertindak sebagai populasi. Darah
yang ada pada setiap orang adalah populasi, kalau akan diperiksa cukup diambil
sebagian darah yang berupa sampel. Data yang diteliti dari sampel tersebut
selanjutnya diberlakukan ke seluruh darah yang dimiliki orang tersebut.

1.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang
ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang
2
dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(mewakili).
Bila sampel tidak representatif, maka ibarat orang buta disuruh menyimpulkan
karakteristik gajah. Satu orang memegang telinga gajah, maka ia menyimpulkan
gajah itu seperti kipas. Orang kedua memegang badan gajah, maka ia menyimpulkan
gajah itu seperti tembok besar. Satu orang lagi memegang ekornya, maka ia
menyimpulkan gajah itu kecil seperti seutas tali. Begitulah kalau sampel yang dipilih
tidak representatif, maka ibarat 3 orang buta itu yang membuat kesimpulan salah
tentang gajah.

1.3. Penelitian Menggunakan Sampel dan Populasi


1.3.1. Alasan Pemilihan Sampel
Dalam penelitian, seorang peneliti sering kali menggunakan sampel dengan
beberapa pertimbangan. Inilah yang disebut dengan sampling, yaitu proses
memilih sejumlah elemen dari populasi yang mencukupi untuk mempelajari
sampel dan memahami karakteristik elemen populasi (Sekaran, 2000: 268)
Alasan utama penggunaan sampel adalah (Davis & Cosenza, 1993: 219- 220;
Zikmund, 2000: 339-340): 1. Kendala Sumber daya Kendala waktu, dana, dan
sumber daya lain yang terbatas jumlahnya. Penggunaan sampel akan
menghemat sumber daya untuk meng- hasilkan penelitian yang lebih dapat
dipercaya daripada sensus. 2. Ketepatan Melalui pemilihan desain sampel yang
baik, peneliti akan memperoleh data yang akurat, dengan tingkat kesalahan
yang relatif rendah. 3. Pengukuran Destruktif Kadang-kadang pengukuran yang
dilakukan merupakan pengukuran destruktif. Sebagai contoh, apabila
perusahaan kita memproduksi ban dan kita harus menguji seberapa kemampuan
tiap ban dalam menyimpan udara dengan meniup setiap ban sampai meletus,
maka kita tidak memiliki lagi ban yang dijual ke pasar.
1.3.2. Contoh Penelitian Menggunakan Populasi dan Sampel
Contoh mengenai populasi dan sampel yang bisa diberikan misalnya dalam
survei yang ada pada saat pemilu. Baik ketika melakukan perhitungan suara atau
pada saat quick count atau ketika suvei yang dilaksanakan sebelum pemilu tiba.
Dalam survei yang dilakukan, baik yang dilakukan oleh Lembaga Survei
Indonesia, Saiful Mujani Research & Consulting, Populasi dan lain sebagainya
3
selalu menggunakan teknik penelitian kuantitatif dalam penggunaan populasi
dan sampel.
Lembaga lembaga survei ini mengambil beberapa sampel dengan
metodologi tertentu dan hasilnya pun tidak jauh berbeda dengan realitas yang
sesungguhnya. Teknik pengambilan populasi dan sampel pun dilakukan untuk
memudahkan dan menghemat biaya yang dibutuhkan.
Dalam contoh ini, jika kita ambil kesimpulan maka populasi yang
sebenarnya dan harus dilakukan adalah mensurvei semua rakyat Indonesia dan
sampelnya ternyata hanya beberapa masyarakat yang dijadikan sampel di dalam
penelitian yang dilakukan.
Contoh lain dari populasi dan sampel adalah dengan melakukan penelitian
terhadap siswa pada suatu SD Negeri, atau Anda juga bisa melakukan penelitian
dengan menggunakan objek atau subjek lain dalam melakukan penelitian.

1.4. Kriteria Sampel yang Baik


Sampel yang baik umumnya memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik
yang dimaksud setidaknya meliputi:
a. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan
yang berhubungan dengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban yang
dikehendaki
b. Sampel yang baik mengidentifikasikan probabilitas dari setiap unit analisis
untuk menjadi sampel
c. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung akurasi dan
pengaruh (misalnya kesalahan) dalam pemilihan sampel daripada harus
melakukan sensus
d. Sampel yang baik memungkinkan peneliti menghitung derajat kepercayaan
yang diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel
statistika.

4
Gambar 4.1 Kesalahan yang Berkaitan dengan Pemilihan Sampel
Sumber: Zikmund (2000:348)

Dalam praktek, estimasi berdasarkan sampel memang tidak sama persis dengan
perhitungan sensus. Oleh karena itu, cara-cara meminimalkan ke- salahan dalam
pengambilan sampel perlu diperhatikan (lihat Gambar 4.1). Kesalahan yang sering
terjadi adalah (Zikmund, 2000: 344-349):
a. Sampling frame error, yaitu kesalahan yang terjadi bila elemen sampel
tertentu tidak diperhitungkan, atau bila seluruh populasi tidak diwakili
secara tepat oleh kerangka sampel. Misalnya, sebuah bank mendefinisikan
populasinya sebagai semua orang yang memiliki rekening tabungan. Namun
ketika ia menarik sampel dari daftar rekening tabungan, dan bukan daftar
nama individu, maka sampelnya terlalu banyak karena nasabah dapat saja
miliki rekening ganda. Dengan demikian, kesalahan kerangka sampel dapat
menghilangkan responden yang potensial atau memasukkan responden
yang seharusnya tidak didaftar sebagai anggota populasi.
b. Random sampling error (sampling error), yaitu kesalahan akibat adanya
perbedaan antara hasil sampel dan hasil sensus yang dilakukan dengan
prosedur yang sama. Kesalahan juga dapat muncul karena fluktuasi statistik
yang terjadi karena variasi peluang dalam elemen sampel yang dipilih.
Kesalahan sampel semacam ini merupakan fungsi dari jumlah sampel. Bila
jumlah sampel meningkat, maka kesalahan sampel menurun. Misalkan,
suatu survei 900 orang karyawan untuk menentukan apakah perusahaan
sebaiknya berpindah ke lokasi baru. Asumsikan 30 persen responden
mendukung rencana lokasi baru. Para peneliti sadar, berdasarkan hukum
5
probabilitas, 95 persen dari waktu survei yang sedikit kurang dari 900 orang
akan mendatangkan hasil dengan kesalahan kurang lebih 3 persen. Bila
survei hanya mendapatkan 325 sampel, marjin kesalahan akan meningkat
kurang lebih 5 persen.
c. Nonresponse error, yaitu kesalahan akibat perbedaan statistik antara survei
yang hanya memasukkan mereka yang merespon dan juga mereka yang
gagal (tidak) merespons. Sebagai contoh, sebuah survei dengan surat (mail
survey) mendesain sampelnya dengan mengklasifikasikan pengembalian
kuesioner dan yang tidak merespons dalam tiga tahap pengiriman lewat
surat. Dalam survei semacam nonresponse perlu diteliti lebih jauh apakah
karena yang bersangkutan: (1) pindah alamat; (2) tidak mau menjawab; (3)
alamat tidak jelas atau salah.

1.5. Pertimbangan Penentuan Ukuran Sampel


Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel, Jumlah
sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah
anggota populasi itu sendiri. Jadi bila jumlah populasi 1000 dan hasil penelitian itu
akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah
sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang.
Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka generalisasi semakin kecil
dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar
kesalahan (diberlakukan umum).
Berapa jumlah anggota sampel yang paling tepat digunakan dalam penelitian?
Jawabannya tergantung pada tingkat ketelitian atau kesalahan yang dikehendaki.
Tingkat ketelitian/kepercayaan yang dikehendaki sering tergantung pada sumber
dana, waktu dan tenaga yang tersedia. Makin besar tingkat kesalahan maka akan
semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan, dan sebaliknya, makin kecil tingkat
kesalahan, maka akan semakin besar jumlah anggota sampel yang diperlukan
sebagai sumber data.
Berikut ini diberikan tabel penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu yang
dikembangkan dari Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan, I %, 5 % , dan 10
%. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui
jumlahnya adalah sebagai berikut.

6
Berdasarkan rumus tersebut dapat dihitung jumlah sampel dari populasi mulai
dari 10 sampai dengan 1.000.000. Dari tabel 5.1 terlihat bahwa, makin besar taraf
kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel. Sebagai contoh: untuk populasi
kesalahan 1000, untuk taraf kesalahan 1% jumlah sampelnya = 399; untuk taraf
kesalahan 5%, jumlah sampelnya 258, dan untuk taraf kesalahan 10%, jumlah
sampelnya 213. Dari tabel juga terhihat bahwa bila jumlah populasi tak terhingga,
maka jumlah anggota sampelnya untuk kesalahan 1% = 664, 5% = 349, dan 10 %,
272. Untuk jumlah populasi 10 jumlah anggota sampel sebenarnya hanya 9,56 tetapi
dibulatkan, sehingga menjadi 10.
Cara menentukan ukuran sampel seperti yang dikemukakan di atas didasarkan
atas asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Bila sampel tidak berdistribusi
normal, misalnya populasi homogen maka cara-cara terscbut tidak perlu dipakai.
Misalnya populasinya benda, latakan logam dimana susunan molekulnya homogen,
maka jumlah sumpel yang diperlukan 1% saja sudah bisa mewakili.
Sebenarnya terdapat berbagai rumus untuk menghitung ukuran sampel,
misalnya dari Cochran, Cohen dll. Bila keduanya digunakan untuk menghitung
ukuran sampel, terdapat sedikit perbedaan jumlahnya. Lalu yang dipakai yang
mana? Sebaiknya yang dipakai adalah jumlah ukuran sampel yang paling besar.
Selanjutnya pada gambar 5.7 berikut ini diberikan cara menentukan jumlah
anggota sampel dengan menggunakan Nomogram Herry King seperti berikut ini.
Dalam Nomogram maksimum 2000, dengan taraf kesalahan yang bervariasi,
mulai 0,3% sampai dengan 15% , dan faktor pengali yang disesuaikan dengan taraf
kesalahan yang ditentukan. Dalam nomogram terlihat untuk confident interval
(interval kepercayaan) 80% faktor pengalinya 0.780, untuk 85% faktor pengalinya
0,785; untuk 99% faktor pengalinya = 0,785 untuk 99% faktor pengalinya = 1,195
dan untuk 99% faktor penggalinya = 1,573.

7
Tabel 5.1

Gambar 5.7 Nomogram Harry King Untuk Menentukan Ukuran Sampel dari
Populasi Sampai 2.000

8
Jumlah sampel yang sesuai untuk suatu penelitian dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu sebagai berikut (Davis & Cosenza, 1993: 222-223):
a. Homogenitas
Homogenitas unit pemilihan sampel sangat mempengaruhi jumlah sampel
yang layak untuk suatu penelitian. Semakin homogen suatu unit pemilihan
sampel, semakin kecil jumlah sampel yang diperlukan. Sebaliknya, semakin
heterogen suatu unit pemilihan sampel, semakin besar jumlah sampel yang
diperlukan agar dapat mencerminkan populasi.
b. Derajat Kepercayaan
Derajat kepercayaan mengukur seberapa jauh peneliti yakin dalam
mengestimasi parameter populasi secara benar. Derajat kepercayaan
biasanya dinyatakan dalam probabilitas, misalnya 95 % . Dengan asumsi
faktor lain tetap, sampel yang lebih banyak diperlukan bila derajat
kepercayaan meningkat.
c. Presisi
Presisi (ketelitian) mengukur kesalahan standar dari estimasi yang
dilakukan. Dengan kata lain, harapan penyimpangan terhadap populasi
dihitung dengan deviasi standar. Standar deviasi diperoleh berdasarkan
studi pendahuluan (pllot study). Dengan asumsi faktor lain tetap, semakin
tinggi presisi yang diinginkan maka semakin banyak jumlah sampel yang
diperlukan.
d. Prosedur Analisis
Beberapa model analisis tertentu memerlukan sampel dalam jumlah ter-
tentu. Peneliti perlu mempertimbangkan jumlah sampel yang diperlukan
sesuai dengan model analisis yang akan dipergunakan.
e. Kendala Sumber Daya
Adalah benar bahwa semakin besar jumlah sarmpel yang dipergunakan
untuk penggalian data, pencerminan keadaan populasi akan semakin baik.
Namun demikian, pada kenyataannya kendala sumber daya tidak jarang
menjadi penghalang bagi peneliti untuk melakukan sesuatu yang ideal.
Keterbatasan waktu, dana, dan juga sumber daya manusia sering menjadi
pembatas yang sangat menentukan dalam penentuan jumlah sampel yang
layak dalam suatu penelitian.

9
Secara umum, jumlah sampel minimal yang dapat diterima untuk suatu studi
tergantung dari jenis studi yang dilakukan. Beberapa pedoman yang dianjurkan
adalah (Gay & Diehl, 1996: 140-141):
a. Untuk studi deskriptif, sampel 10 % dari populasi dianggap merupakan
jumlah amat minimal.
b. Untuk populasi yang lebih kecil, setidaknya 20 % mungkin diperlukan.
c. Untuk studi korelasional, dibutuhkan minimal 30 sampel untuk menguji
ada/tidaknya hubungan.
d. Untuk studi kausal-komparatif, minimal 30 subjek per grup umumnya
dianjurkan.
e. Untuk studi eksperimen, minimal 15 subjek per grup umumnya dianjurkan.

1.6. Ukuran Sampel


Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan kelompok masyarakat
terhadap pelayanan pendidikan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah tertentu.
Kelompok masyarakat itu terdiri 1000 orang, yang dapat dikelompokkan
berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1 = 50, Sarjana Muda = 300, SMK
= 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata).
Dengan menggunakan tabel 5.1, bila jumlah populasi = 1000, kesalahan 5%,
maka jumlah sampelnya = 258. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga
berstrata. Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan demikian
masing-masing sampel untuk tingkat pendidikan harus proporsional sesuai dengan
populasi. Berdasarkan perhitungan dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk
kelompok S1 = 14, Sarjana Muda (SM) = 83, SMK = 139, SMP = 14, dan SD = 28.
S1 = 50/1000 X 258 = 12,90 = 13
SM = 300/1000 X 258 = 77,40 = 78
SMK = 500/1000 X 258 = 129,0 = 129
SMP = 100/1000 X 258 = 25,8 = 26
SD = 50/1000 X 258 = 12,90 = 13
Jumlah = 259
Jadi jumlah sampelnya Jumlah yang pecahan bisa dibulatkan ke atas, sehingga
jumlah sampel 12,9 + 77.4 + 129 + 25.8 + 12,9 = 258. Jumlah yang pecahan bisa
dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sampel menjadi 13 + 78 + 129 + 26 + 13 =
259.
10
Pada perhitungan yang menghasilkan pecahan (terdapat koma) sebaiknya
dibulatkan ke atas schingga jumlah sampelnya lebih 259. Hal ini lebih aman
daripada kurang dani 258. Gambaran jumlah populasi dan sampel dapat
ditunjukkan pada gambar 5.8 berikut:

Roscoe dalam
buku Research
Methods For Business (1982: 253) memberikan saran-saran tentang ukuran
sampel untuk penelitian seperti berikut ini.
a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan
500.
b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya pria-wanita, pegawai negeri-
swasta dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal
30.
c. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi
atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali
dari jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitiannya ada 5
(independen + dependen), maka jumlah anggota sampel 10 x 5= 50.
d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-
masing antara 10 s/d 20.

1.7. Sumber Kesalahan Sampel


2.7.1. Variasi Acak (Random Variation)
11
Variasi acak merupakan kesalahan sampling yang paling umum dijumpai.
Sebagai contoh, misalkan seorang pemilik supermarket tertarik untuk
menghitung rata-rata pendapatan per rumah tangga dalam suatu daerah tertentu.
Informasi yang diperoleh akan dijadikan sebagai dasar pertimbangan bagi
penyediaan jenis produk bagi masyarakat di daerah tersebut. seandainya dalam
pelaksanaan pengambilan sampelnya, yaitu dalam pemilihan suatu sampel acak
rumah tangga diperoleh rata-rata pendapatan rumah tangga sebesar Rp.250 juta
per tahun untuk daerah tersebut, dalam hal ini kita bisa saja bercuriga bahwa
sampel yang diambil mengandung kesalahan pendugaan, yakni secara
kebetulan semua sampel yang dipilih mungkin berada dalam kelompok yang
berpendapatan tinggi. Untuk kasus-kasus yang demikian hadirnya kesalahaan
pendugaan agak mudah terdeteksi bila informasi yang diperoleh jelas
meragukan, namun jika kesalahan pendugaan tidak begitu besar, tentunya
kesalahan yang muncul menjadi sulit terdeteksi sehingga pada akhirnya
informasi yang diperoleh akan mengarah pada pengambilan kesimpulan yang
keliru.
Sebagai contoh, jika dari pengambilan sampel untuk kasus yang sama
diperoleh rata-rata pendapatan rumah tangga sebesar Rp.10 juta (yang dalam
hal ini mungkin masih dianggap tinggi tetapi dapat dipercaya), maka
berdasarkan rata-rata pendapatan rumah tangga yang dianggap cukup tinggi itu,
pemilik supermarket boleh jadi secara keliru mengasumsikan bahwa didaerah
tersebut terdiri dari sangat sedikit keluarga yang berpendapatan sedang sampai
rendah sehingga pemilik supermarket tersebut memutuskan untuk tidak
memasarkan lini produk yang murah yg dianggap lebih menarik bagi mereka
yang berada dalam komunitas yang berpendapatan sedang hingga lebih rendah.
Dalam kaitannya dengan kesalahan yang ditimbulkan oleh variasi acak, peneliti
hanya dapat meminimumkan munculnya kesalahan yang disebabkan oleh
variasi acak dengan memilih rancangan penarikan sampel yang tepat.

1.7.2. Kesalahan Spesifikasi (Mis-Specification Of Sample Subject)


Kesalahan yang diakibatkan oleh kekeliruan spesifikasi sangat umum
dijumpai dalam pengambilan pendapat untuk pemilihan umum. Sebagai contoh,
12
populasi sebenarnya yang hendak dipelajari untuk servei pemilihan terdiri dari
mereka yang akan memililih pada hari pemilihan, namun survei pemilihan
umum biasanya secara khas mengambil opini dari pendapat para pemilih yang
terdaftar, walaupun dalam kenyataannya banyak diantara mereka tidak akan
memilih pada hari pemilihan umum. Kesalahan spesifikasi dapat juga muncul
karena daftar unsur populasi (population frame) yang tidak benar, informasi
yang tidak benar pada buku catatan inventori, pemilihan anggota sampel yang
keliru (seperti misalnya melakukan penggantian responden yang dituju dengan
tetangga jika responden yang seharusnya ditemui tidak berada di tempat),
sensivitas pertanyaan, kesalahan dalam pengumpulan informasi tentang sampel
yang disebabkan oleh bias pewancara yang disengaja atau tidak disengaja, atau
kesalahan-kesalahan dalam memproses informasi sampel. Bila diperhatikan
nampak bahwa semua kasus yang disebutkan tersebut sebenarnya dapat
dikendalikan; namun dalam kasus-kasus lainnya seperti misalnya kesalahan
pengukuran dimensi kayu gelondongan atau kayu papan yang mengembang
bersamaan dengan menumpuknya kelembaban penyebabnya tidak dapat
dikendalikan.
Kesalahan yang disebabkan oleh salah spesifikasi populasi juga umum
terjadi dalam survei pemilihan konsumen, dengan contoh umumnya hanya
terdiri dari para ibu rumah tangga tidak menyertakan kaum laki-laki, wanita
yang bekerja dan mahasiswa karena keadaan mereka yang relatif tidak
memungkinkan terjangkau.
Untuk meminimumkan peluang munculnya kesalahan yang disebabkan oleh
salah spesifikasi, peneliti dapat membuat pernyataan yang sangat hati-hati
tentang tujuan survei pada permulaan studi, sehingga dapat memberikan
gambaran yang jelas tentang unsur-unsur yang membentuk populasi. Yang
terpenting dari semua ini peneliti harus sangat hati-hati dalam mengungkapkan
kesimpulan tentang populasi aktual darimana informasi sampel ditarik dan
bukan menurut kondisi populasi lainnya yang jauh lebih menarik, yang
barangkali hanya dalam bentuk konseptual.

1.7.3. Kesalahan Penentuan Responden


Sumber kesalahan tambahan dalam survei sampel adalah disebabkan oleh
kesalahan penetapan responden dari beberapa anggota sampel. Pada umumnya
13
para peneliti mengasumsikan bahwa responden dan nonresponden mewakili
lapisan-lapisan serupa dari populasi padahal sebenarnya ini merupakan kasus
yang jarang terjadi. Sebagai contoh dalam survei konsumen yang menjadi
nonresponden umumnya adalah kaum pekerja dan responden biasanya adalah
ibu rumah tangga, dalam survei pendapat umum nonresponden (mereka yang
menyatakan ‘tidak punya pendapat’) biasanya adalah anggota-anggota sampel
yang sudah sangat mapan, yang pada umumnya lebih menyukai hal-hal seperti
apa adanya. Peneliti dapat memiliki efek yang jauh lebih langsung terhadap
keslahan akibat ketidaktepatan penentuan responden. Usaha-usaha yang
berkesinambungan dapat dilakukan untuk mencari responden yang tepat atau
dalam kasus-kasus tertentu responden dapat digantikan dengan yang lain yang
dipilih secara acak.
Dalam kaitannya dengan kesalahan sampling, pengalaman adalah petunjuk
terbaik untuk digunakan dalam mengenali sumber kesalahan dalam survei
sampling. Para individu atau badan yang merancang atau melakukan berbagai
survei dari tipe tertentu (misalnya pendapat umum, penelitian pasar, audit
persediaan dan sebagainya) mengembangkan reputasi untuk mengantisipasi
adanya kemungkinan perangkap tertentu yang mungkin ada dalam survei. Atas
dasar pengalaman yang diperoleh, mereka akan lebih mampu merancang
sampling dan metode survei untuk menghindari sumber bias dan kesalahan
umum yang dapat dikendalikan sekaligus meminimumkan dampak dari sumber
kesalahan yang tidak dapat dikendalikan.
1.7.4. Kesalahan Karena Ketidaklengkapan Cakupan Daftar Populasi (Coverage
Error).
Salah satu kunci sukses dari pemilihan sampel yang baik adalah
ketersediaan daftar unsur populasi (population frame) lengkap yang relevan.
Kesalahan karena ketidaklengkapan cakupan daftar unsur populasi (coverage
error) timbul karena ketidaktersediaan daftar kelompok tertentu di daftar unsur
populasi. Kondisi tersebut menjadikan individu anggota kelompok tersebut
tidak berpeluang untuk terpilih sebagai sampel dan mengakibatkan bias dalam
pemilihan. Pelaksanaan pengambilan sampel dalam kondisi demikian hanya
akan menghasilkan dugaan karakteristik dari populasi sasaran (target
population), bukannya karakteristik dari populasi yang sebenarnya (actual
population).
14
1.7.5. Kesalahan Karena Ketidaklengkapan Respon (Non Response Error)
Tidak setiap responden berkenan merespon suatu survey. Pengalaman
menunjukkan bahwa individu-individu yang berada di kelas ekonomi atas dan
bawah cenderung kurang merespon survey dibandingkan dengan mereka yang
berada di kelas menengah. Kesalahan karena ketidaklengkapan respon
(nonresponse error) muncul dari kegagalan untuk mengumpulkan data dari
semua individu dalam sampel. Dengan pertimbangan bahwa jawaban dari
individu sampel yang tidak merespon belum tentu sama dengan jawaban
individu sampel yang merespon, sangatlah penting untuk menindaklanjuti
tanggapan responden yang tidak member respon atau yang merespon tetapi
tidak secara lengkap setelah suatu priode waktu tertentu. Beberapa upaya dapat
dicoba (misalnya melalui surat atau telepon) untuk meyakinkan responden yang
demikian agar mereka berkenan merubah pendiriannya. Bila upaya tersebut
membuahkan hasil, informasi tambahan yang diperoleh dapat digabungkan
dengan informasi awal yang mereka berikan untuk meyakinkan validitas hasil
survey.
1.7.6. Kesalahan Penarikan Sampel (Sampling Error)
Diyakini bahwa sampel yang baik merupakan miniature dari populasi.
Meskipun demikian pengambilan sampel yang berulang-ulang biasanya
menghasilkan besaran suatu karakteristik populasi yang berbeda-beda antar satu
sampel ke sampel lainnya. Dalam hal ini kesalahan penarikan sampel (sampling
error) mencerminkan keheterogenan tau peluang munculnya perbedaan dari satu
sampel dengan sampel yang lain karena perbedaan individu yg terpilih dari
berbagai sampel tersebut. sampling error dapat diperkecil dengan memperbesar
ukuran sampel meskipun upaya ini mengakibatkan peningkatan biaya survey.
1.7.7. Kesalahan Pengukuran (Measurement Error)
Pada umumnya kuisioner dirancang dengan tujuan untuk
mengumpulkan informasi yang berguna. Data yang diperoleh harus valid dan
respon yang benar harus terukur. Permasalahan yang sering timbul adalah
ternyata lebih mudah membicarakan bagaimana memroleh pngukuran yang
bermakna daripada melaksanakannya. Fakta membuktikan bahwa pengukuran
seringkali dijalankan dengan banyak kemudahan. Pokok-pokok yang
seharusnya ditanyakan pun sering kali tidak tercakup secara lengkap. Dengan
demikian pengukuran yang diperoleh seringkali hanya berupa suatu pendekatan
15
dari karakteristik yang ingin diketahui. Kesalahan pengukuran merujuk pada
ketidakakuratan dalam mencatat respon yang diberikan responden karena
kelemahan instrument dalam meilikih pokok pertanyaan, ketidakmampuan
sipenanya ataupun karena pernyataan yang dibuat cenderung mengarahkan
jawaban responden.

1.8. Tahap Pemilihan Sampel


Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi
penelitian. Agar informasi yang diperoleh dari sampel benar-benar mewakili
populasi, sampel tersebut harus mewakili karakteristik populasi yang diwakilinya.
Untuk memperoleh sampel yang dapat mewakili karakteristik populasi, diperlukan
metode pemilihan sampel yang tepat. Informasi dari sampel yang baik akan dapat
mencerminkan informasi dari populasi secara keseluruhan. Proses pemilihan
sampel merupakan suatu rangkaian kegiatan yang berurutan. Adapun kegiatan yang
dilakukan dalam pemilihan sampel yaitu:
1. Penentuan Populasi
Proses yang pertama untuk melakukan pemilihan sampel adalah
penentuan populasi. Populasi adalah suatu kelompok dari elemen
penelitian, di mana elemen adalah unit terkecil yang merupakan sumber dan
data yang diperlukan. Elemen dapat dianalogikan sebagai unit analisis,
sepanjang pengurmpulan data untuk penelitian bisnis dilakukan hanya
kepada responden. Unit analisis berupa sebagai individu (misalnya: kepala
keluarge, mahasiswa, pedagang), organisasi (misalnya: pengecer, penyalur,
perusahaan manufaktur), atau bisa juga merupakan produk perusahaan
(misalnya: mobil, pasta gigi). Populasi bisa terbatas ataupun tak terbatas.
Penelitian perilaku manajer muda pada tiga perusahaan tertentu merupakan
contoh dari populasi yang terbatas. Sedangkan penclitian yang sama pada
seluruh perusahaan yang ads di Indonesia dapat disebut sebagai populasi
yang tak terbatas. Dalam penelitian bisnis, populasi yang dipergunakan
merupakan populasi terbatas maupun tak terbatas. Sebegian dari populasi
yang terpilih sebagai sumber data disebut sampel penelitian, atau sering
disebut sampel.
2. Penentuan Unit Pemilihan Sampel

16
Unit pemilihan sampel adalah kelompok elemen. Dari populasi
penelitian, elemen yang akan dikelompokkan menjadi satu atau beberapa
kelompok tergantung kepada desain sampel yang dipergunakan penellti.
Dengan demikian, dari populasi yang sama dapat diklasifikasikan menjadi
satu atau lebih unit pemilihan sampel. Jika peneliti menggunakan desain
pemilihan sampel sederhana, misalnya pemilihan random sederhana, berarti
hanya terdapat satu macam unit pemilihan sampel, yaitu populasi. Namun
apabila peneliti menggunakan desain yang lebih kompleks. misalnya
pernilihan random stratifikasi, dari populasi yang sama dapat ditentukan
lebih dari satu unit pemilihan sampel. Dari unit pemilihan sampel ini
nantinya akan dipilih sampel untuk penelitian.
3. Penentuan Kerangka Pemilihan
Sampel Kerangka pemilihan sampel adalah daftar elemen dari setiap
unit pemilihan sampel. Penelitian terhadap mahasiswa tahun pertama
misalnya dapat menggunakan daftar nama mahasiswa tahun pertama yang
dapat diperoleh di bagian administrasi. Apabila populasi yang akan diteliti
adalah perusahaan manufaktur di Indonesia, kerangka pemilihan sampel
bisa diperoleh dari Daftar Direktori perusahaan manufaktur di seluruh
Indonesia.
4. Penentuan Desain Sampel
Desain sampel adalah metode untuk memilih sampel dari populasi yang
ada. Ada beberapa macam desain sampel yang dapat dipergunakan oleh
peneliti. Setiap desain sampel mempunyai kelebihan dan kelemahan
tersendiri. Peneliti perlu memilih desain sampel yang paling sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan.
5. Penentuan Jumlah Sampel
Sebagaimana diketahui, data yang akan dianalisis diperoleh dari sampel
penelitian. Dengan demikian semakin besar jumlah sampel, dengan desain
sampel yang benar, tentunya data yang diperoleh akan semakin mewakili
populasi yang diteliti. Namun demikian dalam hubungannya dengan biaya
penelitian, semakin besar jumlah sampel, biaya penelitian juga semakin
besar. Hal yang perlu dipertimbangkan peneliti adalah bagaimana
menentukan jumlah sampel yang dapat mewakili populasi dengan baik
sekaligus dengan jumlah biaya yang terjangkau oleh peneliti.
17
6. Pemilihan Sampel
Langkah terakhir dalam proses pemilihan sampel adalah memilih
sampel yang diperlukan. Dalam langkah ini peneliti menentukan elemen
yang akan menjadi sampel dari penelitian yang dilakukan.

1.9. Metode Pengambilan Sampel/Teknik Sampling


1.9.1 Metode Pengambilan Sampel Acak Sistematis
Pengambilan sampel secara acak sistematis adalah suatu metode dimana
hanya unsur pertama dari sampel yang dipilih secara acak sedang unsur-unsur
selanjutnya dipilih secara sistematis menurut suatu pola tertentu.
Dalam pengambilan sampel secara sistematis dikenal dua istilah yaitu:
a. Interval pengambilan sampel (Sampling intervals) yaitu perbandingan
antara populasi dengan sampel yg diinginkan.
b. Proporsi pengambilan sampel (sampling Fraction/Sampling Ratio) yaitu
perbandingan antara ukuran sampel dengan populasi.
Langkah- langkah Pengambilan Sampel Secara Acak Sistematik:
1. Melakukan cek keadaan daftar populasi (kerangka populasi)
2. Menetapkan jarak/interval
𝑁
𝐼=
𝑛
I = Interval, N = Jumlah anggota populasi, n = Jumlah anggota sampel
3. Menetapkan nomor (penetapan momor pertama ini dilakukan secara
acak/random) 1, 2, 3, 4 dan 5
4. Anggota sampel berikutnya ditentukan dengan menambahkan interval
pada nomor pertama dan seterusnya
Contoh: Populasi yang terdiri dari 40 tanaman, dari semua anggota populasi
itu diberi nomor urut 1 sampai 40. Menjadi kelipatan tiga. Untuk itu maka yang
diambil sebagai sampel adalah nomor urut 3,6,9,12,15 dan seterusnya sampai
40 populasi.

Rumus menentukan Interval


𝑁 (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑝𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖)
𝐼=
𝑛 (𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑛𝑔𝑔𝑜𝑡𝑎 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)

18
40 𝑇𝑎𝑛𝑎𝑚𝑎𝑛
𝐼= = 3 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑣𝑎𝑙
13 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
1.9.1.1 Kekurangan dan Keuntungan dari Teknik Pengambilan Sampel
Acak Sistematis
1. Keuntungan
Keuntungan dari metode ini adalah cara ini lebih cepat, lebih
mudah dan lebih mudah pelaksanaannya daripada cara-cara lainnya.
Cara ini juga memungkinkan untuk mengambil sampel di lapangan
dengan tanpa harus menggnakan kerangka sampel.
2. Kekurangan
Metode ini mempunyai dua kerugian. Pertama, jika urutannya
tidak sepenuhnya acak, maka variasi dari populasi tidak dapat
diduga secara tepat. Kedua, jika populasi memiliki pengulangan
karakteristik yang relatif tetap (dan kebetulan sama dengan interval
yg digunakan) maka sampel akan menjadi seragam.
1.9.2. Metode Pengambilan Sampel Dengan Sistem Diagonal
Pengambilan sampel dilakukan dengan sistem diagonal. Terdapat 5 titik
atau unit sampel atau sub-lokasi dalam satu lahan. Jadi sampel diambil pada
titik atau pada unit sampel Gambar 1.

1.9.2.1 Kelebihan Metode Diagonal


1. Menghemat Biaya

19
Menghemat Biaya karena data yang dikumpulkan hanya sample
saja, maka petugas yang dibutuhkan lebih sedikit, hemat biaya
percetakan, biaya pelatihan, pencacahan, dan pengolahan.
2. Mempercepat Hasil Survei
Pada umumya data yang dibutuhkan segera, sehingga berbagai
perencanaan segera dapat dilakukan. Dengan melakukan survei
sample maka pelaksanaan lapangan dan pengolahan tentunya akan
jauh lebih cepat diselesaikan.
3. Cakupan Materi Lebih Besar
Data yang diperlukan biasanya beragam dan cukup banyak,
sehingga tidak mungkin dikumpulkan melalui pencacahan lengkap.
4. Akurasi Lebih Tinggi
Pada sensus jumlah petugas dan responden yang besar akan
mengakibatkan tingkat kesalahan yang juga besar terutama
kesalahan yang diakibatkan bukan oleh teknik sampling yang
disebut dengan Non Sampling Error.
1.9.2.2 Kelemahan Metode Diagonal
1. Penyajian Wilayah Kecil
Penyajian wilayah kecil seperti kecamatan dan desa dengan sample
terbatas tidak dapat dipenuhi.
2. Penyajian Variable Proporsi Kecil
Survei sample tidak dapat menyajikan variable yang kejadiannya
kecil dalam populasi (proporsi kecil).
3. Trend Data
Apabila data diperlukan secara berkala untuk mengukur perubahan
yang sangat kecil dari satu periode ke periode berikutnya,
kemungkinan sample diperlukan cukup besar.
4. Tidak Tersedianya Kerangka Sampel
Tidak tersedianya kerangka sample sehingga persyaratan
probabilitas sampling tidak terpenuhi.

1.9.3. Pengambilan Sampel Dengan Purposive

20
Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan
berdasarkan karakteristik yang ditetapkan terhadap elemen populasi target yang
disesuaikan dengan tujuan atau masalah penelitian.
Proses ini tidak melibatkan objek apapun, namun sengaja dipilih oleh
masingmasing individu dari populasi berdasarkan otoritas atau kewenangan
peneliti dan penilaian.
1.9.3.1. Kelebihan Metode Purposive Sampling
1. Tujuan dari penelitian terpenuhi
2. Sempel ini dipilih sedemikian relefan dengan desain penelitian
3. Cara ini relatif murah dan mudah dilaksanakan
4. Sampel yang dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan
penelitian dapat didekati
1.9.3.2. Kekurangan Metode Purposive Sampling
2.1 Tidak ada jaminan sepenuhnya bahwa sempel representatif seperti
halnya dengan sampel acakan atau random
2.2 Belum tentu mewakili keseluruhan variasi yang ada

2. Teknik Sampling
Teknik sampling ini menurut Purwanto (2009) merupakan kegiatan mengambil
sebagian dari populasi yang akan diteliti degnan cara tertentu yang dapat
dipertanggungjawabkan supaya sebagian yang diambil mewakili populasinya. Dalam garis
besarnya ada dua macam sampling, yaitu (a) yang memberi kemungkinan yang sama bagi
setiap unsur populasi untuk dipilih yang disebut probability sampling dan (b) yang tidak
memberi kemungkinan yang sama bagi tiap unsur populasi untuk dipilih yang disebut
dengan non probability sampling (Nasution, 2012).
2.1 Probability/Random Sampling
pada saat memilih unit sampling sangat diperhatikan besarnya peluang satuan
sampling untuk terpilih kedalam sampel, dan peluang itu tidak boleh sama dengan
nol. Sampel tipe ini bisa dipakai untuk melakukan generalisasi hasil penelitian
terhadap populasi walaupun data yang didapat hanya berasal dari sampel.Teknik
sampling ini biasanya digunakan pada penelitian kuantitatif.
Beberapa metode menurut Nasution (2012) yang termasuk dalam Sampling
Probabilitas, antara lain:
2.1.1. Simple Random Sampling
21
Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari
populasi dilakukan secara acak dan bahwa semua anggota populasi
mempunyai peluang yang sama untuk dipilih sebagai sample serta
kesempatan itu harus independen artinya kesempatan bagi suatu individu
untuk dipilih tidak mempengaruhi individu lain untuk dipilih.
Misalnya ada sebuah penelitian mengenai “Model Pembiayaan
Pendidikan Dasar di Jawa Barat”, sampelnya adalah seluruh SD dan SMP
yang ada di Jawa Barat. Terhadap seluruh SD dan SMP tersebut dilakukan
pemilihan secara random tanpa melakukan pengelompokkan terlebih dahulu,
dengan demikian peluang masing-masing SD maupun SMP untuk terpilih
sebagai sampel sama.
Sampling acakan ini dilakukan dengan cara (1) undian, (2) menggunakan
tabel, (3) menggunakan komputer.
Secara undian : tiap unsur diberi masing-masing satu nomor secara berturut,
misalnya pada secarik kertas, dimasukkan kedalam kotak, lalu dikocok agar
bercamput, kemudian peneliti mengambil satu per satu kertas sampai pada
jumlah yang diinginkan. Cara ini dapat dilakukan tanpa pengembalian atau
dengan pengembalian.
Secara ordinal : dilakukan dengan membuat daftar secara berurutan dari unit
sampling yang pertama sampai yang terakhir, kemudian secara berurutan dari
atas ke bawah ditetapkan satu persatu sampel, sampai mencapai jumlah atau
ukuran sampel yang diperlukan dengan pola tertentu. Pola itu antara lain
dengan mengambil unit sampling bernomor genap, atau bernomor ganjil saja,
mungkin pula dengan mengambil unit sampling degnan nomor urut kelipatan
tiga, kelipatan empat, tergantung dengan pola yang ditentukan oleh peneliti.
Cara ini tidak terdapat pengembalian.
Secara randomisasi : dengan mempergunakan bilangan random yang sifatnya
lebih obyektif, dilakukan dengan cara menyusun daftar unit sampling secara
berurutan lengkap dengan nomor urutnya masing-masing. Kemudian
dilakukan randomisasi nomor urut dengan menjatuhkan ujung pensil diatas
tabel bilangan random. Angka yang terdekat dengan ujung pensil merupakan
nomor urut unit sampling dan diambil sebagai sampel.

2.1.2. Stratified Random Sampling


22
Populasi dibagi ke dalam sub populasi (strata), dengan tujuan
membentuk sub populasi yang didalamnyamembentuk satuan-satuan
sampling yang memiliki nilai variabel yang tidakterlalu bervariasi (relatif
homogen). Selanjutnya dari setiap stratum dipilihsampel melalui proses
simple random sampling. Misalnya penelitian mempergunakan kepala
keluarga sebagai unit sampling dengan ukuran sampel sebanyak 150 kepala
keluarga dalam sebuah propinsi. Tahap pertama dilakukan penartikan
terhadap kabupaten atau kotamadya dengan teknik simple random sampling.
Kemudian dilakukan penarikan kecamatan dipilih secara random dari
kabupaten yang telah dipilih sebelumnya, begitu seterusnya sampai
mendapatkan sampel yang dituju.
2.1.3. Cluster Random Sampling
Populasi dibagi ke dalam satuan-satuansampling yang besar, disebut
Cluster. Berbeda dengan pembentukanstrata, satuan sampling yang ada dalam
tiap kluster harus relatif heterogen.Pemilihan dilakukan beberapa tingkat: (1)
Memilih kluster dengan carasimple random sampling. (2) Memilih satuan
sampling dalam kluster. Jikapemilihan dilakukan lebih dari 2 kali disebut
Multi-stage Cluster Sampling.Misalnya dalam penelitian yang sama seperti di
atas, karena Jawa Baratsangat luas, dipilihlah kabupaten/kota tertentu sebagai
sampel klaster ke-1secara random. Dari tiap kabupaten terpilih dilakukan
pemilihan lagi, yaitukecamatan-kecamatan tertentu dengan cara random
sebagai sampelklaster ke-2. Selanjutnya dari masing-masing kecamatan
dilakukanpemilihan sekolah yang juga dilakukan secara random.
2.2 Sampling Non Probabilitas
Pada saat melakukan pemilihan satuan sampling tidak dilibatkan unsurpeluang,
sehingga tidak diketahui besarnya peluang sesuatu unit samplingterpilih ke dalam
sampel. Sampling tipe ini tidak boleh dipakai untukmenggeneralisasi hasil
penelitian terhadap populasi, karena dalam penarikansampel sama sekali tidak ada
unsur probabilitas.Teknik sampling ini biasanya digunakan pada penelitian
kualitatif.
Beberapa sampel yang termasuk dalam Sampling Non Probabilitas menurut
Nasution (2012), antara lain :
2.2.1. Systematic Sampling

23
Satuan sampling dipilih dengan jalan mengambil setiap kasus yang
kesekian dari daftar populasi. Mula-mula ditetapkan terlebih dahulu berapa
jumlah subyek yang dikehendaki didalam sample (n). Karena jumlah seluruh
anggota populasi (N) sudah diketahui, maka N dibagi degnan n untuk
memperoleh interval penaikan sampel (k) yang akan digunakan dalam daftar
populasi. Anggota sampel yang pertama diilih secara acak dari interval yang
pertama, dan kemudian secara sistematis setiap anggota yang ke-k dari
populasi tersebut diambil sebagi sampel. Misalnya, kita andaikan suatu
populasi terdiri atas 400 subyek, sedang besar sampel yang kita inginkan
adalah 20, jadi k= N/n = 400/20= 20. Kemudian dari 20 kasus (orang) diambil
kasus pertama yang akan dijadikan sampel, dapat diambil secara acak.
Selanjutnya setiap kasus ke 20 berikutnya akan dipilih sebagai anggota
sampel. Misalnya, pilihan pertama itu adalah nama atau nomor 3. Kemudian
peneliti menambahkan interbal penarikan sampel k yaitu 20 pada angka 3 itu,
dengan demikian orang ke 23 akan masuk ke dalam sampel, demikian pula
orang ke 43, 63 dan seterusnya sampai akhir daftar itu.
2.2.2. Snowball Sampling
Satuan sampling dipilih atau ditentukan mulai dengan kelompok kecil
yang diminta untuk menunjuk kawan masing-masing, kemudian kawan
kawan ini diminta pula menunjukkan kawan masingmasing pula, begitu
seterusnya sehingga kelompok itu senantiasa bertambah besarnya, bagaikan
bola salju yang kian bertambah besar bila meluncur dari puncak bukit ke
bawah.
Sampling ini dipilih bila kita ingin menyelidiki hubungan antar manusia
dalam kelompok yang akrab, atau menyelidiki cara-cara informasi tersebar
dikalangan tertentu, misalnya kalangan berprofesi tertentu seperti bagaimana
doktor mengetahui tentang pemakaian obat, atau bagaimana orang
menanamkan modal, dan sebagainya.
2.2.3. Purposive Sampling
Disebut juga Judgment Sampling. Satuan samplingdipilih berdasarkan
pertimbangan tertentu dengan tujuan untuk memperolehsatuan sampling yang
memiliki karakteristik yang dikehendaki,misalnya orang yang mempunya
tingkat pendidikan tertentu, jabatan terteu, usia tertentu yang pernah aktif
dalam kegiatan masyarakat tertentu. Sampel ini adalah sampel yang dipilih
24
dengan cermat hingga relevan dengan desain penelitian. Sebagai contoh
:untuk menilai mutu pendidikan, peneliti dapat memilih dari pegawai kantor
departemen pendidikan, guru, orang tua, mutid, pengusaha-pengusaha sebagai
konsumen produk pendidikan, kemudian peneliti menentukan siapa-siap yang
dianggapnya representatif dari tiap golongan. Keuntungan : sampel itu dipilih
sedemikian rupa, sehingga relean dengan desai penelitian dan relatif mudah
dan murah untuk dilaksanakan. Kelemahan: tidak ada jaminan sepenuhnya
bahwa sampel itu representatif seperti halnya degnan sampel random.

BAB II
SIMPULAN
25
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Jadi, populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda
alam lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari,
tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek/obyek yang diteliti itu.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Bila
populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi,
misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi tersebut.
Teknik sampling terdiri dari Probability sampling yang terdiri dari: Simple random
sampling, Proportionate stratified random sampling, Disproportionate stratified random
sampling, Cluster sampling (area sampling) dan Nonprobability sampling yang terdiri dari:
Simple random sampling, Proportionate stratified random sampling, Disproportionate stratified
random sampling, Cluster sampling (area sampling).

26
DAFTAR PUSTAKA

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung.

Kuncoro, Mudrajad. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi. Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta

Susila, Wayan. Tt. Teknik Pengambilan Sampel. Fakultas Pertanian Universitas Udayana,

Jimbaran

Marzuki, dkk. 2015. Teknik Sampling. Universitas Pesantren Tinggi Darul Ulum Jombang

27

Anda mungkin juga menyukai