Disusun oleh
2) Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh peneliti.
Menurut Sugiyono (2013:81) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.” Sehingga sampel merupakan bagian dari populasi yang
ada, sehingga untuk pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu yang
didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada. Dalam teknik pengambilan
sampel ini penulis menggunakan teknik sampling purposive. Sugiyono (2013:84)
menjelaskan bahwa: “Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.” Dari pengertian diatas agar memudahkan penelitian, penulis
menetapkan sifat-sifat dan karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini. Sampel
yang akan digunakan peneliti memiliki ketentuan, mahasiswa ilmu keolahragaan
angkatan 2010 dan angkatan 2011, berjenis kelamin laki-laki dan yang berusia antara
18 tahun sampai dengan 22 tahun.
Sampling ialah cara penelitian yang tidak menyeluruh. Dengan kata lain, hanya
elemen sampel yang diteliti. Elemen adalah sesuatu yang menjadi obyek penyelidikan.
Seluruh elemen disebut populasi, sedangkan sebagian elemen dari populasi merupakan
sampel. Bila seluruh elemen populasi diteliti satu per satu, maka cara pengumpulan data
seperti ini disebut sensus. Hasil sensus merupakan data sebenarnya yang disebut
parameter. Sedangkan hasil sampling disebut perkiraan/estimasi. Tujuan melakukan
sampling adalah untuk membuat kesimpulan mengenai karakteristik populasi dari
sampel yang diambil. (Petra. 2000)
1) Ukuran populasi Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa
parameter yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat
konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari
populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang
jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi
50 juta murid sekolah dasar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia,
misalnya.
2) Masalah biaya Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya
objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya
yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas.
Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3) Masalah waktu Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit
daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang
tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian
sampel, dalam hal ini, lebih tepat.
4) Percobaan yang sifatnya merusak Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan
pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak
mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk
diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5) Masalah ketelitian Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan
agar kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini
meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap
populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan
dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6) Masalah ekonomis Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti;
apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga
yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian?
Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada
penelitian populasi.
3. Nonresponse Error
Dapat muncul akibat adanya perbedaan statistik antara survei yang hanya
memasukkan mereka yang merespons dan juga yang tidak merespons. Contohnya yaitu
penentuan sampel dengan menggunakan surat (mail survey). Dalam kasus ini ada
responden yang merespons dengan mengembalikan suratnya dan ada yang tidak
memberikan respons. Hal terakhir ini dapat saja terjadi karena tiga sebab yaitu pindah
alamat, alamat tidak jelas atau salah, dan tidak mau menjawab.
Keterangan:
n = jumlah sampel
Z = nilai yang sudah distandarisasi sesuai derajat keyakinan
S = deviasi kesalahan sampel atau perkiraan deviasi standar populasi
E = tngkat kesalahan yang ditolerir
6. Menentukan jumlah sampel
Hasil terjemahan dari rumus diatas akan menghasilkan angka tertentu yang
menunjukkan jumlah sampel penelitian
7. Menentukan responden
Tahap penentuan responden dianggap sebagai hal krusial, karena jika tidak
dilakukan secara cermat akan dapat mengurangi kualitas data penelitian. Dalam
menentukan responden harus memperhatikan pemahaman tentang topik penelitian.
Pertimbangkan juga dari sisi kesediaan, dan waktu yang dimiliki responden.
8. Tahap pelaksanaan penelitian
Pada tahap pelaksanaan atau dikenal dengan tahap pengumpulan data dari
responden tidaklah mudah karena peneliti harus mengunjungi responden satu persatu
dari rumah ke rumah, tidak hanya satu kali tetapi bisa lebih, tergantung kesediaan
waktu yang dimiliki responden.
F. Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Jumlah Sampel
1. Faktor Teknis
a. Tingkat Keseragaman Populasi (Homogenitas)
Keseragaman sebuah populasi penelitian umumnya dinyatakan dalam bentuk
proporsi. Jika populasi diasumsikan homogen (seragam) maka nilai proporsi yang
digunakan adalah 0,5 : 0,5 (Zebua, 2020). Apabila keseragaman populasi tinggi,
maka jumlah sampel akan semakin kecil. Dan sebaliknya apabila keberagaman
populasi besar, maka kemungkinan jumlah sampel akan semakin besar (Rapingah
dkk, 2022). Apabila populasi seragam sempurna (completely homogenous), maka
hanya satu satuan elementer dari populasi itu sudah sangat representatif untuk
diteliti. Apabila populasi tidak seragam secara sempurna (completely
heterogenous), maka perlu pencacahan lengkap dari populasi itu untuk dapat
memberikan data representatif untuk diteliti. (Sutopo, 2014)
b. Sampling Error
Toleransi kesalahan sampel yang diharapkan dapat dinyatakan dalam bentuk
persentase seperti ±2% , ±5%, dll (Zebua, 2020). Tingkat presisi dalam penelitian
dapat memengaruhi sampling error atau kesalahan sampel. Semakin tinggi tingkat
presisi yang dikehendaki maka semakin besar jumlah sampel yang perlu diambil.
Namun, apabila tingkat presisi yang dikehendaki kecil, maka jumlah sampel yang
diperlukan semakin kecil. Tingkat besarnya sampel dapat memengaruhi
kesalahan sampel, hal ini dibuktikan dengan kurva berikut (sutopo, 2014):
c. Interval Kepercayaan
Interval kepercayaan terhadap nilai statistik sampel dinyatakan dalam bentuk
persentase seperti 95%, 98%, dll (Zebua, 2020).
d. Rencana Analisa
Apabila rencana analisis semakin mendetail, maka semakin banyak jumlah
sampel yang harus ditetapkan. Cukup banyak peneliti yang sudah menganggap
sampel cukup pada awal penelitian, namun apabila dikaitkan kembali dengan
kebutuhan rencana analisa maka jumlah sampel menjadi kurang mencukupi.
Maka dari itu penetapan jumlah sampel dan rencana analisa harus disesuaikan
untuk menghindari kekurangan sampel. (Sutopo, 2014)
2. Faktor Non-Teknis
a. Waktu
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah penelitian dapat
menjadi pertimbangan untuk menentukan jumlah dan besar sampel yang
dibutuhkan (Zebua, 2020).
b. Sumber Daya
Faktor ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia dapat memengaruhi
penetapan jumlah sampel. Ketersediaan populasi SDM yang banyak dapat
membuat peneliti lebih mudah untuk menetapkan jumlah sampel (Zebua, 2020).
c. Biaya
Penetapan sampel dengan cara pengacakan umumnya memerlukan biaya
yang cukup besar dibandingkan dengan metode penetapan sampel lainnya
(Zebua, 2020).
Tabel: Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan
1%, 5%, dan 10%
Dari rumus di atas bisa dihitung jumlah sampel dari populasi mulai dari 10 sampai
dengan 1.000.000. Dari tabel di atas juga tertera yaitu semakin besar taraf kesalahan, maka
akan semakin kecil ukuran sampel.
Misalnya: jika jumlah suatu populasi 1000, untuk taraf kesalahan 1%, jumlah
sampelnya = 399; untuk taraf kesalahan 5% jumlah sampelnya = 258, dan untuk taraf
kesalahan 10%, jumlah sampelnya = 213. Dari tabel di atas diperlihatkan jika jumlah
populasi tak terhingga, maka jumlah anggota sampelnya untuk kesalahan 1% = 664, 5% =
349, dan 10%, 272. Untuk jumlah populasi 10 jumlah anggota sampel sebenarnya hanya
9,56 tetapi dibulatkan, sehingga menjadi 10.
Banyak juga rumus lain untuk menghitung ukuran sampel yang dibutuhkan, namun
jika dihitung terdapat sedikit perbedaan pada hasil perhitungannya maka disarankan untuk
menggunakan jumlah ukuran sampel yang paling besar sebab jika angka ukuran sampel
semakin besar maka akan semakin kecil peluang kesalahan dalam generalisasinya
(Sugiyono, 2013).
Contoh pengaplikasian rumus:
Jika diketahui jumlah populasi kelompok masyarakat di suatu daerah terdiri dari
1000 orang, yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1
= 50, Sarjana Muda = 300, SMK = 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata). Dengan
menggunakan tabel tingkat kesalahan di atas tadi, bila jumlah populasi = 1000, kesalahan
5%, maka jumlah sampelnya = 258. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga
berstrata, Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan begitu masing-
masing sampel tingkat pendidikan harus sesuai dengan populasi. Berdasarkan perhitungan
dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk kelompok S1 = 14, Sarjana Muda (SM) = 83,
SMK = 139, SMP = 14, dan SD = 28.
SI = 50/1000 X 258 = 13,90 = 12,9
SM = 300/1000 X 258 = 83,40 = 77,4
SMK = 50011000 X 258 = 139,0 = 129
SMP = 10011000 X 258 = 27,8 = 25,8
SD =50/1000 X 258 = 13,91 = 12,9
Jumlah = 258
Maka jumlah sampel yang dibutuhkan = 12,9 + 77,4 + 129 + 25,8 + 12,9 = 258.
Jumlah yang pecahan bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sampel menjadi 13 + 78 +
129 + 26 + 13 = 259.
Terdapat beberapa perhitungan yang hasilnya berupa pecahan (terdapat koma)
maka sebaiknya dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya lebih → 259. Hal ini
lebih aman daripada kurang dari 258 (Sugiyono, 2013).
1. Teknik Sampling
a. Probability Sampling
Ghozali, I. 2016. Desain Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif untuk Akuntansi, Bisnis, dan
Ilmu Sosial Lainnya. Semarang: Yoga Pratama
Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Petra. 2000. Pengertian Sampling. Diakses pada 23 April 2022. Pukul 20:00 WIB.
https://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/s1/tmi/2000/jiunkpe-is-s1-2000-
25496039-17060-marion-chapter2.pdf
Rapingah, S., Sugiarto M., Sabir M, dkk. 2022. Buku Ajar Metode Penelitian. Jakarta: CV.
Feniks Muda Sejahtera
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta
Zebua, H. 2020. Riset Pemasaran Itu Mudah, Baca Buku Ini!. Jakarta: Guepedia Group.
Siyoto, Sandu dan Sodik, Ali. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Literasi Media
Publishing.
https://www.google.co.id/books/edition/DASAR_METODOLOGI_PENELITIAN/QPh
FDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=desain+sampel+penelitian&printsec=frontcover.
Diakses pada Senin, 25 April 2022 pukul 23.14 WIB.