Anda di halaman 1dari 13

DISCOVERY LEARNING 4

“Konsep Populasi, Sampel, dan Sampling”


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Modul Metodologi Penelitian dan Biostatistik

Dosen Pengampu: Waras Budi Utomo, MKM.

Disusun oleh

Aisyah Nisa Hafiyya


11191040000086
PSIK B 2019

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
APRIL/2022
A. Pengertian Populasi, Sampel dan Sampling
1) Populasi

Populasi dalam penelitian merupakan merupakan wilayah yang ingin di teliti


oleh peneliti. Seperti menurut Sugiyono (2013 : 80) “Populasi adalah wilayah
generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan.” Pendapat di atas menjadi salah satu acuan bagi penulis untuk menentukan
populasi. Populasi yang akan digunakan sebagai penelitian adalah mahasiswa ilmu
keolahragaan UPI Bandung.

2) Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti oleh peneliti.
Menurut Sugiyono (2013:81) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.” Sehingga sampel merupakan bagian dari populasi yang
ada, sehingga untuk pengambilan sampel harus menggunakan cara tertentu yang
didasarkan oleh pertimbangan-pertimbangan yang ada. Dalam teknik pengambilan
sampel ini penulis menggunakan teknik sampling purposive. Sugiyono (2013:84)
menjelaskan bahwa: “Sampling Purposive adalah teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.” Dari pengertian diatas agar memudahkan penelitian, penulis
menetapkan sifat-sifat dan karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini. Sampel
yang akan digunakan peneliti memiliki ketentuan, mahasiswa ilmu keolahragaan
angkatan 2010 dan angkatan 2011, berjenis kelamin laki-laki dan yang berusia antara
18 tahun sampai dengan 22 tahun.

Menurut Arikunto (2006:112) mengatakan bahwa “apabila subjeknya kurang


dari seratus, lebih baik diambil semua sehingga penelitianya merupakan populasi.
Tetapi, jika jumlah subjek besar, dapat diambil antara 10-15% atau 15-25% atau lebih.”
Pendapat tersebut sesuai menurut Roscoe dalam Sugiyono (2011:90) “ ukuran sampel
yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan 500.” Dari keseluruhan
populasi semuanya berjumlah 114 orang, maka sesuai pendapat diatas jumlah sampel
dalam penelitian ini dapat diambil 40% dari keseluruhan jumlah populasi. Sehingga
didapat jumlah sampel untuk penelitian ini berjumlah 46 orang.
3) Sampling

Sampling ialah cara penelitian yang tidak menyeluruh. Dengan kata lain, hanya
elemen sampel yang diteliti. Elemen adalah sesuatu yang menjadi obyek penyelidikan.
Seluruh elemen disebut populasi, sedangkan sebagian elemen dari populasi merupakan
sampel. Bila seluruh elemen populasi diteliti satu per satu, maka cara pengumpulan data
seperti ini disebut sensus. Hasil sensus merupakan data sebenarnya yang disebut
parameter. Sedangkan hasil sampling disebut perkiraan/estimasi. Tujuan melakukan
sampling adalah untuk membuat kesimpulan mengenai karakteristik populasi dari
sampel yang diambil. (Petra. 2000)

B. Alasan Pemilihan Sampel

Berbagai alasan. Nawawi (Margono, 2004: 121) mengungkapkan beberapa


alasan tersebut, yaitu:

1) Ukuran populasi Dalam hal populasi tak terbatas (tak terhingga) berupa
parameter yang jumlahnya tidak diketahui dengan pasti, pada dasarnya bersifat
konseptual. Karena itu sama sekali tidak mungkin mengumpulkan data dari
populasi seperti itu. Demikian juga dalam populasi terbatas (terhingga) yang
jumlahnya sangat besar, tidak praktis untuk mengumpulkan data dari populasi
50 juta murid sekolah dasar yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia,
misalnya.
2) Masalah biaya Besar-kecilnya biaya tergantung juga dari banyak sedikitnya
objek yang diselidiki. Semakin besar jumlah objek, maka semakin besar biaya
yang diperlukan, lebih-lebih bila objek itu tersebar di wilayah yang cukup luas.
Oleh karena itu, sampling ialah satu cara untuk mengurangi biaya.
3) Masalah waktu Penelitian sampel selalu memerlukan waktu yang lebih sedikit
daripada penelitian populasi. Sehubungan dengan hal itu, apabila waktu yang
tersedia terbatas, dan keimpulan diinginkan dengan segera, maka penelitian
sampel, dalam hal ini, lebih tepat.
4) Percobaan yang sifatnya merusak Banyak penelitian yang tidak dapat dilakukan
pada seluruh populasi karena dapat merusak atau merugikan. Misalnya, tidak
mungkin mengeluarkan semua darah dari tubuh seseorang pasien yang akan
dianalisis keadaan darahnya, juga tidak mungkin mencoba seluruh neon untuk
diuji kekuatannya. Karena itu penelitian harus dilakukan hanya pada sampel.
5) Masalah ketelitian Masalah ketelitian adalah salah satu segi yang diperlukan
agar kesimpulan cukup dapat dipertanggungjawabkan. Ketelitian, dalam hal ini
meliputi pengumpulan, pencatatan, dan analisis data. Penelitian terhadap
populasi belum tentu ketelitian terselenggara. Boleh jadi peneliti akan bosan
dalam melaksanakan tugasnya. Untuk menghindarkan itu semua, penelitian
terhadap sampel memungkinkan ketelitian dalam suatu penelitian.
6) Masalah ekonomis Pertanyaan yang harus selalu diajukan oleh seorang peneliti;
apakah kegunaan dari hasil penelitian sepadan dengan biaya, waktu dan tenaga
yang telah dikeluarkan? Jika tidak, mengapa harus dilakukan penelitian?
Dengan kata lain penelitian sampel pada dasarnya akan lebih ekonomis daripada
penelitian populasi.

C. Karakteristik Sampel yang Baik


Seberapa baik Karakteristik sampel adalah sebagai dasar pengujian dari desain
sampel. Sampel yang baik adalah sampel yang valid dan dapat mengukur sesuatu yang
harusnya diukur (Ghozali, 2016)
Ada dua syarat yang harus dipenuhi saat menetapkan sampel, yaitu representatif
(mewakili) dan sampel harus cukup banyak. Untuk memperoleh hasil dan kesimpulan
penelitian, maka sampel yang diambil harus mewakili populasi yang ada, dan cukup
banyak untuk menguji penelitian tersebut. Untuk itu dalam “sampling” harus
direncanakan dengan cermat dan tidak boleh asal saat mengambil sampel. Harus pula
terwakili semua dalam sampel penelitian.
Semakin banyak sampel, maka hasil penelitian akan semakin lebih
representatif. Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan
ketersediaan subjek dari penelitian itu sendiri. Maka dari itu, sebaiknya pula dalam
penelitian digunakan jumlah sampel sebanyak mungkin. (Nursalam. 2017)
Manfaat sampel yang baik menurut Barbie 2004 adalah :
1. Memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan dan hasil yang berhubungan dan
tepat dengan besaran sampel untuk memperoleh jawaban yang dikehendaki
2. Mengidentifikasi probabilitas dari setiap unit analisis untuk menjadi sampel sampai
menjadi hasil yang diinginkan
3. Memungkinkan peneliti menghitung akurasi ketepatan dan pengaruh (misalnya
kesalahan) dalam pemilihan sampel
4. Memungkinkan peneliti menghitung derajat kepercayaan atau kevalidan yang
diterapkan dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika (Babbie, 2004)

D. Kesalahan yang Biasa Terjadi


Sampel yang dapat menjelaskan populasi merupakan sampel yang baik. Terdapat
metode-metode dalam menentukan sampel namun tidak jarang terjadi kesalahan. Adapun
menurut Zikmund (2000) yaitu :
1. Sampling Frame Error
Kesalahan dapat terjadi apabila sebagian populasi tidak diikut sertakan dalam
menemtukan kerangka sampel. Misalnya jumlah populasi sebanyak 150 orang yang
terdiri dari tamat perguruan tinggi 75 orang, tamat SMA 25 orang, tamat atau tidak
tamat SMP 50 orang. Dalam menentukan sampel, peneliti tidak memasukkan seluruh
populasi yang taman SMA dalam kerangka penentuan sampel, sehingga mereka tidak
akan masuk kedalam sampel penelitian.

2. Random Sampling Error


Adalah kesalahan yang terjadi akibat perbedaan antara hasil sampel dengan hasil sensus
yang dilakukan dengan prosedur yang sama. Kesalahan lainnya juga dapat muncul
akibat fluktuasi statistik karena variasi peluan dalam elemen sampel yang dipilih.
kesalahan ini merupakan fungsi dari sampel, dimana bila sampelnya meningkat maka
kesalahan sampel akan menurun

3. Nonresponse Error
Dapat muncul akibat adanya perbedaan statistik antara survei yang hanya
memasukkan mereka yang merespons dan juga yang tidak merespons. Contohnya yaitu
penentuan sampel dengan menggunakan surat (mail survey). Dalam kasus ini ada
responden yang merespons dengan mengembalikan suratnya dan ada yang tidak
memberikan respons. Hal terakhir ini dapat saja terjadi karena tiga sebab yaitu pindah
alamat, alamat tidak jelas atau salah, dan tidak mau menjawab.

E. Proses Pemilihan Sampel


Menentukan jumlah sampel yang baik dan benar dapat mewakili atau menjelaskan
populasi. Berikut beberapa macam tahapan dalam proses menentukan sampel dikutip dari
Seran (2020) sebagai berikut:
1. Menentukan populasi target
Pada tahap awal proses pemilihan sampel penelitian perlu dilakukan penentuan
populasi target, yakni suatu kumpulan atau kelompok elemen-elemen suatu atau
beberapa objek/subjek, atau perilaku yang menjadi target yang ingin dipelajari
peneliti. Contoh judul penelitian: Pengaruh Status Sosial Ekonomi Keluarga dan
Pendidikan Orang Tua Terhadap Keputusan Orang Tua untuk Membawa Anak ke
Rumah Sakit di Kecamatan Cipete Selatan
Berdasarkan judul tersebut, yang menjadi populasi target adalah seluruh orang tua di
kelurahan Cipete Selatan
2. Menentukan populasi sasaran
Tahap selanjutnya adalah menentukan populasi sasaran yang dapat diartikan
sebagai kelompok elemen dari objek/subjek sasaran dalam penelitian.
Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh orang tua dengan satu anak di
kelurahan Cipete Selatan
3. Menentukan kerangka pemilihan sampel
Menentukan kerangka pemilihan sampel menjadi tahap selanjutnya yang perlu
dilakukan. Mengelompokkan semua orang tua dengan satu anak, dari beberapa RT
yang telah ditentukan sebelumnya (tahap II) menurut karakteristik tertentu. Kemudian
hasil pengelompokan tersebut dapat memberikan informasi yang penting mengenai
keberagaman karakteristik sampel.
4. Metode pemilihan sampel
Dari keragaman karakteristik sampel (tahap III) itu, kemudian dilanjutkan
dengan menentukan metode pemilihan sampel. Terdapat dua macam metode
pemilihan sampling yang akan dibahas lebih lanjut pada sub bab H.
5. Menentukan prosedur jumlah pemilihan sampel
Tahap ini berkaitan dengan formula statistik yang biasa digunakan untuk
mnenetukan jumlah sampel penelitian. Menurut Sikmud (2000) formula untuk
menghitung sampel sebagai berikut:

Keterangan:
n = jumlah sampel
Z = nilai yang sudah distandarisasi sesuai derajat keyakinan
S = deviasi kesalahan sampel atau perkiraan deviasi standar populasi
E = tngkat kesalahan yang ditolerir
6. Menentukan jumlah sampel
Hasil terjemahan dari rumus diatas akan menghasilkan angka tertentu yang
menunjukkan jumlah sampel penelitian
7. Menentukan responden
Tahap penentuan responden dianggap sebagai hal krusial, karena jika tidak
dilakukan secara cermat akan dapat mengurangi kualitas data penelitian. Dalam
menentukan responden harus memperhatikan pemahaman tentang topik penelitian.
Pertimbangkan juga dari sisi kesediaan, dan waktu yang dimiliki responden.
8. Tahap pelaksanaan penelitian
Pada tahap pelaksanaan atau dikenal dengan tahap pengumpulan data dari
responden tidaklah mudah karena peneliti harus mengunjungi responden satu persatu
dari rumah ke rumah, tidak hanya satu kali tetapi bisa lebih, tergantung kesediaan
waktu yang dimiliki responden.
F. Faktor yang Mempengaruhi Penetapan Jumlah Sampel
1. Faktor Teknis
a. Tingkat Keseragaman Populasi (Homogenitas)
Keseragaman sebuah populasi penelitian umumnya dinyatakan dalam bentuk
proporsi. Jika populasi diasumsikan homogen (seragam) maka nilai proporsi yang
digunakan adalah 0,5 : 0,5 (Zebua, 2020). Apabila keseragaman populasi tinggi,
maka jumlah sampel akan semakin kecil. Dan sebaliknya apabila keberagaman
populasi besar, maka kemungkinan jumlah sampel akan semakin besar (Rapingah
dkk, 2022). Apabila populasi seragam sempurna (completely homogenous), maka
hanya satu satuan elementer dari populasi itu sudah sangat representatif untuk
diteliti. Apabila populasi tidak seragam secara sempurna (completely
heterogenous), maka perlu pencacahan lengkap dari populasi itu untuk dapat
memberikan data representatif untuk diteliti. (Sutopo, 2014)
b. Sampling Error
Toleransi kesalahan sampel yang diharapkan dapat dinyatakan dalam bentuk
persentase seperti ±2% , ±5%, dll (Zebua, 2020). Tingkat presisi dalam penelitian
dapat memengaruhi sampling error atau kesalahan sampel. Semakin tinggi tingkat
presisi yang dikehendaki maka semakin besar jumlah sampel yang perlu diambil.
Namun, apabila tingkat presisi yang dikehendaki kecil, maka jumlah sampel yang
diperlukan semakin kecil. Tingkat besarnya sampel dapat memengaruhi
kesalahan sampel, hal ini dibuktikan dengan kurva berikut (sutopo, 2014):

c. Interval Kepercayaan
Interval kepercayaan terhadap nilai statistik sampel dinyatakan dalam bentuk
persentase seperti 95%, 98%, dll (Zebua, 2020).
d. Rencana Analisa
Apabila rencana analisis semakin mendetail, maka semakin banyak jumlah
sampel yang harus ditetapkan. Cukup banyak peneliti yang sudah menganggap
sampel cukup pada awal penelitian, namun apabila dikaitkan kembali dengan
kebutuhan rencana analisa maka jumlah sampel menjadi kurang mencukupi.
Maka dari itu penetapan jumlah sampel dan rencana analisa harus disesuaikan
untuk menghindari kekurangan sampel. (Sutopo, 2014)
2. Faktor Non-Teknis
a. Waktu
Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan sebuah penelitian dapat
menjadi pertimbangan untuk menentukan jumlah dan besar sampel yang
dibutuhkan (Zebua, 2020).
b. Sumber Daya
Faktor ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia dapat memengaruhi
penetapan jumlah sampel. Ketersediaan populasi SDM yang banyak dapat
membuat peneliti lebih mudah untuk menetapkan jumlah sampel (Zebua, 2020).
c. Biaya
Penetapan sampel dengan cara pengacakan umumnya memerlukan biaya
yang cukup besar dibandingkan dengan metode penetapan sampel lainnya
(Zebua, 2020).

G. Menghitung Besar Sampel


Besar sampel dinyatakan juga dengan ukuran sampel, dimana jumlah ukuran
sampel ini harus mewakili jumlah populasi sebenarnya. Semakin besar jumlah sampel
(mendekati jumlah populasi) maka semakin kecil peluang adanya kesalahan pada
generalisasi suatu penelitian. Untuk mengetahui jumlah anggota sampel yang benar dan
akurat dalam penelitian akan ditentukan dari tingkat ketelitian atau kesalahan yang
dikehendaki.
Tingkat ketelitian sendiri sering juga dipengaruhi oleh sumber dana, waktu, dan
tenaga yang ada. Semakin besar tingkat ketelitian suatu sampel maka akan semakin kecil
jumlah sampel yang dibutuhkan (sebagai sumber data) dan sebaliknya.
Tabel berikut memperlihatkan penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu
untuk tingkat kesalahan 1%, 5%, dan 10% (Sugiyono, 2013).
Rumus menghitung ukuran sampel yang sudah diketahui jumlah populasinya
dirumuskan seperti berikut.

λ2 dengan dk (derajat kebebasan) = 1, taraf kesalahan bisa 1%, 5%, 10%


P = Q = 0,5 d = 0,05 s = jumlah sampel

Tabel: Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan
1%, 5%, dan 10%
Dari rumus di atas bisa dihitung jumlah sampel dari populasi mulai dari 10 sampai
dengan 1.000.000. Dari tabel di atas juga tertera yaitu semakin besar taraf kesalahan, maka
akan semakin kecil ukuran sampel.
Misalnya: jika jumlah suatu populasi 1000, untuk taraf kesalahan 1%, jumlah
sampelnya = 399; untuk taraf kesalahan 5% jumlah sampelnya = 258, dan untuk taraf
kesalahan 10%, jumlah sampelnya = 213. Dari tabel di atas diperlihatkan jika jumlah
populasi tak terhingga, maka jumlah anggota sampelnya untuk kesalahan 1% = 664, 5% =
349, dan 10%, 272. Untuk jumlah populasi 10 jumlah anggota sampel sebenarnya hanya
9,56 tetapi dibulatkan, sehingga menjadi 10.
Banyak juga rumus lain untuk menghitung ukuran sampel yang dibutuhkan, namun
jika dihitung terdapat sedikit perbedaan pada hasil perhitungannya maka disarankan untuk
menggunakan jumlah ukuran sampel yang paling besar sebab jika angka ukuran sampel
semakin besar maka akan semakin kecil peluang kesalahan dalam generalisasinya
(Sugiyono, 2013).
Contoh pengaplikasian rumus:
Jika diketahui jumlah populasi kelompok masyarakat di suatu daerah terdiri dari
1000 orang, yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1
= 50, Sarjana Muda = 300, SMK = 500, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata). Dengan
menggunakan tabel tingkat kesalahan di atas tadi, bila jumlah populasi = 1000, kesalahan
5%, maka jumlah sampelnya = 258. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga
berstrata, Stratanya ditentukan menurut jenjang pendidikan. Dengan begitu masing-
masing sampel tingkat pendidikan harus sesuai dengan populasi. Berdasarkan perhitungan
dengan cara berikut ini jumlah sampel untuk kelompok S1 = 14, Sarjana Muda (SM) = 83,
SMK = 139, SMP = 14, dan SD = 28.
SI = 50/1000 X 258 = 13,90 = 12,9
SM = 300/1000 X 258 = 83,40 = 77,4
SMK = 50011000 X 258 = 139,0 = 129
SMP = 10011000 X 258 = 27,8 = 25,8
SD =50/1000 X 258 = 13,91 = 12,9
Jumlah = 258
Maka jumlah sampel yang dibutuhkan = 12,9 + 77,4 + 129 + 25,8 + 12,9 = 258.
Jumlah yang pecahan bisa dibulatkan ke atas, sehingga jumlah sampel menjadi 13 + 78 +
129 + 26 + 13 = 259.
Terdapat beberapa perhitungan yang hasilnya berupa pecahan (terdapat koma)
maka sebaiknya dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya lebih → 259. Hal ini
lebih aman daripada kurang dari 258 (Sugiyono, 2013).

H. Desain Sampel : Probability dan Non Probability Sampling

1. Teknik Sampling

Teknik sampling yaitu merupakan teknik pengambilan sampel. Terdapat


berbagai jenis teknik sampling untuk menentukan sampel yang akan dipakai dalam
penelitian. Teknik sampling pada dasarnya dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam
yaitu probability sampling dan non-probability sampling. Berikut penjelasannya :

a. Probability Sampling

Probability Sampling adalah suatu teknik pengambilan sampel yang


memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota)
populasi untuk dipilih menjadi anggota sample, teknik ini terdiri atas :

1) Simple random sampling : dikatakan simple atau sederhana karena


pengambilan sample anggota populasi dilakukan secara acak, tanpa
memperhatikan strata yang terdapat dalam populasi tersebut. Metode ini
dapat dilakukan jika anggota populasi dianggap homogen.
2) Dispropotionate stratified random sampling : suatu teknik yang digunakan
untuk menentukan jumlah sample, jika populasi berstrata tetapi kurang
proposional.

3) Propotionate stratified random sampleng : salah satu teknik yang


digunakan jika populasi mempunyai anggota atau unsur yang tidak
homogen serta berstata secara proporsional.

4) Cluster sampling (Area sampling) : teknik sampling daerah dipakai untuk


menentukan sampel ika objek yang akan diteliti atau sumber data sangat
luas, seperti misalnya penduduk dari suatu negara, provinsi atau dari suatu
kabupaten.

b. Non Probability Sampling

Non probability sampling adalah teknik yang tidak memberikan


peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk
dipilih sebagai sampel, teknik ini terdiri dari :

1) Sampling sitematis : suatau teknik pengambilan sampel berdasarkan


urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut.

2) Sampling kuota : teknik untuk menentukan sampel yang berasal dari


populasi yang menunjukkan karakteristik tertentu sampai jumlah kuota
yang diinginkan. Seperti misalnya, jumlah sampel laki-laki sebanyak
70 orang maka sampel perempuan juga sebanyak 70 orang.

3) Sampling aksidental : suatu teknik penentuan sampel berdasarkan


kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertama dengan
peneliti dapat dipakai sebagai sampel, jika dipandang orang yang
kebetulan ditemui itu cocok untuk dijadikan sebagai sumber data.

4) Purposive sampling : suatu teknik penentuan sampel dengan


pertimbangan tertentu atau seleksi khusus. Seperti misalnya, kamu
meneliti kriminalitas di kota atau daerah daerah tertentu, maka kamu
mengambil informan yaitu kapolresta kota atau daerah tersebut,
seorang pelaku kriminal dan seorang korban kriminal yang ada di kota
tersebut.

5) Sampling jenuh : suatu teknik penentuan sampel jika semua anggota


populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering sekali dilakukan jika
jumlah populasi relatif kecil atau sedikit, yaitu kurang dari 30 orang,
atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan
yang relatif kecil.

6) Sampling snowball : teknik penentuan sampel yang mula-mula


jumlahnya kecil atau sedikit, lalu kemudian membesar. Atau sampel
berdasarkan penelusuran dari sampel yang sebelumnya. Seperti
misalnya, penelitian mengenai kasus korupsi bahwa sumber informan
pertama mengarah kepada informan kedua lalu informan seterusnya
(Siyoto dan Sodik, 2015).
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara

Babbie, E. 2004. The Practice of Social Research. Belmont, CA: Wadsword

Ghozali, I. 2016. Desain Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif untuk Akuntansi, Bisnis, dan
Ilmu Sosial Lainnya. Semarang: Yoga Pratama

Margono, 2004, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Petra. 2000. Pengertian Sampling. Diakses pada 23 April 2022. Pukul 20:00 WIB.
https://dewey.petra.ac.id/repository/jiunkpe/jiunkpe/s1/tmi/2000/jiunkpe-is-s1-2000-
25496039-17060-marion-chapter2.pdf

Rapingah, S., Sugiarto M., Sabir M, dkk. 2022. Buku Ajar Metode Penelitian. Jakarta: CV.
Feniks Muda Sejahtera

Seran, S, 2020. Metodologi Penelitian Ekonomi dan Sosial. Yogyakarta: Deepublisher

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: CV Alfabeta

Sutopo. 2014. Penentuan Jumlah Sampel dalam Penelitian. Diakses melalui


ejurnal.stiedharmaputra-smg.ac.id pada 24 April 2022 pukul 11. 37 WIB

Zebua, H. 2020. Riset Pemasaran Itu Mudah, Baca Buku Ini!. Jakarta: Guepedia Group.

Siyoto, Sandu dan Sodik, Ali. 2015. Dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Literasi Media
Publishing.
https://www.google.co.id/books/edition/DASAR_METODOLOGI_PENELITIAN/QPh
FDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=desain+sampel+penelitian&printsec=frontcover.
Diakses pada Senin, 25 April 2022 pukul 23.14 WIB.

Anda mungkin juga menyukai