Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program diploma, program sarjana, program magister, program
doktor, dan program profesi, sertap rogram spesialis, yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Tugas pokok yang
diemban pada setiap perguruan tinggi baik berstatus negeri maupun swasta yang
lebih dikenal dengan nama Tri Dharma Perguruan Tinggi yang harus dilakukan
oleh seluruh sivitas akademika. Tridharma Perguruan Tinggi yang selanjutnya
disebut Tridharma adalah kewajiban Perguruan Tinggi untuk menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (UU No. 12 Tahun
2012, Pasal 1 Ayat 9)
Pada bidang penelitian, baik mahasiswa maupun dosen dituntut untuk
melakukan penelitian secara ilmiah. Adapun bentuk penelitian yang dilaksanakan
disesuaikan dengan jenjang dan bidang kajian masing-masing. Bentuk penelitian
yang dilakukan mahasiswa dapat berupa makalah, skripsi dan sebagainya.
Sedangkan penelitian yang dilakukan dosen dapat berupa penelitian
pengembangan keilmuan dan teknologi, supaya dapat meningkatkan mutu
pendidikan, serta memungkinkan penerapan dan pemanfaatan hasilnya bagi
kepentingan dan usaha meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, bagi
seorang dosen, penelitian merupakan salah satu syarat mutlak untuk kenaikan
pangkat.
Proposal atau usulan penelitian sangat dibutuhkan untuk dirancang
sedemikian rupa sebelum seseorang akan melakukan penelitiannya. Proposal
penelitian ini termuat di dalamnya mengenai masalah, ruang lingkup, metode
penelitian yang dipakai, populasi dan sampel penelitian, perencanaan tempat dan
waktu penelitian, instrument penelitian dan juga perencanaan anggaran yang
berguna sebagai pedoman rencana awal yang akan dilakukan oleh peneliti
tersebut.
Dalam melakukan penelitian, tidak semua penelitian dapat dilakukan secara
populasi. Banyak alasan yang mendasari hal tersebut, diantaranya sebaran
populasi yang luas, waktu yang dibutuhkan terlalu lama, keterbatasan biaya, dll.
Maka pada kebanyakan penelitian menggunakan sampel pada populasi untuk
diteliti. Dalam menentukan sampel mana yang akan dijadikan sebagai objek
penelitian tidaklah mudah, karena sampel yang kita ambil harus dapat mewakili
semua karakteristik dari populasinya. Jika sampel yang kita jadikan tidak dapat
mewakili semua karakteristik populasinya, maka hasil penelitian tersebut tidak
dapat dibuatkan generalisasinya.
Penarikan sampel terbagi menjadi yaitu probability sampling dan non-
probability sampling. Probability sampling terdiri atas acak sederhana (simple
random sampling), sistematik (systematic random sampling), sampel strata
(stratified random sampling), klaster (cluster random sampling) dan bertingkat
(multistage sampling). Sedangkan pada non-probability sampling terdapat
purposive sampling, incidental samping, quota sampling dan lainnya (Sumantri,
2011: 188).
Berdasarkan hal tersebut, makalah ini disusun untuk menguraikan lebih
mendalam terkait sampel dan cara penarikannya terkhusus dengan Purposive
sampling, terkait bagaimana langkah-langkah pada metode ini serta kelebihan dan
kekurangannya
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada makalah ini adalah
1. Apa pengertian sampel?
2. Apa pengertian Purposive sampling?
3. Bagaimana langkah-langkah Purposive sampling?
4. Apa kelebihan dan kekurangan Purposive sampling?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pada makalah ini adalah
1. Mengetahui pengertian dari sampel
2. Mengetahui pengertian Purposive sampling
3. Mengetahui langkah-langkah Purposive sampling
4. Mengetahui kelebihan dan kekurangan Purposive sampling
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Populasi dan Sampel
Populasi adalah kumpulan dari satuan atau unit subyek (yang mencakup
semua makhluk hidup maupun benda mati) yang mempunyai kecenderungan
sama serta memiliki sifat-sifat yang serupa. Penentuan perlu untuk
memperhatikan terkait relevansi subyek di dalam populasi dengan permasalahan
penelitian yang dihadapi dan apakah variable penelitian dapat diperoleh dari
subyek dalam populasi tersebut (Gahayu, 2019: 78).
Sumantri (2011) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian populasi
yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur. Unit sampel dapat sama dengan populasi,
tetapi dapat juga berbeda. Sebagai contoh, unit analisis atau populasi suatu
penelitian adalah bayi berumur di bawah tiga tahun, hal yang akan diteliti adalah
kebiasaan makannya, unit sampelnya adalah ibu yang mempunyai anak berumur
di bawah tiga tahun karena tidak mungkin pertanyaan tentang makanan
ditanyakan langsung kepada bayi tersebut.
Berikut ini adalah alasan mengapa di dalam suatu penelitian lebih sering
dilakukan penarikan sampel menurut Sumantri (2011);
1. Adanya populasi yang sangat besar di dalam populasi yang sangat besar dan
tidak terbatas serta tidak mungkin seluruh populasi diperiksa atau diukur
karena memerlukan waktu yang lama
2. Homogenitas, tidak perlu semua unit populasi yang homogeny diperiksa
karena akan membuang waktu serta tidak akan ada gunanya karena variable
yang akan diteliti terwakili oleh sebagian populasi tersebut.
3. Penarikan sampel menghemat biaya dan waktu
4. Ketelitian atau ketepatan pengukuran, meneliti yang sedikit (sampel) tentu
akan lebih teliti jika dibandingkan dengan meneliti jumlah yang banyak
(populasi)
5. Adanya penelitian untuk melakukan objek penelitian tersebut harus
dihancurkan (destruktif), misalnya darah yang sudah diambil dari orang yang
menjadi objek penelitian tidak mungkin akan dipakai lagi.

B. Pengertian Purpossive Sampling

Purposive Sampling atau Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan


adalah cara pengambilan sampel yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
keterwakilannya ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan orang-orang
yang telah berpengalaman. Cara ini lebih baik dari pengambilan sampel seadanya
(Accidental Sampling) dan Pengambilan Sampel Berjatah (Quota Sampling)
karena dilakukan berdasarkan pengalaman berbagai pihak (Budiarto, 2001).
Apabila penelitian memerlukan syarat khusus, maka metode purposive sampling
tepat untuk digunakan. Metode ini mengambil sampel berdasarkan tujuan dari
penelitian itu snedir (Mufarriqoh, 2020). Misalnya penelitian terkait narkoba,
atau penelitian kemampuan membaca huruf braile pada tunanetra ataupun
penelitian khusus lainnya.

Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling yaitu teknik


pengambilan sampel di mana peneliti mengandalkan penilaiannya sendiri ketika
memilih anggota populasi untuk berpartisipasi dalam suatu penelitian. Purposive
sampling adalah metode pengambilan sampel non-probability dan itu terjadi
ketika elemen yang dipilih untuk sampel dipilih oleh penilaian peneliti. Para
peneliti sering percaya bahwa mereka dapat memperoleh sampel yang
representatif dengan menggunakan penilaian yang baik, yang akan menghemat
waktu dan uang (Black, 2010).

Metode purposive sampling dapat terbukti efektif ketika hanya sejumlah kecil
orang dapat berfungsi sebagai sumber data primer karena sifat desain penelitian
dan tujuan dan sasaran. Misalnya, untuk penelitian yang menganalisis pengaruh
tragedi pribadi seperti kehilangan keluarga atas kinerja manajer tingkat senior,
peneliti dapat menggunakan penilaiannya sendiri untuk memilih manajer tingkat
senior yang dapat berpartisipasi dalam wawancara mendalam.

Sumber: Research Metodology, 2019

Dalam purposive sampling, penilaian pribadi perlu digunakan untuk memilih


kasus yang membantu menjawab pertanyaan penelitian atau mencapai tujuan
penelitian. Menurut jenis kasus (Saunders, 2012), pengambilan sampel secara
purposive dapat dibagi menjadi enam kategori berikut:

1. Kasus khas . Menjelaskan kasus yang rata-rata dan


normal.
2. Kasus ekstrem atau menyimpang . Mengambil sampel
dari kasus-kasus yang dianggap tidak biasa atau langka seperti menjelajahi
alasan kegagalan perusahaan dengan mewawancarai eksekutif yang telah
dipecat oleh pemegang saham.
3. Pengambilan sampel kasus kritis berfokus pada kasus-
kasus spesifik yang dramatis atau sangat penting.
4. Sampling variasi heterogen atau maksimum bergantung
pada penilaian peneliti untuk memilih peserta dengan karakteristik yang
beragam. Ini dilakukan untuk memastikan adanya variabilitas maksimum
dalam data primer.
5. Pengambilan sampel homogen berfokus pada "fokus
pada satu subkelompok tertentu di mana semua anggota sampel serupa, seperti
pekerjaan atau tingkat tertentu dalam hierarki organisasi (Saunders, 2012).
6. Sampling Teoritis adalah kasus khusus pengambilan
sampel purposive yang didasarkan pada metode induktif Grounded Theory.

Selain itu, terdapat beberapa syarat yang perlu digunakan dalam penggunaan
teknik purposive sampling, yaitu penetapan kriteria atau batasan sampel
dilakukan dengan teliti dan sampel yang diambil tersebut sebagai subjek
penelitian harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Hidayat, 2017).

C. Langkah-langkah Purposive Sampling

Berdasarkan penjelasn di atas, pengambilan sampel dengan metode purposive


sampling dilakukan dengan kehendak peneliti berdasarkan syarat atau kriteria sampel
yang diinginkan peneliti. Oleh karena itu, langkah-langkah pengambilan sampel
dengan teknik purposive sampling adalah sebagai berikut (Cahyono, 2018):

1. Buat Sampling frame atau kerangka sampel atau list atau daftar unit populasi.
2. Tentukan persayaratan untuk menjadi sampel
3. Lakukan pemilihan sampel dari sejumlah anggota populasi yang adas esuai
persyaratan
4. Buat daftar anggota sampel yang dipilih
D. Kelebihan dan Kelemahan Purposive Sampling
1. Kelebihan Purposive Sampling
a. Pengambilan sampel Purposive adalah salah satu metode pengambilan
sampel yang paling hemat biaya dan efektif waktu
b. Pengambilan sampel Purposive mungkin satu-satunya metode yang tepat
tersedia jika hanya ada sejumlah sumber data primer yang dapat
berkontribusi untuk penelitian ini
c. Teknik pengambilan sampel ini bisa efektif dalam mengeksplorasi situasi
antropologis di mana penemuan makna dapat mengambil manfaat dari
pendekatan intuitif
2. Kerugian Purposive Sampling
a. Kerentanan terhadap kesalahan dalam penilaian oleh peneliti
b. Tingkat keandalan yang rendah dan tingkat bias yang tinggi.
c. Ketidakmampuan untuk menggeneralisasi temuan penelitian
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Populasi adalah kumpulan dari satuan atau unit subyek yang mempunyai
kecenderungan sama serta memiliki sifat-sifat yang serupa. Sedangkan sampel
adalah sebagian populasi yang ciri-cirinya diselidiki atau diukur.
2. Purposive Sampling atau Pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
adalah cara pengambilan sampel yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
keterwakilannya ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan orang-
orang yang telah berpengalaman.
3. Langkah untuk melakukan penarikan sampel secara Purposive adalah
membuat kerangka sampel, lalu menentukan syarat, memilih sampel yang
sesuai syarat lalu membuat daftar sampel
B. Saran
Untuk meningkatkan cara belajar mahasiswa maka kami bermaksud
memberi saran, yaitu:

1) Mahasiswa seharusnya tidak melakukan tindakan plagiat atau copy paste dari
materi yang ada, tpi mahasiswa diharapkan mampu memahami materi yang
diberikan dengan baik kemudian menuliskannya dalam bentuk makalah sesuai
dengan pemahannya mengenai materi yang telah di berikan.

2) Mahasiswa sebaiknya membaca buku yang sudah diakui kebenarannya bukan


hanya mengambil materi dari blog.

3) Dosen pengajar seharusnya lebih tegas lagi dalam memberikan tugas sehingga
mahasiswa tidak berani untuk melakukan copy paste pada materi yang ada di
blog internet.
4) Mahasiswa juga seharusnya mampu mengamalkan materi yang telah dibuat
dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR ISI

Black, K. (2010) “Business Statistics: Contemporary Decision Making” 6 th edition,


John Wiley & Sons

Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan


Masyarakat. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Cahyono, Tri. 2018. Statistika Terapan dan Indikator Kesehatan. Yogyakarta:


Deepublish

Gayahu, Sri Asih. 2019. Metodologi Penelitian Kesehatan Masyarakat.


Sleman: Deepublish

Hidayat, Anwar. 2017. “Penjelasan Teknik Purposive Sampling Lengkap


Detail” https://www.statistikian.com/2017/06/penjelasan-teknik-purposive-
sampling.html diakses pada 23 Maret 2020 pukul 00.15.

Mufarriqoh, Zainatul. 2020. Statistika Pendidikan. Surabaya: Jakad Media


Publishing

Research Metodology. 2019. “Purpossive Sampling” https://research-


methodology.net/sampling-in-primary-data-collection/purposive-sampling/ diakses
pada 17 Maret 2020 pukul 6.50.

Saunders, M., Lewis, P. & Thornhill, A. (2012) “Research Methods for


Business Students” 6th edition, Pearson Education Limited

Sumantri, Arif. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Kencana

Anda mungkin juga menyukai