Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

Peran dan Fungsi KPK, OMBUSMAN

Disusun oleh:

Kelompok 4 Tingkat 2D3-B

1. Liyana (P21345119042)
2. Nurul Wahyu Widianti (P21345119056)
3. Randi Nurhakiki (P21345119065)
4. Revalina N (P21345119068)
5. Shelly Rizkiah H (P21345119081)
6. Widya Nur Anggraini (P21345119087)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
Jakarta, 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Peran dan Fungsi KPK,
OMBUSMAN ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
bapak Rojali,SKM, M.Epid. pada mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang  bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Rojali,SKM, M.Epid, selaku dosen


pengampu mata kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, April 2021.

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5

2.1 Peran KPK Terhadap Pemberantasan Korupsi................................................................5

2.2 Fungsi KPK Terhadap Pemberantasan Korupsi...............................................................7

2.3 OMBUDSMAN...............................................................................................................8

2.3.1 Definisi OMBUDSMAN Menurut Para Ahli...........................................................8

2.3.2 Tugas OMBUSDMAN Republik Indonesia...........................................................10

BAB III PENUTUP................................................................................................................11

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................11

3.2 Saran...............................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................12
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindak  Pidana Korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat.
Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yeng
terjadi dan jumlah kerugian keuangan Negara maupun dari segi kualitas tindak pidana
yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek
kehidupan masyarakat.
Meningkatnya Tindak Pidana Korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana
tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan
berbangsa dan bernegara pada umumnya. Tindak Pidana Korupsi yang meluas dan
sistematis juga merupakan pelanggaran terhadap hak-hak social dan hak-hak ekonomi
masyarakat, dan karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat
digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa.
Begitu pun dalam upaya pemberantasannya tidak lagi data dilakukan secara biasa, tetapi
dituntut cara-cara yang luar biasa.
Penegakan hukum untuk memberantas Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan secara
konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu diperlukan
metode penegakan hukum secara luar biasa melalui pembentukan suatu badan khusus
yang mempunyai kewenangan luas, independent serta bebas dari kekuasaan manapun
dalam upaya pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang pelaksanaanya dilakukan
secara optimal, intensif, efektif, profesional serta berkesinambungan.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa peran KPK terhadap pemberantasan korupsi?
b) Apa Fungsi KPK terhadap pemberantasan korupsi?
c) Apa yang di maksud OMBUSMAN?

1.3 Tujuan Penulisan


a) Menjelaskan peran KPK terhadap pemberantasan korupsi.
b) Menjelaskan fungsi KPK terhadap pemberantasan korupsi.
c) Menjelaskan maksud OMBUSMAN.
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peran KPK Terhadap Pemberantasan Korupsi


Peran terhadap korupsi merupakan focus yang sangat signifikan dalam suatu Negara
berdasarkan hukum, bahkan merupakan tolak ukur keberhasilan suatu pemerintahan.
Salah satu unsur yang sangat penting dari penegakan hukum dalam suatu Negara adalah
perang terhadap korupsi, karena korupsi merupakan penyakit kanker yang imun, meluas,
permanent dan merusak semua sendi kehidupan berbangsa dan bernegara termasuk
perekonomian serta penataan ruang wilayah.
KPK sebagai lembaga independent, artinya tidak boleh ada intervensi dari pihak lain
dalam penyelidikannya agar diperoleh hasil sebaik mungkin.
 KPK juga sebagai control sosial dimana selama ini badan hukum kita masih mandul.
Contohnya seperti terungkapnya kasus Nyonya Artalita, dimana aparat hukum kita yang
seharusnya membongkar kasus korupsi justru bisa disuap oleh Nyonya Artalita dan yang
akhirnya berhasil dibongkar oleh KPK. Jika ada beberapa pejabat yang teriak-teriak
karena ulah KPK, harus dipertanyakan kembali kepada para pejabat itu, berteriak karena
takut ikut terseret ataukah konpensasi atas kesalahan sendiri?  Dan perlu kita pertanyakan
kembali mengapa tidak berani teriak ketika kantong terisi uang haram?
 KPK juga sebagai barometer Negara terhadap pandangan Negara lain. Mungkin
korupsi di Indonesia sebagai fenomena gunung es dan mungkin hanya 0,5 persen saja
yang terbongkar. Tapi justru membanggakan karena taring-taring keadilan mulai tumbuh.
Kita melihatnya takut karena kita selama ini terbiasa dibius oleh rezim sebelumnya dan
menganggap aneh apabila keadaan itu memerlukan konsekuensi yang berat. Berbagai
upaya dilakukan untuk mengusik eksistensi KPK. Ada yang langsung meminta
pembubaran ataupun mengamputasi peran KPK secara terselubung.     
Penjelasan undang-undang menyebutkan peran KPK sebagai trigger mechanism, yang
berarti mendorong agar upaya pemberantasan korupsi oleh lembaga-lembaga yang telah
ada sebelumnya menjadi lebih efektif dan efisien.
 Peran KPK tidak hanya menindak koruptor di dalam negeri, tapi juga membantu
negara internasional memerangi korupsi di antaranya membantu negara lain mengungkap
skandal korupsi di negara tersebut. Peran KPK dalam pemberantasan penyuapan pejabat
asing atau orang asing dalam bentuk mengungkap kasus yang ada di negaranya.
Karena itu, ke depan sudah seharusnya pemimpin KPK terpilih harus benar-benar
memiliki perspektif yang kuat sehingga dapat melihat secara lebih tajam persoalan
mendasar dari merajalelanya korupsi. Sudah seharusnya desain program dan kebijakan
pemberantasan korupsi harus becermin pada tipologi korupsi yang mendominasi. Bukan
sekadar menjalankan tugas dan kewajiban memberantas korupsi sebagaimana mandat
undang-undang tapi tanpa bekal yang cukup memadai.
Dalam pelaksanaannya KPK yang memiliki kewenangan penuh untuk menangkap dan
menyelidiki kasus tindak pidana korupsi. Tidak dapat kita pungkiri dengan kewenangan
itu pula, KPK menjadi mimpi buruk bagi para pejabat dan elit politik yang korupsi.
Karena KPK dapat menangkap para pelaku korupsi yang telah di curigai kapanpun dan
dimana pun. Seperti yang telah kita lihat pada akhir-akhir ini. Dalam kasus penangkapan
terhadap jaksa Urip Tri Gunawan yang ditangkap langsung oleh KPK dengan mencegat
mobilnya di pinggir jalan. Demikian juga dengan pemeriksaan KPK terhadap tersangka
kasus korupsi Al Amin Nasution, KPK tanpa segan-segan menggeledah kantor anggota
DPR RI tersebut.

2.2 Fungsi KPK Terhadap Pemberantasan Korupsi


Fungsi KPK tertuang pada Pasal 6 UU 30/2002 yang berbunyi:

KPK mempunyai tugas:

1. koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak


pidana korupsi;
2. supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
3. melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana
korupsi;
4. melakukan tindakan-tindakan pencegahan tindak pidana korupsi; dan
5. melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

Berkaitan dengan pasal sebelumnya, Pasal 7 UU 30/2002 berbunyi sebagai berikut:

Dalam melaksanakan tugas koordinasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf


a, KPK berwenang:

a. mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana


korupsi;
b. menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak pidana
korupsi;
c. meminta informasi tentang kegiatan pemberantasan tindak pidana korupsi kepada
instansi yang terkait;
d. melaksanakan dengar pendapat atau pertemuan dengan instansi yang berwenang
melakukan pemberantasan tindak pidana korupsi; dan
e. meminta laporan instansi terkait mengenai pencegahan tindak pidana korupsi.

Dapat disimpulkan ada 5 (lima) poin fungsi KPK yaitu koordinasi, supervisi,
monitoring, penindakan dan pencegahanan. Satu hal yang ditekankan dalam
pembentukan KPK, di mana lembaga ini menjadi pemicu dan pemberdayaan institusi
pemberantasan korupsi yang telah ada (Kepolisian dan Kejaksaan) yang sering kita sebut
“Trigger Mechanism”. Sehingga keberadaan KPK tidak akan tumpang tindih serta
mengganggu tugas dan kewenangan pemberantasan korupsi Kejaksaan dan Kepolisian,
malah KPK akan mendorong kinerja kedua institusi tersebut agar bekerja maksimal.

Mengenai fungsi penindakan, ada hal yang membedakan KPK dengan Kepolisian
dan Kejaksaan. Dimana KPK lebih berfokus kepada “Big Fish” dengan kriteria seperti
yang disebutkan pada Pasal 11 UU 30/2002, yaitu:

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf c, KPK


berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak pidana korupsi
yang:

a. melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain yang ada
kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak
hukum atau penyelenggara negara;
b. mendapat perhatian yang meresahkan masyarakat; dan/atau
c. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar
rupiah).

Terkait dengan fungsi kehakiman, sesungguhnya kedudukan KPK tidak dapat


dikategorikan sebagai cabang kekuasaan yudikatif. Namun KPK merupakan lembaga
independen sesuai dengan Pasal 3 UU 30/2002 yang berbunyi:
“Komisi Pemberantasan Korupsi adalah lembaga negara yang dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh
kekuasaan manapun.”

2.3 OMBUDSMAN
2.3.1 Definisi OMBUDSMAN Menurut Para Ahli
Dalam Ensiklopedia Columbia, ombudsman diartikan dengan: ”Agen
pemerintah yang melakukan fungsi mediasi antara masyarakat dengan penyelenggara
atau aparat pemerintah, ombudsman biasanya bersifat independen, tidak berat sebelah,
umum dan berwewenang hanya untuk rekomendasi”.
Lebih lanjut lagi American Bar Association menjelaskan mengenai ombudsman
dengan: ”Ombudsman adalah perkantoran yang menyajikan suatu konstitusi atau
tindakan untuk mengawasi dan memimpin dengan suatu independensi, pejabat resmi
dengan level tinggi yang mana mempunyai tanggung jawab kepada badan legislasi,
yang mana menerima keluhan masyarakat yang berkaitan dengan pejabat pemerintah,
pegawai negeri dan karyawan atau perbuatan yang berlawanan dengan ketentuan,
ombudsman mempunyai kekuasaan untuk melakukan penyelidikan, menganjurkan
aksi kebenaran dan laporan pokok persoalan”.
Awal mula ombudsman sebenarnya berasal dari Swedia yang mempunyai
beberapa definisi. Kata ombudsman bisa diartikan dengan representative, agent,
delegate, lawyer, guardian or any other person who is authorized by others to act on
their behalf and serve their interest, yang berarti “Perwakilan, agen, delegasi,
pengacara, pelindung atau orang-orang yang diminta oleh orang lainnya untuk
melakukan mewakili kepentingan mereka dan melayani keuntungan mereka.
Cita-cita untuk menyelenggarakan pemerintahan negara yang bersih merupakan cikal
bakal didirikannya komisi ombudsman, hal ini tertuang dalam Keputusan Presiden
Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional
yang menyatakan :
“Pemberdayaan masyarakat melalui peran serta mereka untuk melakukan
pengawasan akan lebih menjamin penyelenggaraan negara yang jujur, bersih,
transparan, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme”. Keputusan Presiden RI No. 44
Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional.
Lebih dari itu, Ketetapan MPR Nomor VIII/MPR/2001 tentang Rekomendasi Arah
Kebijakan Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme telah
memerintahkan penyelenggara negara agar segera membentuk undang-undang beserta
peraturan pelaksanaannya untuk pencegahan korupsi yang muatannya meliputi salah
satu diantaranya adalah komisi ombudsman. Dengan demikian posisi Komisi
Ombudsman Nasional dalam pemberantasan korupsi sesuai dengan TAP MPR No.
VIII/MPR/2001 berada pada wilayah prevensi.
Pada dasarnya ombudsman sangat erat hubungannnya dengan keluhan
masyarakat terhadap suatu tindakan dan keputusan dari pejabat administrasi  publik
yang dinilai merugikan masyarakat. Pemilihan anggota ombudsman dilakukan
melalui suatu pemilihan oleh parlemen dan diangkat oleh kepala negara dalam hal ini
presiden setelah berkonsultasi dengan pihak parlemen. Peranan ombudsman adalah
untuk melindungi masyarakat terhadap pelanggaran hak, penyalahgunaan wewenang,
kesalahan, kelalaian, keputusan yang tidak fair dan mal administrasi dalam rangka
meningkatkan kualitas administrasi publik dan membuat tindakan-tindakan
pemerintah lebih terbuka dan pemerintah serta pegawainya lebih akuntabel terhadap
anggota masyarakat.
*Ombudsman Republik Indonesia*(sebelumnya bernama *Komisi
Ombudsman Nasional*) adalah lembaga negara di Indonesia  yang mempunyai
kewenangan mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik baik yang
diselenggarakan oleh penyelenggara negara dan pemerintahan.
 Termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara,  Badan
Usaha Milik Daerah, danBadan Hukum Milik Negaraserta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang
sebagian atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Lembaga ini dibentuk
berdasarkan Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik
Indonesia yang disahkan dalam Rapat Paripurna DPR RI pada tanggal 9 September
2008.

2.3.2 Tugas OMBUSDMAN Republik Indonesia


Menerima laporan atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan
publik.
a. Melakukan pemeriksaan substansi atas laporan.
b. Menindak lanjutiyang tercakup dalam ruang lingkup kewenangannya.
c. Melakukan investigasi atas prakarsa terhadap dugaan maladministrasi dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
d. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga pemerintahan
lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan.

Ombudsman sendiri berfungsi mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik


yang di selenggarakan oleh penyelenggara negara dan Dan pemerintahan pusat
maupun pemerintahan daerah.
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
Penulis menyarankan kepada mahasiswa yang ingin membuat makalah bahan ajar mata
kuliah sebaiknya mencari referensi dari buku modul bahan ajar atau dari buku lainnya.
Penulis berharap bahwa semua pihak bisa memahami isi dari makalah ini.

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Evi Hartanti, Tindak Pidana Korupsi,( Jakarta: Sinar Grafika, 2008).

www.blogagushutabarat.com.(peran kpk terhadap pemberantasan korupsi).

UU Republik Indonesia tahun 2008,( Ombusdman Republik Indonesia).

http://www.landasanteori.com/2015/10/pengertian-ombudsman-definisi-fungsi.html

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5ca466cb7f8ed/keberadaan-kpk-
dalam-upaya-pemberantasan-korupsi/

Anda mungkin juga menyukai