Anda di halaman 1dari 19

PENGELOLAAN SAMPAH

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN


SAMPAH

Disusun oleh :

Kelompok 4 Tingkat 2-D3B

1. Nabiilah Nurjihan (P21345119053)


2. Nurul Wahyu Widianti (P21345119056)
3. Safira Alfian Putri (P21345119074)
4. Shabrina Arviyanti (P21345119080)

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN JAKARTA II

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

Jakarta, 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Pemberdayaan
Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Catur Puspawati, ST., M.KM. pada mata kuliah Pengelolaan Sampah Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang  bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Catur Puspawati, ST., M.KM.


selaku dosen pengampu mata kuliah Pengelolaan Sampah yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, April 2021.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................5

1.3 Tujuan Masalah................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

2.1 Pemberdayaan Masyarakat...............................................................................................6

2.2 Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat.......................................................................7

2.3 Prinsip Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat..........................................................8

2.4 Metode pengolahan sampah berbasis masyarakat..........................................................15

BAB III PENUTUP................................................................................................................17

3.1 Kesimpulan................................................................................................................17

3.2 Saran...............................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan masyarakat akan berhasil dengan baik apabila warga masyarakat suatu
negara turut berpartisipasi dalam mencapai tujuan pembangunan dengan mendayagunakan
potensi-potensi yang dimiliki baik potensi fisik maupun non fisik. Potensi dalam diri
masyarakat sangatlah penting untuk diaktualisasikan dan dikembangkan karena masyarakat
merupakan subjek pembangunan. Pemberdayaan masyarakat diarahkan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki individu dan masyarakat serta mewujudkan
kemandirian masyarakat sehingga memungkinkan masyarakat dapat berpartisipasi dalam
pembangunan. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu strategi yang digunakan dalam
pembangunan masyarakat sebagai upaya untuk mewujudkan kemampuan dan kemandirian
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (Permendagri No. 7 Tahun 2007).

Pemberdayaan masyarakat telah banyak dilaksanakan oleh pemerintah maupun swasta


yang ditujukan untuk individu atau sekelompok masyarakat miskin, salah satunya melalui
program-program kecakapan hidup (life skills). Dengan diberikannya program-program
kecakapan hidup, diharapkan dapat mengentaskan masyarakat dari kemiskinan dan
memandirikan masyarakat sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa
bergantung lagi pada pemerintah maupun pihak lain. Namun pada kenyataannya, usaha
pengentasan kemiskinan bukanlah hal yang mudah. Banyak program pemerintah untuk
mengentaskan kemiskinan yang belum tepat sasaran sehingga angka kemiskinan di Indonesia
tidak turun secara signifikan.

Manusia sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat mempunyai kebutuhan


yang bersifat individual maupun kolektif, sehingga selalu ada upaya untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Aktivitas manusia dalam upaya mengelola sumber daya untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya semakin beragam seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan
kemajuan teknologi. Setiap aktivitas manusia baik secara pribadi maupun kelompok, baik di
rumah, kantor, pasar, sekolah, maupun dimana saja pasti menghasilkan sampah. Sampah
didefinisikan sebagai suatu benda yang tidak digunakan atau tidak dikehendaki dan harus
dibuang, yang dihasilkan oleh kegiatan manusia (Manik, 2007:67).
Sampah sebagai hasil sampingan kegiatan manusia kini jumlah dan variasinya semakin
meningkat yang menimbulkan permasalahan yang sangat kompleks. Kuantitas sampah
semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan semakin bervariasinya
sampah disebabkan oleh semakin beragamnya aktivitas penduduk. Apabila sampah tidak
ditangani secara tepat, eksistensi sampah di alam akan berdampak negatif bagi lingkungan di
sekitarnya. Dampak negatif sampah berpengaruh pada penurunan nilai estetika lingkungan,
polusi udara, kontaminasi dan penyumbatan saluran air, serta menjadi sumber penyakit. Oleh
karena itu perlu adanya pengelolaan sampah yang tepat untuk mengantisipasi dampak negatif
sampah. Pengelolaan sampah meliputi pengumpulan, pengangkutan, sampai dengan
pemusnahan atau pengolahan sampah sedemikian rupa sehingga sampah tidak menjadi
gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup (Soekidjo Notoatmodjo, 2007:191).

Dalam upaya melaksanakan pengelolaan sampah diperlukan peran serta dari semua
pihak, baik masyarakat maupun pemerintah. Namun, hingga saat ini pengelolaan sampah
belum dilaksanakan secara optimal. Masih banyak masyarakat yang menganggap sampah
sebagai limbah yang harus disingkirkan sehingga tempat pembuangan akhir (TPA) yang
menjadi satu-satunya muara dari segala aktivitas manusia

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan masyarakat?


2. Apa yang dimaksud dengan pengolahan sampah berbasis masyarakat?
3. Apa saja prinsip pengolahan sampah berbasis masyarakat?
4. Bagaimana metode pengolahan sampah berbasis masyarakat?

1.3 Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui dan memahami maksud dari pemberdayaan masyarakat


2. Untuk mengetahui dan memahami arti dari pengolahan sampah berbasis masyarakat
3. Untuk mengetahui dan memahami prinsip mengenai pengolahan sampah berbasis
masyarakat
4. Untuk mengetahui dan memahami metode dari pengolahan sampah berbasis
masyarakat
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat


berinisiatif untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri
sendiri. Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula
berpartisipasi.

Suatu usaha hanya berhasil dinilai sebagai "pemberdayaan masyarakat" apabila


kelompok komunitas atau masyarakat tersebut menjadi agen pembangunan atau dikenal juga
sebagai subjek. Disini subjek merupakan motor penggerak, dan bukan penerima manfaat
(bahasa Inggris: beneficiaries) atau objek saja.

Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang merangkum


nilai-nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat
people-centered, participatory.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat


lapisan masyarakat bawah (grass root) yang dengan segala keterbatasannya belum mampu
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan, sehingga
pemberdayaan masyarakat tidak hanya penguatan individu tetapi juga pranata-pranata sosial
yang ada

Dalam kerangka ini upaya untuk memberdayakan masyarakat (empowering) dapat


dikaji dari 3 (tiga) aspek :

1. Enabling, yaitu menciptakan suasana yang memungkinkan potensi masyarakat dapat


berkembang.
2. Empowering, yaitu memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat melalui langkah-
langkah nyata yang menyangkut penyediaan berbagai input dan pembukaan dalam
berbagai peluang yang akan membuat masyarakat semakin berdaya.
3. Protecting, G yaitu melindungi dan membela kepentingan masyarakat lemah.
Pendekatan pemberdayaan pada intinya memberikan tekanan pada otonomi
pengambilan keputusan dari kelompok masyarakat yang berlandaskan pada sumberdaya
pribadi, langsung, demokratis dan pembelajaran social.

2.2 Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat

Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan pengelolaan sampah yang


melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat dilibatkan pada pengelolaan sampah
dengan tujuan agar mayarakat menyadari bahwa permasalahan sampah merupakan tanggung
jawab seluruh lapisan masyarakat (Cecep Dani Sucipto, 2012).

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merintis pengelolaan sampah mandiri


berbasis masyarakat yaitu:

1. Sosialisasikan gagasan kepada masyarakat dan tokoh

Sosialisai ini dilakukan oleh penggagas terbentuknya pengelolaan berbasis masyarakat


kepada sebagian kcil masyarakat yang bersedia untuk ikut andil dalam pengelolaan sampah
dan tokoh masyarakat misalnya kepala dusun, ketua RT maupun ketua RW.

2. Bentuk tim pengelola sampah

Tim pengelola sampah ini dapat terdiri dari pelindung biasanya oleh kepala dusun, ketua
RT atau ketua RW. Ketua pelaksana biasanya dipegang oleh penggagas, sekretaris,
bendahara, seksi penerimaan sampah, seksi pemilahan, seksi humas dan seksi-seksi lain yang
diperlukan sesuai kesepakatan bersama.

3. Mencari pihak yang bersedia membeli sampah (pengepul sampah)

Pihak-pihak yang bersedia membeli sampah adalah orang-orang yang mengumpulkan


barang-barang rongsokan berupa sampah-sampah yang dapat didaur ulang.

4. Sosialisasi dengan seluruh masyarakat

Jika tim telah terbentuk dan terdapat kesepakatan bersama bahwa akan dilaksanakan
program pengelolaan sampah mandiri maka dilakukan sosialisasi dengan seluruh masyarakat.
Masyarakat diberi informasi tentang keuntungan ikut serta dalam pengelolaan sampah
mandiri, peranan masyarakat dan manfaatnya terhadap lingkungan.

5. Menyiapkan fasilitias yang diperlukan bersama-sama


Fasilitas yang diperlukan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah mandiri ini adalah
tempat sebagai pengepul sampah sebelum diambil oleh pembeli sampah. Tempat ini
dilengkapi dengan timbangan, buku administrasi, kantongkantong untuk pemilahan sampah.

6. Lakukan monitoring dan eveluasi

Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan sebulan sekali melalui rapat anggota pemasok
sampah meliputi jenis sampah yang dipasok, sistem bagi hasil antara pengelola dan pemasok
sampah dan lain-lain. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh penanggung jawab pelaksana.

7. Laporkan hasil-hasil program kepada komunitas

Hasil-hasil pelaksanaan program pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat


dilakukan sebulan sekali kepada seluruh warga yang terlibat dalam program ini. Pelaporan
hasil dilakukan dengan transparan tanpa ada pihakpihak yang dirugikan.

8. Kerjasama dan minta dukungan dengan pihak lain

Kerjasama yang dilakukan dalam program pengelolaan sampah mandiri ini antara lain
pengepul sampah skala besar, toko-toko yang bersedia untuk konsinyasi barang-barang yang
dibuat dari daur ulang sampah, toko-toko pertanian yang bersedia menjualkan kompos hasil
pengelolaan sampah mandiri tersebut. Dukungan yang dapat diperoleh pada pelaksanaan
program ini adalah dukungan dari pemerinyah setemoat misalnya tingkat kabupaten yang
turut serta menggalakkan program ini dan menyediakan dana untuk pengembangan program
ini.

2.3 Prinsip Pengolahan Sampah Berbasis Masyarakat

Konsep dasar pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah pengelolaan sampah


terpadu yang melibatkan masyarakat. Model pengelolaan sampah seperti ini menggunakan
prinsip 3R, yaitu reduce atau mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, reuse atau
menggunakan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai, dan recycle yaitu mengolah
kembali sampah tersebut agar dapat menjadi suatu barang yang lebih berguna atau bernilai
jual. Karena tujuan utamanya adalah mengurangi sampah di tingkat sumber sampah.

A. Pemanfaatan Sampah Organik

Jenis sampah organik skala rumah tangga terdiri dari sampah-sampah basah yang
dihasilkan dapur berupa sisa makanan dan sisa sayuran, juga sampah dedaunan dari
pohon-pohon disekitar rumah. Untuk sampah dari dapur bisa digunakan kembali sebagai
kompos sedangkan sampah dedaunan bisa digunakan sebagai briket, yaitu bahan bakar
alternatif pengganti minyak tanah.

1. Kompos Kapur Tohor dan Takakura


a. Definisi

Composting merupakan proses pembusukan secara alami dari materi organik,


misalnya daun, limbah pertanian (sisa panen), sisa makanan dan lain-lain.
Pembusukan itu menghasilkan materi yang kaya unsur hara, antara lain nitrogen,
fosfor dan kalium yang disebut kompos atau humus yang baik untuk pupuk
tanaman.

Warga diminta untuk memilah sampahnya, juga dibina agar mampu mengolah
sampah sayurnya sendiri menjadi pupuk kompos dengan metode kapur tohor dan
takakura. Warga dibekali dengan sosialisasi cara pembuatan pupuk kompos skala
kecil dengan menggunakan kapur tohor, dan pembuatan pupuk kompos skala
menengah dengan metode takakura. Pembuatan pupuk kompos dari kapur tohor
dapat dikerjakan dirumah masing-masing warga. Sehingga diharapkan setiap
rumah mampu mengurangi produksi sampahnya dan menghasilkan pupuk
kompos sendiri. Nantinya pupuk kompos skala rumah tangga dapat digunakan
untuk memupuk tanaman masing-masing. Namun bisa juga dikumpulkan satu RT
atau satu RW agar menjadi banyak dan dapat dijual.

Sampah basah (organik) bekas makanan-atau minuman sehari-hari dipisahkan


dari sampah kering (anorganik) seperti kaleng, plastik, kertas. Sampah basah itu
kemudian ditumpuk dalam sebuah lubang kecil misalnya di pekarangan rumah.
Dalam jangka waktu tertentu bagian paling bawah dalam tumpukan tersebut bisa
diangkat kemudian ditebarkan ke tanaman sebagai pupuk kompos.

b. Kegiatan

Kegiatan pembuatan kompos dari sampah rumah tangga dengan metode kapur
tohor dan takakura dilakukan oleh tiap-tiap warga dirumah masing-masing.
Dengan bermodalkan toples plastik kosong yang memiliki tutup, pasir, tanah, dan
kapur tohor warga sudah dapat mengolah sampah sayur rumah tangga menjadi
pupuk kompos dengan metode kapur tohor. Sedangkan untuk pembuatan kompos
dengan metode takakura, warga membutuhkan keranjang takakura dan sabut
kelapa.

2. Pembuatan Briket
Pembuatan briket sebagai bahan bakar alternatif pengganti minyak, bisa menjadi
salah satu upaya kita sebagai masyarakat dalam menanggulangi dan mengurangi
timbulan sampah, khususnya dalam sektor rumah tangga. Selain itu, pembuatan briket
sebagai bahan bakar pengganti minyak juga dapat menjadi alternatif masalah krisis
energi pada saat ini. Minyak tanah yang sudah mulai langka, harga gas elpiji yang
melambung tinggi juga menjadi salah satu bahan pertimbangan untuk segera
menciptakan bahan bakar alternatif yang mudah didapat, ekonomis dan juga memiliki
manfaat yang sama seperti bahan bakar minyak dan gas.
Membuat briket sampah tidaklah terlalu sulit. Proses pertama adalah proses
membuat arang. Bahan baku yang berupa sampah dibuat arang dengan cara dibakar.
Kemudian arang hasil pembakaran tersebut ditumbuk dan dicampur dengan perekat,
baik perekat alami (daun talas) ataupun perekat buatan (lem aci), lalu dicetak sesuai
kehenda, dijemur 2-3 hari sampai kering dan siap digunakan sebagai bahan bakar
alternatif.

B. Pemanfaatan Sampah Anorganik


1. Bank Sampah
a. Definisi
Bank sampah merupakan model pengelolaan sampah madiri seperti pada
pengelolan keuangan di bank pada umumnya (Cecep Dani Sucipto, 2012).
Masyarakat dihimbau untuk menabung dalam bentuk sampah. Seperti halnya bank
pada umumnya, bank sampah ini juga terdapat penanggung jawab pelaksana, ketua
pelaksana, teller sampah, petugas penimbang sampah, buku tabungan, bendahara
pemegang keuangan. Sistem yang dilakukan pada bank sampah ini adalah,
masyarakat sebagai nasabah bank memasokkan sampah yang telah dipilah kemudian
diterima oleh petugas penimbangan dan kemudian diterima oleh teller sampah untuk
dicatat di buku tabungan. Yang tercatat dalam buku tabungan sampah adalah berat
sampah yang nantinya akan dijual oleh pengelola dan masyarakat akan menerima 80
% dari hasil penjualan dan 20 % untuk pengelola. Hasil penjualan sampah ini
ditabung dan biasanya baru diambil pada saat lebaran tiba.
Bank Sampah Sejahtera memiliki konsep yang sama seperti Bank Sampah
pada umumnya. Bank Sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering dan
dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan. Namun yang ditabung bukan
uang melainkan sampah. Warga yang menabung yang juga disebut nasabah memiliki
buku tabungan dan dapat meminjam uang yang nantinya dikembalikan dengan
sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang ditabung ditimbang dan dihargai
dengan sejumlah uang. Nantinya sampah akan dijual ke pengepul-pengepul sampah.
Sedangkan plastik kemasan diberikan kepada ibu-ibu PKK dan pengrajin setempat
untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan.

b. Kegiatan
Bank sampah dapat dikelola oleh pemerintahan tingkat desa, dusun maupun
organisasi yang lain misalnya organisasi pemuda, kelompok PKK, dasawisma dan
dapat juga dikelola oleh personal yang peduli terhadap pengelolaan sampah. Pihak-
pihak yang terkait dengan bank sampah antara lain anggota masyarakat (sebagai
nasabah sampah), kepala desa/dusun/penanggung jawab program, pengepul(pembeli
sampah), pelaksana operasional pengelolaan sampah, pembeli hasil daur ulang
sampah dan lain-lain.
Kelompok Bank Sampah Sejahtera berkantor di gedung Bank Sampah di Jalan
Sriwijaya setiap hari Sabtu. Mereka bertugas mengumpulkan sampah-sampah
anorganik untuk kemudian dijual kembali atau diberikan kepada Kelompok Rumah
Kreasi Ibu untuk dibuat menjadi berbagai macam barang seperti lampion, tas, taplak
meja, bunga plastik dan sandal. Kelompok Bank Sampah menerima sampah
anorganik dari warga setempat maupun dari pihak ketiga atau swasta. Warga datang
kegedung Bank Sampah untuk memberikan sampah anorganik yang mereka bawa
kepada petugas Bank Sampah. Sampah tersebut ditimbang dan dihargai sesuai dengan
berat timbangan sampah yang diberikan. Kemudian sampah tersebut dibeli oleh
petugas Bank Sampah.
Pelaksana Pengelolaan Bank sampah:
a. Penanggung jawab pelaksana program bertugas sebagai koordinator pelaksanaan
program
b. Divisi Humas (1-3 orang), bertugas sebagai customer service, mensosialisasikan
tentang bank sampah kepada masyarakat umum, melakukan koordinasi dan
menjual sampah terpilah maupun hasil daur ulang.
c. Divisi Penimbangan Sampah (1-2 orang), menimbang sampah yang diantar oleh
masyarakat ke bank.
d. Teller (1-2 0rang), bertugas mencatat keluar masuknya sampah dari para
penyetor(nasabah sampah) dan pengepul sampah.
e. Divisi Quality Control (1-2 orang), bertugas mengontrol hasil pemilahan sampah
yang telah disetor ke bank sampah.

Contoh ketentuan-ketentuan yang harus disepakati bersama dalam bank


sampah:

a. Sampah yang di setor harus terpilah dengan benar, kantong I berisi sampah kertas,
kantong II berisi sampah plastik, kantong III berisi sampah logam, kantong IV
berisi plastik kresek, kantong V berisi plastik bekas kemasan.
b. Hasil nilai ekonomi sampah yang disetor ke bank sampah akan dipotong 20 %(10
% untuk biaya operasional dan 10% masuk ke kas pengelola).
c. Penyetoran sampah hanya akan dilayani setiap hari sabtu dan minggu pada pukul
15.00-17.00
d. Uang dapat dicairkan minimal setelah menyetor sampah selama 3 bulan
e. Untuk sementara sampah berupa sampah organik masih dikelola oleh masing-
masing warga.

Contoh buku tabungan di bank sampah adalah sebagai berikut:


Buku tabungan sampah dimiliki oleh setiap nasabah sampah. Harga sampah
yang tertulis pada buku tabungan sesuai dengan harga yang diberikan oleh pengepul
sampah atau barang rongsokan.
Secara umum keuntungan pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat
antara lain menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah dengan
benar, membangun kebiasaan dalam mengurangi, memilah dan mendaur ulang
sampah, membuka peluang usaha dan masyarakat tidak harus membayar iuran untuk
pengambilan sampah bahkan memberikan pemasukan untuk kas dusun atau organisasi
lainnya. Manfaat yang paling penting adalah pengelolaan sampah mandiri dapat
mengurangi polusi air, tanah dan udara serta sumber-sumber penyakit yang
berbahaya.

2. Kelompok Rumah Kreasi Ibu Wijaya Kusuma


a. Definisi
Kelompok Rumah Kreasi Ibu terdiri dari ibu-ibu PKK dan kumpulan para
pengrajin sampah anorganik. Seperti pengrajin pada umumnya, para pengrajin ini
adalah orang-orang yang memiliki keterampilan untuk mengolah bahan pokok
menjadi barang kerajinan. Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan
atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui keterampilan
tangan (kerajinan tangan). Kerajinan yang dibuat biasanya memiliki bahan baku
sampah anorganik dan barang-barang bekas seperti botol bekas, kardus, dan plastik
makanan atau minuman. Dari kerajinan ini menghasilkan hiasan atau benda seni
maupun barang pakai. Kelompok pengrajin di Kelurahan Pleburan beranggotakan
sepuluh orang.

b. Kegiatan
Kelompok Rumah Kreasi Ibu bertugas mengolah sampah-sampah anorganik
seperti kantong plastik, botol, sampah bungkus ataupun sampah kain. Sampah-sampah
anorganik tersebut diperoleh dari Bank Sampah yang di kelola oleh Kelompok Bank
Sampah Sejahtera. Sampah anorganik yang diperoleh kemudian dicuci hingga bersih
dan dijemur agar kering. Setelah bersih, sampah-sampah seperti plastik bungkus
makanan, bungkus minuman serbuk, ataupun bungkus sabun cuci disatukan dengan
cara dijahit menjadi satu bagian besar. Kemudian dipotong sesuai pola dan dapat
dijahit menjadi tas misalnya. Demikian pula dengan sampah seperti kantong plastik
yang berwarna-warni. Kantong-kantong plastik bekas tersebut dicuci bersih dan
dikeringkan. Setelah bersih dan kering, Kantong plastik dipotong-potong untuk
dijadikan kelopak bunga plastik. Potongan plastik tersebut dililitkan ke sebuah kawat
bekas. Biasanya kawat yang digunakan adalah kawat bekas kembang api. Kemudian
potongan plastik dan kawat bekas tersebut dibuat menjadi kelopak bunga plastik lalu
ditambahkan daun dan putik bunga dan jadilah setangkai bunga plastik. Beberapa
tangkai bunga plastic kemudian dirangkai hingga menjadi sebuah bouquet bunga
plastik dan diletakkan didalam sebuah vas bunga dapat digunakan sebagai hiasan
meja. Untuk pengolahan sampah kain biasanya yang berupa kain-kain perca diperoleh
dari limbah para penjahit di lingkungan sekitar. Kain-kain perca yang diperoleh
tesebut kemudian dirangkai dan dijahit menjadi taplak meja atau tas jinjing.

3. Kelompok Prigel
a. Definisi
Kelompok Prigel dibentuk untuk mengelola sampah-sampah organik.
Kelompok Prigel ini berkaitan langsung dengan kegiatan komposting di Pleburan.
Sampah-sampah organik dikumpulkan lalu diolah dengan metode komposting agar
menjadi pupuk kompos. Komposting adalah proses pengendalian penguraian secara
biologi dari bahan organik, menjadi produk seperti humus yang dikenal sebagai
kompos. Penguraian bahan organik itu (disebut juga dekomposisi) dilakukan oleh
mikro-organisme menghasilkan senyawa yang lebih sederhana. Pada saat komposting
terjadi proses-proses perubahan secara kimia, fisika dan biologi. Untuk wilayah
perkotaan, metoda komposting aerobik adalah yang banyak disarankan karena
beberapa keunggulan. (Kompas Kota Online, 2013).

b. Kegiatan
Kelompok Prigel tadinya beranggotakan sepuluh orang. Namun karena
kesibukan dan lain hal maka mereka mengundurkan diri hingga hanya menjadi tiga
orang. Kelompok komposting menerima sampah-sampah organik dari masyarakat
yang diangkut oleh tukang sampah dengan menggunakan becak sampah. Sampah-
sampah organik tersebut kemudian dipotong-potong hingga menjadi bagian-bagian
kecil dengan menggunakan mesin pencacah. Setelah itu, potongan sampah organik
tersebut diletakkan didalam bak penampungan, diberi cairan EM4 dan ditutup dengan
rapat. Campuran tersebut dibalik setiap satu minggu sekali dan disimpan didalam bak
tertutup selama kurang lebih satu bulan. Hasil pengolahan sampah organik berupa
pupuk kompos siap pakai yang telah dikemas didalam plastik satu kilogram. Pupuk-
pupuk kompos ini sudah siap dipasarkan dan setiap satu kilo gram dihargai sebesar
tiga ribu rupiah. Para pengelola komposting selain menerima pembelian secara
langsung digedung komposting juga menerima pesanan pupuk kompos berskala besar.

2.4 Metode pengolahan sampah berbasis masyarakat

Pelaksanaan program prosedur kerja yang dilakukan adalah pengambilan sampel


sampah dari tempat sampah organik dan anorganik. Bahan yang diperlukan adalah sampah
plastik, lem, gunting, pita, dan benang.

pemilahan sampah yang digunakan sebagai bahan menjadi barang yang bernilai
ekonomis dan cara pembuatan karya tangan yang dapat bernilai ekonomis. Kegiatan ini
dilakukan dengan metode sosialisasi dan pelatihan praktik langsung serta pendampingan
pengelolaan sampah menjadi barang kerajinan yang bernilai ekonomis. Kegiatan-kegiatan ini
mencakup teori dan praktik yang meliputi: (1) sosialisasi; (2) pengenalan produk; dan (3)
pembuatan produk (praktik langsung). Sosialisasi dan pelatihan dilaksanakan dalam rangka
mengenalkan ilmu pengetahuan dan teknologi pengolahan sampah menjadi barang atau bahan
yang bernilai ekonomis, mengatasi permasalahan yang timbul akibat tidak terkelolanya
sampah serta untuk meningkatkan kesadaran warga masyarakat terhadap sampah sehingga
mereka terlibat secara langsung dalam menangani sampah yang ada di desanya. Selain
itu,untuk mengenalkan teknologi pemasaran online dalam memasarkan barang atau bahan
yang dihasilkan
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pemberdayaan masyarakat adalah proses pembangunan di mana masyarakat berinisiatif


untuk memulai proses kegiatan sosial untuk memperbaiki situasi dan kondisi diri sendiri.
Pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi apabila masyarakat itu sendiri ikut pula
berpartisipasi.

Pemberdayaan masyarakat adalah konsep pembanguan ekonomi yang merangkum nilai-


nilai masyarakat untuk membangun paradigma baru dalam pembangunan yang bersifat
people-centered, participatory.

Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat bawah (grass root) yang dengan segala keterbatasannya belum mampu
melepaskan diri dari perangkap kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan, sehingga
pemberdayaan masyarakat tidak hanya penguatan individu tetapi juga pranata-pranata sosial
yang ada.

Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan pengelolaan sampah yang


melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat dilibatkan pada pengelolaan sampah
dengan tujuan agar mayarakat menyadari bahwa permasalahan sampah merupakan tanggung
jawab seluruh lapisan masyarakat (Cecep Dani Sucipto, 2012).

Konsep dasar pengelolaan sampah berbasis masyarakat adalah pengelolaan sampah


terpadu yang melibatkan masyarakat. Model pengelolaan sampah seperti ini menggunakan
prinsip 3R, yaitu reduce atau mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, reuse atau
menggunakan kembali barang-barang yang sudah tidak terpakai, dan recycle yaitu mengolah
kembali sampah tersebut agar dapat menjadi suatu barang yang lebih berguna atau bernilai
jual. Karena tujuan utamanya adalah mengurangi sampah di tingkat sumber sampah.
3.2 Saran

Penulis menyarankan kepada mahasiswa yang ingin membuat makalah bahan ajar mata
kuliah sebaiknya mencari referensi dari buku modul bahan ajar atau dari buku lainnya.
Penulis berharap bahwa semua pihak bisa memahami isi dari makalah ini.

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini akan


tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini
dikarenakan masih minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk
kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

ZAIRINAYATI. NUR AFNI, MAFTUKHAH, NOVIANTY. (2020). Pengelolaan Sampah


Bernilai Ekonomi Berbasis Masyarakat. Jurnal BERDIKARI, 132.

https://id.wikipedia.org/wiki/Pemberdayaan_masyarakat

https://media.neliti.com/media/publications/108048-ID-pengelolaan-sampah-berbasis-
masyarakat-s.pdf

http://bapelkescikarang.bppsdmk.kemkes.go.id/kamu/kurmod/pengelolaansampah/mi-1c
%20modul%20prinsip%20pengelolaan%20sampah.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pengabdian/siti-marwati-msi/c9.pdf

https://core.ac.uk/download/pdf/234022402.pdf

Anda mungkin juga menyukai