Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENGELOLAAN SAMPAH

KONSEP PENGELOLAAN SAMPAH

Disusun Oleh Kelompok 4 :

1. Nabiilah Nurjihan (P21345119053)


2. Nurul Wahyu Widianti (P21345119056)
3. Safira Alfian Putri (P21345119074)
4. Shabrina Arviyanti (P21345119080)

Kelas : 2D3B Kesehatan Lingkungan

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunianyalah
kami dapat menyelesaikan Makalah kami dengan pokok bahasan “Konsep pengelolaan
sampah”
Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada pihak- pihak yang telah banyak
membantu dalam usaha penyelesaian makalah ini.Saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan guna memperbaiki makalah ini dimasa yang akan datang. Semoga makalah ini
dapat berguna bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Jakarta, February 7, 2021

Kelompok 4
Daftar Isi

KATA PENGANTAR..........................................................................................................2

Daftar Isi...............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4

1.1. Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2. Rumusan Masalah....................................................................................................4

1.3. Tujuan Masalah.......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5

2.1. Dasar Pengelolaan Sampah......................................................................................5

2.2. Tahap Pewadahan....................................................................................................7

2.3. Tahap Pengumpulan................................................................................................7

2.4. Tahap Pengangkutan..............................................................................................11

2.5. Tahap Pemusnahan................................................................................................14

2.6. Syarat-syarat Tempat Pewadahan Sampah............................................................15

BAB III PENUTUPAN......................................................................................................16

3.1. Kesimpulan............................................................................................................16

3.2. Saran......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................17
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pengelolaan sampah suatu kota bertujuan untuk melayani penduduk terhadap
sampah yang dihasilkannya yang secara tidak langsung turut memelihara kesehatan
masyarakat serta menciptakan suatu lingkungan yang bersih, baik, dan sehat. Pada
awalnya, pemukiman seperti di perdesaan yang kepadatan penduduknya masih sangat
rendah, secara alami tanah/alam masih dapat mengatasi sampah yang timbul. Namun,
dengan perkembangan penduduk dengan aktivitas manusia yang lebih luas serta adanya
jenis sampah akibat dari kemajuan teknologi yang sulit terurai, mulailah sampah
menimbulkan masalah bagi lingkungan.

Makin padat penduduk suatu pemukiman atau kota dengan segala aktivitasnya,
permasalahan sampah semakin perlu untuk dikelola secara profesional. Untuk dapat
mengelola sampah pemukiman atau kota yang sampahnya semakin banyak dengan
masalah yang kompleks.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dasar pengelolaan sampah?
2. Jelaskan proses tahapan pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan
sampah?
3. Apa saja syarat – syarat tempat pewadahan sampah?

1.3. Tujuan Masalah


1. Memahami dasar pengelolaan sampah
2. Mengetahui proses tahapan pewadahan, pengumpulan dan pemusnahan sampah
3. Mengetahui syarat – syarat tempat pewadahan sampah
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Dasar Pengelolaan Sampah


Sampah adalah masalah besar, menjadi masalah nasional bahkan masalah
universal. UU 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah memiliki maksud bahwa
pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Di tahun 2019 sekarang ini
Kota Surabaya sudah mampu mengelola sampah menjadi energi listrik. Sampah plastik
bisa menjadi aspal, dan masih dibutuhkan inovasi-inovasi lain tentang pengelolaan
sampah agar menjadi sumberdaya yang bermanfaat.

Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah disahkan pada


tanggal 7 Mei 2008 di Jakarta oleh Presiden Doktor Haji Susilo Bambang Yudhoyono.
UU 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ditempatkan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69 setelah diundangkan pada tanggal 7 Mei 2008
oleh Menkumham Andi Mattalatta di Jakarta, agar setiap orang mengetahuinya.
Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
ditempatkan pada Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851.

Pokok kebijakan dalam Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang


Pengelolaan Sampah mengatur tentang penyelenggaraan pengelolaan sampah secara
terpadu dan komprehensif, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas dan
wewenang Pemerintah dan pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan publik.
Pengaturan hukum pengelolaan sampah dalam UU 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah ini berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas
keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas
nilai ekonomi. Pertimbangan Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah adalah:

a. Bahwa pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat


menimbulkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin
beragam;
b. Bahwa pengelolaan sampah selama ini belum sesuai dengan metode dan teknik
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan sehingga menimbulkan dampak
negatif terhadap kesehatan masyarakat dan lingkungan;
c. Bahwa sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga pengelolaannya perlu
dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar memberikan
manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi lingkungan, serta
dapat mengubah perilaku masyarakat;
d. Bahwa dalam pengelolaan sampah diperlukan kepastian hukum, kejelasan tanggung
jawab dan kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah, serta peran masyarakat dan
dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif,
dan efisien;
e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tentang Pengelolaan Sampah

Dasar hukum Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah


adalah Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 33 ayat (3) dan ayat
(4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pada dasarnya pengelolaan sampah ada 2 macam, yaitu pengelolaan/penanganan


sampah setempat (individu) dan pengelolaan sampah terpusat untuk suatu lingkungan
pemukiman kota.

1. Pengelolaan Setempat
Pengelolaan setempat adalah penanganan yang dilaksanakan sendiri oleh penghasil
sampah dengan menanam dalam galian tanah pekarangannya atau dengan cara lain
yang masih dapat dibenarkan. Hal ini dimungkinkan bila daya dukung lingkungan
masih cukup tinggi, misalnya tersedianya lahan dan lain-lain.
2. Pengelolaan Terpusat
Pengelolaan persampahan secara terpusat, khususnya dalam teknis operasional, adalah
suatu proses atau kegiatan penanganan sampah yang terkoordinasi untuk melayani
suatu permukiman atau kota. Pengelolaan sampah terpusat mempunyai kompleksitas
yang besar karena mencakup berbagai aspek yang terkait. Aspek-aspek tersebut
dikelompokan dalam 5 aspek utama, yakni aspek institusi, hukum, teknis operasional,
pembiayaan dan retribusi, serta aspek peran serta masyarakat
2.2. Tahap Pewadahan
Tahap Pewadahan Sampah Pewadahan sampah adalah aktivitas menampung
sampah sementara yang dilakukan oleh penghasil sampah (sumber sampah) dengan
menggunakan tempat sampah yang besarnya disesuaikan dengan tingkat volume sampah
yang dihasilkan masing-masing sumber sampah. Pola pewadahan sampah dibedakan
menjadi dua, yaitu:

a. Pewadahan individual adalah aktivitas penanganan penampungan sampah sementara


dalam suatu wadah khusus untuk dan dari sampah individu.
b. Pewadahan komunal adalah aktivitas penanganan penampungan sampah sementara
dalam suatu wadah bersama baik dari berbagai sumber maupun sumber umum.

2.3. Tahap Pengumpulan


Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya
mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau dari wadah komunal (bersama)
melainkan juga mengangkutnya ke tempat terminal tertentu, baik dengan pengangkutan
langsung maupun tidak langsung (BSN, 2002).

Pola pengumpulan sampah berdasarkan Badan Standarisasi Nasional nomor 19-


2454-2002 Tahun 2002 terdiri atas:

1. Pola individual langsung (door to door) adalah kegiatan pengambilan sampah dari
rumah-rumah/sumber sampah dan diangkut langsung ke tempat pemrosesan akhir
tanpa melalui kegiatan pemindahan, dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Kondisi topografi bergelombang (> 15-40%), hanya alat pengumpul mesin yang
dapat beroperasi.
b. Kondisi jalan yang cukup lebar dan tidak mengganggu pemakai jalan lainnya.
c. Kondisi dan jumlah alat memadai.
d. Jumlah timbulan sampah > 0,3 m3 /hari.
e. Bagi penghuni yang beroperasi di jalan protokol.
2. Pola individual tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-
masing sumber sampah dibawa ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke
tempat pemrosesan akhir, dengan persyaratan sebagai berikut:
a. Bagi daerah yang partisipasi masyarakatnya pasif, lahan untuk lokasi pemindahan
tersedia. 18
b. Bagi kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) dapat menggunakan alat
pengumpul non-mesin (gerobak, becak).
c. Alat pengumpul masih dapat menjangkau secara langsung.
d. Kondisi lebar gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan
lainnya.
e. Harus ada organisasi pengumpulan sampah.

3. Pola komunal langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing- masing
titik komunal dan diangkut ke lokasi pemrosesan akhir, dengan persyaratan sebagai
berikut:
a. Bila alat angkut terbatas.
b. Bila kemampuan pengendalian personil dan peralatan relatif rendah.
c. Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah individual (kondisi
daerah berbukit, gang/jalan sempit).
d. Peran serta masyarakat tinggi.
e. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah
dijangkau oleh alat pengangkut (truk).
f. Untuk pemukiman tidak teratur.
4. Pola komunal tidak langsung adalah kegiatan pengambilan sampah dari masing-
masing titik pewadahan komunal ke lokasi pemindahan untuk diangkut selanjutnya ke
tempat pemrosesan akhir, dengan persyaratansebagai berikut:
a. Peran serta masyarakat tinggi.
b. Lahan untuk lokasi pemindahan tersedia.
c. Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan lokasi yang mudah
dijangkau oleh alat pengumpul.
d. Tempat dengan kondisi topografi relatif datar (rata-rata < 5%) dapat menggunakan
alat pengumpul non-mesin (gerobak, becak), bagi kondisi topografi > 5% dapat
menggunakan cara lain seperti pikulan, kontainer kecil beroda dan karung.
e. Kondisi/lebar gang dapat dilalui alat pengumpul tanpa mengganggu pemakai jalan
lainnya.
f. Harus ada organisasi pengumpulan sampah.

5. Pola penyapuan jalan adalah kegiatan pengumpulan sampah hasil penyapuan jalan,
khususnya untuk jalan protokol, lapangan parkir. lapangan rumput dan Iain-lain. Hasil
penyapuan diangkut ke lokasi pemindahan untuk kemudian diangkut ke TPA,
penanganan dilakukan berbeda untuk setiap daerah sesuai fungsi daerah yang
dilayani.
2.4. Tahap Pengangkutan
Pengangkutan sampah adalah kegiatan membawa sampah dari lokasi pemindahan
atau langsung dari sumber sampah menuju tempat pemrosesan akhir. Pola pengangkutan
sampah menurut Badan Standarisasi Nasional nomor 19-2454- 2002 dibedakan menjadi:

1. Pengangkutan sampah dengan sistem pengumpulan individual langsung (door to


door), dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Truk pengangkut sampah dari pool menuju titik sumber sampah pertama untuk
mengambil sampah.
b. Selanjutnya mengambil sampah pada titik sumber sampah berikutnya sampai truk
penuh sesuai dengan kapasitasnya.
c. Selanjutnya diangkut ke TPA sampah.
d. Setelah pengosongan di TPA, truk menuju ke lokasi sumber sampah berikutnya
sampai terpenuhi ritasi yang telah ditetapkan.
2. Pengumpulan sampah melalui sistem pemindahan di transfer depo tipe I dan II,
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Kendaraan pengangkut sampah keluar dari pool langsung menuju lokasi
pemindahan di transfer depo untuk mengangkut sampah ke TPA.
b. Dari TPA kendaraan tersebut kembali ke transfer depo untuk pengambilan pada rit
berikutnya.
3. Pengumpulan sampah dengan sistem kontainer (transfer tipe III), dapat dibedakan
menjadi beberapa pola pengangkutan sebagai berikut:
a. Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 1 dapat dilihat pada
Gambar 2.8.
 Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama (kontainer A).
 Kontainer A isi diangkut ke TPA.
 Kontainer A kosong dari TPA dikembalikan ke tempat semula.
 Kontainer B diangkut ke TPA.
 Kontainer kosong B dikembalikan ke tempat semula.
 Demikian seterusnya sampai rit terakhir dan setelah kontainer kosong terakhir
dikembalikan ke tempat semula, kendaraan dikembalikan ke pool.
b. Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 2 dapat dilihat pada
Gambar 2.9.
 Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama (kontainer A).
 Kontainer A diangkut ke TPA.
 Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi ke dua
untuk menurunkan kontainer kosong (kontainer B).
 Kontainer isi B diangkut ke TPA.
 Demikian seterusnya sampai pada rit terakhir.
 Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju ke lokasi kontainer
pertama.
 Kemudian truk kembali ke pool tanpa container

c. Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer cara 3 dapat dilihat pada
Gambar 2.10.
 Kendaraan dari pool dengan membawa kontainer kosong menuju ke lokasi
kontainer A.
 Kontainer isi (A) diganti/diambil dan langsung membawanya ke TPA.
 Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju ke lokasi
kontainer B.
 Kontainer isi (B) diganti/diambil dan langsung dibawa ke TPA.
 Demikian seterusnya sampai pada rit terakhir dan kendaraan kembali ke pool.
d. Pola pengangkutan dengan sistem pengosongan kontainer tetap biasanya untuk
kontainer kecil serta alat angkut berupa truk pemadat atau dump truk atau truk
biasa. Dapat dilihat pada Gambar 2.11.
 Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan ke dalam
truk compactor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong.
 Kendaraan menuju ke kontainer berikutnya sehingga truk penuh, untuk
kemudian langsung. ke TPA.
 Demikian seterusnya sampai pada rit terakhir.

2.5. Tahap Pemusnahan


Menurut Wahid Iqbal dan Nurul C. (2009: 279-280) tentang tahap pengelolaan dan
pemusnahan sampah dilakukan dengan 2 metode:

A. Metode yang memuaskan


1. Metode Sanitary Landfill (lahan urug saniter), yaitu pemusnahan sampah dengan
membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan
tanah sebagai lapisan penutup lalu dipadatkan. Cara ini memerlukan persyaratan
harus tersedia tempat yang luas, tersedia tanah untuk menimbunnya, dan tersedia
alat-alat besar.
2. Inceneration (dibakar), yaitu memusnahkan sampah dengan jalan membakar di
dalam tungku pembakaran khusus. Manfaat sistem ini volume sampah dapat
diperkecil sampai satu per tiga, tidak memerlukan ruang yang luas, panas yang
dihasilkan dapat digunakan sebagai sumber uap, dan pengelolaan dapat dilakukan
secara terpusat dengan jadwal jam kerja. Adapun akibat penerapan metode ini
adalah memerlukan biaya besar, lokasi pembuangan pabrik sulit didapat karena
keberadaan penduduk, dan peralatanperalatan yang digunakan dalam incenerasi.
3. Composting (dijadikan pupuk), yaitu mengelola sampah menjadi pupuk kompos;
khususnya untuk sampah organik.
B. Metode yang tidak memuaskan
1. Metode Open Dumping, yaitu sistem pembuangan sampah yang dilakukan secara
terbuka. Hal ini akan menjadi masalah jika sampah yang dihasilkan adalah sampah
organik yang membusuk karena menimbulkan gangguan pembauan dan estetika
serta menjadi sumber penularan penyakit.
2. Metode Dumping in Water, yaitu pembuangan sampah ke dalam air. Hal ini akan
dapat mengganggu rusaknya ekosistem air. Air akan menjadi kotor, warnanya
berubah, dan menimbulkan sumber penyakit yang ditularkan melalui air (water
borne disease).
3. Metode Burning on premises (individual inceneration) yaitu pembakaran sampah
dilakukan di rumah-rumah tangga.
Sedang menurut SNI 19-2454-2002 tentang Teknik Operasional Pengelolaan
Sampah Perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi 3
metode yaitu metode Open Dumping, metode Sanitary Landfill (Lahan Urug Saniter) dan
serta metode Controlled Landfill (Penimbunan terkendali).
2.6. Syarat-syarat Tempat Pewadahan Sampah
Pembuangan akhir sampah di atas permukaan tanah, apabila tidak dilakukan
dengan perencanaan yang baik serta pengawasan pada lokasi landfill akan menimbulkan
permasalahan pada daerah sekitarnya. Menurut Soemirat (2007), beberapa pertimbangan
yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sampah antara lain :
1. Mampu mencegah terjadinya penyakit
2. Konservasi sumber daya alam
3. Mencegah gangguan estetika
4. Memberi insentif untuk daur ulang atau pemanfaatan kembali
5. Bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat
Terdapat beberapa syarat yang harus terpenuhi pada tempat pembuangan sampah.
Menurut Azwar (1979) beberapa syarat tersebut antara lain :
1. Tidak dekat dengan sumber air minum atau sumber lain yang dipergunakan manusia
(mandi, mencuci dan sebagainya).
2. Tidak pada tempat yang sering terkena banjir.
3. Di tempat yang jauh dari tempat tinggal manusia, jarak yang dipakai sebagai pedoman
adalah sekitar 2 km dari perumahan penduduk atau sekitar 15 km dari laut.
Sementara menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-3241-1994, terdapat
beberapa kriteria pemilihan lokasi layak dibangunnya sebuah TPA. Beberapa kriteria
aspek pemilhan lokasi TPA sampah tersebut antara lain ;
1. Kelayakan regional: Kriteria yang digunakan untuk menentukan zone layak atau zone
tidak layak dengan ketentuan menyangkut Kondisi geologi, Kemiringan lereng; Jarak
terhadap badan air; Jarak terhadap terhadap lapangan terbang; Kawasan lindung atau
cagar alam; Kawasan budidaya pertanian dan atau perkebunan; serta Batas
administrasi
2. Kelayakan penyisih: Kriteria yang digunakan untuk memilih lokasi terbaik dari hasil
kelayakan regional dengan ketentuan antara lain ; Luas lahan; Ketersediaan zone
penyangga kebisingan dan bau; Permeabilitas tanah; Kedalaman muka air tanah;
Intensitas hujan; Bahaya banjir; dan Jalur dan lama pengangkutan sampah
3. Kelayakan rekomendasi: Kriteria yang digunakan oleh pengambil keputusan atau
lembaga yangberwenang untuk menyetujui dan menetapkan lokasi terpilih sesuai
BAB III PENUTUPAN

1.

3.1. Kesimpulan
Pengelolaan sampah dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi dampaknya
terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan serta memulihkan sumber daya alam.
Pengelolaan sampah pada dasarnya ingin menangani atau mengubah sampah menjadi
barang yang memiliki nilai ekonomis dan kemanfaatan serta mengubahnya menjadi
material yang tidak membahayakan lingkungan hidup.

3.2. Saran
Pertimbangan yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sampah antara lain :
a. Mampu mencegah terjadinya penyakit;
b. Konservasi sumber daya alam;
c. Mencegah gangguan estetika;
d. Memberi insentif untuk daur ulang atau pemanfaatan kembali;
e. Bahwa kuantitas dan kualitas sampah akan meningkat.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.jogloabang.com/pustaka/uu-18-2008-pengelolaan-sampah

https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/4800f90355c12e0791918170f1edda11.pdf

Azwar,A., 1979, Pengantar Ilmu Kesehatan lingkungan

Mukono,H.J., 2006, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Airlangga University Press

Soemirat,J., 2007, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press

Anda mungkin juga menyukai