Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM


BANK SAMPAH DAN PEMBUATAN PUPUK DARI SAMPAH
RUMAH TANGGA DI KELURAHAN AIR DINGIN
KECAMATAN BUKIT RAYA KOTA PEKANBARU

OLEH:

IBNU RAYHAN

NIM. 1906113567

JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2021
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesehatan dan keselamatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian
dengan judul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui Program Bank Sampah Dan
Pembuatan Pupuk Dari Sampah Rumah Tangga Di Kelurahan Air Dingin Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen selaku pembimbing mata
kuliah. Tidak lupa pula buat seluruh rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis
dalam menyelesaikan laporan ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Tidak ada yang pantas diberikan, selain balasan dari Tuhan Maha Kuasa untuk
kemajuan kita semua dalam menghadapi masa depan nanti.

Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran atau kritik dari para pembaca
untuk kemajuan penulisan laporan selanjutnya. Terakhir, penulis sangat megharapkan
agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua baik untuk masa kini maupun untuk masa
yang akan datang.

Pekanbaru , 2021

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. i


DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. ii
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3. Tujuan ........................................................................................................................... 3
1.4. Manfaat Penulisan ....................................................................................................... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 5
2.1. Bank Sampah ............................................................................................................... 5
2.2. Pupuk Organik ............................................................................................................. 6
III. METODOLOGI ............................................................................................................... 9
3.1. Tempat dan Waktu ...................................................................................................... 9
3.2. Metode Pengumpulan Data ......................................................................................... 9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................... 10
4.1. Topografi Wilayah ..................................................................................................... 10
4.2. Sosialisasi Bank Sampah ........................................................................................... 11
4.3. Pembuatan Pupuk Organik ...................................................................................... 14
V. PENUTUP ......................................................................................................................... 18
5.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 18
5.2. Saran ........................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 19
LAMPIRAN........................................................................................................................... 20

ii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Negara Indonesia kaya akan lingkungan hidup yang begitu melimpah untuk
dapat dengan mudahnya dikelola sesuai kebutuhan masyarakatnya, tetapi keadaan
Negara Indonesia tidak di dukung dengan adanya sikap masyarakat yang peduli akan
lingkungan hidup yang ada disekitarnya. Permasalahan lingkungan yang umum terjadi
adalah permasalahan sampah. Permasalahan sampah telah menjadi permasalahan
nasional dan menjadi isu penting dalam masalah lingkungan. Dengan bertambah
besarnya jumlah penduduk yang terjadi di Indonesia maka mendorong tumbuhnya
wilayah-wilayah perkotaan baru untuk memperoleh pemukiman baru.

Sejalan dengan itu dalam pertumbuhan volume sampah di Indonesia sangat erat
hubungannya dengan pertumbuhan penduduk, tingkat kesejahteraan dan gaya hidup
masyarakat yang bisa menjadikan jumlah timbunan sampah meningkat pesat, terutama
diwilayah perkotaan. Menurut Kementrian Lingkungan Hidup pada tahun 2017
masyarakat di Indonesia menghasilkan 187.200.000 ton sampah dalam waktu setahun.
Kota Pekanbaru sebagai ibu kota provinsi Riau menyumbang 1.041.138 ton sampah.
Kepadatan penduduk yang semakin meningkat, menyebabkan peningkatan jumlah
timbunan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat kota Pekanbaru.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan penanganan khusus baik


dari Pemerintah maupun masyarakat. Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah sebagai landasan dan pedoman dari pengelolaan sampah
ditekankan bahwa sampah telah menjadi permasalahan nasional sehingga
pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir agar
memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan aman bagi
lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat. Bila masalah ini tidak
mendapat perlakuan penanganan yang baik sebagaimana mestinya jelas akan
berdampak terhadap pencemaran lingkungan serta berkurangnya nilai estetika.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 Tentang

1
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Rumah Tangga serta
didukung melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle melalui Bank Sampah, maka aparat
Pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama dalam melaksanakan pengelolaan
sampah untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.

Dengan diterapkannya kedua peraturan ini, maka kebijakan pengelolaan


sampah yang selama ini hanya bertumpu pada pendekatan kumpul, angkut, buang
dengan mengandalkan keberadaan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), di ubah dengan
pendekatan reduce atsource , resource dan recycle melalui penerapan 3R. Oleh karena
itu seluruh lapisan masyarakat diharapkan mengubah paradigmanya terhadap sampah,
yaitu memandang sampah sebagai sesuatu yang memiliki nilai guna dan manfaat,
sehingga dapat memperlakukan sampah sebagai sumber daya yang alternatif yang
dapat dimanfaatkan kembali, baik secara langsung, proses daur ulang, maupun proses
lainnya. Bank Sampah merupakan suatu strategi penerapan 3R dalam pengelolaan
sampah di tingkat masyarakat. Pelaksanaan Bank Sampah pada prinsipnya adalah satu
rekayasa sosial (social engineering) untuk mengajak masyarakat memilih sampah.

Mengajak masyarakat memilih sampah adalah pekerjaan yang sulit karena


menyangkut kebiasaan, budaya, dan kepedulian dari sebagian besar masyarakat yang
sangat rendah. Melalui Bank Sampah, akhirnya ditemukan satu solusi inovatif
“memaksa” masyarakat memilih sampah. Dengan menyamakan kedudukan sampah
serupa dengan uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya
terdidik untuk menghargai sampah sesuai dengan jenis dan nilainya sehingga mau
untuk memilah sampah. Pembangunan bank sampah harus menjadi momentum awal
membina kesadaran kolektif masyarakat untuk mulai memilah, mendaur ulang dan
memanfaatkan sampah, kapanpun dan dimanapun agar pengelolaan sampah yang
berwawasan lingkungan menjadi budaya baru Indonesia.

2
Didirikannya Bank Sampah tersebut diharapkan dapat mengurangi jumlah
timbunan sampah yang ada di masyarakat terutama sampah anorganik dan organik. Hal
3 ini mengingat volume sampah anorganik di Kota Pekanbaru juga dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Kondisi ini diperparah dengan adanya pandemi covid-19 yang
memaksa masyarakat berada dirumah akibat peraturan PPKM yang dicanangkan
pemerintah. Hal ini menyebabkan sifat konsumtif masyarakat meningkat dan dapat
menghasilkan banyak sampah. Dari uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan
pemberdayaan masyarakat melalui program bank sampah dan pembuatan pupuk
organik di kelurahan Air Dingin Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dalam penelitian
yaitu “ Bagaimana Proses Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah Dan
Pembuatan Pupuk Organik Untuk Mengatasi Permasalahan Sampah Dan Menambah
Pendapatan Masyarakat Pada Masa Pandemi Di Kelurahan Air Dingin Kecamatan
Bukit Raya Kota Pekanbaru.”

1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui “Proses
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Bank Sampah Dan Pembuatan Pupuk Organik
Untuk Mengatasi Permasalahan Sampah Dan Menambah Pendapatan Masyarakat Pada
Masa Pandemi Di Kelurahan Air Dingin Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru”.

3
1.4. Manfaat Penulisan
1. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang


membacaMemberikan tambahan pemahaman tentang pemberdayaan terutama dalam
hal pemberdayaan masyarakat melalui Pengelolaan Sampah. Sehingga ilmu
pengetahuan tentang pemberdayaan menjadi luas cakupannya

2. Secara Praktis

a. Bagi Pemerintah, diharapkan dapat memberikan dukungan kepada masyarakat


secara langsung baik melalui program atau bantuan yaitu dengan 4
memfasilitasi bank sampah yang ada didaerah sehingga kedepannya dapat lebih
efektif dan efisien dalam mengatasi masalah sampah.
b. Bagi Masyarakat, dengan adanya program bank sampah diharapkan dapat
menjadikan solusi permasalahan agar masyarakat mampu mengelola sampah
dengan baik dan dapat menjadi salah satu alternatif dalam meningkatkan
pendapatan masyarakat, sehingga dapat membawa perubahan yang signifikan
terutama untuk masyarakat Kelurahan Air Dingin.

4
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Bank Sampah


Sesuai dengan filosofi mendasar mengenai pengelolaan sampah sesuai dengan
ketetapan dalam Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah,
kini perlu perubahan cara pandang masyarakat mengenai sampah dan cara
memperlakukan atau mengelola sampah. Cara pandang masyarakat pada sampah
seharusnya tidak lagi memandang sampah sebagai hasil buangan yang tidak berguna.
Sampah seharusnya dipandang sebagai sesuatu yang mempunyai nilai guna dan
manfaat. Dalam rangka melaksanakan Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga, maka praktek mengolah dan memanfaatkan sampah harus menjadi langkah
nyata dalam mengelola sampah. Masyarakat harus meninggalkan cara lama yang hanya
membuang sampah dengan mendidik dan membiasakan masyarakat memilah,
memilih, dan menghargai sampah sekaligus mengembangkan ekonomi kerakyatan
melalui pengembangan bank sampah (Tallei dkk., 2013).

Pengetahuan, sikap, dan keterampilan warga mengelola sampah rumah tangga


untuk melakukan daur ulang juga menjadi hal penting dalam pengelolaan sampah
(Akhtar dan Soetjipto, 2014). Pemilahan sampah rumah tangga yang termasuk kategori
sampah organik dapat dijadikan kompos sedangkan sampah rumah tangga anargonik
ditabungkan ke bank sampah untuk didaur ulang kembali dan dapat dijadikan bahan
yang bernilai ekonomis (Jumar dkk. 2014). Adaptasi bank sampah pada setiap
komunitas sangat ditentukan partisipasi warga yang juga akan menentukan
keberlanjutan program bank sampah sehingga pengelolaan berbasis komunitas menjadi
perlu diperhatikan (Kristina, 2014).

Pada dasarnya bank sampah merupakan konsep pengumpulan sampah kering


dan dipilah serta memiliki manajemen layaknya perbankan, tetapi yang ditabung bukan
uang melainkan sampah. Warga yang menabung (menyerahkan sampah) juga disebut
nasabah dan memiliki buku tabungan serta dapat meminjam uang yang nantinya

5
dikembalikan dengan sampah seharga uang yang dipinjam. Sampah yang ditabung
akan ditimbang dan dihargai dengan sejumlah uang, kemudian akan dijual di pabrik
yang sudah bekerja sama dengan bank sampah. Sementara plastik kemasan dapat dibeli
oleh pengurus PKK setempat untuk didaur ulang menjadi barang-barang kerajinan
(Anonim, 2012).

Menurut Aryenti (2011), Bank Sampah adalah tempat menabung sampah yang
telah terpilah menurut jenis sampah. Cara kerja Bank Sampah pada umumnya hampir
sama dengan bank lainnya, ada nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen
pengelolaannya. Apabila dalam bank umum yang disetorkan nasabah adalah uang,
akan tetapi dalam Bank Sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai
ekonomis. Bank sampah sebaiknya dikelola oleh orang yang kreatif dan inovatif, serta
memiliki jiwa kewirausahaan, agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Sistem kerja Bank Sampah dilakukan berbasis rumah tangga, dengan memberikan
reward kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah. Konsep
Bank Sampah mengadopsi menajemen bank pada umumnya. Selain bisa sebagai sarana
untuk melakukan gerakan penghijauan, pengelolaan sampah juga bisa menjadi sarana
pendidikan gemar menabung untuk masyarakat dan anakanak. Metode Bank Sampah
juga berfungsi untuk memberdayakan masyarakat agar peduli terhadap kebersihan.

2.2. Pupuk Organik


Menurut Peraturan Menteri Pertanian No. 2/Pert./HK.060/2/2006, yang
dimaksud dengan pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya
terdiri atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman atau hewan yang telah
mengalami rekayasa berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memasok bahan
organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Direktorat Sarana Produksi,
2006).

Pengomposan atau pembuatan pupuk organik merupakan suatu metode untuk


mengkonversikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang lebih sederhana dengan

6
menggunakan aktivitas mikroba. Proses pembuatannya dapat dilakukan pada kondisi
aerobic dan anaerobik. Pengomposan aerobik adalah dekomposisi bahan organik
dengan kehadiran oksigen (udara), produk utama dari metabolis biologi aerobik adalah
karbodioksida, air dan panas. Pengomposan anaerobik adalah dekomposisi bahan
organik tanpa menggunakan oksigen bebas; produk akhir metabolis anaerobik adalah
metana, karbondioksida dan senyawa tertentu seperti asam organik. Pada dasarnya
pembuatan pupuk organik padat maupun cair adalah dekomposisi dengan
memanfaatkan aktivitas mikroba, oleh karena itu kecepatan dekomposisi dan kualitas
kompos tergantung pada keadaan dan jenis mikroba yang aktif selama proses
pengomposan. Kondisi optimum bagi aktivitas mikroba perlu diperhatikan selama
proses pengomposan, mislanya aerasi, media tumbuh dan sumber makanan bagi
mikroba (Yuwono, 2006).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses pembuatan pupuk organik


yaitu nilai C/N bahan, ukuran bahan, campuran bahan, mikroorganisme yang bekerja,
kelembaban dan aerasi, temperatur dan keasaman (pH). Hal-hal yang perlu
diperhatikan agar proses pembuatan pupuk organik dapat berlangsung lebih cepat
antara lain sebagai berikut, (Indriani, 2002):

a. Nilai C/N Bahan Bahan organik tidak dapat langsung digunakan atau dimanfaatkan
oleh tanaman karena perbandingan C/N dalam bahan tersebut relatif tinggi atau tidak
sama dengan C/N tanah. Nilai C/N merupakan hasil perbandingan antara karbon dan
nitrogen. Nilai C/N tanah sekitar 10-12. Apabila bahan organik mempunyai kandungan
C/N mendekati atau sama dengan C/N tanah maka bahan tersebut dapat digunakan atau
dapat diserap tanaman. Namun, umumnya bahan organik yang segar mempunyai C/N
yang tinggi, seperti jerami padi 50-70; daun-daunan > 50 (tergantung jenisnya); cabang
tanaman 15-60 (tergantung jenisnya); kayu yang telah tua dapat mencapai 400.
Semakin rendah nilai C/N bahan, waktu yang diperlukan untuk pembuatan pupuk
organik semakin cepat. Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan
menggunakan N untuk sintesis protein

7
b. Ukuran Bahan Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses
pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh dengan bakteri. Untuk itu,
bahan organik perlu dicacah sehingga berukuran kecil. Bahan yang keras sebaiknya
dicacah hingga berukuran 0,5-1 cm, sedangkan bahan yang tidak keras dicacah dengan
ukuran yang agak besar sekitar 5 cm. Pencacahan bahan yang tidak keras sebaiknya
tidak terlalu kecil karena bahan yang terlalu hancur (banyak air) kurang baik
(kelembabannya menjadi tinggi).

c. Komposisi Bahan Komposisi bahan dari beberapa macam bahan organik akan lebih
baik dan cepat. Ada juga yang menambahkan bahan makanan dan zat pertumbuhan
yang dibutuhkan mikroorganisme sehingga selain dari bahan organik, mikroorganisme
juga mendapatkan bahan tersebut dari luar.

d. Jumlah Mikroorganisme Biasanya dalam proses ini bekerja bakteri, fungi,


Actinomycetes dan protozoa. Sering ditambahkan pula mikroorganisme ke dalam
bahan organik yang akan dijadikan pupuk. Dengan bertambahnya jumlah
mikroorganisme diharapkan proses pembuatan pupuk organik akan lebih cepat

8
III. METODOLOGI

3.1. Tempat dan Waktu


Pemberdayaan kepada masyarakat akan dilaksanakan pada bulan Oktober
hingga November. Pemberdayaan dilakukan kepada masyarakat RT. 03, RW.011,
Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Bukit Raya, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau

3.2. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam pemberdayaan ini yaitu
observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi dilakukan dengan mensurvey
langsung lokasi yang akan menjadi tempat pemberdayaan. Observasi dilakukan untuk
mengidentifikasi masalah yang akan diangkat sebagai topik pemberdayaan.
Selanjutnya wawancara, dilakukan kepada pihak terkait seperti ketua RT, pengelola
Bank Sampah, dan warga sekitar untuk mengetahui lebih tentang permasalahan yang
terjadi. Lalu dokumentasi dilakukan untuk memperkuat data dan pelaporan.

9
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Topografi Wilayah


Kecamatan Bukit Raya merupakan pemekaran dari Kabupaten Kampar
berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987 dan secara administrasi
Bukit Raya dimulai pada tanggal 2 Juni 1988. Dan Bukit Raya merupakan pemekaran
dari Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar. Berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun
2003, Kecamatan Bukit Raya di mekarkan menjadi 3 kecamatan, yaitu : Kecamatan
Bukit Raya sebagai Kecamatan induk, Kecamatan Marpoyan Damai dan Kecamatan
Tenayan Raya sebagai Kecamatan pemekaran. Berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Pekanbaru Nomor 03 tahun 2003, Kecamatan Bukit Raya berbatasan langsung dengan
daerah Kabupaten Kampar serta Kecamatan sebagai berikut:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sail

b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Marpoyan Damai

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Tenayan Raya.

Air Dingin adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Bukit Raya,Pekanbaru,


Riau, Indonesia. Kelurahan ini dibentuk dari wilayah kelurahan Simpang Tiga pada
pemekaran wilayah Kota Pekanbaru tahun 2016. Dasar pembentukan Kelurahan Air
Dingin adalah peraturan daerah kota Pekanbaru nomor 04 Tahun 2016 Tanggan 24
April 2016. Luas Wilayah Kelurahan Air Dingin adalah 8, 32 Km2, dengan jumlah
penduduk pada tahun 2019 sebanyak 33.046 orang. Batas Wilayah Kelurahan Air
Dingin :

a. Sebelah Utara : Jalan Tengku Bey (Kelurahan Simpang Tiga )

b. Sebelah Timur : Pilar batas dengan Kabupaten Kampar

10
c. Sebelah Barat : Jalan Kaharudin Nasution (Kecamatan Marpoyan
Damai )

d. Sebelah Selatan : Pilar batas dengan Kabupaten Kampar

4.2. Sosialisasi Bank Sampah


Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R dalam pengelolaan
sampah pada sumbernya di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sampah pada
prinsipnya adalah salah satu rekayasa sosial (social engineering) untuk mengajak
masyarakat memilah sampah. Melalui bank sampah, ditemukan satu solusi inovatif
untuk “memaksa” masyarakat memilih sampah. Dengan menyamakan sampah serupa
uang atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk
menghargai sampah sesuai jenis dan nilainya sehingga mereka mau memilih sampah.

Peran serta masyarakat merupakan hal yang penting dalam pengelolaan


sampah. Dalam strategi jangka panjang, peran aktif masyarakat menjadi tumpuan bagi
suksesnya program pengelolaan sampah mandiri dengan mengelola sampahnya
melalui program 3R. Diperlukan sosialisasi konsep 3R dan kampanye sadar lingkungan
agar masyarakat mau mengumpulkan sampah dari sumbernya serta melakukan
pemilahan dan pengemasan sampah secara benar. Sistem pengelolaan sampah dengan
tabungan sampah melibatkan peran serta masyarakat untuk bersama-sama mengelola
sampah. Dalam kegiatan pengelolaan sampah dengan bank sampah terkandung upaya
memberdayakan masyarakat untuk mengurangi sampah yang mereka hasilkan,
mamanfaatkan sampah dan mendaur ulang sampah.

Peran serta masyarakat amat menentukan keberhasilan, kemandirian, dan


kesinambungan pembangunan kesehatan yang dapat ditempuh dengan pemberdayaan
masyarakat itu sendiri. Pemberdayaan masyarakat dengan tabungan sampah di bank
sampah dapat menciptakan lingkungan bersih, sehat dan bebas dari sampah,
mengurangi resiko gangguan kesehatan. Selain itu, kegiatan pemberdayaan masyarakat

11
dengan sistem bank sampah dapat menambah wirausahawan baru karena masyarakat
dapat membuat pupuk organik dari limbah sampah organik dalam skala rumah tangga.

Menurut Bambang Suwerda, dalam menerapkan sistem pengelolaan sampah


dengan tabungan sampah dibagi dalam beberapa tahap kegiatan, yaitu:

1). Sosialisasi tahap pertama

Sosialisasi tahap pertama ini bertujuan untuk menginformasikan kepada


masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah rumah tangga dan disosialisasikan
tentang konsep pengelolaan sampah serta mekanisme dalam menabung sampah.

2). Membentuk tim pengelola sampah

Tim pengelola bank sampah yang sudah dibentuk akan bertanggung jawab
dalam melaksanakan dan mengawal keberlangsungan program tabungan sampah di
bank sampah. Pengelola bank sampah juga menentukan teknis pelayanan tabungan
sampah, seperti jadwal kegiatan, lokasi pelaksanaan bank smapah, jadwal petugas piket
bank sampah, penentuan pengepul yang akan menjadi rekan kerja dan mekanisme
penabungan sampah di bank sampah.

3). Melakukan pelatihan tabungan sampah pada tim pengelola bank sampah agar
pengelola memahami dan dapat melaksanakan tugasnya dalam pelayanan tabungan
sampah dengan baik dan benar sesuai dengan mekanisme yang telah ditetapkan.

4). Mendirikan bank sampah sebagai wadah kegiatan setelah tim pengelola bank
sampah terbentuk dan menerima pelatihan mengenai pengelolaan dan mekanisme
penabungan sampah.

5). Sosialisasi tahap kedua dilakukan dengan menyebarkan brosur dan pemasangan
leaflet tentang adanya sistem pengelolaan sampah dengan bank sampah.

6). Melakukan pelayanan tabungan sampah oleh pengelola bank sampah sesuai dengan
jadwal yang sudah ditentukan.

12
7). Melakukan pendampingan dan pembinaan terhadap kegiatan di bank sampah
berbasis masyarakat dan pembuatan pupuk organik.

8). Melakukan monitoring dan evaluasi (MONEV) kegiatan pengelolaan sampah


dengan tabungan sampah yang dilaksanakan secara berkala.

Pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah dengan sistem bank


sampah merupakan proses yang panjang dan berkelanjutan. Pendampingan dan
pembinaan harus terus-menerus diperlukan agar dapat memelihara dan meningkatkan
motivasi masyarakat dalam mengelola sampah serta dapat menjaga kegiatan tetap
terarah sesuai tujuan yang telah di tetapkan. Program pengelolaan sampah apabila tidak
dilakukan dengan perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang tidak terarah, suatu
saat program tersebut dapat berhenti.

Sebagai upaya mengantisipasi berhentinya program pengelolaan sampah


dengan tabungan sampah di bank sampah, dapat di ambil langkah-langkah strategis
berikut :

1). Pelaksanaan sistem pengelolaan sampah dengan tabungan sampah di bank sampah
melibatkan berbagai pihak seperti unsur kepemudaan, ibu-ibu, bapak-bapak dan tokoh
masyarakat dalam tim pengelola bank sampah.

2). Melakukan kerjasama yang menguntungkan antara pihak pengelola bank sampah
dengan pengepul, sehingga kerjasama yang terjalin akan memotivasi warga untuk terus
berpartisipasi dalam kegiatan menabung.

3). Penyuluhan atau sosialisasi dilakukan secara terus menerus oleh tim pengelola bank
sampah sehingga masyarakat mempunyai kesadaran yang tinggi untuk memilah dan
menabung sampah di bank sampah.

Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan


pengelolaan sampah dalam bank sampah terkandung upaya memberdayakan
masyarakat agar memanfaatkan sampah dan mendaur ulang sampah serta menjaga
kebersihan lingkungan. Tahap kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui bank

13
sampah meliputi sosialisasi kepada masyarakat, pembentukan tim pengelola bank
sampah, pelatihan cara kerja bank sampah, pendirian bank sampah , pelayanan
tabungan sampah, pendampingan dan pembinaan terhadap bank sampah serta
monitoring dan evaluasi (MONEV) kegiatan.

Tujuan Utama pendirian bank sampah adalah untuk membantu menangani


pengolahan sampah di kelurahan Air Dingin. Tujuan bank sampah selanjutnya adalah
untuk menyadarkan masyarakat akan lingkungan yang sehat, rapi, dan bersih. Bank
sampah juga didirikan untuk mengubah sampah menjadi sesuatu yang lebih berguna
masyarakat dalam pembuatan pupuk yang memiliki nilai ekonomis.

Bank sampah memiliki beberapa manfaat bagi manusia dan lingkungan hidup,
seperti membuat lingkungan lebih bersih, menyadarkan masyarakat akan pentingnya
kebersihan, dan membuat pupuk organik yang apabila dijual dapat bernilai ekonomis.
Manfaat bank sampah untuk masyarakat adalah dapat menambah penghasilan
masyarakat karena saat mereka menukarkan sampah mereka akan mendapatkan
imbalan berupa uang yang mereka miliki. Masyarakat sewaktu-waktu dapat
mengambil uang saat tabungannya sudah terkumpul banyak.

4.3. Pembuatan Pupuk Organik


Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam
Permentan No.2/Pert/Hk. 060/2/2006, tentang pupuk organik dikemukakan bahwa
pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan
organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa,
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan
bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik
daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk
anorganik.

14
Pemberian bahan organik merupakan salah satu cara untuk memperbaiki
kualitas lahan, meskipun kandungan hara dari bahan organik umumnya lebih rendah
dibanding pupuk kimia. Sebagai contoh unsur hara makro dari sisa tanaman berkisar
antara 0,7 – 2 persen nitogen, 0,07 – 0,2% fosfor dan 0,9 – 1,9 persen kalium, sedang
pupuk kandang 1,7 – 4 persen nitrogen, 0,5 – 2,3 persen fosfor dan 1,5 – 2,9 persen
kalium. Secara keseluruhan bahan organik memiliki potensi yang lengkap untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Manfaat bahan organik secara fisik
memperbaiki struktur dan meningkatkan kapasitas tanah menyimpan air. Secara
kimiawi meningkatkan daya sangga tanah terhadap perubahan pH, meningkatkan
kapasitas tukar kation, menurunkan fiksasi P dan sebagai reservoir unsur hara sekunder
dan unsur mikro. Secara biologi, merupakan sumber energi bagi mikroorganisme tanah
yang berperan penting dalam proses dekomposisi dan pelepasan unsur hara dalam
ekosistem tanah (Sanchez, 1976).

Potensi sampah organik, terutama dari daerah perkotaan berpenduduk padat


sangat tinggi. Sebagian besar sampah dari pemukiman (rumah tangga) berupa sampah
organik, yang proporsinya dapat mencapai 78%. Sampah organik ini umumnya bersifat
biodegradable, yaitu dapat terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana
oleh aktivitas mikroorganisme tanah.

Penguraian dari sampah organik ini akan menghasilkan materi yang kaya akan
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan, sehingga sangat baik digunakan sebagai
pupuk organik. Sedang bahan baku pembuatan pupuk organik berasal dari lingkungan
setempat cukup banyak dan murah. Mendaur ulang limbah perkotaan dari sampah
rumah tangga menjadi pupuk organik (kompos) penting untuk mengurangi dampak
pencemaran oleh adanya sampah. Dampak pencemaran oleh sampah tersebut antara
lain pencemaran air yang disebabkan oleh air sampah (leachate), pencemaran udara
yang disebabkan oleh udara berbau busuk, pencemaran oleh adanya sampah yang bisa
memberikan efek samping menjalarnya wabah penyakit.

15
Kompos sampah rumah tangga merupakan pupuk organik yang diperoleh dari
hasil pelapukan limbah organik sampah organik hasil perlakuan manusia (rumah
tangga). Perlakuan kompos melibatkan penambahan mikroorgnisme dekomposer atau
aktivator ke dalam bahan. Manfaat kompos dari sampah rumah tangga adalah:

1. Menghemat biaya pemakaian lahan tempat pembuangan akhir (TPA) lebih


dari 50%, karena seluruh sampah organik diolah lagi dan dimanfaatkan
untuk kebutuhan pertanian dalam skala luas.
2. Pengolahan sampah organik tidak mencemari lingkungan, sehingga polusi
air, tanah dan udara dapat berkurang.
3. Sampah organik yang diolah secara baik dapat memberikan sumber
pendapatan dan lapangan pekerjaan untuk industri pupuk organik.
4. TPA dapat dijadikan tempat sekolah lapang yaitu mempelajari bagaimana
cara mengelola sampah yang baik (Zainal et al., 2008).
5. Secara keseluruhan bahan organik memiliki potensi yang lengkap untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Manfaat bahan organik
secara fisik memperbaiki struktur dan meningkatkan kapasitas tanah
menyimpan air. Secara kimiawi meningkatkan daya sangga tanah terhadap
perubahan pH, meningkatkan kapasitas tukar kation, menurunkan fiksasi P
dan sebagai reservoir unsur hara sekunder dan unsur mikro. Secara biologi,
merupakan sumber energi bagi mikroorganisme tanah yang berperan
penting dalam proses dekomposisi dan pelepasan unsur hara dalam
ekosistem tanah.

Sampah rumah tangga tidak dapat langsung diberikan untuk memupuk


tanaman, tetapi harus mengalami proses pengomposan terlebih dahulu. Beberapa
alasan sampah rumah tangga perlu dikomposkan sebelum dimanfaatkan sebagai pupuk
tanaman, antara lain :

1. Apabila tanah mengandung cukup udara dan air, penguraian bahan organik
berlangsung cepat, sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman

16
2. Penguraian bahan segar hanya sedikit sekali memasok humus dan unsur
hara ke dalam tanah
3. Struktur bahan organik segar sangat kasar dan daya serap terhadap air kecil,
sehingga bila langsung dibenamkan akan menyebabkan tanah remah
4. Pembuatan kompos dengan memanfaatkan sampah rumah tangga
merupakan cara penyimpanan bahan organik sebelum digunakan sebagai
pupuk.

17
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R dalam pengelolaan
sampah pada sumbernya di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sampah pada
prinsipnya masyarakat memilih sampah. Dengan menyamakan sampah serupa uang
atau barang berharga yang dapat ditabung, masyarakat akhirnya terdidik untuk
menghargai sampah sesuai jenis dan nilainya sehingga mereka mau memilih
sampah.adalah salah satu rekayasa sosial (social engineering) untuk mengajak
masyarakat memilah sampah. Melalui bank sampah, ditemukan satu solusi inovatif
untuk “memaksa”

Pupuk organik adalah nama kolektif untuk semua jenis bahan organik asal
tanaman dan hewan yang dapat dirombak menjadi hara tersedia bagi tanaman. Dalam
Permentan No.2/Pert/Hk. 060/2/2006, tentang pupuk organik dikemukakan bahwa
pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri atas bahan
organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa,
dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan mensuplai bahan organik untuk
memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Definisi tersebut menunjukkan
bahwa pupuk organik lebih ditujukan kepada kandungan C-organik atau bahan organik
daripada kadar haranya; nilai C-organik itulah yang menjadi pembeda dengan pupuk
anorganik.

5.2. Saran
Saran dari penulis agar pemerintah atau pihak terkait lebih menggalakkan lagi
mengenai program bank sampah ini. Hal ini mengingat saat ini sampah merupakan
salah satu masalah terbesar yang sedang dihadapi dunia. Lalu kepada masyarakat agar
lebih perduli terhadap lingkungan sekitar demi terciptanya lingkungan yang sehat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anih Sri Suryani Peran Bank Sampah Dalam Efektivitas Pengelolaan Sampah (Studi
Kasus Bank Sampah Malang

Donna Asteria Dan Heru Heruman. Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Di Tasikmalaya

Https://Www.Litbang.Pertanian.Go.Id/Download/184/File/Pupuk-Organik-Dari-
Limbah.Pdf

Thoyib Nur, Ahmad Rizali Noor, Muthia Elma. Pembuatan Pupuk Organik Cair Dari
Sampah Organik Rumah Tangga Dengan Penambahan Bioaktivator Em4
(Effective Microorganisms)

19
LAMPIRAN

1.

Foto Bersama pengelola bank sampah setempat

2.

Buku tabungan bank sampah

20
3.

Foto bersama masyarakat setelah sosialisasi bank sampah

4.

Foto bersama masyarakat setelah sosialisasi dan praktek pembuatan pupuk organik

21

Anda mungkin juga menyukai