Anda di halaman 1dari 104

Penanggung Jawab : Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.

Ec

Penulis :

1. Puji Qomariyah, S.Sos., M.Si.


2. Paharizal, S.Sos., M.A.
3. Desy Ayu Krisna Murti, S.T., M.Sc
4. Fadhla Khanifa, S.Pd., M.Sc.
5. Rizqi Samera Al Farizi

Proofreader : Kindi

Layout & Desain : Rifan Andrie Tiosyahudin, S.Kom.


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................4
BAB I PENDAHULUAN..................................................................5
Sampah Perkotaan.........................................................................5
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)...............................9
Profil Gerakan Nasional Revolusi Mental Universitas Widya
Mataram.......................................................................................12
BAB II EDUCATION FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT......15
Bentuk dan Metode Pengelolaan Sampah Perkotaan Terpadu
Berbasis Masyarakat di Yogyakarta............................................15
BAB III POLA PENGELOLAAN SAMPAH.................................19
Pengelolaan Sampah Organik......................................................20
Pengelolaan Sampah Anorganik..................................................33
Bab IV BEST PRACTICE, KADIPATEN KELURAHAN BEBAS
SAMPAH.........................................................................................54
Pengelolaan Bank Sampah secara Mandiri.................................55
Bab V UWM MENUJU KAMPUS HIJAU.....................................67
UI GreenMetric...........................................................................76
Wacana dan Praktik Green Campus UWM.................................79
Bab VI PENUTUP...........................................................................96
KATA PENGANTAR

Masyarakat sebagai produsen sampah sudah seharusnya peduli


terhadap upaya pengelolaan sampah. Upaya yang dilakukan adalah
melakukan pemilahan sampah dengan memisahkan sampah residu,
sampah organik, dan sampah nilai jual.

Upaya ini dilakukan untuk mengurangi volume sampah dan


menghasilkan manfaat ekonomis. Partisipasi masyarakat terhadap
pengelolaan sampah menjadi kunci pengelolaan sampah. Karena
masalah sampah bukanlah semata-mata tanggung jawab pemerintah
tapi juga diperlukan kesadaran masyarakat untuk menjaga
lingkungan sekitar.

Kondisi sampah di Yogyakarta sudah mencapai puncaknya,


Yogyakarta sudah darurat sampah dengan keadaan TPA Piyungan
sebagai satu-satunya TPA di Yogyakarta yang sudah tidak mampu
menampung sampah lebih banyak lagi. Universitas Widya Mataram
mengajak warga sekitar kampus terutama di wilayah Kecamatan
Kraton, Kalurahan Kadipaten untuk menangani sampah secara
bersama-sama. Terimakasih yang tidak terhingga pada Kemenko
PMK dan FRI yang memfasilitasi upaya Pengembangan Pendidikan
Berbasis Education for Sustainable Development (ESD) melalui
Program Gerakan Nasional Revolusi Mental. Semoga buku kecil ini
bermanfaat dan menginspirasi pembaca untuk menjaga lingkungan
dengan mengurangi sampah. Salam zero waste!

Rektor Universitas Widya Mataram

Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec


BAB I PENDAHULUAN

Sampah Perkotaan
Responsible Consumption and Production adalah salah satu dari 17
Sustainable Development Goals yang diadopsi oleh Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 2015 untuk memastikan pada
tahun 2030 semua orang dapat menikmati kedamaian dan
kesejahteraan. Untuk mencapai hal ini pengelolaan sampah adalah
salah satu hal paling penting yang harus dilakukan. Salah satu
bentuk dari pengelolaan sampah adalah penerapan Reduce, Reuse,
Recycle, dan Replace atau 4R.

Masalah yang sering muncul dalam penanganan sampah kota adalah


masalah biaya operasional yang tinggi dan semakin sulitnya ruang
yang pantas untuk pembuangan. Sebagai akibat biaya operasional
yang tinggi, kebanyakan kota-kota di Indonesia hanya mampu
mengumpulkan dan membuang 60% dari seluruh produksi
sampahnya. Dari 60% ini, sebagian besar ditangani dan dibuang
dengan cara yang tidak saniter, boros dan mencemari (Daniel et al.,
1985).

Sampah perkotaan dari hari ke hari semakin meningkat produksinya


sejalan dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang meningkat.
Oleh karenya diperlukan terobosan baru untuk penanganannya,
dengan prinsip sistem pengelolaan sampah tanpa sisa (zero waste
system). Pada sistem ini masyarakat dilibatkan secara penuh,
pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator dan regulator.
Masyarakat akan mengelola sendiri sampahnya, masyarakat akan
merasa memiliki dan juga akan memperoleh pendapatan dari
pengelolaan ini, sedangkan Pemerintah Daerah akan sangat
berkurang beban yang ditanggungnya. Partisipasi masyarakat yang
diperlukan disini adalah dimulai dari mengemas sampahnya sendiri
sesuai dengan jenis sampah yang ada.
Gambar 1: Sapi berdampingan Back Hoe dan Angkutan Sampah di TPA
Piyungan

Dalam kehidupan sehari-hari setiap manusia memproduksi sejumlah


sampah dalam bentuk padatan dengan volume antara 3 – 5 liter atau
sekitar 1 – 3 kg sampah perhari, baik sampah organik (tinja, sisa
dapur, sisa makanan) maupun sampah anorganik (kertas, plastik,
kaca, logam, dan lain-lain). Rasio bahan organik dengan bahan
anorganik sampah adalah antara 1 : 3. Jumlah tersebut tidak
termasuk cairan (urin dan cairan sanitasi) yang dapat mencapai 50 –
350 liter per hari (Kastaman et al., 2007)

Produksi sampah perhari, berdasarkan Bappeda DIY, di Daerah


Istimewa Yogyakarta mencapai 1133 ton tetapi sampah yang bisa
diproses hanya 893 ton perhari. Pada setiap kelurahan juga sudah
ada kelompok-kelompok pengelola sampah 4R (reduce, reuse,
recycle, replace). Jumlah Bank Sampah di DIY hingga mencapai
1272 bank. Tercatat sekitar 15-20% kepala keluarga sudah
melakukan 4R di rumah. Sedangkan pengelolaan sampah mandiri
mencapai 10 %.

Gambar 2: Sapi Memakan Sampah di TPA Piyungan

Sampah kian menjadi masalah serius di Yogyakarta. Dari semua


sampah yang kasuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan,
sebanyak 260 ton dari 370 ton produksi sampah Kota Yogyakarta
dibuang ke Piyungan. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan
di Bantul, yang dibangun tahun 1995, menyerupai kolam sampah
raksasa. Luas TPA penampung sampah dari Sleman, Kota
Yogyakarta, dan Bantul, itu mencapai 10 hektar. Tercatat pada bulan
Mei 2022 Zona A TPST Piyungan sudah penuh dengan ketinggian
mencapai 140 meter. Sementara itu Zona B juga diperkirakan akan
penuh dalam beberapa bulan sehingga pembuangan harus dilakukan
ke Zona Transisi yang masih dalam persiapan.
Kondisinya terus meninggi karena setiap hari sekitar 1000 ton
sampah diangkut ratusan truk ke sana. Dengan kapasitas muat
per truk rata-rata 2 ton, berarti 500 truk setiap hari. Bila
panjang satu truk 4 meter, panjang deretan truk mencapai 2,5
km

Kenyataan ini memerlukan perhatian dan penanganan serius


dalam mengelola sampah di Kota Yogyakarta dan sekitarnya
mengingat laju pertambahan produksi sampah sebanding
dengan pertumbuhan penduduk suatu daerah.
Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM)

Gambar 3: Tim GNRM UWM Bersama Warga Kadipaten dalam Acara


Pelatihan Pembuatan Komposter Portabel/Takakura

Gerakan Nasional Revolusi Mental adalah tekad politik yang


mendasar dan bersifat paradigmatik yaitu ingin membongkar dan
mengadakan perubahan paradigma pembangunan lama 
menjadi paradigma pembangunan sosial yang
lebih baik dengan landasan pemikiran  pada Trisakti yakni Berdaulat
dalam Politik, Berdikari dalam Ekonomi, dan Berkarakter. GNRM
didasari untuk meningkatkan kualitas kehidupan sosial-budaya yang
secara sosiologis mencakup aspek struktural, kultural
dan prosedural. Tiga nilai utama yang dikembangkan sebagai
pengungkit revolusi mental adalah integritas (jujur, dipercaya,
berkarakter, tanggung jawab), etos kerja (kerja keras, berdaya
saing, optimis, inovatif, dan produktif), dan gotong
royong (kerjasama, solidaritas, komunal, berorientasi pada
kemaslahatan).
Gambar 4: Tim GNRM Bersama Pengurus Bank Sampah Gunorinekso di
Pantai Baru

Gerakan revolusi mental itu sendiri memiliki 8 prinsip, yaitu (1)


berfokus pada gerakan sosial untuk mendorong kemajuan indonesia;
(2) ada tekad politik untuk menjamin kesungguhan pemerintah; (3)
harus bersifat lintas sektoral; (4) kolaborasi antara pemerintah,
masyarakat sipil, sektor privat, dan akademisi; (5) diawali oleh
program pemicu untuk mengubah perilaku masyarakat secara
konkrit dan cepat; (6) desain program harus user friendly, populer,
menjadi bagian dari gaya hidup, dan sistematik holistik; (7) nilai-
nilai yang dikembangkan bertujuan mengatur kehidupan sosial
(moralitas publik) dan bukan mengatur moralitas privat; (8)
dampaknya dapat diukur. 
Gerakan pengelolaan sampah perkotaan di wilayah Kecamatan
Kraton, Kelurahan Kadipaten Yogyakarta dilakukan dengan harapan
bisa tercapai: pengelolaan sampah secara mandiri akibat aktivitas
rumah tangga sehingga dapat mengurangi volume sampah yang
akan dibuang ke TPA. Selain mengurangi volume, adanya
pengolahan sampah diharapkan dapat menghasilkan manfaat
ekonomis bagi masyarakat berupa kompos maupun pupuk organik
serta barang-barang daur ulang. Upaya pengolahan sampah secara
mandiri di Kecamatan Kraton, Kelurahan Kadipaten diharapkan
dapat membantu menataulang (revitalisasi) kawasan nJeron Beteng
sebagai salah satu situs warisan budaya, sekaligus adanya aktivitas
ekonomi yang cukup besar berupa pasar, industri konveksi,
pariwisata, serta kegiatan ekonomi lainnya terbebas dari sampah.

Kegiatan pengelolaan sampah merupakan upaya pelestarian


lingkungan dengan memperhatikan aspek Re-use, Reduce, Recycle,
Replace (4R). Dan masyarakat adalah pihak yang memanfaatkan
hasilnya, maka program kegiatan ini memerlukan keterlibatan secara
aktif masyarakat setempat. Karena kegiatan ini juga melibatkan
kampus, keterlibatan mahasiswa dalam melakukan pendampingan
pada masyarakat merupakan bagian dari aplikasi ilmu yang
diperoleh di bangku kuliah untuk masyarakat luas. sementara bagi
masyarakat hal ini merupakan salah satu sumbang pikiran dari pihak
lembaga pendidikan/perguruan tinggi untuk bersama-sama
mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bermanfaat
bagi masyarakat luas.
Profil Gerakan Nasional Revolusi Mental Universitas Widya
Mataram
UWM memiliki basis konsep gerakan revolusi mental Pendidikan
karakter yang melekat dalam berbagai kegiatan, yang dikemas
dalam tiga metode:

Pertama, intrakurikuler. Mahasiswa UWM mendapat kuliah


landasan teori pendidikan karakter dalam mata kuliah dasar umum
(MKDU) Ilmu Budaya Dasar (IBD), Ilmu Alamiah Dasar (IAD)
serta Filsafat Budaya Mataram. Teori kebudayaan itu relevansinya
dengan aplikasi nilai-nilai etis keilmuan di masyarakat. Nilai-nilai
yang dimaksud pendidikan budaya dan karakter bangsa, kerja keras,
jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah
air.

Kedua, kokurikuler. UWM memberi kesempatan dan memfasilitasi


sivitas akademika untuk membangun ruang berdiskusi dalam bentuk
mimbar akademik dosen dan mahasiswa di dalam kampus untuk
mengembangkan wawasan keilmuan dan kepekaan sosial
menggunakan Pendopo Agung nDalem Mangkubumen. Luaran
yang diharapkan, sivitas akademika bisa mengembangkan budaya
konstruktif melalui sharing ide, pemikiran dan tindakan.

Ketiga, ekstrakurikuler. UWM membuka kesempatan dan


memfasilitasi kegiatan mahasiswa dengan membentuk unit kegiatan
mahasiswa (UKM). Lembaga tersebut menjadi ruang para
mahasiswa mengembangkan dan mengekspresikan bakat, minat, dan
kemampuan berorganisasi dan kepemimpinan, penalaran. Metode
ini terintegasi dengan proses belajar-mengajar secara intra-kurikuler.
Ruang-ruang untuk pelaksanaan pendidikan karakter di UWM
dirintis sejak satu dekade lalu. Beberapa bentuknya Pekan Budaya
Masuk Kampus (2011) dengan sasaran masyarakat kampus dan
sekitar kampus untuk melestarian dan menumbuhkembangkan
budaya-budaya konstruktif. Dalam pelaksanaan, kegiatan ini
bekerjasama dengan Dinas Pariwisata DIY, Dinas Kebudayaan DIY,
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Yogyakarta.

Gambar 5: Podcast "Kota Darurat Sampah" di kanal Youtube Podjok


Ngasem TV (https://youtu.be/pd1AFSyNQnk)

Ruang tersebut terus diperbarui dan dibentuk secara kesimbungan


dari tahun ke tahun. Bentuk paling aktual pembentukan ruang
pendidikan karakter dalam platfrom Youtube dalam kanal
“Kutunggu di Pojok Ngasem” (2020-2022), yang kemudian menjadi
Stasiun Podjok Ngasem TV dengan playlist Podjok Mikir, Podjok
Ngopi (ngobrol yang menginspirasi) dan Podjok Kustik. Lingkar
Pendapa Agung sebagai forum gagasan dan persemaian etika
keilmuan, Solo Artwork Exhibition/showcase (2020-2022) yang
berubah menjadi Presentasi Karya Seni, Pendapa Agung Mid
Monthly Performances yang dikemas dalam Budaya Masuk
Kampus – internal-external annual.

Rangkaian metode pembentukan karakter tersebut diharapkan


mentransformasi nilai-nilai integritas, komitmen dan kredibilitas
mental dalam bentuk disiplin waktu, berperilaku aktif, jujur, dan
bertanggung jawab baik sebagai individu, warga kampus, dan warga
masyarakat.
BAB II EDUCATION FOR SUSTAINABLE DEVELOPMENT

Bentuk dan Metode Pengelolaan Sampah Perkotaan Terpadu


Berbasis Masyarakat di Yogyakarta
Dalam kegiatan riset berbasis ESD melibatkan mahasiswa dari
berbagai prodi/fakultas di lingkungan UWM yang secara bersama-
sama masyarakat menjalankan program tersebut. Sebelum
mengikuti kegiatan riset berbasis ESD, mahasiswa mendapat
pembekalan pendampingan atas kegiatan yang akan dijalaninya
berdasar penelitian awal yang dilakukan oleh tim riset GNRM
UWM. Dalam kegiatan pendampingan riset, mahasiswa bersama
masyarakat secara aktif melakukan kegiatan di bawah bimbingan
langsung tim baik dalam konsultasi program kegiatan maupun untuk
keperluan riset lainnya.

Gambar 6: Aktivitas di Bank Sampah


Dalam hal pengelolaan sampah berbasis masyarakat, pemilihan jenis
metodologi yang tepat perlu mempertimbangkan beberapa hal
diantaranya adalah sebagai berikut;
• Proses yang digunakan haruslah ramah terhadap
lingkungan;
• Biaya investasi tidak terlalu tinggi/ terjangkau;
• Biaya operasional dan perawatan pembuatan kompos dan
pupuk organik cukup murah;
• Kualitas kompos dan pupuk organik yang dihasilkan cukup
baik dibandingkan dengan pupuk kimia buatan;
• Harga kompos dan pupuk organik dapat terjangkau oleh
masyarakat dan penggunaannya dapat bersaing dengan
pupuk kimia buatan;
• Menggunakan tenaga kerja yang bersifat padat karya
dengan melibatkan kaum muda agar tumbuh pemahamam
pada mereka tentang pengelolaan lingkungan yang sehat
dan lestari.

Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat (Community Based Solid


Waste Management/CBSWM) adalah sistem penanganan sampah
yang direncanakan, disusun, dioperasikan, dikelola dan dimiliki oleh
masyarakat. Tujuannya adalah kemandirian masyarakat dalam
mempertahankan kebersihan lingkungan melalui pengelolaan
sampah yang ramah lingkungan. Prinsip-prinsip CBSWM adalah:
1. Partisipasi masyarakat
2. Kemandirian
3. Efisiensi
4. Perlindungan lingkungan
5. Keterpaduan

Langkah-langkah untuk mewujudkan CBSWM adalah:


1. Pendekatan kepada pemuka masyarakat setempat dan izin
dari pemimpin wilayah (RW, Lurah),
2. Pendekatan kepada warga yang mempunyai kemauan,
kepedulian dan kemampuan untuk melaksanakan program
serta dapat menjadi penggerak di lingkungannya,
3. Pemetaan masalah persampahan dan kebersihan lingkungan
setempat dari berbagai aspek, termasuk pendataan jumlah
dan komposisi sampah dari rumah tangga,
4. Studi banding (kalau memungkinkan),
5. Pembentukan komite lingkungan atau kelompok kerja,
penyusunan rencana kerja, dan kesepakatan kontribusi
warga dalam bentuk materi maupun non-materi,
6. Pelatihan dan kampanye untuk meningkatkan pemahaman
dan kesadaran penghijauan lingkungan dan 4R (reduce,
reuse, recycle, replace atau kurangi, pakai ulang, daur
ulang),
7. Pendampingan, sosialisasi, penyebaran informasi dan
pemantauan terus menerus sampai menghasilkan kompos,
produk daur ulang, penghijauan, dan tanaman produktif,
8. Koordinasi dengan pemerintah setempat seperti Dinas/Sub
Dinas Kebersihan, Tata Kota, Perumahan, Pekerjaan
Umum, dll agar bersinergi dengan sistem pengelolaan
sampah skala kota
9. Pemasaran hasil daur ulang, tanaman produktif, atau
kompos bagi yang berminat menambah penghasilan,
10. Berpartisipasi dalam perlombaan kebersihan, bazaar hasil
kegiatan daur ulang, dan pameran foto lingkungan.

Bagan Alur model pengelolaan sampah berbasis masyarakat.


Secara umum sampah terdiri dari 2 jenis yaitu sampah organik dan
non organik. Penangan kedua jenis sampah tersebut berbeda-beda.
Sampah organik akan diolah menjadi kompos atau pupuk organik.
Sedangkan sampah nonorganik akan diolah menjadi karya yang
bernilai ekonomi.
Gambar 7: Diagram Pengelolaan Sampah
BAB III POLA PENGELOLAAN SAMPAH

Pengolahan sampah adalah upaya yang sangat penting untuk


mengurangi volume sampah dan mengubah sampah menjadi
material yang tidak berbahaya. Pengolahan dapat dilakukan di
sumber, di TPS, maupun di TPA. Prinsipnya adalah dilakukan
setelah pemilahan sampah dan sebelum penimbunan akhir, sehingga
sering juga disebut pengolahan antara. Pola Pengolahan sampah
meliputi:
1. Pencacahan: pengolahan fisik dengan
memotong/mengurangi ukuran sampah agar lebih mudah
diolah, misalnya untuk proses pengomposan rumah tangga
2. Pemadatan: pengolahan fisik dengan menambah densitas
(kepadatan) sampah agar volumenya berkurang, terutama
untuk menghemat penggunaan truk untuk pengangkutan
sampah ke TPA.
3. Pengomposan/komposting: pengolahan sampah organik
melalui pembusukan (proses biologis) yang terkendali.
Hasil yang diperoleh disebut kompos.

Pengelolaan Sampah Organik


Sampah organik merupakan jenis sampah yang juga turut
menimbulkan masalah lingkungan. Pada tahun 2018, Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK 2018) mencatat bahwa
komposisi sampah didominasi oleh sampah organik yaitu sekitar
60% dari total sampah yang dihasilkan. Jumlah tersebut tentu saja
tidak sedikit. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk mengolah
sampah organik dengan tepat. Namun sebelum membahas terkait
cara pengolahan sampah organik, perlu dipahami terlebih dahulu
pengertian dan jenis-jenis sampah organik.

Pengertian Sampah Organik Menurut penjelasan di (DLH,


Kabupaten Kulon Progo 2021) sampah organik adalah sampah dari
bahan-bahan hayati yang bisa didegradasi oleh miroba atau bersifat
biodegradable. Artinya, sampah jenis ini mudah diurai dengan
proses alami. Sementara itu, dalam Jurnal Inovasi dan
Kewirausahaan 4 (1), sampah organik diartikan sebagai limbah yang
berasal dari sisa makhluk hidup baik hewan, manusia, atau
tumbuhan. Limbah tersebut nantinya akan mengalami pembusukan
atau pelapukan.

Sampah organik sebenarnya tergolong limbah yang ramah


lingkungan sebab bisa diurai secara alami oleh mikroba, namun
penguraian secara alami membutuhkan waktu. Sehingga saat
sampah organik tidak diolah dengan cepat dan menumpuk, bisa
menyebabkan aroma yang tidak sedap. Misalnya saja, di
pembuangan sampah terdapat buah dan sayur busuk dalam jumlah
yang sangat banyak. Tanpa diolah, buah dan sayur tersebut mungkin
akan terurai, namun membutuhkan waktu. Dalam proses penguraian
alami tersebut biasanya menyebabkan aroma busuk. Dengan adanya
campur tangan manusia, maka proses penguraian menjadi lebih
cepat. Tanpa disadari, sampah organik yang diolah dengan benar
justru bisa bernilai ekonomis.

Jenis Sampah Organik Mengutip dari laman (DLH, Kabupaten


Buleleng 2019), sampah organik ternyata dibagi menjadi dua
kelompok yaitu organik basah dan kering. Berikut penjelasan
lengkapnya.
1. Sampah Organik Basah
Sampah organik bahasa merupakan sampah organik yang
memiliki kandungan air cukup tinggi. Contoh sampah
organik jenis ini yaitu sayur-sayuran, kulit buah, buah
busuk, dan sejenisnya. Tingginya kandungan air yang ada
dalam sampah inilah yang menyebabkan sampah cepat
membusuk.
2. Sampah Organik Kering
Jenis sampah ini merupakan sampah organik yang
kandungan airnya sedikit. Contohnya kayu, ranting
potongan, daun kering, dan sejenisnya.

Jumlah sampah organik yang terus bertambah, menjadi masalah


tersendiri. Maka dari itu perlu adanya upaya untuk mengolah
sampah tersebut agar tidak menimbulkan masalah yang lebih besar.
Sampah organik merupakan jenis sampah yang cukup mudah diolah.
Sampah organik dapat diolah menjadi berbagai produk yang
fungsional dan memiliki nilai ekonomis. Adapun sampah organik
dapat diolaah menjadi produk berikut:
1. Pupuk Kompos
Pupuk kompos adalah jenis pupuk organik yang berasal
dari penguraian sampah organik seperti daun kering.
Pembuatan kompos ini bisa dilakukan secara alami.

Namun saat ada tindakan dari manusia seperti penambahan


mikroorganisme pengurai, pengomposan terjadi lebih
cepat. Cara membuat kompos sangat mudah dan
kandungan haranya juga cukup lengkap sehingga sangat
berguna untuk budidaya tanaman.

Berikut ini langkah-langkah membuat kompos dari sampah


organik:
a. Menyiapkan bahan kompos seperti sampah dari daun-
daunan, kotoran ayam, arang sekam, EM4, gula pasir,
dan air.
b. Membuat starter dengan cara melarutkan gula dengan
air.
c. Menambahkan EM4 dalam starter dengan takaran
yang telah ditentukan.
d. Diamkan starter selama 24 jam.
e. Campurkan seluruh bahan untuk membuat kompos
seperti daun, kotoran ayam, dan arang sekam.
f. Siram bahan dengan starter yang sudah dibuat
kemudian aduk sampai merata.
g. Diamkan kompos tersebut selama kurang lebih 17 hari.
h. Apabila bahan tersebut sudah berwarna kehitaman,
maka kompos telah siap digunakan.

2. Biogas
Selain kompos, sampah organik juga bisa diolah menjadi
biogas. Menurut penjelasan di modul “Pengolahan Limbah
Organik/Cair menjadi Biogas, Pupuk Padat, dan Cair”,
biogas adalah gas dari aktivitas anaerobik atau fementasi
bahan organik. Biogas yang dihasilkan memiliki
kandungan seperti metana, karbon dioksida, nitrogen,
hidrogen, hidrogen sulfida, dan oksigen. Biogas diperoleh
oleh bakteri dari bahan organik dalam kondisi kedap udara.
Biogas yang berasal dari kotoran tenak memiliki
kandungan 60% gas metan. Produksi gas bisa dipengaruhi
dengan jumlah bahan organik yang digunakan. Semakin
tinggi bahan organik yang digunakan maka gas yang
dihasilkan juga semakin banyak. Kecepatan produksi gas
juga dipengaruhi oleh kondisi fisik dan temperatur. Bahan
kering dan berserabut umumnya lebih lama dibandingkan
dengan bahan yang basah dan halus. Sementara itu,
temperatur yang optimal yaitu 32 – 37 oC. Jumlah bakteri
juga bisa mempengaruhi proses pembuatan biogas.
Kelompok bakteri yang diperlukan untuk mempercepat
fementasi.

3. Pupuk Organik Cair (POC)


Selain diolah menjadi kompos dan biogas, sampah organik
juga bisa diolah menjadi pupuk organik cair. Mengutip dari
pemaparan dari bank sampah warga Kadipaten sesuai
pengalaman yang mereka lakukan untuk mengolah sampah
organic yang saat itu mereka sampaikan dalam forum
pertemuan rutin pengurus bank sampah, berikut cara
membuat pupuk organik cair.

Bahan dan Alat Pembuatan POC


a. Drum 200 liter beserta tutupnya.
b. Stop kran diameter 1 – 1,5 inchi.
c. Sock berderat pipa pralon PVC, ukurannya disesuaikan
dengan stop kran.
d. Sealent, seal karet ban dalam.
e. Plastik yang telah dilubangi sesuai dengan ukuran
drum.
f. Sampah organik seperti sisa sayur dan buah.
g. EM-4.

Cara Membuat POC


a. Pasang pelat plastik yang telah dilubangi ke dalam
drum.
b. Pasang penahan dibawah pelat plastik untuk menahan
sampah yang akan dijadikan pupuk organik cair.
c. Buat lubang di samping drum untuk tempat stop kran.
d. Pasang stop kran di lubang tersebut lalu lapisi dengan
karet seal pada bagian luar dan dalam. Pada bagian
dalam pasang sock pipa plastik dengan stop kran.
e. Kencangkan agar stop kran tidak bocor. Setelah alat
pembuatan selesai, lanjutkan dengan memasukan
seluruh sampah organik yang sudah dicincang ke
dalam wadah tersebut.
f. Masukkan juga EM-4 sebagai starter.
g. Tutup drum dengan rapat.
h. Setelah fermentasi selesai, tampung pupuk cair dalam
wadah lalu lakukan aerasi agar aroma fementasi
hilang.
i. Terakhir, kemas POC dalam wadah tertutup lalu
aplikasikan ke tanaman.

Perlu diketahui bahwa proses pembuatan POC


membutuhkan waktu kurang lebih 2 minggu. Pengecekan
bisa dilakukan secara berkala. Jika aroma fermentasi sudah
harus atau menyerupai aroma tape, maka POC telah selesai
dibuat dan proses fermentasi bisa dihentikan

Pembuatan Komposter Portable / Takakura

Gambar 8: Diagram Komposter Portabel/ Takakura

Komposter Portable / Takakura adalah salah satu cara pengomposan


yang bisa dilaksanakan oleh masyarakat karena metodenya yang
sederhana dan mudah untuk diaplikasikan. Keranjang Takakura
terdiri dari bahan-bahan murah dan sederhana yang mudah
didapatkan. Keranjang ini membantu untuk mempercepat proses
pengolahan kompos sampah organik skala rumah tangga. Keranjang
komposter Takakura adalah hasil penemuan inovasi dari Mr. Koji
Takakura dan melakukan penelitian di Surabaya untuk mencari
sistem pengolahan sampah organik.
Penerapan Komposter Portable /Takakura di masyarakat memiliki
manfaat sebagai berikut:
1. Membuat kompos alami dari sampah organik
2. Mengurangi sampah organik yang ada dimasyarakat
3. Menyuburkan tanah yang berperan sebagai media tanam

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan Komposter


Portable/Takakura meliputi :
1. Keranjang atau wadah yang berlubang yang berfungsi
untuk menjaga sirkulasi udara pada kompos
2. Bantalan dari jaring plastik/paranet atau kain yang diisi
sabut kelapa, sekam atau kain perca
3. Kardus/ karton pelapis untuk mengatur kelembaban
kompos dan menjaga agar kompos tidak keluar dari
keranjang
4. Pengaduk yang bisa dibuat dari pipa, kayu, atau besi
5. Biang kompos berupa kompos setengah jadi yang
mengandung mikroba
Gambar 9: Tim GNRM UWM Bersama Mahasiswa Membuat Komposter
Portabel/Takakura

Selanjutnya bahan yang diperlukan dalam pembuatan takakura


meliputi,
1. Sampah organik
2. Biang kompos, sabut kelapa dan sekam bakar
3. Sekam mentah

Komposter Portabel/Takakura dapat dibuat melalui cara-cara


sebagai berikut,
1. Keranjang dilapisi dengan kardus atau karton dengan diikat
menggunakan bendrat/kawat sebagai dinding
2. Masukkan bantalan dari jaring plastik atau kain yang diisi
sabuk kelapa, sekam
3. Masukkan biang kompos ke dalam keranjang dengan tinggi
5cm diatas permukaan bantalan alas
4. Masukkan bahan-bahan kompos berupa sampah organik
yang mengandung karbon (sampah coklat) sebagai sumber
energi dan bahan yang mengandung mikroba dan nitrogen
(sampah hijau) dengan cara sampah organik dicacah/
dipotong 2-4 cm, dicampur dengan kompos jadi sebagai
aktivator / stater kemudian dimasukkan kedalam keranjang
5. Setelah hampir penuh ditutup dengan bantal sekam/ sabut
dan ditutup dengan kain gelap kemudian keranjang ditutup
Kembali
6. Hindarkan dari terik sinar matahari langsung dan terkena
air hujan / diletakkan ditempat yang teduh.
7. Selama 4-5 hari sekali keranjang dilihat apakah kompos
sudah kering. Jika sudah kering dibasahi lagi dengan air
lakukan terus sampai seluruh sampah menjadi hitam dan
hancur.

Gambar 10: Pembuatan Komposter Portabel


Gambar 11: Skema Isi Komposter Portabel/Takakura
Setelah selesai kemudian Komposter Portabel/Takakura siap
dipanen dengan cara,
1. Jika sudah menjadi seperti tanah dipanaskan/ dijemur
sebentar kemudian diayak
2. Bila Kompos di dalam keranjang takakura telah penuh,
ambil 1/3 nya dimatangkan selama seminggu di tempat
yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sisanya
yang 2/3 bisa kita gunakan kembali sebagai starter untuk
pengolahan berikutnya
3. Kemudian di pack dalam plastik sesuai kebutuhan dan di
tempatkan di tempat yang teduh
Gambar 12: Pembuatan Komposter Portabel/Takakura oleh Mahasiswa
UWM
Gambar 13: Kunjungan Tim Monev Terhadap Pembuatan Komposter
Portabel/Takakura

Gambar 14: Penyerahan Komposter Portabel/Takakura kepada Perwakilan


Warga
Gambar 15: Monev dengan Kemenko PMK
Pengelolaan Sampah Anorganik
Sampah anorganik merupakan sisa dari kegiatan manusia yang
berupa material tidak terpakai atau tidak diinginkan yang berbentuk
padat dan tidak dapat diurai oleh mikroorganisme dalam tanah
sehingga proses penghancuran sampah tersebut berlangsung sangat
lama. Sampah anorganik yang terakumulasi di tanah dapat menjadi
penyebab pencemaran tanah. Hal ini dikarenakan jenis sampah
anorganik tergolong jenis zat yang sangat sulit terurai. Sampah
anorganik yang terakumulasi didalam tanah dalam waktu lama dapat
menyebabkan rusaknya lapisan tanah sehingga tanah mengalami
keracunan dan menurunnya tingkat kesuburan tanah.

Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


(KLHK 2018) bahwa jumlah sampah organik yang dikelola
sebanyak 631,37 ton, sampah anorganik yang dikelola sebanyak
542,62 ton, dan sampah residu yang ditangani lebih lanjut ke TPA
mencapai 586,41 ton. Itu artinya pengelolaan terhadap sampah
anorganik masih sangat rendah sementara potensi produksi sampah
anorganik sangat tinggi, khususnya diperkotaan.

A. Metode Pengelolaan sampah Anorganik


Untuk mengurangi volume sampar yang semakin hari semakin
meningkat, maka perlu dilaksakannya konsep 3+3R (6R)yaitu :
1. Reduce – mengurangi produksi atau volume sampah sejak
dari awal, konsep ini dapat dilakukan dengan cara
membawa sendiri kantung atau tas belanja dari rumah yang
dapat dipakai berulang-ulang kali, serta menggunakan
suatu produk yang dapat digunakan berulang kali, dan
tindakan lainnya yang tidak berpotensi menambah volume
sampah.
2. Reuse – menggunakan kembali material yang bisa dan
aman untuk dipakai kembali atau menggunakan proses
upcycle
3. Recycle – mendaur ulang sampah dengan cara meleburkan,
mencacah, melelehkan, mendesain kembali suatu produk
yang telah dianggap sebagai sampah menjadi produk baru
yang layak digunakan kembali. Jadi daur ulang merupakan
kegiatan atau upaya untuk mengolah suatu barang atau
benda yang sudah tidak dipakai agar dapat dipakai kembali
dengan mendesain ulang baik bentuk, model ataupun
fungsinya.
4. +Refuse (menolak membeli/mengkonsumsi) - Salah satu
cara yang sangat gampang untuk mengurangi volume
sampah dan dapat dilakukan oleh siapa saja yaitu menolak
dan menghindari pemakaian bahan plastik dan lebih
memilih bahan terbuat dari alam yang mudah hancur.
Misalkan tidak atau menolak menggunakan kantong plastik
dan lain-lainnya.
5. + Recovery – Ketika sampah tersebut tidak bisa didaur
ulang, perlu dipikirkan cara terbaik agar dapat
menghasilkan energi atau material baru dengan cara
melakukan memproses atas residu sampah yang tidak dapat
didaur ulang tersebut.
6. + Disposal – suatu barang sisa dari proses recovery yang
umumnya berupa abu atau material sisa lainnya ditangani
secara baik dan diproses agar tidak merusak lingkungan

Namun metode 3R (Reuse Reduce Recycle) adalah metode yang


bisa dilakukan dimana saja dan oleh siapa saja. Pengelolaan sampah
dengan metode 3R bisa dilakukan dirumah tangga, ditingkat
komunal perkampungan atau bahkan diinstansi. Misalkan bekas
ATK, sisa industry, batu baterai, kabel, ban bekas, plastik, botol,
besi, kaca, kaleng, kresek, barang elektronik, bohlam lampu dan
lain-lainnya, sampah-sampah tersebut sangat sulit terurai. Namun
sampah-sapah anorganik tersebut dapat dimanfaatkan kembali dan
didaur ulang atau diolah menjadi sesuatu barang yang memiliki nilai
seni dan nilai ekonomi tinggi. Misalnya sampah plastik dapat dibuat
tas, sapu, hiasan dinding, dekorasi rumah, taplak meja, sandal, pot
bunga dan lain-lain.

B. Manfaat Pengelolaan sampah anorganik


Sampah anorganik selama ini menjadi sampah yang sangat sulit
untuk diolah kembali, karena biasanya sampah anorganik berupa
plastik dipergunkan untuk membungkus sesuatu hal yang dianggap
lebih kotor. Namu jika sampah anorganik dapat dioleh dengan baik,
maka akan dapat memberikan beberapa manfaat diantaranya :
1. Penghematan SDA
Dengan dilakukannya daur uang, maka akan mengurangi
permintaan barangkonsumsi yang akan memberikan
dampak bagi pengurangan eksploitasi sumberdaya alam.
Karena 1 ton kertas kertas, membutuhkan 7000 galon air,
dan 20 pohon, Dengan daur ulang kita dapat mengurangi
penebangan pohon, mengurangi krisis air dan mencegah
polusi udara, serta menghemat pemakaian ebergi listrik
yang setara mengehemat energi listri rumahan selama 6
bulan (Kemenkeu 2013) dan setiap ton daur-ulang baja
dapat menghemat 1,5 ton biji besi dan 3,6 barel minyak
atau menghemat 67% energi.
2. Penghematan lahan TPA
Diperkotaan masalah sampah adalah masalah yang sangat
besar, pemerintah mengalami kendala dalam hal
penyediaan TPA untuk menampung volume sampah yang
semakin meningkat (Paharizal. 2016). Dengan metode daur
ulang, maka dapat mengurangi jumlah sampah di TPA.
3. Lingkungan menjadi lebih asri
Daur ulang sapah yang dilakukan secara kreatif dapat
memberikan lingkungan yang lebih cantik dan tertata.
Kegiatan mendaur ulang sampah anorganik seperti plastik,
kaca, besi, kertas kaleng, koran, dapat mengurangi
tumpukan sampah kota hingga 25%.
4. Pengurangan biaya belanja
Kegiatan daur ulang juga dapat memberikan dapak positif
bagi kehidupan ekonomi keluarga, karena beberapa bahan
sampah anorganik dapat dimanfaatkan Kembali sehingga
tidak perlu membeli lagi suatu barang yang kita butuhkan.

C. Pengelolaan sampah dengan model teknik 3R


Secara umum strategi pengelolaan sampah bertujuan untuk
mengatasi persoalan sampah dan bahkan menuntaskannya. Dalam
“zero waste concept” pengelolaan sampah harsu diimbangi dengan
ketersediaan alat yang terintegrasi, memiliki mekanisme sistem dan
teknologi yang diperlukan meskipun sederhana (Zaman, Atiq and
Lehmann tt). Namun alat, sistem dan teknologi juga harus
terjangkau, praktis, dan efisien dalam setiap mekanisme pengelolaan
sampah tersebut.

Namun dengan cara dan peralatan yang sangat sederhana setiap


orang dapat melakukan pengurang volume sampah dengan model
model pengelolaan 3R (reuse, reduce, dan recycle).

Prinsip 3R yaitu, reduce merupakan kegaitan yang dilakukan untuk


mengurangi segala sesuatu yang dapat mengakibatkan menjadi
sampah. Reuse berarti menggunakan kembali segala sesuatu barang
yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi
lainnya sebelum dieksekusi sebagai sampah. Recycle berarti
mengolah kembali (daur ulang) sesuatu yang sudah dianggap
sebagai sampah menjadi barang atau produk baru yang mempunyai
nilai.

Alzey, Wolfgang and Ehrhardt (2012) mempublikasikan bahwa


secara ideal sampah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan setelah
melalui pengolahan lebih lanjut. Dalam konsep pengelolaan sampah
yang mengacu pada teknik reuse, reduce, recycle, dan refuse Alzey,
Tonges and Ehrhardt menyampaikan sebuah proses dalam teknik
pengelolaan sampah rumah tangga yaitu :
Gambar 16: Skema Pola Pengelolaan Sampah

Sumber : Alzey, Tonges and Ehrhardt

Menurut Alzey, Tonges and Ehrhardt pengelolaan sampah yang


melibatkan partisipasi masyarakat harus dimulai dari pengangkutan
sampah yang diperoleh dari sampah rumah tangga, kemudian
dikumpulkan dan dipisah berdasarkan pembagian sifat sampah
tersebut. Berdasarkan karakteristik sampah, ada dua jenis sampah
yaitu sampah anorganik dan sampah organic. Dalam konsep 3R, ini
baik sampah anorganik maupun sampah organic dapat di
dimanfaatkan kembali atau di daur ulang menjadi sebuah produk
yang bermanfaat.

Secara singkat sampah-sampah dari rumah tangga hingga


pemanfaatannya dapat digambarkan sebagai berikut ;
Gambar 17: Skema Pengelolaan Sampah

Kegiatan masyarakat dalam pengelolaan dan pengolahan sampah


berbasis 3R, diharapkan mampu mengurangi volume sampah yang
ada di yang dihasilkan setiap harinya, sampah berupa kaca, logam,
kertas palstik dapat didaur ulang atau bisa langsung dijual kepada
pengepul untuk diolah olah atau dijula Kembali kepada produsen
daur ulang limbah atau sampah bekas. Tentu hal ini akan dapat
mengurangi sekaligus menambah pendapatan masyarakat yang
didapat dari hasil menjual sampah (Paharizal. 2016).

Sampah anorganik (yang bersifat kering), akan dijual ke industri


yang dapat mengolah menjadi sesuatu barang yang baru. Namun
masyarakat juga dapat melakukan recycling terhadap sampah
organik. Jika pengolahan limbah sampah anorganik yang dilakukan
industri-industri dianggap rumit dan harus memperhitungkan
kecukupan biaya. Maka secara manual masyarakat dapat produksi
barang-barang yang berasal dari sampah anorganik/plastik, mulai
dari melakukan penggilingan bahan daur ulang plastik dengan cara
memanaskan hingga meleleh, kemudian mencetaknya sesuai dengan
pola cetakan yang disediakan, selanjutnya didinginkan.
Gambar 18: Skema Pengelolaan Limbah Plastik

Namun, ada juga sampah anorganik yang bisa langsung diolah


dengan melalui proses pemilihan bahan sampah plastik, dibersihkan
dan diolah menjadi produk yang kita inginkan, biasanya produk ini
dibuat secara manual, misalkan pembuatan produk-produk kerajinan
tangan dan lain sebagainya yang mempunyai nilai, baik nilai secara
ekonomik maupun nilai estetik (unknown 2012). Secara umum,
proses pengolahan sampah anorganik dapat digambarkan sebagai
berikut.

Beberapa sampah atau limbah anorganik yang dapat dimanfaatkan


kembali melalui proses daur ulang diantaranya:
1. Sampah plastik
Plastik biasanya digunakan sebagai wadah atau
pembungkus barang. Bahkan banyak barang-barang atau
perabot rumah tangga berasal dari material plastik seperti
sendok, garpu, sumpit, piring, gelas, ember, dan lain
sebagainya. Barang dari plastik disukai karena murah,
mudah didapat, tidak berkarat dan tahan lama. Banyaknya
permintaan terhadap barang yang berasal dari bahan
plastik, mengakibatkan meningkatnya dampak sampah
buangan anorganik.
Untuk itu diperlukan kegiatan daur ulang agar sampah
anorganik berupa plastik ini dapat dimanfaatkan kembali
sehingga menjadi barang yang sama atau berbeda baik
fungsi, bentuk maupun ukurannya. Misalnya material
ember plastik bekas yang dapat didaur ulang atau dirubah
menjadi ember kembali atau bahkan dibuat produk lain
baik yang sejenis modelnya, ukurannya dan fungsinya
ataubahkan berbeda dari ember asli tadi. Jadi barang plastik
bekas tersebut tidak hanya dapat dibuat ember saja, tetapi
juga dapat disulap atau dibuat menjadi sendok plastik,
tempat sampah platik, atau bunga plastik, pot bunga plastik
dan lain sebagainya.

Gambar 19: Produk dari Limbah Plastik

Dirumah tangga banyak bungkus platik atau kantong


plastik yang dapat dijadikan sesuatu yang bermanfaat,
misalkan plastik bekas makanan ringan, sabun deterjen,
bungkus rokok. Semua sampah anorganik tersebut dapat
didaur ulang menjadi tas belanja, tas laptop, kantong,
dompet, sandal, atau payung, karpet. Sementara botol
plastik bekas dapat didaur ulang menjadi mainan anak,
lampu hias, pot bunga. Sedangkan sedotan bekas minuman
dapat ubah menjadi bingkai foto, bunga-bungaan, hiasan
dinding atau dekorasi rumah lainnya.
2. Sampah logam
Sampah atau limbah dari bahan logam seperti kaleng,
timah, alumunium, besi dan lain sebagainya. Merupakan
sampah yang sering ditemukan di lingkungan sekitar kita.
Terutama sampah yang terbuat dari bahan kaleng. Saat ini
banyak perusahaan makanan mengemas makanannya
dalam kaleng, sehingga sampah dari bahan kaleng sering
ditemukan baik di lingkungan rumah, TPS maupunTPA.

Gambar 20: Produk dari Limbah Logam

Namun sampah sejenis ini mudah dipergukanan dan laku


untuk dijual Kembali sebab sampah dari bahan kaleng
dapat dan tergolong mudah dan sering direuse dan recycle.
Bahan kaleng biasanya dibuat menjadi serokan sampah,
produk rumah tangga, celengan, vas bunga, gift box,
gantungan kunci, dan lain-lain.

3. Limbah Gelas atau Kaca


Walau terbilang jarang di-recycle namun tidak jarang
sampah ini didaur ulang kembali oleh orang-orang yang
kreatif, bahkan ada orang yang dapat meemanfaatkan
kembali gelas atau kaca yang sudah pecah menjadi barang-
barang yang sama atau dirubah menjadi barang lain seperti
botol, vas bunga, cindera mata dan hiasan yang mempunyai
nilai seni artistik dan ekonomi tinggi.

Gambar 21: Produk dari Limbah Kaca

4. Sampah Kertas
Sampah kertas merupakan salah satu sampah atau limbah
anorganik yang mudah dihancurkan. Meskipun demikian,
sampah kartas juga akan menjadi masalah bilamana
sampah tersebut terkontaminasi dengan sampah organik
yang berbau.
Sampah kertas dapat didaur ulang baik secara langsung
ataupun tak langsung yaitu a) langsung artinya bisa
langsung dibuat menjadi suatu barang kerajinan, b) tidak
langsung, artinya kertas tersebut harus dilebur terlebih
dahulu menjadi kertas bubur, setelah itu baru dibuat
menjadi berbagai kerajinan.

Gambar 22: Produk dari Limbah Kertas

Sampah kartas dapat didaurulang atau dioleh manjadi,


hiasan dinding, tempat pinsil, kotak hiasan, miniatur tas,
topeng, bingkai photo, dan lain sebagainya.

Sampah kartas sangat mudah untuk didaur ulang tidak


memerlukan teknologi canggih atau modal yang besar.
Pada prinsifnya sampah kerta dapat disulap menjadi
berbagaimacam barang, karena sampah ini memiliki
kelenturan sehingga mudah dibentuk.
5. Sampah styrofoam
Styrofoam merupakan salah satu wadah makanan yang
sangat sulit terurai. Untuk itu perlu penanganan serius agar
tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan.
Namun sayangnya sampah ini jarang didaur ulang karena
masyarakat tidak tau bagaimana cara mendaur ulang
sampah styrofoam.

Padahal sampah styrofoam bisa dijadikan lem atau bahkan


penambal bodymotor, helm, paralon, ember, sepatu, atap
seng rumah, pelapis cat kayu dan lain sebagainya dengan
cara mencairkan terlebih dahulu sampah styrofoam sehingga
membentuk seperti lem.

D. Proses Daur Ulang Sampah Anorganik


Semua sampah atau limbah anorganik dapat didaur ulang, namun
memerlukan suatu rangkaian proses atau tahapan sebagaimana
langkah-langkah (DLKH tt) berikut ini :
1. Mengumpulkan
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah
mengumpulkan sampah anorganik seperti botol air mineral,
dus susu, kaleng dan lain-lainya dan suatu wadah
penyimpanan sampah.
2. Memilah
Langkah kedua yaitu mengelompokkan atau memilih
sampah yang telah dikumpulkan berdasarkan jenisnya,
seperti kaca, kertas, dan plastik untuk mempermudah
dalam pencarian bahan sampah yang akan kita butuhkan.
3. Menggunakan Kembali
Langkah ketiga yaitu carilah barang yang masih bisa
digunakan kembali, jika masih bermanfaat dan dapat
digunakan sebaiknya dipergunakan barang tersebut sampai
betul-btul tidak dapat difungsikan lagi.
4. Mengirim
Sampah yang telah dipilih dapat dijual langsung
kepengepul atau dikirim ke bank sampah atau
menunggu pengumpul barang bekas keliling yang akan
dengan senang hati membeli barang tersebut.
5. Melakukan Daur Ulang Sendiri
Sampah anorganik yang telah dipilih dapat dikelola dan
diolah sendiri sesuai dengan keinginan untuk membuat
karya kerajinan tangan yang diinginkan. Dengan kreativitas
yang dimiliki berbagai sampah anorganik yang telah
dikumpulkan dapat langsung diubah menjadi barang-
barang baru yang bermanfaat, mempunyai nilai ekonomi
dan nilai seni.

E. Membuat Seni Gambar


Jika pengelolaan sampah anorganik tidak dilakukan dengan baik,
sampah – sampah plastik hanya akan berakhir di tempat
pembuangan akhir (TPA). Namun masyarakat dapat memelakukan
recycling terhadap sampah limbah plastik yang dapat dilakukan
secara manual tetapi dapat menghasilkan karya yang memiliki nilai
seni dan nilai ekonomi tinggi.

Gambar 23: Seni dari Limbah Plastik

Diharapkan pada akhirnya masyarakat tidak lagi membuang sampah


tetapi mengumpulkan sampah dan mengkonversi sampah tersebut
dengan nilai yang dihasilkan melalui karyanya tersebut. Pengolahan
sampah non organic dalam kegiatan ini yaitu pembuatan karya seni
gambar dan pajangan berupa karya tanaman bunga.
Pengolahan limbah plastik menjadi seni gambar, yaitu :
a. Pengumpulan
Pada prinsipnya sampah limbah plastik janis dan warna
apun bisa dipakai dalam karya seni ini, tergantung pada
keinginan kreator dalam mengabtrasksikan karyanya. Oleh
karena itu, semua limbah plastik akan bermanfaat untuk
diaplikasikan dalam seni gambar.
b. Penentuan objek gambar
Ketika limbah plastik sudah terkumpul banyak, para
kreator akan lebih mudah menentukan gambar apapun yang
diinginkan, karena semua bahan yang dibutuhkan telah
terkumpul. Pada umumnya para kreator seni gambar
limbah plastik menggambar wajah.

c. Pembuatan Pola
Setalah menetukan objek gambar, langkah selanjutnya
membuat pola garis pada lukis pada kanvas atau karton
tebal, Selanjutnya menentukan warna plastik yang akan
ditempatkan pada garis-garis gambar dan memotong
limbah plastik sesuai pola garis yang telah ditentukan.
d. Aplikasi pada Objek
Langkah terakhir yaitu menempelkan potongan pola plastik
tersebut pada lukisan objek yang telah ditentukan

F. Daur Ulang Sampah Styrofoam


Adapun langkah pembuatan lem styrofoam (Kreator: Febriani 2022)
sebagai berikut:
1. Siapkan thinner, styrofoam, dan gelas plastik. Hindari
pembuatan lem di dekat sumber api.
2. Potongan styrofoam menjadi beberapa bagian dengan
ukuran yang pas untuk dimasukkan didalam gelas plastik.
3. Tuang thinner pada gelas plastik secukupnya atau dikira-
kira dapat melarutkan styroform dengan takaran mengental.
4. Masukkan potongan styrofoam dalam gelas plasyik yang
telah diisi thinner secara bertahap hingga semua styrofoam
larut. Lalu aduk aduk hingga merata.
5. Larutan styrofoam yang menjadi pasta menandakan bahwa
lem styrofoam sudah siap untuk dipakai. Sebaiknya tunggu
beberapa menit hingga kelihatan cairan lem tersebut
berwarna bening.
6. Ambil lem menggunakan alat bantu. Hindari memegang
lem dengan tangan kosong sebab lem styrofoam ini cukup
kuat dan sulit dihilangkan.
Gambar 24: Daur Ulang Sampah Styrofoam

G. Membuat Bros Berbentuk Bunga

Gambar 25: Proses Pembuatan Bros dari


Limbah Plastik
Tahap Pertama:
Pada tahapan pertama ini, beberapa peralatan harus disiapkan,
peralatan tersebut digunakan untuk membuat bros berbentuk bunga
cantik, dengan bahan dasar bekas kemasan botol dan gelas Aqua,
gunting, lem bermerk Fox (lem plastik)—berbentuk jelly, lem
tembak (silikon), serbuk warna-warni (gliter), peniti berukuran
kecil/sedang, karton dan alat tulis (pulpen atau pensil).

Tahap Kedua:
Setelah semua peralatan pada tahap pertama disiapkan, maka tahap
selanjutnya adalah membuat gambar berpola kelopak bunga sesuai
yang diinginkan (tidak hanya kelopak bunga, gambar kupu-kupu
cantik pun bisa dijadikan pola untuk membuat bros). Setelah gambar
dibuat, gunting gambar tersebut mengikuti garis-garis yang
membentuk pola bunga atau kupu-kupu cantik tersebut.

Tahap Ketiga:
Tahap selanjutnya adalah gunting sampah-bekas botol Aqua yang
telah disiapkan. Penggal dengan gunting bagian leher dan pantat
bekas botol Aqua tersebut. Sedangkan bagian tengah bekas botol itu
digunting lurus dari bawah ke atas [atau dari atas ke bawah]. Setelah
digunting lurus ke bawah/ke atas, kemudian bentangkan lingkar
bekas botol itu hingga membentuk persegi empat.

Tahap Keempat:
Setelah terbentang, kemudian letakkan gambar pola bunga cantik di
atas bentangan tersebut, jiplak, gunting bentangan itu mengikuti
pola gambar yang ada. Buatlah paling tidak tiga kelopak bunga,
sesuai dengan pola yang ada.

Tahap Kelima:
Setelah beberapa kelopak bunga terbentuk, maka oleskan lem fox di
atas punggung kelopak-kelopak bunga, tempel beberapa kelopak
bunga secara menumpuk. Dan setelah itu, pada kelopak bunga yang
paling atas dan telah diolesi dengan lem fox [lem berwarna putih]
taburkanlah serbuk warna-warni (gliter) di atasnya hingga terlihat
kelopak bunga yang baru mekar terlihat berwarna cantik.

Tahap Keenam:
Tahap selanjutnya adalah menggunting bagian bawah botol bekas
membentuk roda/lingkaran. Bagian bawah ini adalah lapisan yang
relatif tebal dibandingkan dengan keseluruhan tubuh botol. Setelah
digunting membentuk roda, maka oleskan di atas roda kecil itu lem
fox, dan kemudian rekatkan dengan kelompak bunga yang telah
dibuat pada tahap kelima tersebut. Rekatkan kelopak bunga tepat di
tengah-tengah roda.

Tahap Ketujuh:
Tahap selanjutnya, bagian belakang roda yang telah terekat bunga
itu dilem dengan mengunakan lem tembak (silikon) dan tempelkan
peniti.

Gambar 26: Pembuatan Kesenian dari


Limbah oleh Warga
H. Bunga Dari Sampah Plastik Krésék
Tahap Pertama:
Volume Kantong plastik, merupakan sampah yang paling banyak
diTPS ataupun TPA, jenis sampah ini juga tidak mudah terurai.

Oleh karena itulah, kantong plastik harus dioleh menjadi sesuatu


barang yang bermanfaat, agar dapat mengurangi volume sampah
bungan. Bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan dalam
pembuatan bunga cantik berbahan dasar kantong plastik Krésék ini
adalah sampah atau bekas kantong plastik krésék, kawat yang
dilapisi plastik berwarna hijau dan dilengkapi tangkai bunga,
kelopak dan benang sari (bisa dibeli di toko perlengkapan pernak-
pernik), dan gunting.

Tahap Kedua:
Potong kantong plastik krésék menjadi 2 bagian. Bagian yang utuh
dan berbentuk segi empat dilipat hingga menjadi segi empat
kembali. Setelah itu, segi empat tersebut dilipat membentuk
setengah segi tiga. Lipat terus membentuk setengah segi tiga hingga
mampat.

Tahap Ketiga:
Setelah lipatam mampat, maka tahap selanjutnya adalah guntinglah
bagian bawah setengah segi tiga tersebut membentuk setengah
lingkaran. Setelah itu, gunting ujung setengah segi tiga itu di
bagiannya yang runcing. Setelah itu bukalah lipatan setengah segi
tiga tersebut. Dan lihatlah, sampah kantong plastik krésék itu telah
membentuk mahkota bunga yang cantik nan rupawan.

Tahap Keempat:
Tahap terakhir adalah tusukan kelopak bunga ke dalam tangkai
bunga dan kemudian tumpuk mahkota-mahkota bunga menjadi
beberapa tumpukan dan kemudian, melalui lubang yang berada di
tengah-tengah setiap mahkota bunga, tusukkan mahkota-mahkota
bunga itu pada tangkai bunga yang telah terbentuk di kawat yang
berputik itu. Setelah itu kancinglah mahkota yang telah tertusuk
dengan tangkai bunga itu dengan kelopak dan benang sari bunga
dengan cara menjepitnya. Dan lihatlah jadilah sekuntum bunga nan
cantik dipandang mata.
Gambar 27: Hasil Karya Kerajinan dari Plastik
Bab IV BEST PRACTICE, KADIPATEN KELURAHAN
BEBAS SAMPAH

Kegiatan pengabdian pada masyarakat dengan pendekatan


Education for Sustainable Development (ESD) di Kelurahan
Kadipaten Kec. Kraton Kota Yogyakarta, diselenggarakan dalam
bentuk pendampingan pengelolaan sampah perkotaan terpadu
(Community Based Solid Waste Management - CBSWM) yang
dilakukan secara mandiri oleh masyarakat.

Tercapainya pengelolaan sumberdaya alam dapat memberikan


manfaat secara ekonomis maupun manfaat ekologis bagi masyarakat
sekitar serta terjaganya kelestarian alam dan sumberdayanya melalui
kegiatan berbasis masyarakat (rural-urban participatory). Dari
program kegiatan pengabdian masyarakat diharapkan terwujudnya
Pengelolaan Sampah Perkotaan Terpadu di Kalurahan kadipaten
Kecamatan Kraton Kota Yogyakarta.

Program ini menjadi pilot project bagi pengembangan program di


masa datang di lokasi atau tempat yang lain. Harus disadari, hasil
utama pengelolaan sampah perkotaan berbasis masyarakat adalah
terciptanya lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah.
Sementara hasil berupa kompos, pupuk organik, ataupun barang
daur ulang lainnya merupakan hasil sampingan dari pengolahan
sampah tersebut. Yang perlu mendapatkan perhatian adalah masalah
penyaluran ataupun pemasaran hasil sampingan tersebut sehingga
kegiatan pengolahan sampah dapat berdampak ganda : i). manfaat
ekologis berupa lingkungan yang sehat dan bersih dari sampah; ii).
manfaat ekonomi dari hasil penjualan pengolahan sampah. Pada titik
ini perlu adanya rentangan tangan bersama dalam bentuk kebijakan
ataupun sejenisnya sehingga hasil ikutan pengolahan sampah
perkotaan dapat diserap pasar.
Kadipaten adalah kawasan yang terdapat banyak situs budaya, yang
pada masa lampau merupakan satu wilayah Keraton Ngayogyokarto
Hadiningrat meliputi kompleks Keraton, Museum, nDalem
Joyokusuman, nDalem Mangkubumen, Pasar Ngasem, Tamansari.
Di samping itu, pada gedung/bangunan yang ada di sekitar Keraton
saat ini digunakan sebagai pemukiman masyarakat, perkantoran,
sekolah ataupun untuk kegiatan usaha. Adanya aktivitas masyarakat
di atas kawasan tersebut berdampak pada peningkatan produksi
sampah baik sampah rumah tangga, pasar, ataupun kegiatan lainnya.

Sebagai sebuah kawasan situs budaya yang banyak menyimpan


sejarah, sudah selayaknya kawasan nJeron Beteng dijaga keasrian
serta kelestarian lingkungannya. Sampai saat ini kompleks Keraton
masih merupakan salah satu tujuan wisata para turis dari dalam
negeri maupun manca negara. Selain upaya revitalisasi terhadap
kawasan Keraton yang dilakukan berbagai pihak pemangku
kebijakan, adalah sudah selayaknya jika ada upaya dari masyarakat
setempat mewujudkan kawasan nJeron Beteng yang sehat
lingkungan dan asri dengan mengelola sampah masyarakat secara
mandiri. Kegiatan pengelolaan sampah secara mandiri tersebut
selain untuk mewujudkan kebersihan kawasan Keraton Yogyakarta
sebagai salah satu ikon wisata Kota Yogyakarta, juga untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan lingkungan masyarakat yang tinggal di
kawasan tersebut sekaligus dalam upaya mendorong masyarakat
sekitarnya untuk membudayakan hidup bersih-sehat dengan
mengelola sampah di sekitar tempat tinggalnya.

Pengelolaan Bank Sampah secara Mandiri


Kelurahan Kadipaten memiliki 15 RW dan masing-masing RW
mengelola bank sampah secara terpadu. Lima belas bank sampah
tersebut adalah:
RW 01. Trash bag
RW 02. Sampah Q manfaat
RW 03. Poncosagotro
RW 04. Tangan Uthik
RW 05. Limbah berkah
RW 06. Tangan guyub
RW 08. Uwuhku
RW 10. Rotersih
RW 11. My Darlink
RW.12. Gulastera
RW.14. Suminar
RW 15   Hijau langit

Bank sampah tersebut tergabung dalam Paguyuban BS Guno


Rinekso merupakan paguyuban bank sampah yang cukup aktif
mengelola dan memberikan wawasan kepada masyarakat sekitar
untuk selalu menata dan mengantisipasi jika sampah menumpuk.
Beberapa hal yang sudah dilakukan pengelolaan secara mandiri
adalah dengan memisahkan sampah organik dan sampah non-
organik, sampah padat dan cair.

Masyarakat difasilitasi dengan bekerjasama bersama pemerintah


kota, Babinsa, dan warga Kadipaten yang merupakan warga nJeron
Beteng. Kegiatan rutin seperti arisan menjadi sarana bertemunya
warga untuk membahas keberlanjutan kegiatan yang dilakukan di
setiap bank sampah. Bank sampah di Kadipaten diberi nama sesuai
kreativitas warga yang unik dan mengandung unsur giat dan budaya
seperti Tangan Uthik, My Darlink, Rotersih, Poncosagotro dan lain
sebagainya. Bank sampah di setiap RW diketuai oleh 1 orang yang
berada di bawah ketua bank sampah Guno Rinekso. Ketua bank
sampah akan mengkoordinir warga untuk memilah limbah dengan
kriteria sebagai berikut:
1. Sampah organik
Yang tergolong sampah organik antara lain sampah sisa
makanan, sayuran, sisa hasil masakan.
2. Sampah non-organik
Yang tergolong sampah non-organik, yaitu berbagai
sampah yang tidak dapat terurai seperti plastik, botol kaca,
perkakas metal (seng, besi, dan alumunium)
3. Sampah kertas yang terdiri dari kertas, kardus dan bekas-
bekas bungkus yang bisa di daur ulang.

Warga akan mengelompokkan sampah tersebut dan mengumpulkan


ke bank sampah di setiap RW yang mempunyai gudang
penyimpanan kemudian petugas akan mencatat setiap nasabah
(warga yang menyetor) berapa jumlah sampah yang dikumpulkan.
Gambar 28: Proses pengumpulan sampah non-organik di Bank Sampah
(BS) Poncosagotro.

Gambar 29: Proses Penimbangan Sampah


Gambar 30 Proses pencatatan
sampah non-organik dan sosialisasi
rutin di Bank Sampah (BS) Tangan
Uthik.

Proses pengumpulan dilakukan setiap Minggu di pos atau


lokasi tiap bank sampah. Secara berkala warga diberikan
penyuluhan terkait pengelolaan sampah. Adanya program GNRM
warga diberi penyuluhan tentang pembuatan komposter yang dapat
dikembangkan di setiap warga.
Pemanfaatan Sampah Tepat Guna pada Bank Sampah Guno
Rinekso
Proses pengolahan sampah seperti dijelaskan pada bab sebelumnya
bisa menjadi berbagai macam kreasi yang bermanfaat, antara lain
komposter yang dapat digunakan sebagai kompos (pupuk) dari
sampah organik yang diendapkan. Proses pembuatan komposter
sangat mudah dan dapat dilakukan di rumah-rumah warga secara
sederhana dengan bahan dasar yang ada di sekitar kita. Bahan yang
digunakan proses pembuatan komposter sederhana antara lain:
sekam, kardus, media tanam, sampah organik. Setelah komposter
sudah mengalami proses pembusukan maka kompos tersebut siap
digunakan untuk media menanam bahan-bahan sayuran yang bisa
berasal dari limbah hasil masakan atau makanan.

Selain pembuatan komposter, sampah-sampah tersebut bisa


dikreasikan menjadi berbagai macam hiasan dan bisa digunakan
untuk lomba fashion show. Sampah yang dapat dimanfaatkan antara
lain:
a. Sampah botol plastik
b. Sampah Kresek
c. Kardus bekas
d. Sampah sedotan plastik

Sampah-sampah tersebut diolah menjadi bahan-bahan yang bisa


dibentuk sesuai dengan kebutuhan.

Gambar 31: Hasil Kerajinan dari Plastik


Gambar 32: Tas Hasil Daur Ulang
Gambar 33: Karpet dari Bekas Sachet Minuman
Gambar 34: Karpet dari Limbah Plastik Dipergunakan untuk Acara
Gambar 35 Jajaran Kerajinan hasil Daur Ulang
Gambar 36: Hail Daur Ulaang Sampah Logam
Gambar 37: Vas Bunga Hasil Daur Ulang

Gambar 38: Proses Pembuatan Kerajinan Hasil Daur Ulang oleh Warga
Kadipaten
Bab V UWM MENUJU KAMPUS HIJAU

Gambar 39: Gedung Rektorat Kampus Terpadu UWM

Dalam buku Widya Mataram, Membangun Peradaban dan


Pendidikan Berbasis Budaya (UWM, 2020) disebutkan bahwa
filosofi Hamemayu Hayuning Bawana menjadi salah satu landasan
etika dan gerak dalam mengembangkan kampus berbasis budaya.
Didalamnya mengandung makna adanya kewajiban untuk
melindungi, memelihara, serta membina keselamatan dunia dan
lebih mengedepankan kepentingan masyarakat daripada kepentingan
pribadi maupun kelompok.

Hamemayu Hayuning Bawana merupakan suatu konsep yang


universal, komprehensif, sekaligus holistik. Dikatakan universal
karena konsep ini mampu melintasi versi-versi nilai dari ruang dan
waktu sejak Hamengku Buwana I sampai saat ini. Dikatakan
komprehensif karena konsep ini mencakup seluruh aspek kehidupan
mulai dari spiritual, budaya, tata ruang, lingkungan hingga ekonomi.
Dikatakan holistik, karena konsep ini mencakup tidak hanya sekedar
dua dimensi kehidupan saja (ruang dan waktu), melainkan
mencakup dimensi ketiga yang berupa nilai-nilai transendental.
Implikasi dan implementasi konsep Hamemayu Hayuning Bawana
dalam kehidupan kampus UWM sejalan dengan Keistimewaan
DIY :
a. Pembangunan lingkungan dan tata ruang fisik dengan
menciptakan ruang wilayah kampus UWM yang rahayu pada
kampus terpadu di Banyuraden dengan memperhatikan ruang
terbuka hijau serta mempertahankan daerah resapan air dalam
penataan fasilitas sarana-prasana diantaranya penggunaan paving
block untuk jalan lingkungan, taman dengan pohon penangkap-
penyimpan air, serta rasio ruang terbuka dan bangunan yang
tetap memungkinkan terjadinya interaksi yang humanis dan
ramah lingkungan di atas lahan yang terbatas seluas 26.000 m2.
Dalam konsep Catur Sagatra Tunggal, hadirnya kampus terpadu
UWM di Banyuraden sekaligus menjadi upaya mendiseminasi
nilai-nilai luhur bersama-sama dengan masyarakat.
b. Dalam pembangunan ekonomi yang menekankan pada
hamemayu hayuning kawula dengan menekankan ekonomi yang
berpihak kepada pengentasan kemiskinan, penguatan harga diri
kelompok masyarakat yang terpinggirkan dan dipinggirkan, serta
mengayomi masyarakat dari rasa ketakutan dan ketidakamanan,
pemindahan kampus terbaru selain untuk pengembangan di masa
datang juga diharapkan dapat mendorong peningkatan
perekonomian warga sekitar kampus.
c. Pembangunan pendidikan dengan penekanan pada hamemayu
hayuning rasa-cipta-karsa yang menyandang makna bahwa
UWM harus mampu berkembang tidak hanya ke arah kognitif,
rasio, kecerdasan saja, melainkan pendidikan yang mengarah
pada tumbuhnya rasa yang baik, kemampuan cipta yang baik,
dan gerak karsa yang baik; etika, budi pekerti, tata karma, sopan
santun, menghargai orang lain.
d. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapan
pembangunan teknologi ditekankan pada hamemayu hayuning
karya dalam pengertian setiap karya teknologi yang diciptakan
atau diintrodusir kepada masyarakat dalam perjalanannya UWM
harus mampu memodifikasi agar budaya-identitas Yogyakarta
tetap terjaga mengingat DIY tersusun oleh satuan-satuan wilayah
budaya yang berbasis teritori alam,
e. Pembangunan budaya menekankan pada konsep hamemayu
hayuning budaya yang bermakna memelihara, melindungi,
menguatkan, mengembalikan, mencegah kerusakan, sekaligus
mengembangkan budaya (dalam arti luas), sehingga generasi
saat ini maupun saat nanti akan memiliki kesadaran budaya
sebagai kesadaran peradaban sebuah bangsa.
f. Pembangunan hukum menekankan pada hamemayu hayuning
kautaman yang memiliki pengertian bahwa pembangunan
hukum tidak hanya sekedar menegakkan sanksi hukum formal
secara tegas saja, melainkan pembangunan hukum yang
mengarah pada pembentukan karakter sivitas UWM yang utama
atau baik (kautaman). Pembangunan hukum juga harus
mengaktualisasikan hukum adat, hukum masyarakat yang
berbasis budaya, serta konsensus-konsensus warga yang arahnya
membangun kebaikan hidup bersama. Pada tahun 2022 UWM
meluncurkan program pascasarjana (S-2) Ilmu Hukum dengan
kekhususan pada Keistimewaan Yogyakarta.

Setidaknya terdapat empat isu utama terkait penerapan kampus hijau


di Indonesia yakni environmentalisme, perubahan iklim global
(climate change), pembangunan berkelanjuta (sustainable
development), serta keberlanjutan kampus hijau itu sendiri.

Environmentalisme. Environmentalisme menjadi filosofi, ideologi,


gerakan sosial maupun politik (bahkan etika) yang luas terkait
upaya-upaya perlindungan lingkungan dan peningkatan kesehatan
lingkungan, khususnya dengan menekankan keprihatinan pada
lingkungan terkait elemen-elemen non-manusia. Environmentalisme
mengklaim bahwa makhluk hidup di luar manusia, dan lingkungan
alam secara keseluruhan, secara moral memiliki hak untuk
mendapat perlakuan yang layak seperti juga manusia, melalui
kebijakan politik, ekonomi, dan sosial. (Rustiadi, et. al, 2019)

Rowel (1996) menyebutkan environmentalisme adalah upaya untuk


menyeimbangkan hubungan antara manusia dan berbagai sistem
alam dimana mereka saling bergantung sedemikian rupa sehingga
semua komponen berada dalam suatu tingkat yang dianggap
berkelanjutan. Namun, terdapat berbagai bentuk kontroversi pilihan
tujuan yang diambil dan ada banyak cara yang berbeda ketika
dipraktekkan. Lingkungan hidup dan masalah lingkungan sering
direpresentasikan dengan warna hijau (green), tetapi asosiasi warna
ini telah sering diambil oleh dunia industri sebagai taktik pemasaran,
taktik ini kemudian dikenal sebagai greenwashing.
Environmentalisme ditentang oleh anti-environmentalisme, yang
berpendapat bahwa Bumi kita tidak terlalu rapuh sebagaimana
sering dikampanyekan oleh kelompok-kelompok pencinta
lingkungan. Anti-environmentalisme berpendapat bahwa pencinta
lingkungan hidup bereaksi secara berlebihan dengan menuduh
kontribusi manusia sangat besar terhadap perubahan iklim atau
menuduh kelompok pencinta lingkungan menghambat upaya-upaya
kemajuan peradaban manusia.

Dalam lima dasawarsa terakhir gerakan kepedulian pada lingkungan


telah berpengaruh signifikan dalam mengoreksi pandangan manusia
di dunia termasuk menggeser arah kebijakan pembangunan seluruh
negara di dunia dan mendapat banyak dukungan dari perkembangan
ilmu-ilmu lingkungan di perguruan tinggi. Dunia akademik dan
lemabaga-lembaga ilmiah di seluruh dunia berkontribusi melalui
pengembangan ilmu, riset dan pendidikan yang membuka wawasan
generasi penerus di seluruh dunia.
Climate changes. Permasalahan serius terkait polusi lingkungan
global dan kelangkaan energi terus meningkat dari tahun ke tahun.
Dampak pemanasan global mulai dirasakan, tidak hanya dirasakan
oleh hampir seluruh penduduk bumi, namun juga mahluk hidup
lainnya dan bahkan berisiko terhadap keanekaragaman hayati baik
secara global maupun regional (Oppenheimer etal. 2014; O’Neill et
al. 2017). Dampak dari pemanasan global terjadi di depan mata
diantaranya kejadian/peristiwa cuaca ekstrim yang meningkat,
menghangatnya air laut, longsornya gletser, sumberdaya air bersih
yang mulai berkurang, hingga masalah keamanan pangan. Saat ini
terjadi perubahan iklim nasional kita meningkat rata-rata sekitar 3.2
derajat celcius. Tahun-tahun dengan musim panas dan musim kering
yang ekstrim mulai mengancam populasi mahluk hidup.

Berbagai upaya yang seharusnua dilakukan untuk mengantisipasi


hal tersebut : mengurangi emisi gas rumah kaca global,
mengonsumsi energi secara efisien, melakukan perencanaan
konservasi yang didasarkan pada kondisi perkiraan iklim di masa
datang, meningkatkan kepedulian bagi tiap kalangan dan individu
terhadap upaya untuk mengurangi dampak pemanasan global.

Sustainable Development. Grober (2007) menyebutkan ide


pembangunan berkelanjutan berakar pada ide-ide tentang
pengelolaan hutan lestari yang dikembangkan di Eropa selama abad
17 dan 18. Berbagai gerakan lingkungan berkembang memberi
perhatian pada adanya hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan dengan degradasi lingkungan. Esai Kenneth E.
Boulding berjudul The Economics of the Coming Spaceship Earth
mengidentifikasi kebutuhan untuk sistem ekonomi agar sesuai
dengan sistem ekologi yang sumberdayanya terbatas.

Pada tahun 1980 the International Union for the Conservation of


Nature (IUCN) menerbitkan strategi konservasi dunia yang
termasuk salah satu referensi pertama yang merujuk pembangunan
berkelanjutan sebagai prioritas global (IUCN, 1980). Dua tahun
kemudian, United Nation World Charter for Nature mengangkat
lima prinsip konservasi yang memberi pedoman dan penilaian
tentang bagaimana manusia mempengaruhi alam. Pada tahun 1987
United Nations World Commission on Environment and
Development (UN-WCED) merilis laporan Our Common Future
yang biasa disebut sebagai laporan Brundtland. Laporan itu
mencakup apa yang sekarang menjadi salah satu definisi yang
paling dikenal luas tentang pembangunan berkelanjutan.

Pembangunan berkelanjutan adalah prinsip untuk mengelola


sumberdaya terbatas yang diperlukan untuk menyediakan kebutuhan
generasi masa depan kehidupan di planet ini secara berkelanjutan.
Ini adalah proses yang berorientasi ke keadaan di masa datang yang
diinginkan manusia dimana kondisi hidup dan sumberdaya
digunakan terus memenuhi kebutuhan manusia tanpa merusak
"integritas, stabilitas, dan keindahan" dari sistem biotik alami
(Butlin, 1989).

Prinsip-prinsip dalam sustainable development antara lain (Mitchell,


1995):
1. Futurity: manusia seharusnya tidak melakukan aktivitas di masa
sekarang yang dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan di
masa depan kecuali sumber daya lingkungannya yang digunakan
dalam aktivitas tersebut terus tersedia dan diganti apabila habis.
2. Equity: generasi sekarang hendaknya lebih memiliki kesetaraan
dalam mengakses modal lingkungan dan hendaknya berbagi
akibat dan manfaat dari aktivitas manusia (contoh polusi,
perawatan kesehatan) secara seimbang (Mitchell, 1995). Karena
jika manusia tidak punya akses yang setara terhadap sumber
daya dan jasa lingkungan, hal ini akan menyebabkan kerusakan
lingkungan.
3. Public Participation: hal ini merupakan aspek yang penting
dipertimbangkan dalam sistim pemerintahan yang demokratis
seperti yang banyak diterapkan di zaman ini, dalam membangun
dunia, khususnya saat masih dalam proses penyusunan pekerjaan
untuk pelayanan publik
4. Environment: prinsip lingkungan mengakui nilai ekosistem
sebagai sumberdaya yang berharga yang harus dikonservasi
karena manusia mendapat manfaat dari penggunaannya dan
karena ekosistem memiliki nilai hakiki melebihi manfaat
sumberdaya manusia sehingga menuntut upaya perlindungan
(Mitchell, 1995).

Sustainable Campus (Green Campus). Penanggulangan isu


perubahan iklim akhir-akhir ini di kampus telah berkembang
menjadi gerakan yang nyata dengan menggulirkan program green
campus dalam berbagai aspek kehidupan kampus : layanan
akademik, penelitian, pengabdian, hingga layanan publik lainnya.

Konsep Green Campus terkait erat dengan konsep pembangunan


dan kehidupan berkelanjutan (sustainable development) yang
bertujuan untuk mengurangi carbon footprint dan mengupayakan
aktivitas-aktivitas yang mengarah pada masa depan yang
keberlanjutan. Berbagai kampus di seluruh dunia mulai
mengimplementasikan prinsip keberlanjutan dan menerapkan green
living dalam kegiatan dan aktivitas di dalam lingkungan kampus.
Maraknya persaingan antar kampus untuk menjadi kampus paling
hijau merupakan pertanda baik tingginya kepedulian lingkungan
kampus untuk menciptakan lingkungan yang sehat, ramah
lingkungan dan berkelanjutan.

Di Indonesia sejak tahun 2010 digulirkan UI GreenMetric World


University Ranking untuk mengukur upaya terkait keberlanjutan di
lingkungan kampus.

Perguruan tinggi beserta sivitas akademikanya adalah tempat


berkumpulnya kalangan sosial berlatar belakang akademisi dan
merupakan tempat terbaik untuk membentuk mind set yang sesuai
dengan kebutuhan saat ini dan akan datang. Selain itu, sebagai
tempat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, universitas
memang sudah seharusnya memegang tanggung jawab yang besar
dalam pembangunan sosial, khususnya dalam penerapan prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan. Membangun kampus hijau
yang ramah lingkungan dan menggabungkan antara konsep
pembangunan berkelanjutan dengan pendidikan di kampus,
pelatihan bagi para mahasiswa, pelayanan publik dan aspek-aspek
lainnya, memiliki makna yang sangat signifikan terhadap citra
sebuah universitas dalam membangun dan menerapkan prinsip-
prinsip keberlanjutan untuk menjadi pembelajaran bagi kalangan
awam, bagi lingkungan di sekitarnya maupun bagi kalangan institusi
lainnya.

Pada tahun 1983, United Nations (PBB) bersidang bersama


Brundtland Commission untuk membahas tentang kepedulian
terhadap “meningkatnya kerusakan lingkungan manusia dan sumber
daya alam dan konsekuensinya terhadap pembangunan ekonomi
dan sosial”. Komisi tersebut menyatakan bahwa krisis lingkungan
yang terus meningkat ini bersifat global dan bangsa-bangsa di
seluruh dunia perlu menetapkan kebijakan bagi pembangunan yang
berkelanjutan. Temuan komisi tersebut mengarah pada definisi
tentang keberlanjutan yang paling banyak dikutip pada saat itu yaitu
“memenuhi kebutuhan saat ini tanpa berkompromi dengan
kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi
kebutuhan mereka.” Itulah definisi di masa lalu. Saat ini, definisi
sustainability dan green sering digunakan secara bergantian untuk
menggambarkan tentang konsep dan praktik yang lebih
memperhatikan perilaku yang berdampak baik bagi bumi dan
penghuninya.

Cara hidup yang berkelanjutan bisa dalam berbagai bentuk, mulai


dari gaya hidup yang sifatnya individual sampai kepada
pembangunan teknologi yang bersifat green. Di tahun 2002, United
Nations mengadopsi Resolusi 52/54 yang menetapkan the United
Nations Decade of Education for Sustainable Development (2005-
2014) yang pada intinya memuat bagaimana upaya global dalam
menggunakan pendidikan atau edukasi sebagai perangkat untuk
membahas tantangan di abad ke 21 terkait masalah sosial,
lingkungan, ekonomi dan budaya. Dikatakan bahwa isu perubahan
iklim, keanekaragaman hayati dan pengurangan dampak bencana
alam akan menjadi tiga isu utama dalam mendukung pembangunan
berkelanjutan melalui proses edukasi. Fokus PBB terhadap
lingkungan kampus ini sangat beralasan karena lingkungan kampus
memang menyerupai lingkungan kota skala kecil dengan jejak
karbonnya sendiri yang cukup signifikan jumlahnya.

Gambar 40: Pendopo Agung Kompleks Kampus Terpadu UWM

Kampus merupakan tempat menempa pemimpin masa depan yang


pada saatnya nanti akan bertanggung jawab dalam menerapkan
konsep, prinsip dan ide tentang green living ini ke dalam praktek
yang sesungguhnya. Dengan memasukkan prinsip keberlanjutan ke
setiap aspek dari lingkungan kampus, akan ada prioritas baru bagi
seluruh generasi pemimpin yang terdidik dan terlatih ini untuk
membuat dunianya yang sekarang menjadi lebih hijau dan
berkelanjutan.
Green campus atau kampus hijau adalah kampus yang
mengembangkan konstruksi gedung kampusnya, menajemen
kampusnya, penelitian ilmiahnya dan penanaman budaya
keberlanjutannya didasarkan pada pembangunan berkelanjutan atau
sustainable development.

UI GreenMetric
UI GreenMetric World University Ranking dikembangkan untuk
mengukur upaya terkait keberlanjutan di lingkungan kampus.
Tujuan utamanya adalah untuk melakukan survai secara daring agar
bisa memberikan gambaran program-program dan kebijakan-
kebijakan terkait keberlanjutan di universitas di seluruh dunia.

UI GreenMetric menetapkan kriteria berupa Setting and


Infrastructure, Energy and Climate Change, Waste, Water,
Transportation, dan Education and Research. Keenam kriteria
tersebut digunakan untuk mengukur disesuaikan indikator yang ada.
Setting and Infrastructure (15%). memberi informasi mendasar
terkait kebijakan universitas terhadap lingkungan hijau. Indikator ini
juga menunjukkan apakah kampus pantas untuk disebut sebagai
kampus hijau atau Green Campus. Tujuannya adalah untuk memicu
keikutsertaan kampus untuk menyediakan ruang untuk penghijauan
dan penjagaan lingkungan dan juga mengembangkan energi yang
berkelanjutan. Indikator pengukurannya meliputi : Ratio area ruang
terbuka terhadap total area, Area di kampus yang tertutup hutan,
Area di kampus yang tertutup vegetasi yang ditanam, Area di
kampus untuk penyerapan air, Total Area ruang terbuka dibagi total
populasi kampus, serta Anggaran universitas untuk upaya
berkelanjutan.

Energy and Climate Change (21%). Penggunaan energi dan isu


perubahan iklim memiliki bobot tertinggi dalam penilaian dengan
mengukur energy efficient appliances usage, renewable energy
usage policy, total electricity use, energy conservation program,
green building, climate change adaptation and mitigation program,
greenhouse gas emission reductions policy. Indikator penilaiannya
meliputi: peraalatan efisien energi menggantikan peralata
konvensional, implementasi bangunan cerdas, jumlah sumber energi
terbarukan di kampus, total penggunaan listrik dibagi total populasi
kampus (kWh per person), rasio energi terbarukan yang dihasilkan
terhadap penggunaan energi, elemen-elemen implementasi green
building yang tercermin di semua kebijakan renovasi dan
konstruksi, program pengurangan emisi gas rumah kaca, serta rasio
total jejak karbon dibagi populasi kampus

Waste (18%). Pengelolaan sampah diawali dari


pemisahan/pemilahan jenis sampah hingga daurulang dan
pengolahan menjadi faktor utama dalam menciptakan lingkungan
berkelanjutan. Indikatornya meliputi: Program daur ulang untuk
limbah kampus, Program mengurangi penggunaan kertas dan plastik
di kampus, Pengolahan sampah organik, Pengolahan sampah
anogranik, Penanganan limbah beracun, serta Pembuangan limbah.

Water (10%). Kriteria ini bertujuan agar kampus dapat menurunkan


penggunaan air, meningkatkan program konservasi dan melindungi
habitat. Indikator penilaiannya meliputi: Implementasi program
konservasi air, Implementasi program daur ulang air, Penggunaan
peralatan efisien air, serta Konsumsi air olahan.

Transportation (18%). Sistem transportasi memegang peranan


penting dalam penambahan tingkat polutan dan emisi karbon di
lingkungna kampus. Indikator penilaiannya meliputi : Rasio total
kendaraan (mobil dan motor roda dua) dibagi populasi total kampus,
Shuttle service, Kebijakan kendaraan nol emisi / Zero Emission
Vehicles (ZEV) di kampus, Rasio Zero Emission Vehicles (ZEV)
dibagi total populasi kampus, Rasio area parkir terhadap area total
kampus, Program transportasi didisain untuk membatasi atau
menurunkan area parkir di kampus untuk 3 tahun terakhir, Jumlah
inisiatif transportasi untuk menurunkan kendaraan pribadi di
kampus, serta Kebijakan jalur pedestrian di kampus.

Education and Research (18%). Perguruan tinggi dengan dunia


kampus memiliki peran penting dalam menciptakan generasi baru
yang peduli terhadap isu keberlanjutan. Indikator pengukurannya
meliputi : Rasio materi keberlanjutan terhadap total seluruh mata
kuliah, Rasio pendanaan penelitian keberlanjutan terhadap total
pendanaan penelitian, Jumlah publikasi ilmiah tentang lingkungan
dan keberlanjutan yang dipublikasikan, Jumlah event ilmiah terkait
lingkungna dan keberlanjutan, Jumlah organisasi mahasiswa terkait
lingkungan dan keberlanjutan, Adanya website terkait keberlanjutan
yang dibuat oleh kampus, Adanya laporan/raport keberlanjutan yang
dipublikasikan

Konsep hijau (green concept) sendiri memberi perhatian penuh pada


konsep penghematan, yaitu penghematan lahan, penghematan
bahan, dan penghematan energi (saving land, saving material, and
saving energy). Hal ini tentu didasarkan pada konsep ekosistem.
Artinya, pembangunan apa pun sebaiknya mengacu pada kondisi
ekosistemnya baik dari kondisi biologisnya (biotik – tumbuhan,
tanaman, hewan, satwa liar, manusia termasuk semua mahluk hidup
yang ada di dalamnya), maupun kondisi fisiknya (abiotic) seperti
tanah, air dan udara.

Dengan analogi pada pengembangan kota hijau, kota yang sehat


secara ekologis (the Green City Vision, 2008), maka dalam
mewujudkan kampus hijau kita perlu juga melakukan:
1. Mengkampanyakan kegiatan dengan berjalan kaki, bersepeda,
menggunakan moda tranportasi umum, dan angkatan massal
bagi pengembangan green transporation.
2. Mengembangkan teknologi energi terbaharukan bagi green
building dan green businesse, misal menerapkan penggunaan
solar energy untuk sumber penarangan jalan, penerangan
taman-tama, dan lain-lain.
3. Merestorasi lingkungan dan lanskap kampus, memberdayakan
keberadaan RTH dan RTB, misalnya mempraktekkan
pembangunan taman-taman/kebun-kebun/pertanian organic yang
ramah lingkungan, menggunakan jenis-jenis tanaman lokal,
mengusung RTH dan RTB sebagai media dalam jasa lanskap,
atau jasa ekosistem, atau jasa lingkungan.
4. Melakukan gerakan-gerakan yang berwawasan lingkungan
antara lain mempraktekkan pemilihan sampah dan melakukan
pengolahannya di dalam kampus. Dalam hal ini tidak kalah
penting bukan hanya penyediaan infrastruktur dan fasilitasnya
saja tetapi dilakukan building capacity nya.
5. Pemahaman konsep dan filosofi hijau selayaknya dikenalkan
sebelum gerakan dimulai. Tidak sebentar, kadang-kadang
memerlukan waktu yang cukup lama meski pun civitas
academica berada di lingkungan intelek, berpendidikan dan
berbudaya. Tetapi perubahan perilaku, kebiasaan, tata-cara tetap
membutuhkan pemahaman dan persepsi yang sama, preferensi
yang sama, dan tindakan yang sama. Sehingga etika dan norma
yang ditegakkan akan memiliki nilai-nilai yang bermakna dalam
mengusung konsep hijau, khususnya menterjemahkan konsep
hubungan manusia dengan alam/lingkungannya. Sosialisasi
melalui peraturan, selebaran, spanduk, video papan-papan
pengumuman yang bersifat persuasive secara sederhana. Praktik
demikian perlu dilakukan secara bertahap dan memakan waktu.
Hal tersebut bisa dilakukan secara simultan dengan inisiasi
implementasi program.

Wacana dan Praktik Green Campus UWM


Sebagai kampus yang men-declare berbasis budaya, UWM
menerapkan nilai-nilai dalam perikehidupan pendidikan-pengajaran
dengan melandaskan pada falsafah Hamemayu Hayuning Bawana
sebagai pijakan dalam tataran etis serta kebijakan dalam
pengembangan pendidikan. Nilai-nilai tersebut didiseminasi secara
internal sivitas akademika UWM untuk kemudian disebarluaskan
kepada masyarakat luas. Diseminasi nilai-nilai tersebut mengandung
makna adanya dialog multiarah-multiaras sejalan dengan sifat
budaya yang selalu dinamis.

Dalam hal pengembangan budaya dan pembangunan karakter


bangsa, UWM telah menerbitkan buku model pendidikan karakter di
perguruan tinggi yang telah diterbitkan pada tahun 2011 dengan
judul Budaya Masuk Kampus. Buku Budaya Masuk Kampus
secara garis besar terdiri atas 3 (tiga) bagian sebagai sebuah
rangkaian yang tidak terpisahkan. Bagian pertama, berisi tentang
latar belakang penyusunan buku dengan memperhatikan seluruh
potensi yang ada di dalam sivitas akademika UWM : modal kultural,
modal intelektual, proses pendidikan, interaksi sosial-intelektual
baik di dalam kampus maupun dengan masyarakat luar, sebagai
sebuah mata rantai proses yang berjalan sepanjang waktu. Bagian
kedua, memuat landasan teori yang melatarbelakangi penyusunan
buku Budaya Masuk Kampus dengan mendasarkan pada apa yang
telah dilakukan oleh sivitas akademika UWM. Bagian ketiga, berisi
tentang rancangan pendidikan karakter yang telah dilakukan di
sivitas akademika UWM berikut indikator sebagai ukuran
keberhasilan serta evaluasi bagi pengembangan pendidikan karakter
di UWM di masa-masa mendatang. Penjelasan tentang hal tersebut
diterangkan dalam tabel di bawah.
Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter di UWM diidentifikasi dari sumber-sumber (anonimous,
2010) :

Pertama, Religius. masyarakat Indonesia adalah masyarakat


beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan
bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya.
Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada nilai-nilai
yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-
nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada
nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.

Kedua, Budaya. Tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang


tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu.
Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna
terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota
masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam
kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai
dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Ketiga, Pancasila. nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila


menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum,
ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan
karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi
warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki
kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupannya sebagai warga negara.

Keempat, Tujuan Pendidikan Nasional. Tujuan pendidikan nasional


memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga
negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pendidikan nasional
adalah sumber yang paling operasional dalam pengembangan
pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Berdasar keempat sumber pendidikan karakter tersebut di atas,
sivitas akademika UWM sampai saat ini terus mengembangkan
pendidikan karakter dengan nilai-nilai pengembangan melalui
seluruh tahapan dan proses belajar-mengajar dengan indikator
keberhasilnanya sebagai berikut :.

Tabel 1. Indikator Keberhasilan Pengembangan Pendidikan


Karakter di Universitas Widya Mataram Yogyakarta.
(Puji Qomariyah, 2011)
Nilai Deskripsi Indikator
Sikap dan •   menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Tuhan
perilaku yang •   berserah diri selalu pada Tuhan
patuh dalam
melaksanakan •   mendoa untuk siapa saja
ajaran agama •   mencintai kebaikan, berusaha menjadi orang yang terbaik
yang dianutnya, •   mencintai semua mahluk Tuhan
Religius toleran terhadap
•   menghargai perbedaan
pelaksanaan
ibadah agama •   menghormati semua manusia
lain, serta hidup •   mengakui keberadaan atau eksistensi orang lain
rukun dengan •   Tidak fanatik yang berlebihan
pemeluk agama
lain. •   menghargai HAM
Perilaku yang •   menepati janji atau menepati kesanggupan
didasarkan pada •   teguh pada kebenaran
upaya
menjadikan •   memiliki rasa takut pada kesalahan atau dosa
Jujur dirinya sebagai •   mampu menentukan pilihan halal atau haram, baik atau buruk
orang yang •   mampu memilih yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan,
selalu dapat meskipun boleh dilakukan
dipercaya dalam •   rela melakukan sesuatu yang benar meski berat
•   berlaku sopan tanpa tendensi
•   tidak berlaku curang
•   tidak menipu, memalsu, merampas, berbohong, memanipulasi
•   tidak membuat fitnah
•   tulus
•   tidak iri hati, tidak congkak
perkataan,
tindakan, dan •   tidak menyuap
pekerjaan. •   tidak menempuh jalan yang diharamkan
•  tanpa pamrih
•  supportif
•   jika tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir saja
Sikap dan •   tidak membanggakan dirinya sendiri
tindakan yang •   mengakui keberadaan orang lain
menghargai
perbedaan •   tidak adigang, adigung, adiguna (tidak membanggakan kekuasaan,
Toleransi agama, suku, keberan dan kepndaiannya)
etnis,pendapat, •   ramah
sikap, dan •   tidak egois
tindakan orang •   sopan santun
•   penuh kasih dan sayang
•   berbuat budi darma hidup
•   memberikan pertolongan pada yang memerlukan
lain yang •   berlaku adil
berbeda dari •   tidak banyak menuntut hak
dirinya
•   rendah hati
Tindakan yang •   melakukan kewajiban dengan senang hati
menunjukkan •   bertanggung jawab atas apa yang dilakukan
perilaku tertib
dan patuh pada •   menghargai waktu (tepat waktu)
berbagai •   melakukan seuatu dengan planning dan tujuan yang jelas
Disiplin ketentuan dan •   jujur
peraturan.
•   mempunyai program hidup yang jelas
•   tidak banyak mengeluh dalam menjalankan pekerjaan
•   konsisten
•   ikhlas menjalankan tugas
Kerja Keras Perilaku yang •   berani berkorban untuk mencapai target
menunjukkan •   selalu belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan (selalu belajar
upaya sungguh- dari pengalaman)
•   tidak pernah putus asa
•   selalu bersemangat
•   selalu berusaha
•   tidak pernah menyerah
sungguh dalam
mengatasi •   menyukai tantangan
berbagai
hambatan
belajar, tugas
Berpikir dan •   selalu ingin tahu (wanting to know)
melakukan •   senang melakukan eksperimen
sesuatu untuk
menghasilkan •   menyukai inovasi baru
cara atau hasil •   ingin menjadi beda dari yang lain
baru dari sesuatu •   senang menerima kritik
yang telah
Kreatif •   tidak takut salah
dimiliki.
•   tidak takut kalah
•   punya harapan besar
•   punya cita-cita
•   punya pandangan hidup yang jelas
•   punya mimpi
•   menghargai seni
•   hidupnya dinamis
•   tidak mudah kecewa
•   menyukai keindahan
•   bersikap optimis
Sikap dan •   kreatif
perilaku yang •   anti plagiasi
tidak mudah
tergantung pada •   menghargai hasil karya orang lain
orang lain dalam •   tidak korup
Mandiri menyelesaikan •   tidak mudah menyerah
tugas-tugas.
•   pekerja keras
•   pemberani
•   lincah
Cara berpikir, •   menghargai hak orang lain
bersikap, dan •   menghormati perbedaan
bertindak yang
Demokratis menilai sama •   menghargai pendapat orang lain
hak dan •   terbuka/ open minded
kewajiban •   tidak memaksakan kehendak
•   siap menerima saran dan kritik
•   siap minta maaf jika salah
•   siap menang dan siap kalah
dirinya dan •   tidak otoriter
orang lain. •   bersikap adil dan diperlakukan adil
•   mengutamakan musyawarah
Sikap dan •   kritis
tindakan yang •   berjiwa problem solver
selalu berupaya
untuk •   selalu bertanya
mengetahui •   tidak cepat puas dengan hasil yang dicapai
Rasa Ingin
lebih mendalam •   sering melakukan penelitian
Tahu
dan meluas dari
•   tidak takut trial and error
sesuatu yang
dipelajari, •   tidak apatis
dilihat, dan •   tidak skeptis
didengar.
Cara berpikir, •   pancasilais: menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan, kemanusian dan
Semangat bertindak, dan keadilan sosial
Kebangsaan berwawasan •   berjiwa right or wrong is my country
yang •   mengikatkan diri pada norma-norma dan ukuran-ukuran yang dibuat
oleh negara: sadar dan rela menjadi wajib pajak.

menempatkan
kepentingan
bangsa dan
negara di atas
Cara berpikir, •   bangga berbahasa Indonesia
bersikap, dan •   mencintai hasil karya anak bangsa, bangga menggunakan produksi
berbuat yang dalam negeri
menunjukkan •   menjaga lingkungan
kesetiaan,
kepedulian, dan •   merawat benda-benda bersejarah
penghargaan •   menghargai keberagaman
Cinta Tanah yang tinggi •   menghormati perjuangan para pahlawan
Air terhadap bahasa,
lingkungan fisik, •   tidak menjual aset bangsa pada investor asing
sosial, budaya, •   lebih mencintai rupiah daripada dolar
ekonomi, dan •   mengenal lingkungan bangsa sendiri
politik bangsa.
•   selalu menggali budaya luhur bangsa
•   bangga menjadi bangsa Indonesia
•   mengabdikan diri pada negara, rela berkorban: memberikan secara
ikhlas harta, benda, waktu, tenaga, pikiran bahkan nyawa demi negara
Sikap dan •   kreatif, inovatif,suka tantangan
tindakan yang •   selalu belajar
mendorong
dirinya untuk •   anti mencontek
menghasilkan •   supportif
Menghargai sesuatu yang •   wanting to know
Prestasi berguna bagi
•   banyak melakukan penelitian dan pengabdian pada masyaraka
masyarakat,
mengakui, dan
menghormati
keberhasilan
orang lain.
Tindakan yang •   ramah
memperlihatkan •   tidak pelit berbagi ilmu
rasa senang
Bersahabat/ berbicara, •   mampu bekerja dengan tim
Komunikatif bergaul, dan •   mampu menjaga perasaan
bekerja sama •   luwes
dengan orang
•   tidak sombong
lain.
Cinta Damai Sikap, •   menghargai perbedaan
perkataan, dan •   anti terorisme
tindakan yang •   anti konflik (destruktif)
menyebabkan
orang lain •   sangat fungsionalis
merasa senang
dan aman atas
kehadiran
dirinya
Kebiasaan •   suka menabung
menyediakan •   mengikuti perkembangan beriita
waktu untuk
membaca •   membiasakan diri menulis
berbagai bacaan •   menghargai hasil karya orang lain
yang •   mengkoleksi buku atau referensi yang lain
Gemar memberikan
•   tidak wasting time untuk yang tidak berguna
Membaca kebajikan bagi
dirinya. •   wawasan luas
•   punya argumentasi yang rasional
•   punya analisis permasalahan yang tajam
•   tidak pernah kehabisan bahasan pembicaraan
•   up to date
Peduli berupaya •   senang bertanam
mencegah •   suka keindahan
kerusakan pada •   membiasakan diri menggunakan produk-produk ramah lingkungan
lingkungan alam
di sekitarnya dan •   mengurangi atau membatasi alat-alat elektronik yang mengandung
mengembangkan CFC
upaya-upaya •   hemat energi
untuk •   membiasakan anak-anak sejak dini untuk membedakan sampah
memperbaiki organik dan an organik
kerusakan alam •   mengurangi penggunaan plastik
yang sudah •   mengurangi penggunaan tissu, kertas atau barang-barang yang
Lingkungan terjadi. menghabiskan sumber daya alam
•   belajar untuk mendaur ulang
•   menggunakan produk-produk yang berlabel eco-labelling
•   memberikan kritik pada negara yang melakukan konspirasi dengan
pebisnis lokal dan investor untuk mengekploitasi SDA dengan tidak arif
•   back to nature
•   bermitra dengan alam
•   memulai dari diri sendiri untuk menjadi pelopor green action:
bersepeda, mengurangi menggunakan kendaraan bermotor, biasakan
jalan kaki dll)
Peduli Sosial Sikap dan •   senang berbagi: bersedekah, berzakat
tindakan yang •   punya sikap simpati dan empati
selalu ingin •   suka menolong
memberi
bantuan pada •   sadar akan hak orang lain
orang lain dan
masyarakat yang
membutuhkan.
Sikap dan •   sadar akan hakikat dirinya sebagai mahkluk individu, sosial dan
perilaku makhluk Tuhan
seseorang untuk •   berani menanggung resiko
melaksanakan •   jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain
tugas dan
kewajibannya, •   bersikap mandiri dan tidak pengecut
yang seharusnya
Tanggungja dia lakukan,
wab terhadap diri
sendiri,
masyarakat,
lingkungan
(alam, sosial dan
budaya), negara
dan Tuhan Yang
Maha Esa.
(Sumber: buku Budaya Masuk Kampus, 2011)
Dalam konteks kampus hijau (green campus), peduli lingkungan
yang menjadi domain pengembangan green campus secara langsung
melekat pada salah satu nilai yang sudah terdapat dalam 18 nilai
budaya yang dikembangkan di sivitas UWM dan diimplementasikan
kedalam layanan akademik, layanan nonakademik, maupun layanan
publik dalam kurikulum pendidikan, riset, maupun pengabdian
kepada masyarakat.

Beberapa riset tentang kepedulian lingkungan yang telah dan masih


terus dilakukan sivitas UWM diantaranya:
1. Penelitian tentang Collaborative Water Governance pada
tahun 2022 bekerja sama dengan Komunitas Banyu
Bening.
2. Memaknai Pemanfaatan Hutan dalam Menjamin
Kelestarian Lingkungan Hidup di Provinsi Papua pada
Tahun 2021.
3. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup Tambang di Gunung Kidul
pada tahun 2020 bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan
Umum, Perumahan, Energi, dan Sumber Daya Mineral
DIY.
4. Studi Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya
Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) Operasi Produksi
Penambangan Bahan Galian Batuan di Gunung Kidul pada
tahun 2019 bekerja sama dengan Dinas Pekerjaan Umum,
Perumahan, Energi, dan Sumber Daya Mineral DIY..
5. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Koridor
Prambanan-Piyungan Pemerintah Kabupaten Sleman pada
tahun 2018.
6. Penataan Kawasan Cagar Alam Geo Tapak Lava Bantal di
Berbah bekerja sama dengan Dinas Pertanahan dan Tata
Ruang Sleman pada tahun 2017.
7. Penyusunan Rencana (Roadmap) Pengelolaan dan
Pengendalian Lingkungan Hidup DIY bekerja sama dengan
Retrasindo Yogyakarta.

Bab VI PENUTUP
Rencana Keberlanjutan Program
Kegiatan pilot project penanganan sampah perkotaan secara mandiri
oleh masyarakat memerlukan sebuah rentangan tangan bersama
antar pemangku kebijakan baik dalam pengembangan maupun
keberlanjutan program tersebut. Hal ini didasarkan pada aktualitas
permasalahan sampah di Kota Yogyakarta yang memerlukan
penanganan mendesak. Selain terbatasnya ruang, pertambahan
penduduk, peningkatan aktivitas masyarakat di atasnya akan
menambah peningkatan volume sampah kota Yogyakarta di masa-
masa datang. Rentangan tangan tersebut diperlukan untuk upaya ke
depan serta kelangsungan dan keberlanjutan program di masa
datang. Tanpa adanya jaminan bagi keberlangsungan
program/kegiatan; sesungguhnya kegiatan yang disusun saat ini
hanyalah tambal sulam atas permasalahan yang ada di masyarakat.

Karenanya, diperlukan program pengelolaan sampah perkotaan


berbasis kemasyarakatan (komunal) yang komprehensif secara
kewilayahan maupun substansi programnya, serta melibatkan
partisipasi aktif dari masyarakat mengingat pada akhirnya
masyarakatlah yang akan merasakan dampak dari program tersebut.

Kegiatan didasarkan pada analisa kebutuhan dari masyarakat,


kelompok masyarakat dan anggotanya (individu dan lembaga) dan
dikombinasikan dengan kondisi riil saat ini dan prediksinya di masa
datang. Kedepannya, ditumbuh-kembangkan forum diskusi antar
anggota, dengan mereka yang ahli di bidangnya, maupun pihak
terkait bagi pengembangan usaha pertanian sebagai upaya up-
grading pada setiap potensi kelompok dan lembaganya serta
menyebarkan ke pihak-pihak lain sebagai upaya transfer ilmu
pengetahuan sehingga tercipta suasana yang kondusif bagi usaha
pertanian di masa datang dengan saling menutupi celah-celah
kekurangan yang ada sehingga terjalin dan tercipta usaha bersama
yang sehat-kompetitif serta kuat secara kelembagaan.
Kepustakaan

Butlin, John. 1989. By World commission on environment and


development. Journal of International Development, 1989,
vol. 1, issue 2, 284-287
Grober, Ulrich. 2007. Deep roots–A conceptual history of
‘sustainable development’. (Nachhaltigkeit). WZB Discuss.
Pap. P 2007-0022007, 1-30.
Mitchell, D. 1995. The End of Public Space? People’s Park,
Definitions of the Public, and Democracy. Annals of the
Association of American Geographers
O'Neill et al., 2017. The roads ahead: Narratives for shared
socioeconomic pathways describing world futures in the 21st
century. Global Environmental Change journal.
Oppenheimer M, Campos M, Warren R et al (2014) Emergent risks
and key vulnerabilities. In: Field CB, Barros VR, Dokken DJ
et al (eds) Climate change 2014: impacts, adaptation, and
vulnerability. Cambridge University Press, Cambridge, pp
1039–109
O’Neill B, Oppenheimer M, Warren R et al (2017) Key risks of
climate change: the IPCC reasons for concern. Nat Clim
Chang 7(1):28–37
Qomariyah, Puji. 2011. Budaya Masuk Kampus. Locus-Yogyakarta.
Rowel, Andrew. 1996. Green Backlash. Global Subversion of the
Environment Movement. Routledge. London.
Rustiadi, Ernan. Et. al. 2019. Naskah Akademik dan Perencanaan
Implementasi Green Campus IPB 2019-2023 (tidak
dipublikasikan). IPB press. Bogor.
UI GreenMetric. http://greenmetric.ui.ac.id/

Aditjondro, George Junus. Pola-Pola GerakaLingkungan: Refleksi


Untuk Menyelamatkan Lingkungan dari Ekspansi Modal” .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003.
DLH. Dinas Lingkungan Hidup. Oktober 1, 2019.
https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/penger
tian-dan-pengelolaan-sampah-organik-dan-anorganik-13.
—. Kabupaten Buleleng. Oktober 1, 2019.
https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/penger
tian-dan-pengelolaan-sampah-organik-dan-anorganik-13
(accessed Oktober 28, 2022).
—. Kabupaten Kulon Progo. Januari 26, 2021.
https://dlh.kulonprogokab.go.id/detil/572/perubahan-
paradigma-pengelolaan-sampah-di-kabupaten-kulon-progo
(accessed Oktober 28, 2022).
DLKH. "dlhk pro.banten." Pengelolaan Limbah Anorganik. tt tt, tt.
https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/Pengelolaan_Li
mbah_Anorganik.pdf.
Kemenkeu. Kementerian Keuangan RI. Meret 1, 2013.
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/berita/baca/54/Dukung-
Go-Green-dengan-Hemat-Penggunaan-
Kertas.html#:~:text=%E2%80%9CApabila%20dapat
%20mengolah%20ulang
%201,www.goinggreentoday.com).
KLHK. Siaran Pers: Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutana. Maret 21, 2018.
http://ppid.menlhk.go.id/siaran_pers/browse/1127.
Kreator: Febriani, Irda Ayu. Kompasiana.com. Oktober 31, 2022.
https://www.kompasiana.com/irdaayufebriani/635f7162daf
0bc258a647c62/pemanfaatan-sampah-styrofoam-untuk-
pembuatan-lem-dalam-upaya-mengurangi-limbah-
styrofoam-di-lingkungan-kos?page=all&page_images=2.
Mardikanto, Toto. Konsep-Konsep : Pemberdaya. Surakarta.: UPT
UNS., 2011.
Paharizal. "Penanggulangan Sampah perkotaan Secara Kolaboratif."
Jurnal Populika UWMY, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik II (2016): 59-69.
unknown. http://purwanthiefendi-facil14-smile.blogspot.com.
Novemver 25, 2012. http://purwanthiefendi-facil14-
smile.blogspot.com/2012_11_01_archive.html.
Zaman, Uz, Atiq , and Steffen Lehmann. "What is the ‘Zero Waste
City’ Concept?”. Zero Waste SA Research Centre for
Sustainable Design and Behaviour (sd+b)." School of Art,
Architecture and Design, University of South Australia
(UniSA),, tt:
http://w3.unisa.edu.au/artarchitecturedesign/zerowastesares
earchcentre/docs/zwc%20concept.pdf.
LAMPIRAN

Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Bulan
No Uraian Kegiatan
7 8 9 10 11
1 Persiapan :
- perizinan
- pembekalan tim PPM
2 Pelaksanaan Kegiatan :
o Kunjungan ke TPA
o Studi Banding ke bank sampah
o Pemetaan masalah di lokasi
Penelitian
o Penyadaran/Kampanye
o Pelatihan 4 R : Recycle pembuatan
karya seni lukis
o Pelatihan 4 R : Recycle pembuatan
bunga hias
o Pelatihan 4 R : pembuatan kompos
3 Monitoring-evaluasi :
- Diskusi dan konsultasi internal
- Monitoring-evaluasi
4 Laporan Kemajuan
Laporan Akhir
Anggaran

Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini direncanakan selama


1 (satu) tahun. Urgensi biaya penelitian meliputi
1. Operasional kegiatan PPM data terdiri atas
• Bahan habis pakai meliputi : alat tulis kantor, survey
kit/kuesioner, pelatihan & pembekalan kegiatan
pendampingan, serta alat & bahan untuk kegiatan PPM
Mahasiswa
• Dokumentasi kegiatan : foto copy, cuci-cetak foto selama
kegiatan
• Penelusuran pustaka, data pendukung, dll selama kegiatan
penelitian

2. Pembekalan
• Penyamaan persepsi
• Penjelasan tentang tupoksi anggota yang terlibat dalam
penelitian

3. Penyadaran
• Membangun kesadaran tentang bahaya sampah
• Potensi nilai ekonomi dan nilai seni sampah

4. Penyusunan laporan terdiri atas :


• Monitoring-evaluasi hasil kegiatan PPM
• Penyusunan laporan tiap tahun

5. Pelatihan :
• Tranformasi skill pengolhan smpah organic
• Trasformasi skil pengolahan sampah non organik

Anda mungkin juga menyukai