Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH PENGELOLAAN SAMPAH

Penanganan Sampah Mandiri Berbasis Masyarakat

DISUSUN OLEH :

RIRI SEPTIARA
201110073

2B D3 SANITASI

Dosen Pembimbing:
Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si

Mukhlis, MT

PRODI D3 SANITASI JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengelolaan sampah di kota-kota di Indonesia sampai saat ini belum
mencapai hasil yang optimal. Berbagai kendala masih dihadapi dalam
melaksanakan pengelolaan sampah tersebut baik kendala ekonomi, sosial budaya
maupun penerapan teknologi (Nuryani, 2003). Permasalahan pengelolaan
persampahan menjadi sangat serius di perkotaan akibat kompleksnya
permasalahan yang dihadapi dan kepadatan penduduk yang tinggi, sehingga
pengelolaan persampahan sering diprioritaskan penanganannya di daerah
perkotaan.
Permasalahan dalam pengelolaan sampah yang sering terjadi antara lain
perilaku dan pola hidup masyarakat masih cenderung mengarah pada peningkatan
laju timbulan sampah yang sangat membebani pengelola kebersihan, keterbatasan
sumber daya, anggaran, kendaraan personil sehingga pengelola kebersihan belum
mampu melayani seluruh sampah yang dihasilkan.
Pengelolaan sampah berbasis masyarakat merupakan pengelolaan sampah
yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. Masyarakat dilibatkan pada
pengelolaan sampah dengan tujuan agar mayarakat menyadari bahwa
permasalahan sampah merupakan tanggung jawab seluruh lapisan masyarakat
(Cecep Dani Sucipto, 2012).

Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merintis pengelolaan


sampah mandiri berbasis masyarakat yaitu:

1. Sosialisasikan gagasan kepada masyarakat dan tokoh Sosialisai ini dilakukan


oleh penggagas terbentuknya pengelolaan berbasis masyarakat kepada
sebagian kcil masyarakat yang bersedia untuk ikut andil dalam pengelolaan
sampah dan tokoh masyarakat misalnya kepala dusun, ketua RT maupun
ketua RW.
2. Bentuk tim pengelola sampah Tim pengelola sampah ini dapat terdiri dari
pelindung biasanya oleh kepala dusun, ketua RT atau ketua RW. Ketua
pelaksana biasanya dipegang oleh penggagas, sekretaris, bendahara, seksi
penerimaan sampah, seksi pemilahan, seksi humas dan seksi-seksi lain yang
diperlukan sesuai kesepakatan bersama.
3. Mencari pihak yang bersedia membeli sampah (pengepul sampah) Pihak-
pihak yang bersedia membeli sampah adalah orang-orang yang
mengumpulkan barang-barang rongsokan berupa sampah-sampah yang dapat
didaur ulang.
4. Sosialisasi dengan seluruh masyarakat Jika tim telah terbentuk dan terdapat
kesepakatan bersama bahwa akan dilaksanakan program pengelolaan sampah
mandiri maka dilakukan sosialisasi dengan seluruh masyarakat. Masyarakat
diberi informasi tentang keuntungan ikut serta dalam pengelolaan sampah
mandiri, peranan masyarakat dan manfaatnya terhadap lingkungan.
5. Menyiapkan fasilitias yang diperlukan bersama-sama Fasilitas yang
diperlukan dalam pelaksanaan pengelolaan sampah mandiri ini adalah tempat
sebagai pengepul sampah sebelum diambil oleh pembeli sampah. Tempat ini
dilengkapi dengan timbangan, buku administrasi, kantongkantong untuk
pemilahan sampah.
6. Lakukan monitoring dan eveluasi Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan
sebulan sekali melalui rapat anggota pemasok sampah meliputi jenis sampah
yang dipasok, sistem bagi hasil antara pengelola dan pemasok sampah dan
lain-lain. Monitoring dan evaluasi dilakukan oleh penanggung jawab
pelaksana.
7. Laporkan hasil-hasil program kepada komunitas Hasil-hasil pelaksanaan
program pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat dilakukan sebulan
sekali kepada seluruh warga yang terlibat dalam program ini. Pelaporan hasil
dilakukan dengan transparan tanpa ada pihakpihak yang dirugikan.
8. Kerjasama dan minta dukungan dengan pihak lain Kerjasama yang dilakukan
dalam program pengelolaan sampah mandiri ini antara lain pengepul sampah
skala besar, toko-toko yang bersedia untuk konsinyasi barang-barang yang
dibuat dari daur ulang sampah, toko-toko pertanian yang bersedia menjualkan
kompos hasil pengelolaan sampah mandiri tersebut. Dukungan yang dapat
diperoleh pada pelaksanaan program ini adalah dukungan dari pemerinyah
setemoat misalnya tingkat kabupaten yang turut serta menggalakkan program
ini dan menyediakan dana untuk pengembangan program ini.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana penerapan pengelolaan sampah mandiri berbasis masyarakat ?

1.3 Tujuan Penulisan

Dapat mengetahui penerapan dan proses dalam pengelolaan sampah


mandiri berbasis masyarakat.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Yogyakarta

A. Pembuatan panel RISHA dari sampah plastik

Sampah menjadi salah satu permasalahan di perkotaan. Permasalahan


sampah datang dari pola konsumtif masyarakat, terutama bila kita melihat
Yogyakarta sebagai destinasi pariwisata bagi wisatawan domestik maupun
mancanegara. Yogyakarta sendiri dapat memproduksi sebanyak 900 ton sampah
per harinya. Sekitar 20-40% sampah organik berhasil terpilah, sementara sisanya
ditampung ke TPA Sitimulyo, Piyungan, Kabupaten Bantul. Yang berarti, ada
sekitar 540-720 ton tambahan sampah per hari yang minim mendapat tindakan.

Menghadapi masalah ini, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul


mencoba berinovasi dengan mengolah sampah plastik menjadi barang bernilai
guna, yaitu material struktur bangunan RISHA. RISHA (Rumah Instan Sederhana
Sehat) merupakan sistem konstruksi yang bersifat sederhana, umumnya
menggunakan semen atau beton. Seperti permainan LEGO, cara pemasangannya
menggunakan sistem bongkar-pasang (lockdown) dari komponen-komponen
modular yang dibuat secara fabrikasi. Pada umumnya, RISHA menggunakan
semen atau beton sebagai materialnya. Bedanya, Pemerintah Kabupaten Bantul
mampu berinovasi dengan memanfaatkan sisa limbah plastik sebagai
materialnya.

Dwi Wantoro, ST. MT., selaku Kepala Seksi Persampahan DLH


Kabupaten Bantul, merupakan inisiator dari inovasi ini. Beliau menyadari
sulitnya mengurai sampah plastik, karena sifatnya yang anorganik. Pengolahan
sampah plastik menjadi kerajinan tangan pun belum dapat mengurangi jumlah
sampah di tempat pembuangan akhir. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi lain
yang bisa membantu untuk mengurangi volume sampah terutama plastik, serta
menghasilkan suatu barang yang bisa digunakan secara masal.

Bahan yang diperlukan dalam pembuatan panel RISHA dari sampah


rumah tangga adalah :

a. tungku/kuali
b. sampah plastik
c. mesin pencetak bangunan

Proses pembuatan panel RISHA pun terbilang mudah dan terkategori


sebagai ramah lingkungan. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Mengumpulkan sampah-sampah plastik

Mengapa sampah plastik yang dipilih, karena sampah plastik sulit


terurai dengan tanah dan lebih mudah larut saat dibakar.

2) Sampah-sampah plastik yang telah dikumpulkan dibakar ke dalam kuali


sampai larut menjadi bubur

3) Setelah menjadi bubur sampah, dicetak ke dalam mesin cetakan material


bangunan,

4) Panel RISHA siap digunakan


Setelah ditunggu beberapa hari sampai padat, akhirnya terbentuk Panel
RISHA dari limbah plastik.

Dalam pelaksanaannya, masih ada beberapa kendala yang dialami


dari segi teknik pembuatan dan sumber daya. Penggunaan alat yang masih
tradisional, seperti kuali, belum bisa mengatur panas secara optimal
sehingga belum selalu mampu menghasilkan cetakan panel yang rapi. Dari
segi sumber daya, belum banyak orang yang mengetahui teknik ini,
sehingga butuh banyak percobaan dan masukan dari para ahli supaya
produk dapat tepat guna. Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus untuk
pengembangan selanjutnya.

Ir. Wahid, selaku Kepala Bidang Persampahan Pengelolaan


Limbah dan Pengembangan Kapasitas B3, mengatakan masih butuh riset
lebih lanjut untuk menghitung seberapa banyak sampah plastik yang telah
tertampung, sehingga dapat dirancang teknologi yang tepat. Kemudian
perlu dipikirkan pula bagaimana pemanfaatannya di masa depan, supaya
bisa digunakan secara komprehensif dan tepat guna. Misalnya, selain
digunakan sebagai bahan bangunan, olahan limbah plastik ini juga dapat
dimanfaatkan sebagai material aspal.

Modular RISHA berbahan plastik merupakan wujud penerapan 3R,


yaitu mengurangi penggunaan plastik, mendaur ulang, dan meningkatkan
nilai ekonomi, Tidak hanya ramah lingkungan, dan harga terjangkau,
modular ini pun kuat dan aman bencana. RISHA berbahan plastik
diperkirakan mampu menahan beban seperti rumah pada umumnya, serta
tahan gempa hingga 8,5 SR.

Pemerintah Kabupaten Bantul mengharapkan lebih banyak lagi


kajian dan proses percobaan yang dilakukan, supaya struktur RISHA dapat
digunakan untuk struktur bangunan rumah yang layak huni, sehat, kuat,
dan aman. Hal ini penting, supaya masyarakat tidak lagi memandang
sampah sebagai permasalahan klasik, namun sebagai solusi bagi
pembangunan di masa depan. Perlu juga kerjasama dengan pihak swasta
dan individu untuk mengembangkan modular RISHA berbahan plastik ini.

Selain melalui RISHA, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten


Bantul juga berinovasi membangun rumah pilah sampah di 17 kecamatan
yang tersebar di seluruh kabupaten. Ditargetkan terbangun tahun ini,
rumah pilah ini nantinya akan menjadi sarana pemilahan sampah organik
dan anorganik sesuai jenisnya. Terobosan-terobosan tersebut bertujuan
untuk menyukseskan program Pemerintah Kabupaten Bantul bebas
sampah di tahun 2019, serta mewujudkan lingkungan yang sehat, bersih
dan aman bagi masyarakat Bantul dan sekitarnya.

Beberapa kelebihan dan keuntungan yang dapat diperoleh dari


rumah yang berbahan dasar panel RISHA antara lain :

1. Aspek Kelebihan
Aspek kekuatan merupakan faktor-faktor yang dianggap sebagai kekuatan
atau“nilai lebih” bagi RISHA yang dapat menunjang pengembangan RISHA di
lingkungan masyarakat desa Wonolelo. Berikut faktor-faktor kekuatan atau nilai
lebih yang dapat dikumpulkan.
a. Mutu material terukur
RISHA merupakan rumah tahan gempa dengan sistem knock-down
seperti lego dimana terdapat 3 jenis panel yang digabungkan dengan baut.
Panel-panel ini berfungsi sebagai struktur bagi RISHA. Panel-Panel-panel
ini dibuat secara fabrikasi. Secara otomatis, mutu material struktur RISHA
sangat terjaga dan terukur karena dibuat berdasarkan standar yang sudah
ditentukan dan sudah teruji di laboratorium sebelum diaplikasikan kepada
masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber pakar,
mereka menyetujui bahwa mutu material struktur RISHA jauh lebih
terukur dibandingkan rumah konvensional pada umumnya. Karena dalam
pengaplikasian rumah dengan metode konvensional biasanya banyak
sekali masyarakat yang tidak mengikuti standar teknis rumah tahan gempa
seperti seharusnya.
b. Waktu pengerjaan yang cepat
Menurut ahli kebencanaan, pembangunan RISHA untuk rumah tipe
36 dilakukan selama 3x24 jam oleh ahlinya. Selanjutnya itu dilanjutkan
oleh warga. Data ini merupakan hasil pengamatan langsung di Desa
Wonolelo. Dari pernyataan ini diketahui bahwa pembangunan RISHA
jauh lebih cepat daripada rumah konvensional pada umumnya.
c. Tenaga kerja yang sedikit
Jumlah tenaga kerja untuk merakit panel-panel RISHA ini cukup 3
orang saja, dengan waktu yang singkat dan jumlah tenaga yang lebih
sedikit, maka teknologi ini merupakan teknologi yang mendorong
peningkatan produktivitas kerja. Berdasarkan data yang didapatkan dengan
penyebaran kuesioner, ±70% responden menyetujui bahwa RISHA hanya
perlu menggunakan tenaga kerja yang sedikit. Banyak yang berkata bahwa
mereka melihat langsung ketika rumah RISHA itu dibangun pada tahun
2016/2017.
d. Ramah lingkungan
Dari sisi konsumsi bahan bangunan teknologi ini hanya
mengkonsumsi sekitar 60% bahan bangunan dibandingkan dengan
teknologi konvensional, sehingga teknologi ini lebih ramah lingkungan
(hemat sumber daya alam, hemat energi, hemat pemeliharaan, hemat
waktu). Menurut data yang didapatkan juga masyarakat sangat setuju
dengan hal ini. Banyak juga masyarakat yang menjadikan hal ini sebagai
alasan mereka memilih RISHA.
2. Aspek Kelemahan
Aspek kelemahan merupakan faktor-faktor yang dianggap sebagai
kelemahan bagi RISHA yang dapat mengurangi minat masyarakat terhadap
RISHA terutama masyarakat di desa Wonolelo. Berikut adalah faktor-faktor
kelemahan dari RISHA.
a. Material sulit didapatkan
Pusat pabrikasi RISHA berada di Pusat LITBANG Perumahan dan
Permukiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementrian PUPR
tepatnya berada di Jl. Panyawungan, Cileunyi Wetan, Kabupaten
Bandung.
Menurut data yang didapatkan di lapangan, banyak sekali
masyarakat yang mengatakan bahwa mereka lebih memilih rumah
tembokan biasa karena bahannya tersedia secara lokal dalam jumlah yang
cukup, dan tinggal dikerjakan. Banyak masyarakat yang tidak ingin
menunggu bahan walaupun sebenarnya waktu pembangunan RISHA jauh
lebih cepat.
b. Perlu pendamping tenaga ahli khusus pada saat pembangunan
Berdasarkan data yang saya dapatkan, setiap ada pembangunan
RISHA di wilayah mana saja, maka a kan dikirimkan tenaga ahli
khusus yang memasangkan struktur bangunan atau panel-panel nya.
Selebihnya dilanjutkan oleh masyarakat lokal secara swadaya. Hal ini di
setujui oleh salah satu narasumber pakar. Seperti saat pembangunan
relokasi RISHA di Palu, yang memasangkan struktur bangunan adalah
tenaga ahli khusus dari pusat, untuk pembangunan selanjutnya dilanjutkan
oleh masyarakat secara swadaya.
c. Kurangnya keluwesan desain
Karena komponennya mengacu pada ukuran modular, maka
ukuran denah sangat kaku, dimana ukuran tersebut mengacu pada ukuran
kelipatan 3 meter dan 1,5 meter, sehingga bila memiliki lahan dengan
ukuran di luar modul tersebut akan lebih rumit. Banyak masyarakat yang
mengatakan RISHA kurang nyaman untuk dihuni. Hal ini mereka katakan
berdasarkan pengetahuan mereka secara fisik dari bangunan RISHA itu
sendiri. Menurut salah satu narasumber salah satu warga penerima relokasi
RISHA mengatakan bahwa ia merasakan bahwa RISHA kurang tinggi
sehingga kesannya sirkulasi udara di dalam rumah kurang bagus.
Seandainya diminta memilih, tiga warga pemilik rumah RISHA
mengatakan bahwa mereka lebih memilih rumah biasa yang konvensional.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan adanya metode mendaur ulang sampah plastik menjadi panel
RISHA tersebut dapat mengurangi pencemaran akibat pengelolaan sampah yang
kurang baik dari masyarkat. Selain itu, manfaat yang didapat dari pengelolaan
sampah mandiri berbasis masyarakat ini tidak hanya dari segi pengelolaan sampah
nya, tetapi juga dapat meningkatkan kreatifitas masyarakat serta menambah nilai
ekonomi. Dimana, kelebihan panel RISHA ini selain ringan juga dapat sebagai
penahan gempa.
3.2 Saran
Semoga dengan adanya metode atau teknologi pengelolaan sampah secara
mandiri ini masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.caritra.org/2018/02/09/inovasi-pemkab-bantul-mengubah-sampah-
plastik-menjadi-rumah-instan-sederhana-sehat/

https://media.neliti.com/media/publications/234976-pemanfaatan-limbah-rumah-
tangga-sampah-a-533e820b.pdf

https://e-journal.uajy.ac.id/23268/1/1601165121.pdf

Anda mungkin juga menyukai