Anda di halaman 1dari 3

Nama: Novita Intan Purwitasari Haryono

NIM: 2005490
Kelas: SIK A / 2020

PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH DI WILAYAH PESISIR DARI HULU


HINGGA HILIR SUNGAI

1. LATAR BELAKANG
Sampah merupakan masalah umum yang hingga kini dihadapi oleh seluruh dunia
khususnya Indonesia. Khususnya di Indonesia sebagai negara berkembang, permasalahan
sampah menjadi masalah yang harus mendapat perhatian lebih seiring laju pertumbuhan
penduduk yang terus meningkat. Tingkat pertumbuhan penduduk sangat berpengaruh pada
volume sampah yang merupakan hasil aktifitas penduduk. Besarnya sampah yang dihasilkan
dalam suatu daerah tertentu sebanding dengan jumlah penduduk, jenis aktifitas yang
beragam, dan tingkat konsumsi penduduk tersebut terhadap barang material.
World Health Organization (WHO) mendefinisikan sampah sebagai sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari
kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Sedangkan definisi sampah menurut
Undang- undang Republik Indonesia No. 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, adalah
sisa kegiatan sehari-hari manusia dan atau proses alam yang berbentuk padat. Berdasarkan
definisi tersebut terlihat bahwa setiap aktivitas manusia akan menghasilkan sisa kegiatan
yang disebut sampah (Susilowati, 2014). Masyarakat menganggap sampah sebagai benda
yang tidak bernilai ekonomis sehingga tidak diinginkan lagi (Subekti, 2018)
Sampah yang tidak dikelola dengan baik akan berdampak buruk terhadap lingkungan
dan kesehatan masyarakat sekitarnya (Riswan et al., 2011). Sumber limbah sampah ini rata-
rata dibuang ke hulu sampai hilir sungai. Sampah - sampah tersebut umumnya berasal dari
kegiatan pariwisata dimana pengunjung membuang sampah sembarangan baik berupa botol
minuman maupun kotak-kotak plastik makanan. Disamping itu juga sampah kiriman dari
Kota yang terbawa arus dan sampah dari sarana wisata baik di wilayah pesisir yaitu
pembuangan limbah rumah rangga dari cottage, hotel, home stay bahkan dari rumah- rumah
penduduk. Semuanya bermuara ke laut antara lain berupa deterjen dan limbah lainnya.

2. PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH


2.1 Aspek Teknik Operasional
Teknik operasional pengelolaan sampah merupakan serangkaian proses pembuangan
sampah dimulai dari pembuangan sampah oleh individu sampai pengangkutan sampah oleh
pihak pengelola sampah. Hal yang dapat dilakukan dalam aspek teknik operasional ini
diantaranya:
1. Pewadahan
Pewadahan sampah dapat dilakukan secara individual. Oleh karena itu pengadaan wadah
sampah yang disediakan secara pribadi haruslah mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Jumlah wadah sampah yang digunakan 3 buah per rumah agar sampah yang
dihasilkan dapat diolah secara maksimal.
b. Jenis atau bahan wadah sampah organik dan an-organik berupa tong sampah
berpenutup.
c. Menempatkan wadah sampah organik dan an-organik di bagian halaman depan
rumah.
2. Pengumpulan
Pola pengumpulan dapat dilakukan secara komunal dimana sampah yang dihasilkan
dikumpulkan langsung di TPS kemudian diangkut ke TPA. Pola pengumpulan ini sesuai
dengan kondisi masing-masing di lapangan dimana kemampuan pengendalian personil
dan alat pengumpul perlu dikondisikan.
3. Pemindahan dan Pengangkutan
Saran yang diberikan bahwasannya yang terjadi di lapangan sangat dibutuhkan adanya
kerjasama petugas pengelola sampah untuk meningkatkan kinerja pengangkutan sampah
menjadi satu hari sekali agar sampah yang dikumpulkan tidak menganggu aktifitas
warga.
2.2 Aspek Organisasi Mayarakat
Melibatkan masyarakat dalam pengelolaan sampah juga sangat penting, salah satunya
dengan membentuk satu organisasi masyarakat yang menangani kegiatan pengelolaan
sampah. karena berdasarkan undang-undang no 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,
menyebutkan setiap orang berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan,
penyelengaraan, dan pengawasan dibidang pengelolaan sampah.
2.3 Aspek Pembiayaan
Pengelolaan sampah juga tidak terlepas dari aspek pembiayaan. Pembiayaan ini terkait
dengan penyelenggaraan pengelolaan sampah dan kebersihan. Faktanya masih banyak
masyarakat yang masih belum paham betul tentang retribusi pembiayaan pengelolaan
sampah dan kebersihan. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi oleh pemerintah daerah
mengenai perda yang mengatur tentang pengelolaan persampahan dan retribusi pelayanan
kebersihan sehingga masyarakat lebih paham mengenai peraturan tersebut.
2.4 Aspek Hukum dan Peraturan
Aspek hukum dan peraturan sesuai dengan Perda tentang pengelolaan sampah dan
retribusi pelayanan kebersihan belum terlaksana sebagaimana mestinya, hal ini dikarenakan
masyarakat kurang mengetahui tentang hukum dan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu
penting untuk membekali masyarakat lewat sosialisasi peraturan pengelolaan sampah, serta
penting dilakukan penegakan hukum lewat pemberlakuan sanksi bagi setiap pelanggarnya.
Hal ini untuk menjamin terlaksananya hukum dan peraturan di permukiman pesisir.
2.5 Aspek Edukasi
Memberikan edukasi berupa sosialisasi pada masyarakat bagaimana cara pengelolaan
sampah. Bentuk edukasi ini bisa melalui penyelenggaraan kegiatan bakti masyarakat bersih
sampah pesisir dan dapat juga melalui media interaktif. Sasaran dari edukasi ini adalah
masyarakat pesisir khususnya remaja yang nantinya akan meneruskan pengelolaan pesisir di
masa yang akan datang.

3. SARAN BERUPA TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN


SAMPAH
Saran lainnya yang diberikan oleh penulis adalah dengan membangun inovasi
pengelolaan sampah yang memanfaatkan teknologi informasi, contohnya adalah dengan
mengembangkan aplikasi bank sampah. Aplikasi ini dapat digunakan masyarakat untuk
mengelola sampah berdasarkan jenisnya. Sampah yang mereka kumpulkan kemudian di
kumpulkan pada pihak yang bertugas untuk mencatat bank sampah. Hasil catatan tersebut di
inputkan kedalam aplikasi, kemudian masyarakat akan mendapatkan sejumlah uang
berdasarkan banyaknya sampah yang dikumpulkan. Semua riwayat pencatatan pengumpulan
sampah akan terlihat pada aplikasi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai