Anda di halaman 1dari 5

NAMA : SAMSUL ARIFIN

SEMESTER : III (TIGA)

PRODI : SOSIOLOGI

MATKUL : SOSIOLOGI PERKOTAAN

MASALAH SAMPAH PADA MASYARAKAT URBAN

Sampah merupakan sala satu yang mengancam pembangunan ekonomi. Aktivitas-


aktivitas ekonomi berlangsung di lingkungan alam dan oleh karenanya alam memiliki
sumbangsih yang tidak kecil. Oleh karena itu, sampah tidak saja mempengaruhi lingkungan,
akan tetapi sampah juga mempengaruhi perekonomian. Contoh pada tataran global tentang
saling ketergantungan antara lingkungan dengan ekonomi serta proses lingkungan yang
dipengaruhi oleh aktivitas-aktivitas ekonomi adalah masalah perubahan iklim.

Pemilahan sampah pada masyarakat akan sia sia jika tidak diimbangi dengan
pengangkutan sampah yang terpisah pula, sehingga sampah yang masuk ke tempat
pembuangan akhir akan terpilah dan lebih mudah dikelola, lalu masalahnya adalah
bagaimana cara pengangkutan sampah yang terpisah dengan kondisi keterbatasan sarana
transportasi maka alternative yang dapat diambil adalah sebagaimana pemisahan
dimasyarakat maka untuk transportasi dapat dilakukan penjadwalan pengangkutan sampah
berdasar jenisnya, atau dilakukan penambahan armada sehingga setiap hari semua jenis
sampah akan terangkut.1

Sampah yang merupakan masalah kultural karena dampaknya berpengaruh pada


berbagai sisi kehidupan terutama di kota-kota besar seperti yang terjadi di Daerah DKI
Jakarta. Buruknya penanganan sampah memberikan dampak pada lingkungan, sehingga
menyebabkan munculnya berbagai permasalahan mulai dari masalah kesehatan hingga
bencana banjir. Produksi sampah di DKI Jakarta terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun
2010 rata-rata produksi sampah di 5 (lima) wilayah DKI Jakarta mencapai 6.139 ton per hari
atau 2,4 juta ton per tahun (Bappeda DKI Jakarta, 2013), dan di tahun 2014, produksi sampah
kembali mengalami peningkatan sebesar 30% menjadi 8.000 ton per hari Besarnya volume

1
Wawancara dengan pak sakim selaku dinas kebersihan kel kalideres. Bagian pengangkutan,
sampah ini disebabkan oleh banyaknya jumlah penduduk yang tinggal di DKI Jakarta. Bahwa
kenaikan jumlah penduduk dan pendapatan akan menimbulkan pola hidup konsumtif,
sehingga dapat berimbas pada meningkatnya limbah yang dihasilkan. Permasalahan sampah
di DKI Jakarta yang semakin kompleks ini tidak hanya disebabkan oleh meningkatnya
jumlah penduduk saja, namun juga dipengaruhi oleh faktor lain di antaranya seperti
beranekaragamnya kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat kota, rendahnya keseriusan
pemerintah maupun masyarakat dalam mengelola dan menangani permasalahan sampah,
serta tidak sesuainya konsep pengelolaan sampah yang diterapkan pada suatu wilayah
tertentu. Pengelolaan sampah di DKI Jakarta sebagian besar tidak dikelola secara
berkelanjutan, hal ini disebabkan tempat pembuangan akhir TPA Bantargebang di Bekasi
sebagai TPA sampah DKI Jakarta masih dalam kondisi yang memprihatinkan dan sampah
menumpuk secara terbuka. Kondisi yang memprihatinkan tersebut konon disebabkan adanya
perebutan pengelolaan sampah oleh banyak pihak yang berkepentingan sehingga
menimbulkan konflik berkepanjangan

Padahal jika mengacu pada peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang No.


18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 3 Tahun
2013 tentang Pengelolaan Sampah, pemerintah daerah memiliki tugas untuk memfasilitasi,
mengembangkan, dan melaksanakan upaya pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan
sampah dengan menyediakan prasarana dan sarana pengelolaan sampah2. Amanat undang-
undang ini belum terealisasikan. Perda No.3 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah yang
secara jelas mengulas dan mengarahkan bahwa seluruh komponen di Pasal UU.18 Tahun
2008 Tentang Pengelolaan Sampah telah dijabarkan dengan nyata dalam perda tersebut. Tapi
nyatanya. Kebanyakan kegiatan Dinas Kebersihan Jakarta hanya sebatas mengikuti model
Bank Sampah konvensional kelola sampah anorganik bukan sampah organik, itupun dalam
data pantauan Bank Sampah yang ada umumnya dibentuk oleh kelompok masyarakat secara
mandiri.3

Sampah yang dihasilkan turut mempengaruhi tingginya biaya. Jika ditilik dari
perspektif lingkungan, sampah merupakan materi mahal karena dapat menimbulkan dampak
lingkungan pada tingkat lokal, regional maupun global. Dari sudut pandang ekonomi, sampah
merupakan nilai benda yang telah hilang, yang memiliki efek negatif terhadap umat manusia
22
undang-undang no.18 2008 dan perarturan daerah
DKI Jakarta no.3 tahun 2013
3
Wawancara dengan pak sakim selaku dinas kebersihan kec kalideres. Bagian pengangkutan,
dan dibutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk pengolahan maupun dalam penimbunannya
dalam jangka panjang. Sampah juga merupakan masalah bagi generasi mendatang, karena
adanya efek tunda dan biaya jangka panjang, sampah akan selalu menjadi ancaman serius
bagi pola kehidupan kita.

Pendanaan yang menjadi salah satu kendala dalam menjalankan suatu model
Kebijakan yang ideal untuk Pengelolaan sampah karena sebagaiman yang diketahui bahwa
pendanaan untuk Pengelolaan sampah rata-rata secara nasional hanya mampu menutup 35%
kebutuhan dana keseluruhan maka dapat diambil alternative untuk keterlibatan swasta atau
asing dalam pengelolaannya sehingga terkelola dengan professional dan dapat memberikan
pemasukan pada kas daerah atau ketiga daerah akan menanamkan modal bersama untuk
berbagi keuntungan dalam Pengelolaan sampah Terpadu ini.4

Bahwasannya pemerintah DKI Jakarta melakukan kerjasama atau bermitra dalam


pengelolaan sampah dengan kota Bekasi yang disampaikan oleh masing masing dinas yang
berhubungan dengan penanganan sampah yang antara lain dinas kebersihan dan pertamanan
kota bekasih, dinas cipta karya dan tata ruang pemrov DKI Jakarta dan dinas cipta karya dan
tata ruang kota bekasih. Bahwa dari hasil pengamatan yang diperoleh, satu model kebijakan
pengelolaan sampah terpadu yang terdiri atas model pengelolaaan sampah pada masyarakat
dimana sebagai tempat timbulnya sampah maka agar sampah dapat dikelola dengan baik
yang pertama harus diatur adalah bagaimana pemilahan sampah pada tempat timbulnya
sampah, pada tahap ini pula dilakukan suatu pengurangan sampah dengan memberdayakan
masyarakat yang mampu mengelola sendiri sampahnya sehingga dapat dikatakan kunci
keberhasilan ada pada pemilahan sampah pada masyarakat, selanjutnya adalah model
tramsportasi pengelolaan sampah dalam pelaksanaan transportasi maka sampah yang telah
dipilah pada masyarakat harus diangkut secara terpilah pula agar mudah untuk penangannnya
maka diaturlah transportasi sampah yang aman sesuai dengan tujuan dibuatnya model ini
yaitu transportasi sampah yang dilakukan secara tertutup dan dipisahkan atara sampah
organik dan sampah annorganik, yang terakhir adalah model pengelolaan TPA dimana dalam
model ini kebijakan pengelolaan TPA adalah digunakan sistem daur ulang untuk sampah
anorganik dan pemanfaatan sampah kebijakan yang dibuat untuk TPA Bandar gebang
setidaknya memuat ketentuan tentang pemanfatan sampah organik dan pendaur ulangan
sampah anorganik, yang lebih penting adalah penanganan residu sampah yang harus
dilakukan dengan baik. Pengaturan mengenai pengelolaan sampah juga diperlukan adanya
4
Wawancara dengan pak udin selaku kordinator dinas kebersihan kec.kalideres
kepastian hukum, kejelasan tanggung jawab baik bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah
dan masyarakat dan dunia usaha sehingga pengelolaan sampah dapat berjalan secara
profesional, efektif dan efisien. Diundangkannya UU Pengelolaan Sampah sebagaimana yang
tertulis dalam UU No. 18 Tahun 2008 dan Perda DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Pengelolaan Sampah menjadi landasan bagi pemerintah baik didaerah dan di pusat dalam
mengambil kebijakan pengelolaan sampah yang benar dan efektif.

Pengelolaan Sampah di Kota Jakarta sudah dijalankan namun belum maksimal karena
masih terjadi masalah pada kriteria evaluasi seperti efektivitas, efisiensi, dan kecukupan.
Efektivitas belum tercapai karena kurangnya kontrol dari pihak yang bersangkutan dan
kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah, kemudian efisiensi belum tercapai karena
perilaku dan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang masih rendah, selain itu
kesadaran pembuangan sampah yang belum sepenuhnya dipatuhi oleh masyarakat,
sedangkan kriteria kecukupan juga belum dapat memcahkan masalah kebersihan dan
kesehatan lingkungan karena keberadaan TPS tempat pengolahan sampah terpadu dan Bank
Sampah hanya menimbulkan bau busuk di lingkungan sekitar sehingga secara tidak langsung
dapat mempengaruhi tingkat kebersihan dan kesehatan masyarakat. Maka dari itu Pemerintah
Kota DKI Jakarta melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan beserta jajaran Kecamatan agar
dapat meningkatkan tingkat efektivitasnya dalam mengelola sampah di TPS, tempat
pengolahan sampah terpadu bahkan Bank Sampah dengan melakukan sosialisasi kepada
masyarakat tentang pentingnya dukungan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga
kebersihan dan kesehatan lingkungan, selain itu tingkat efisiensi lebih tingkatkan melalui
perubahan perilaku dan meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah
dengan mematuhi aturan dalam pembuangan sampah sesuai waktu yang ditentukan, serta
perlunya meningkatkan pengelolaan sampah Tiap kecamatan agar dapat memcahkan masalah
di masyarakat terkait dengan bau busuk dan lingkungan yang kotor. Maka dari itu
pelaksanaan kebijakan perlu dukungan dan sumber daya, anggaran dan termasuk sumberdaya
manusia sangat menentukan. Tanpa dukungan masyarakat sebagai bobjek retribusi kebijakan
pun sulit di harapkan dapat terlelasikan dengan baik.

Pemerintah perlu lebih banyak mengadakan sosialisasi tentang pengelolaan sampah


rumah tangga berbasis masyarakat agar bisa menciptakan masyarakat yamg mandiri terutama
dalam memanfaatkan sampah. Disamping itu pemerintah dari tingkatan terendah sampai
tertinggi hendaknya memfasilitasi, serta bekerjasama dengan masyarakat dalam melakukan
pengelolaan sampah seperti penyediaan TPS terpadu. Memberdayakan masyarakat terutama
dalam pengelolaan sampah yang bisa menjadi barang bernilai ekonomis terkusus untuk para
ibu-ibu rumah tangga. Masyarakat diharapkan juga ikut serta dalam pengelolaan sampah
rumah tangga mulai dari mengurangi timbulan yang harus dikumpulkan dan diangkut ke TPS
sehingga bebannya menjadi berkurang dan tidak terjadi pencemaran lingkungan yang dapat
menyebabkan penyebaran penyakit. Upaya lain perlu dilakukan dalam pembenahan
pengelolaan sampah ke depannya adalah dengan membangun teknologi sampah yang dapat
mengurangi sampah sekaligus ramah lingkungan karena payung hukumnya sudah ada, seperti
adanya Peraturan Gubernur Nomor 50 Tahun 2016 tentang Pembangunan dan Pengoperasian
Fasilitas Pengelola Sampah di dalam Kota.5

Metode penanganan sampah setempat akan berbeda untuk setiap kegiatan yang
berbeda. Penanganan sampah di kawasan perumahan berbeda dengan di daerah
perdagangan,apertemen,industry,memerlukan pelakuan yang berbeda. Penanganan setempat
untuk daerah perumahan dapat dibedakan antara perumahan biasa dan apertemen dan
sejenisnya. Untuk perumahan biasa dapat dibedakan antara teratur dan tidak teratur.
Perumahan teratur pada umumnya berupa komplek perumahan, yang penangan sampahnya
dapat dilakukan masing-masing rumah dengan menepatkan sampahnya di depan rumah untuk
diambil oleh petugas kebersihan pada hari dan waktu yang telah di tetapkan. Untuk
perumahan teratur yang memiliki halaman luas dianjurkan memproses sampah
basah(organik)nya menjadi kompos dengan cara sederhana yaitu menimbunya. Perumahan
tak teratur proses pengumpulannya relatif lebih sulit. Sampah-sampah dari masing-masing
rumah bias di kumpukan ke tempat-tempat pengumpulan lingkungan baik tingkat RT maupun
RW. Jika lingkungan tidak memiliki lahan untuk pengumpulan,pemerintah kota harus
menyediakan kontener6

5
Wawancara dengan bpk. Saipul selaku ketua ppsu kec.kalideres,
6
Wawancara dengan pak udin selaku kordinator dinas kebersihan kec.kalideres

Anda mungkin juga menyukai