Anda di halaman 1dari 7

Nama : Galuh Dwi Hapsani

NPM : 2320401046

Prodi : Agroteknologi

Fakultas : Pertanian

Nama Kelompok PKKMB : Raja Samaratungga

PENINGKATAN KEPEDULIAN MASYARAKAT KOTA


MAGELANG DALAM UPAYA PENGELOLAAN SAMPAH

PENDAHULUAN

Sampah merupakan sebuah permasalahan yang sangat kompleks dalam


masyarakat yang sulit untuk diselesaikan. Sampah menjadi momok di lingkungan
masyarakat. Sampah didefinisikan sebagai sisa dari aktivitas harian manusia dan/atau
proses alam yang berbentuk padat, seperti yang diatur oleh Undang-Undang RI No 18
Tahun 2008. Sampah dianggap sebagai benda tak berharga, tidak memiliki nilai ekonomi,
tidak berguna, dan merupakan barang yang sudah tidak diinginkan lagi (Alex, 2012).
Sampah yang masih tercecer dapat ditemukan di jalan-jalan dan bahkan mencemari aliran
sungai. Oleh karena itu, masalah sampah adalah isu krusial yang memerlukan upaya
penanganan yang intensif dari berbagai pihak. Hampir semua aktivitas manusia
menghasilkan bekas atau sisa kegiatan, yang dikenal sebagai sampah. Namun, kesadaran
masyarakat dalam menjaga lingkungan masih rendah, dan pengawasan pemerintah
terhadap lingkungan juga kurang, sehingga banyak masyarakat yang membuang sampah
sembarangan. Dalam mengatasi permasalahan ini, setiap individu perlu berperan aktif.
Jika upaya ini dilakukan secara kolektif, akan memberikan manfaat besar bagi kebersihan
lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pemahaman dan pengetahuan juga penting dalam
mengubah pola pikir dan perilaku terkait sampah (Setyo Purwendro dan Nurhidayat,
2020). Dengan meningkatnya jumlah penduduk di Kota Magelang, volume sampah juga
bertambah. Pola konsumsi masyarakat juga turut berkontribusi terhadap beragamnya
jenis sampah, termasuk yang sulit diurai oleh alam. Banyak masyarakat masih
meremehkan nilai sampah, namun kenyataannya, sampah masih menjadi permasalahan
lingkungan yang serius. Kurangnya pengelolaan sampah akan berdampak negatif pada
lingkungan, termasuk pencemaran lingkungan, penyumbatan saluran air, dan penyakit.

Pada liburan Lebaran 2023 tepatnya pada bulan April, terjadi peningkatan volume
sampah sekitar 30-40% dibandingkan hari biasa di Kota Magelang. Peningkatan ini lebih
tinggi daripada peningkatan volume sampah saat liburan Lebaran sebelum pandemi
Covid-19 yang hanya mencapai 20% per hari. Kenaikan volume sampah terutama terjadi
selama empat hari mulai 20 April hingga 23 April. Jika volume sampah pada hari-hari
biasa terdata 60 ton per hari, selama empat hari tersebut volume sampah mencapai lebih
dari 80 ton per hari. Kota Magelang memiliki 15 depo sampah yang dilengkapi dengan
18 truk yang siap mengangkut sampah dari depo ke Tempat Pengelolaan Sampah Akhir
(TPSA) Banyuurip di Kecamatan Tegalrejo, Kabupaten Magelang. Karena banyaknya
sampah, rata-rata frekuensi pengangkutan sampah pun ditambah dari sebelumnya hanya
sekali sehari menjadi dua kali dalam sehari. Kendati demikian, ada waktu-waktu tertentu
di mana sampah terlihat menggunung, melebihi kapasitas depo. Kondisi tersebut juga
semakin diperparah oleh perilaku para tukang pengangkut sampah di permukiman yang
cenderung membuang sampah secara sembarangan di sekitar depo (Regina Rukmorini,
2023).

Pengelolaan sampah yang efektif memerlukan kerjasama dari berbagai aspek, dari
sumber sampah hingga pengolahan akhir. Program pemisahan sampah untuk bank
sampah dan daur ulang perlu didukung oleh pemerintah dengan menyediakan tempat
sampah khusus untuk organik dan anorganik. Sampah anorganik yang memiliki potensi
ekonomi harus didaur ulang, sementara sampah organik bisa dimanfaatkan dalam
pengolahan kompos. Namun, masih terjadi kesalahan dalam pengangkutan dan
pemisahan sampah, yang mengurangi efisiensi pengelolaan sampah. Dalam konteks ini,
peran serta masyarakat sangat penting untuk meningkatkan kesadaran akan pengelolaan
sampah yang baik. Upaya ini akan membantu mengurangi jumlah sampah yang
dihasilkan dan memastikan pemisahan yang tepat sebelum sampah dibuang. Dari latar
belakang dan fenomena tersebut, penulis termotivasi untuk menyusun esai dengan judul
“Peningkatan Kepedulian Masyarakat Kota Magelang dalam Upaya Pengelolaan
Sampah”.

PEMBAHASAN

Pemisahan sampah merupakan langkah yang sangat krusial dalam proses


pengelolaan dan pengolahan sampah. Pengolahan sampah dapat terkendala karena harus
melakukan pemisahan ulang apabila sampah masih tercampur antara sampah organik
yang bisa didaur ulang dan sampah anorganik yang tidak bisa didaur ulang. Namun, di
Kota Magelang, pemisahan sampah tidak berjalan lancar karena melibatkan berbagai
pihak, dan jika salah satu pihak bermasalah, dampaknya akan merambat pada pihak lain.
Para pihak yang bertanggung jawab dalam pemisahan sampah adalah Pemerintah Daerah
sebagai pengelola persampahan dan masyarakat sebagai sumber sampah. Tugas
Pemerintah Daerah adalah memastikan pengelolaan sampah yang ramah lingkungan
berjalan baik. Mereka berperan dalam menyusun kebijakan, mengelola dan mengawasi
proses pengelolaan sampah, serta menyediakan fasilitas yang diperlukan. Namun, dalam
banyak kasus, pelayanan sampah masih terbatas pada tahap "end of pipe", di mana
sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang
mendukung pemisahan sampah hingga tahap akhir.

Dari sisi masyarakat, kurangnya kesadaran dan kepedulian dalam mengelola


sampah menjadi hambatan untuk mencapai pengelolaan sampah yang berhasil. Banyak
perilaku yang tidak tepat, seperti membakar sampah atau membuangnya sembarangan di
tempat umum, menunjukkan kurangnya kesadaran dalam hal ini. Meskipun telah ada
upaya dari pemerintah untuk mensosialisasikan program pengelolaan sampah dengan
prinsip 3R (reduce, reuse, recycle), hasilnya belum signifikan. Kebiasaan mencampur
sampah tanpa memisahkan jenisnya juga menyulitkan pemisahan sampah. Beberapa
solusi yang dapat diterapkan adalah:

a) Meningkatkan alokasi dana dari APBD Kota Magelang untuk sektor pengelolaan
sampah.
b) Mengubah desain kendaraan pengangkut sampah agar tidak mencampurkan jenis
sampah.
c) Melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemisahan sampah
untuk efisiensi pengelolaan.
d) Melakukan pelatihan kepada masyarakat dalam mengelola sampah sehingga bisa
dimanfaatkan dengan nilai ekonomi.
e) Memberikan bantuan dalam pemasaran produk-produk olahan sampah dari
masyarakat.
f) Tindakan yang lebih lanjut yang dapat diambil adalah:
g) Mendorong partisipasi aktif dari komunitas dan organisasi non-pemerintah dalam
upaya pengelolaan sampah. Kolaborasi dengan berbagai pihak dapat meningkatkan
kesadaran dan kepedulian masyarakat.
h) Mengadakan program edukasi dan kampanye yang lebih intensif tentang pentingnya
pemisahan sampah dan dampak positifnya bagi lingkungan. Ini dapat dilakukan
melalui seminar, workshop, dan media sosial.
i) Menggandeng industri lokal untuk mendorong daur ulang dan penggunaan bahan daur
ulang dalam produksi mereka. Ini bisa menciptakan ekosistem ekonomi berkelanjutan
yang melibatkan pengelolaan sampah.
j) Mengadopsi sistem insentif, seperti memberikan reward kepada masyarakat yang
aktif dalam memisahkan dan mengelola sampah dengan benar. Ini bisa berupa insentif
finansial atau penghargaan lain yang dapat mendorong partisipasi.
k) Menetapkan sanksi yang tegas bagi pelanggaran terhadap aturan pengelolaan sampah,
seperti denda bagi mereka yang membuang sampah sembarangan atau tidak
memisahkan sampah dengan benar.
l) Mengembangkan teknologi pengelolaan sampah yang lebih efisien, seperti sistem
pemilahan otomatis atau penggunaan energi terbarukan dalam pengolahan sampah.
m) Membentuk kelompok relawan lingkungan yang berfokus pada pengelolaan sampah.
Kelompok ini bisa melakukan kegiatan membersihkan lingkungan, menyadarkan
masyarakat, dan mengawasi pelaksanaan aturan pengelolaan sampah.
n) Membuat program pendidikan lingkungan di sekolah-sekolah untuk meningkatkan
kesadaran anak-anak tentang pentingnya pengelolaan sampah dan menjadikan mereka
agen perubahan dalam masyarakat.
o) Menerapkan penggunaan teknologi informasi dalam monitoring dan pelaporan
pengelolaan sampah. Aplikasi mobile atau platform online dapat membantu
masyarakat melaporkan pelanggaran dan memberikan informasi lebih lanjut tentang
pengelolaan sampah.
p) Dengan menggabungkan berbagai solusi tersebut, diharapkan pengelolaan sampah di
Kota Magelang dan daerah lainnya dapat menjadi lebih efektif, efisien, dan
berkelanjutan. Ini akan membantu mengurangi dampak negatif sampah terhadap
lingkungan dan memberikan manfaat positif bagi masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Sampah merupakan bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Namun,


ketika tidak dikelola dengan efektif, sampah bisa menjadi permasalahan serius yang
berdampak pada kesehatan dan kebersihan lingkungan, serta estetika. Dalam konteks
pengelolaan sampah, tahap awal yang krusial adalah pemisahan jenis sampah, yang
menjadi fondasi untuk berbagai tahap pengolahan selanjutnya. Namun, kesadaran
masyarakat terhadap perlunya peduli terhadap lingkungan dan mengelola sampah masih
terbatas, sehingga kondisi sampah yang dikumpulkan di Tempat Pengelolaan Sampah
(TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih tercampur. Keterbatasan ini
mengakibatkan sampah dari masyarakat tetap tercampur dalam perjalanannya hingga
mencapai TPA. Meskipun tidak semua masyarakat memiliki kemampuan untuk
mengelola sampah secara mandiri, minimal mereka dapat memisahkan sampah untuk
memudahkan tahap selanjutnya.

Pemerintah belum memberikan sarana pengangkutan sampah yang spesifik untuk


mencegah pencampuran kembali. Meskipun tempat-tempat sampah yang memisahkan
jenis sampah sudah disediakan di berbagai tempat umum, kantor pemerintahan, dan
sekolah, namun ketika kendaraan pengangkut sampah tiba, sampah dicampur kembali.
Hal ini menyebabkan sampah yang telah dipisahkan di tahap awal harus dipisahkan lagi
untuk pengolahan selanjutnya, yang berujung pada kerugian waktu dan usaha. Untuk
memastikan pemisahan jenis sampah terlaksana, beberapa langkah yang dapat diambil
antara lain adalah pemerintah mengesahkan kebijakan tentang kewajiban pemisahan
sampah mulai dari sumber hingga pengolahan akhir, melakukan sosialisasi tentang
pentingnya pemisahan sampah untuk mencapai pengelolaan sampah yang terpadu, dan
memberdayakan pemulung sebagai bagian dari sistem pengelolaan sampah. Dengan
langkah ini, diharapkan pemisahan sampah dapat dijalankan secara konsisten untuk
menciptakan pengelolaan sampah yang terpadu, serta menjaga lingkungan bagi generasi
mendatang.

DAFTAR PUSTAKA

Alex. (2012). Sukses Mengolah Sampah Organik Menjadi Pupuk Organik. Pustaka Baru
Press.

Regina Rukmorini. (2023). Peningkatan Volume Sampah di Magelang Melebihi Kondisi


Sebelum Pandemi. www.kompas.id

Setyo Purwendro dan Nurhidayat. (2020). Mengolah Sampah Untuk Pupuk Pestisida
Organik. Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai