Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

LINGKUNGAN BEBAS SAMPAH

Dosen :

Ir. MUH. SUCITRA AMANSAH, S.T.,M.T.

Disusun oleh :

NUR AMALIA

41223233

1B JASA KONSTRUKSI

PROGRAM STUDI D4 JASA KONSTRUKSI

JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG

2023/2024
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan salah satu permasalahan yang patut untuk
diperhatikan. Sampah merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan manusia, karena pada dasarnya semua manusia pasti menghasilkan
sampah. Sampah merupakan suatu buangan yang dihasilkan dari setiap
aktivitas manusia. Volume peningkatan sampah sebanding dengan
meningkatnya tingkat konsumsi manusia. Manusia sebagai individu maupun
sebagai warga masyarakat mempunyai kebutuhan yang bersifat individual
maupun kolektif, sehingga selalu ada upaya untuk memenuhi kebutuhan
tersebut. Aktifitas manusia dalam upaya mengelola sumber daya untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya semakin beragam seiring dengan
pertumbuhan jumlah penduduk.
Pertumbuhan jumlah penduduk telah mengakibatkan perubahan yang
besar terhadap lingkungan hidup. Jumlah penduduk di Kabupaten Sleman
semakin meningkat dari tahun ketahun. Berdasarkan data BPS, diketahui
bahwa jumlah penduduk Kabupaten Sleman pada tahun 2014 sebanyak
1.114.883 jiwa dan meningkat menjadi 1.167.481 jiwa pada tahun 2015.
Peningkatan jumlah penduduk tersebut sebanding dengan peningkatan jumlah
konsumsi yang mempengaruhi besarnya peningkatan volume sampah di
Kabupaten Sleman. Jumlah timbunan sampah pada tahun 2014 sebesar
1.099.300,10 ton/tahun. Hal ini menjadi alasan kuat bahwa masalah sampah
merupakan masalah utama yang harus dipecahkan baik dalam jangka pendek,
menengah maupun panjang.
Setiap aktifitas manusia secara pribadi maupun kelompok, dirumah,
kantor, pasar, sekolah, maupun dimana saja akan menghasilkan sampah, baik
sampah organik maupun sampah anorganik. Dalam Undang-Undang Nomor
18 tahun 2008 pasal 1 tentang sampah disebutkan bahwa sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat
berupa zat organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat
terurai yang dianggap sudah tidak berguna lagi dan dibuang kelingkungan.
Sebagian besar orang mengangap sampah merupakan masalah, padahal setiap
saat sampah terus bertambah dan tanpa mengenal hari libur karena setiap
makhluk terus menerus memproduksi sampah. Setiap hari sampah dihasilkan
dari keluarga/rumah tangga, yang dari sisi kuantitas/jumlah biasanya
menempati posisi tertinggi, sampah rumah sakit dan industri yang sangat
berbahaya, juga sampah dari tempattempat umum misalnya terminal, pasar,
tempat hiburan, sekolah, kantor, dan lain lain.
Pemanfaatan sampah sampah harus diprioritaskan sebelum terjadinya
pencemaran lingkungan yang mengganggu kesehatan masyarakat. Maka
perlu adanya pengelolaan sampah, pengelolaan sampah memerlukan kegiatan
yang sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi
pengurangan dan penanganan sampah. Dalam UndangUndang RI Tahun 2008
Nomer 18 tentang, pengelolaan sampah disebutkan bahwa pengelolaan
sampah bertujuan agar menjadikan sampah sebagai sumber daya.

II. PEMBAHASAN
Banyumas merupakan salah satu kabupaten yang terletak di wilayah Jawa
Tengah Indonesia dengan ibukotanya adalah Purwokerto. Banyumas yang luas
wilayahnya mencapai 1.328 km2 ini dihuni oleh 1,7 juta populasi penduduk. Pada
tahun 2018 wilayah Banyumas dinyatakan darurat sampah dan masalah sampah
di Banyumas sudah memasuki tahap yang mengkhawatirkan oleh kepala dinas
lingkungan hidup kabupaten Banyumas. Permasalahan sampah yang terjadi
disebabkan oleh meningkatnya sampah seiring dengan kepadatan penduduk yang
signifikan. Dimana per harinya tumpukan sampah mencapai 450 ton. Selain itu,
kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
Faktor lainnya yang menyebabkan pasokan sampah semakin bertambah yaitu
belum tersedianya fasilitas serta sarana dan prasarana pembuangan sampah secara
terpadu di berbagai wilayah Banyumas.
Karena itu, bupati kabupaten Banyumas berusaha untuk menemukan
solusi terbaik untuk mengatasi permasalahan sampah yang menumpuk. Dimana
pemerintah Banyumas berusaha untuk mewujudkan upaya zero waste. Zero waste
adalah gaya hidup “nol sampah”, yang berusaha diwujudkan dengan prinsip 4R
(Reuse, Reduce, Recycle, Repair), bukan hanya untuk mengurangi tumpukan
sampah di TPA tapi juga membangun perekonomian berkelanjutan (circular
economy) yang minim sampah dan dampak terhadap lingkungan. Pemerintah
kabupaten Banyumas mulai membangun pusat daur ulang sampah namun dalam
prakteknya dinilai kurang maksimal dan tidak terlalu efektif. Tidak berhenti
sampai disitu, pemerintah kabupaten Banyumas terus mencari solusi untuk
mengatasi permasalahan sampah. Kabupaten Banyumas terus melakukan
berbagai cara mulai dari pembangunan tempat pembuangan sampah terpadu
(TPST) di berbagai wilayah hingga meluncurkan sebuah aplikasi yaitu aplikasi
Jeknyong dan aplikasi Salimas.
Kedua aplikasi tersebut merupakan bentuk dari inovasi dan kemajuan
teknologi dengan menggunakan metode transaksi jual beli sampah. Sampah-
sampah yang akan dijual kepada pemkab lengkap Banyumas nantinya akan
dijemput ke rumah-rumah warga melalui aplikasi salimas atau aplikasi Jeknyong.
Fokus dari aplikasi salimas antara lain mengumpulkan sampah secara masif
kampanye pengelolaan sampah dan pemilahan sampah. Harga jual sampah
organik pada aplikasi salimas ini per kilonya yaitu 400 rupiah dan harga jual
sampah plastik untuk per kilonya mencapai 6.000 ribu. Sementara itu aplikasi
Jaknyong melibatkan inovasi teknologi baru yaitu Artificial Intelligence atau AI
untuk mengurangi sampah di Banyumas. Aplikasi Jaknyong menawarkan fitur
daur ulang sampah, pembelian produk sampah plastik, objek wisata dan jual beli
produk UKM. Harga sampah botol yang dijual melalui aplikasi Jeknyong dihargai
sebesar 1.500 ribu untuk per kilonya.
Hingga kini kegiatan TPST masih berlanjut dan dikelola dengan baik
secara mandiri oleh kelompok swadaya masyarakat di wilayah Banyumas. Lewat
aplikasi Jaknyong dan aplikasi Salimas masyarakat Banyumas bisa mengubah
sampah menjadi uang sekaligus membantu presentase pengurangan volume
sampah di kabupaten Banyumas secara efisien. Pada awalnya pemerintah
kabupaten Banyumas hanya memiliki 6 TPST. Fasilitas yang diberikan untuk
membangun TPST tersebut berupa mesin pemilah sampah, sarana pengolahan
sampah, mesin pencacah sampah organik, dump truk dan motor roda tiga.
Pembangunan TPST terus berkembang seiring dengan pesat menjadi 23 TPST,
lalu menjadi 25 TPST dan saat ini telah mencapai 29 TPST yang telah tersebar di
daerah Banyumas secara merata.
TPST atau tempat pengolahan sampah terpadu didefinisikan sebagai
tempat atau wadah dari kegiatan pengumpulan sampah, pemilahan sampah,
penggunaan ulang sampah di pendaur ulangan sampah, pengolahan sampah dan
pemrosesan akhir sampah itu sendiri. Proses pengolahan sampah di TPST ini
terbilang jauh lebih kompleks karena memastikan sampah yang dikelola aman
dan ramah terhadap lingkungan. Kegiatan pengolahan sampah yang dilakukan di
tpst yaitu proses pemilihan sampah organik dan sampah anorganik menggunakan
mesin konveyor. Selanjutnya sampah akan diolah menggunakan mesin pencacah
untuk mencacah semua sampah. Setelah itu sampah akan masuk ke dalam mesin
anyakan sampah. Proses terakhir sampah akan dimasukkan pada mesin
pemusnahan sampah dengan prinsip 3T yaitu Time, Turbulence dan Temperature.
Hasil dari pengolahan sampah organik meliputi bubur sampah organik yang
digunakan sebagai media budidaya maggot.
Produk pengolahan sampah organik lainnya yaitu dimanfaatkan sebagai
pupuk kompos. Sedangkan hasil pengolahan dari sampah anorganik adalah bubur
sampah anorganik yang diproses melalui pabrik plastik. Outputnya berupa produk
dengan nilai ekonomis yang tinggi dan siap untuk dijual yaitu biji plastik, botol
plastik, plastik kemasan, plastik kresek, kantong plastik, batu bata, paving block
dan atap.
Istilah lainnya yang cukup populer selain TPST yaitu TPA atau tempat
pemrosesan akhir. TPA sendiri memiliki pengertian berupa tempat yang berfungsi
untuk memproses sekaligus mengembalikan sampah menuju media lingkungan
secara aman bagi lingkungan sekitar dan juga manusia. Kegiatan pengelolaan
sampah yang berlangsung di TPA yaitu menerapkan metode landfill yang dalam
pengembangannya terdiri sanitary landfill dan controller landfill untuk
pengurusan sampah.
Perbedaan mendasar antara TPST dan TPA yaitu terletak pada kebijakan
sistem pengelolaan sampah yang dilakukan. Dengan menerapkan kebijakan
seperti ini Banyumas sukses mengelola sampah dengan sangat baik dalam rangka
mencapai zero waste. Bahkan presentasi sampah yang dikelola sudah mencapai
98% dan presentasi sampah yang dibuang melalui TPA hanya sebesar 9% saja.
Hal ini tentunya menjadikan Banyumas sebagai kabupaten yang tidak memiliki
TPA lagi karena mayoritas sampah telah dikelola dan diolah secara efektif.
Keberhasilan kegiatan pengolahan sampah di kabupaten Banyumas ini mampu
menciptakan lingkungan yang lebih bersih, nyaman dan sehat. Dampak positif
lainnya yang dihasilkan antara lain tidak mencemari lingkungan, menghasilkan
produk baru yang bernilai ekonomis dan mampu menekan produksi gas emisi
rumah kaca. Selain bisa mengatasi permasalahan sampah, TPST ini terbukti
mampu meningkatkan sektor perekonomian masyarakat Banyumas.

III. KESIMPULAN
Permasalahan sampah yang terjadi disebabkan oleh meningkatnya
sampah seiring dengan kepadatan penduduk yang signifikan. Selain itu,
kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
Faktor lainnya yang menyebabkan pasokan sampah semakin bertambah yaitu
belum tersedianya fasilitas serta sarana dan prasarana pembuangan sampah secara
terpadu di berbagai wilayah Banyumas. Oleh karena itu, pemerintah kabupaten
Banyumas terus melakukan berbagai cara mulai dari pembangunan tempat
pembuangan sampah terpadu (TPST) di berbagai wilayah hingga meluncurkan
sebuah aplikasi yaitu aplikasi Jeknyong dan aplikasi Salimas. Kedua aplikasi
tersebut merupakan bentuk dari inovasi dan kemajuan teknologi dengan
menggunakan metode transaksi jual beli sampah. Lewat aplikasi Jaknyong dan
aplikasi Salimas masyarakat Banyumas bisa mengubah sampah menjadi uang
sekaligus membantu presentase pengurangan volume sampah di kabupaten
Banyumas secara efisien.
Selain itu, pemerintah kabupaten Banyumas juga menyedikan TPST.
TPST atau tempat pengolahan sampah terpadu didefinisikan sebagai tempat atau
wadah dari kegiatan pengumpulan sampah, pemilahan sampah, penggunaan ulang
sampah di pendaur ulangan sampah, pengolahan sampah dan pemrosesan akhir
sampah itu sendiri. Proses pengolahan sampah di TPST ini terbilang jauh lebih
kompleks karena memastikan sampah yang dikelola aman dan ramah terhadap
lingkungan.

LINK : https://youtu.be/Tf51PHfWmdk?si=eJdOVhzxetgye6IH

Anda mungkin juga menyukai