Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN

KULIAH KERJA LAPANGAN (KKL)

PENGELOLAAN SAMPAH PLASTIK RUMAH TANGGA SEBAGAI


UPAYA PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
DI DESA TUMPANG KECAMATAN TUMPANG
KABUPATEN MALANG

Disusun Oleh :
ABDUR ROCHIM
NPM : 102000076

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS GRESIK
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Salah satu penyebab kerusakan lingkungan hidup secara masif adalah
sampah. Sampah merupakan permasalahan lintas geografis yang berdampak
global. Sampah yang dihasilkan dari rumah, kantor, atau pasar, dapat masuk
ke sungai dan menyebar ke seluruh dunia melalui laut. Menurut para ahli,
80% sampah laut berasal dari daratan, bahkan 83% sampah dari kawasan
pesisir dibuang ke laut.
Laporan PBB menyebutkan bahwa ada 800 jenis spesies yang
terdampak sampah laut. Misalnya burung laut, paus, dan penyu seringkali
salah melihat plastik sebagai makanan. Seperti kejadian beberapa waktu lalu,
ditemukan paus mati dengan perut berisi 100 kg sampah plastik.
Resiko penyakit dan kematian terumbu karang meningkat hingga 89%
jika mengalami kontak dengan plastik. Padahal terumbu karang sangat
penting perannya dalam menjaga keanekaragaman hayati, sebagai tempat
bernaung berbagai jenis organisme laut.
Sampah laut dapat masuk ke tubuh manusia melalui rantai makanan.
Plastik berukuran sangat kecil, atau mikroplastik, masuk dan terakumulasi
dalam tubuh manusia melalui ikan yang dimakan. Mikroplastik ini tidak
dikeluarkan pada proses pencernaan, namun mengendap dalam tubuh.
Walaupun belum ada bukti ilmiah mengenai dampak mikroplastik terhadap
manusia, kita patut waspada karena penelitian menunjukan bahwa
mikroplastik dapat menyebabkan kegagalan fungsi tubuh pada hewan laut
bahkan kematian.
Lalu bagaimana peran kita sebagai individu yang merupakan bagian
kecil dari sistem global dalam mengelola sampah? Memilah sampah adalah
langkah pertama dan merupakan kunci keberhasilan pengelolaan sampah.
Ada pikiran pesimisme yang menyebabkan masyarakat enggan
memilah sampah yaitu “buat apa memilah kalau nanti diangkut digabung
lagi!”.
Sebaliknya, selain karena kurangnya armada, pemerintah menganggap
kurangnya kesadaran masyarakat untuk memilah menyebabkan sulitnya
pengangkutan terpilah. Sehingga kampanye gerakan memilah sampah dari
rumah terus digencarkan. Bahkan di sudut-sudut kota disediakan tempat
sampah terpilah.
Kedua pandangan tersebut sama-sama benar, namun perlu sudut
pandang lain sehingga sinergi bisa terwujud.
Kegiatan memilah dari rumah seharusnya tidak dilihat dengan tujuan
untuk mengangkut sampah secara terpilah juga, namun sebagai bentuk
kegiatan pengurangan sampah. Artinya, yang dibuang hanya yang “asli”
sampah, lainnya jangan dibuang. Banyak sampah yang pengelolaannya cukup
di rumah saja.
Memilah sampah sebenarnya cukup sederhana dan mudah. Yang
paling penting adalah konsisten dilakukan setiap hari, setiap saat. Tentu kalau
menilik penduduk Kota Kamikatzu di Jepang yang memilah sampahnya
menjadi 34 jenis, kegiatan memilah menjadi sangat menantang. Pemilahan di
rumah cukup 3 jenis saja yaitu organik, daur ulang, dan residu.
Sampah organik sisa makanan dapur dimasukkan ke dalam lubang
resapan biopori (LRB). Pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Kamir Raziudin
Brata, LRB bermanfaat untuk mengolah sampah organik sekaligus mencegah
banjir. Sampah organik yang dimasukkan ke dalam LRB akan menarik
binatang-binatang tanah seperti cacing sehingga terbentuklah pori-pori di
sekitar LRB yang bermanfaat untuk penyerapan air hujan. Pembuatan LRB
cukup mudah yaitu dengan membuat lubang berdiameter 10 cm sedalam 1 m
di pekarangan rumah. Sampah makanan dimasukkan setiap hari ke dalam
LRB hingga penuh, dan dipanen sebagai pupuk kompos.
Sampah organik taman seperti daun-daunan, sebaiknya menggunakan
tong komposter. Pengalaman saya, pernah menggunakan tong komposter

3
untuk semua sampah organik termasuk sampah makanan dari dapur. Namun
dampaknya cukup merepotkan yaitu banyak maggot dan lalat di komposter
dan menimbulkan bau busuk. Pun demikian saya mencoba menggunakan
LRB untuk membuang sampah taman, ternyata proses dekomposisinya
lambat sehingga LRB cepat penuh.
Tong komposter efektif untuk sampah taman karena ukurannya besar
sehingga dapat menampung sampah lebih banyak dan periode
penggunaannya cukup lama. Selama hampir 2 tahun, saya menggunakan tong
komposter ukuran 120 liter masih belum penuh. Tong komposter dapat
diganti dengan membuat lubang ukuran besar dalam tanah, namun harus
dengan protokol keamanan agar tidak ada yang terperosok.
Sampah botol dan gelas plastik adalah contoh jenis sampah yang
dapat didaur ulang. Sampah ini sangat mudah dihilangkan dengan tidak
menggunakan air kemasan botol atau gelas, gunakanlah air isi ulang kemasan
galon. Namun jika ada, sebaiknya diremas kemudian dikumpulkan untuk
diberikan kepada pemulung atau dijual di Bank Sampah.
Terakhir, sampah residu adalah sampah yang tidak dapat digunakan
kembali, didaur ulang atau dikompos. Residu inilah yang “asli” sampah.
Sampah jenis ini umumnya berupa sisa kemasan makanan dan produk
kebersihan. Sampah ini memang tidak bisa dihindari dan ada dimana-mana
seperti bungkus mi instan, kopi, bekas odol, dan lain-lain. Sampah kemasan
ini sebagian besar merupakan plastik multi layer yang sulit didaur ulang.
Kalaupun bernilai, harganya sangat murah. Hanya ini yang perlu diangkut
dan dikelola lebih lanjut.
Berapa banyak sampah yang dikurangi dengan cara seperti ini? Sangat
banyak. Komposisi sampah rumah tangga di Kabupaten Malang adalah 70%-
80% organik yang dapat dikomposkan. Sehingga dengan mengelola sampah
organik saja, maka hanya 30% yang perlu diangkut ke TPA Sampah.
Bayangkan jika semua orang mengelola sampahnya dari rumah.
Tanah jadi subur, terhindar dari banjir, dan peningkatan ekonomi dari daur
ulang sampah. Jumlah sampah sedikit berarti lebih banyak area yang dapat

4
dilayani sehingga tidak ada lagi yang buang sampah ke sungai. Dan yang
paling penting, keanekaragaman hayati terjaga dan kita terbebas dari makan
”ikan plastik”. Bagi yang sudah mengelola sampahnya dari rumah, terima
kasih sudah berkontribusi untuk lingkungan. Bagi yang belum mari dimulai
dari sekarang.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dihasilkan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengelolaan sampah plastik rumah tangga yang dilakukan oleh
masyarakat di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Malang.
2. Apakah faktor-faktor yang menghambat masyarakat dalam mengelola
sampah plastik rumah tangga di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang
Malang.

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut dapat dihasilkan tujuan sebagai berikut yaitu:
1. Mengetahui pengelolaan sampah plastik rumah tangga yang dilakukan
oleh masyarakat di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Malang.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menghambat masyarakat dalam
mengelola sampah plastik rumah tangga di Desa Tumpang Kecamatan
Tumpang Malang.

D. Manfaat
Manfaat yang dihasilkan dari penelitian ini adalah :
1. Memberikan gambaran kepada masyarakat di Desa Tumpang Kecamatan
Tumpang Malang tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar.
2. Menumbuhkan kreatifitas masyarakat di Desa Tumpang Kecamatan
Tumpang Malang dalam pengelolaan sampah khususnya sampah plastik.

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Sampah
Menurut UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang pengelolaan sampah,
menyebutkan bahwa sampah merupakan permasalahan nasional sehingga
pengelolaannya perlu dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke
hilir agar memberikan manfaat secara ekonomi, sehat bagi masyarakat, dan
aman bagi lingkungan, serta dapat mengubah perilaku masyarakat.
Menurut definisi World Health Organization (WHO) sampah adalah
sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu
yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya (Chandra, 2006).
Berdasarkan SK SNI tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat
padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna
lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi
investasi pembangunan (Subekti, 2009).
Jenis, Sumber dan Pengelolaan Sampah Perkotaan Menurut
Undang- Undang No.18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Dalam
Undang - Undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, jenis dan
sumber sampah yang diatur adalah :
1. Sampah rumah tangga
Yaitu sampah yang berbentuk padat yang berasal dari sisa kegiatan
sehari-hari di rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik dan
dari proses alam yang berasal dari lingkungan rumah tangga. Sampah ini
bersumber dari rumah atau dari komplek perumahan.
2. Sampah sejenis sampah rumah tangga
Yaitu sampah rumah tangga yang bersala bukan dari rumah tangga dan
lingkungan rumah tangga melainkan berasal dari sumber lain seperti

6
pasar, pusat perdagangan, kantor, sekolah, rumah sakit, rumah makan,
hotel, terminal, pelabuhan, industri, taman kota, dan lainnya.
3. Sampah spesifik
Yaitu sampah rumah tangga atau sampah sejenis rumah tangga yang
karena sifat,konsentrasi dan/atau jumlahnya memerlukan penanganan
khusus, meliputi, sampah yang mengandung B3 (bahan berbahaya dan
beracun seperti batere bekas, bekas toner, dan sebagainya), sampah yang
mengandung limbah B3 (sampah medis), sampah akibat bencana, puing
bongkaran, sampah yang secara teknologi belum dapat diolah, sampah
yang timbul secara periode (sampah hasil kerja bakti).
Mekanisme pengelolaan sampah dalam UU N0.18 Tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah meliputi, kegiatan – kegiatan berikut :
1. Pengurangan sampah, yaitu kegiatan untuk mengatasi timbulnya sampah
sejak dari produsen sampah (rumah tangga, pasar, dan lainnya),
mengguna ulang sampah dari sumbernya dan/atau di tempat pengolahan,
dan daur ulang sampah di sumbernya dan atau di tempat pengolahan.
Pengurangan sampah akan diatur dalam Peraturan Menteri tersendiri,
kegiatan yang termasuk dalam pengurangan sampah ini adalah:
a) Menetapkan sasaran pengurangan sampah
b) Mengembangkan Teknologi bersih dan label produk
c) Menggunakan bahan produksi yang dapat di daur ulang atau diguna
ulang
d) Fasilitas kegiatan guna atau daur ulang
e) Mengembangkan kesadaran program guna ulang atau daur ulang
2. Penanganan sampah, yaitu rangkaian kegiatan penaganan sampah yang
mencakup pemilahan (pengelompokan dan pemisahan sampah menurut
jenis dan sifatnya), pengumpulan (memindahkan sampah dari sumber
sampah ke TPS atau tempat pengolahan sampah terpadu), pengangkutan
(kegiatan memindahkan sampah dari sumber, TPS atau tempat
pengolahan sampah terpadu, pengolahan hasil akhir (mengubah bentuk,
komposisi, karateristik dan jumlah sampah agar diproses lebih lanjut,

7
dimanfaatkan atau dikembalikan alam dan pemprosesan aktif kegiatan
pengolahan sampah atau residu hasil pengolahan sebelumnya agar dapat
dikembalikan ke media lingkungan.

B. Dampak sampah terhadap lingkungan dan kehidupan manusia


1. Pencemaran lingkungan.
Sampah dari berbagai sumber dapat mencemari lingkungan, baik
lingkungan darat, udara maupun perairan. Pencemaran darat yang dapat
ditimbulkan oleh sampah misalnya ditinjau dari segi kesehatan, yakni
sebagai tempat bersarang dan menyebarnya bibit penyakit, sedangkan
ditinjau dari segi keindahan, tentu saja menurunnya estetika (tak sedap di
pandang mata). Macam pencemaran udara yang ditimbulkannya
misalnya mengeluarkan bau yang tidak sedap, debu gas-gas beracun.
Pembakaran sampah2 dapat meningkatkan karbon monoksida (CO),
karbon dioksida (CO2) nitrogen-monoksida (NO), gas belerang, amoniak
dan asap di udara. Asap yang ditimbulkan dari bahan plastik ada yang
bersifat karsinogen, artinya dapat menimbulkan kanker.
Macam pencemaran perairan yang ditimbulkan oleh sampah misalnya
terjadinya perubahan warna dan bau pada air sungai, penyebaran bahan
kimia dan mikroorganisme yang terbawa air hujan dan meresapnya
bahan-bahan berbahaya sehingga mencemari sumur dan sumber air.
Bahan-bahan pencemar yang masuk kedalam air tanah dapat muncul ke
permukaan tanah melalui air sumur penduduk dan mata air, jika bahan
pencemar itu berupa B3 (bahan berbahaya dan beracun) misalnya raksa
(merkuri), crhom, timbal, cadmium, maka akan berbahaya bagi manusia,
karena dapat menyebabkan gangguan pada saraf, cacat pada bayi,
kerusakan sel-sel hati atau ginjal dan alat ekskresi lainnya.
2. Penyebab Penyakit
Sampah yang menumpuk tersebut tentunya akan banyak mengganggu
kita, disamping menimbulkan bau yang tak sedap. Sampah ini pun akan
banyak menimbulkan penyakit. Untuk sampah yang banyak mengandung

8
makanan busuk, sudah pasti merupakan sarang hidupnya Bakteri Coli.
Sehingga apabila sampah ini menumpuk di saat musim hujan, tentunya
akan menimbulkan wabah muntaber atau diare, demam berdarah, dan
lain sebagainya. Sampah juga bisa mengundang datangnya kawanan tikus
dan serangga yang bisa menyebabkan berbagai penyakit pencernaan3,
penyakit kuning, penyakit cacing perut, Malaria dan lain sebagainya. Hal
ini disebabkan sampah bisa mencemari air permukaan, air tanah , lahan
pertanian dan juga bisa mencemari udara yang menyebabkan
permasalahan pada manusia dan ekosistemnya. Hal ini akan
menimbulkan ancaman yang lebih serius lagi, karena memasuki awal
tahun 2021 curah hujan tentunya akan meningkat tajam. Sehingga
dipastikan akan timbul banjir dan genangan di mana-mana, ditambah
dengan sistem pertahanan tubuh kita yang menurun.
Sampah yang berupa bahan organik berasal dari aktifitas manusia sebagai
makhluk sosial disebut dengan sampah rumah tangga ( Garbage ).
Sedangkan senyawa/ bahan yang berasal dari sisa aktifitas manusia
dalam bidang teknologi disebut dengan zat buang ( Waste ). Contoh yang
tergolong zat buang adalah Carbon Monoksida, CFC dan Green House
Gas dan lain sebagainya. Di tengah masyarakat, sampah memang
menimbulkan hal yang pelik, sebab sampah adalah bahan yang harus
diibuang dengan benar karena sifatnya yang racun. Namun demikian
terdapat juga komponen sampah yang bernilai ekonomis, oleh karena itu
dalam pengelolaan sampah disarankan untuk tidak mengesampingkan
aspek daur ulang. Apalagi dengan semakin mahal dan terbatasnya
sumber daya alam, maka recycled ( daur ulang ) sampah menjadi pilihan
alternatif untuk menghemat biaya produksi suatu bahan, ketimbang kita
memproduksi dari bahan mentah ( raw-materials ).
Tempat-tempat penumpukan sampah merupakan lingkungan yang baik
bagi hewan penyebar penyakit misalnya : lalat, nyamuk, tikus dan bakteri
patogen (penyebab penyakit). Adanya hewan-hewan penyebar penyakit
tersebut (disebut vektor penyakit), menyebabkan penyakit mudah

9
tersebar dan menjalar ke lingkungan sekitar. Penyakit-penyakit itu
misalnya kolera, disentri, tipus, diare, dan malaria.
3. Penyumbatan Saluran Air dan Banjir.
Sampah jalanan dan rumah tangga sering bertaburan dan jika hujan turun
akan terbawa ke got/sungai, akibatnya sungai tersumbat dan timbul
banjir. Selanjutnya banjir dapat menyebarkan penyakit, banyak got di
musim hujan menjadi mampet karena penduduk membuang sampah di
sembarang tempat. Kebiasaan membuang sampah di sembarangan tempat
harus dihilangkan.

C. Teknik Pengelolaan Sampah Permukiman


Pengelolaan persampahan dapat terdiri dari beberapa aspek. SNI 3242-2008
tentang pengelolaan sampah dipermukiman menjelaskan lima aspek sebagai
persyaratan umum terkait pengelolaan limbah padat (sampah) yakni : hukum dan
peraturan, kelembagaan/organisasi, teknis operasional, pembiayaan dan iuran atau
retribusi, peran serta dan pemberdayaan masyarakat.

D. Teknik Pengelolaan Sampah Plastik


Sistem pengelolahan sampah secara garis besar mencakup dua aspek
utama, pertama aspek teknis yang meliputi pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan ke tempat akhir (TPA)
dan kedua aspek non teknis yang meliputi perilaku masyarakat, kelembagaan,
teknologi, regulasi, sistem keuangan dan kemauan politik (political will) dari
pemerintah (BPPT, 2000 dan Dept. PU, 1992 dalam Kholil, 2006). Pengolahan
sampah adalah perlakuan terhadap sampah yang bertujuan untuk memperkecil
atau menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan
(Azwar, 1990). Sedangkan Hutagalung (2007) menyatakan bahwa tujuan suatu
sistem pemanfaatan sampah ialah dengan mengkoversi sampah tersebut menjadi
bahan yang berguna secara efesien dan ekonomis.

10
BAB III
METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan rancang bangun observasional


deskriptif. Teknik penelitian yang dilakukan dengan cara survei lapangan, focus
group discussion (FGD) yang melibatkan partisipan, wawancara terbuka, dan
studi literatur. Kualitatif dikarenakan untuk mengetahui informasi terkait
penanganan sampah yang ada dilingkungan Desa Tumpang. Observasional/survey
lapangan dilakukan untuk melihat kondisi nyata yang ada dilapangan sehingga
diketahui secara benar apa yang sedang terjadi. Focus group discussion (FGD)
dilakukan dengan beberapa perangkat desa, organisasi yang ada di desa dan
karang taruna. Focus group discussion yang dilakukan memiliki topik tentang
pengelolaan sampah yang ada di Desa Tumpang.
Wawancara terbuka dilakukan dengan kepala Desa Tumpang Kecamatan
Tumpang dan staff Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Malang. Populasi
dari penelitian ini mengambil dari organisasi (karang taruna dan pemuda
Tumpang) yang ada di desa dan perangkat desa yang diwakili oleh Badan
Perwakilan Desa (BPD).
Dengan demikian pengumpulan data dilakukan dengan mengunakan
metode penelitian yang bersifat studi kasus dan deskriptif.

1. Pengumpulan Data Secara Studi Khasus


Penelitian yang bersifat studi kasus (case study) merupakan suatu penelitian
yang dilakukan terhadap suatu kesatuan sistem. Kesatuan ini dapat berupa
program, kegiatan, peristiwa, atau sekelompok individu yang terikat oleh
tempat, waktu atau ikatan tertentu. Studi kasus adalah suatu penelitian yang
diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, memperoleh
pemahaman dari kasus tersebut.

11
2. Pengumpulan Data Secara Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif (descriptive research) adalah suatu metode penelitian
yang ditujukan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang
berlangsung saat ini atau saat yang lampau. Penelitian deskriptif, bisa
mendeskripsikan sesuatu keadaan saja, tetapi bisa juga mendeskripsikan
keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya. Penelitian demikian
disebut penelitian perkembangan (developmental studies). Dalam penelitian
perkembangan ada yang bersifat sepanjang waktu, dan ada yang bersifat cross
sectional atau dalam potongan waktu.

12
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang
Kabupaten Malang. Desa Tumpang merupakan salah satu desa dari 6
desa yang ada di Kecamatan Tumpang dengan luas wilayah 685.115 Ha.
Secara administratif, Desa Tumpang terletak di wilayah Kecamatan
Tumpang Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur, dengan posisi
dibatasi oleh kawasan pemukiman desa. Di sebelah Utara desa Jeru. Di
sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pulungdowo. Di sisi Selatan
berbatasan dengan desa Kebonasari, sedangkan di sisi timur berbatasan
dengan desa Benjor. Desa tumpang adalah ibukota kecamatan Tumpang.
Sedangkan jarak tempuh ke ibu kota kabupaten adalah 47 km, yang dapat
ditempuh dengan waktu sekitar 1,5 jam.
Iklim Desa Tumpang, sebagaimana desa-desa lain diwilayah Indonesia
mempunyai iklim kemarau dan penghujan, hal tersebut mempunyai
pengaruh langsung terhadap musim tanam yang ada di Desa Tumpang.
Sebagian besar masyarakat Desa Tumpang berprofesi sebagai petani,hal
ini ditunjang dengan kondisi tanah yang sangat subur karena pengaruh
abu fuklanik. Pertanian di Desa Tumpang dikatakan cukup baik
.Komoditas yang ada di Desa Tumpang antara lain padi, cabai, serta
tanaman palawija.
Peta lokasi Desa Tumpang Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang
adalah sebagai berikut:

13
2. Kondisi geografis
Desa Tumpang yang terletak di Kecamatan Tumpang Kabupaten Malang
memiliki kondisi geografis seperti yang dipaparkan dibawah ini :
a. Luas Wilayah : 685,115 Ha
b. Batas Wilayah :
 Sebelah Utara : Desa Jeru
 Sebelah Timur : Desa Benjor
 Sebelah Selatan : Desa Kebonsari
 Sebelah Barat : Desa Pulungdowo
c. Kondisi Geografis dan Topografis:
 Ketinggian dari permukaan laut : 750 - 800
 Banyaknya curah hujan : 3.900 mm/ Tahun
 Topografi Desa : Dataran rendah
 Suhu udara rata-rata            : 30° Celcius
d. Orbitrasi (jarak dari pusat Pemerintahan) :
Jarak dari pusat Pemerintahan Kabupaten  : 45         Km
Jarak dari pusat Pemerintahan Propinsi      : 184       Km
Jarak dari Ibukota Negara : 974,50Km

14
3. Kondisi Eksisting Persampahan
Pada pembahasan ini akan menjelaskan kondisi eksisting persampahan di
Tumpang Kecamatan Tumpang, serta menjelaskan hasil jawaban
responden terkait pertanyaan kuesioner yang dibagikan terhadap
masyarakat. Berikut ini akan dijelaskan kondisi eksisting persampahan
yang ada di Tumpang Kecamatan Tumpang berupa karakteritik sampah,
timbulan sampah, dan Budaya, Sikap dan Perilaku masyarakat terhadap
sampah.
a. Karakteristik Sampah yang Dihasilkan
NO KETERANGAN JUMLAH PROSENTASE
1 Organik 27 27%
(sayur-sayuran, dll)
2 An Organik 63 63%
(kaleng, plastic, dll)
3 Sama banyak 10 10%
JUMLAH 100 100%
Sumber : Hasil Survey Desa 2020

b. Cara Penanganan Sampah oleh Mayarakat


NO KETERANGAN JUMLAH PROSENTASE
1 Dibakar 36 36%
2 Dikumpulkan dan 54 54%
dibuang di TPS
3 Ditimbun dalam tanah 7 7%
4 Dijadikan kompos 3 3%
JUMLAH 100 100%
Sumber : Hasil Survey Desa 2020

c. Cara Masyarakat Membuang Sampah Rumah Tangga


NO KETERANGAN JUMLAH PROSENTASE
1 Dihalaman sendiri 75 75%
2 Diselokan 5 5%

15
3 Disungai 10 10%
4 Lainnya 10 10%
JUMLAH 100 100%
Sumber : Hasil Survey Desa 2020

B. Pembahasan
1. Sistem Pengelolaan Sampah di Desa Tumpang
Berdasarkan hasil survey desa tahun 2020 tersebut ampah yang
berada di Desa Tumpang berasal dari masyarakat (rumah tangga). Teknik
pengelolaan sampah di Desa Tumpang baik sampah dari masyarakat
maupun lainnya sama persisnya yaitu membakar langsung dihalaman
depan rumah. Sedangkan pembuangan sampah oleh masyarakat
kebanyakan di halaman sendiri yaitu dibuang dalam tanah halaman,
tetapi masih ada juga yang membuang sampah di selokan dan sungai.
System pengelolaan sampah di Desa Tumpang dilihat dari
berbagai aspek antara lain:

a. Aspek Teknik Operasional


Berdasarkan SNI 3242 : 2008 tentang pengelolaan sampah
permukiman, faktor penentu dalam memilih pola operasional yang
sesuai untuk diterapkan adalah dengan melihat kondisi topografi dan
lingkungan daerah pelayanan, kondisi sosial ekonomi, partisipasi
masyarakat dan jenis timbulan sampah. Dari hasil observasi
bagaimana teknik operasional penanganan sampah yang berlaku di
Desa Tumpang maka digambarkan dengan skema berikut :

Program mengurangi atau minimisasi sampah dapat dimulai sejak sistem


pengumpulan, pengangkutan, dan sistem pembuangan sampah. Dengan
demikian program pengolahan sampah ini dapat dilakukan di setiap
tahapan sistem pengelolaan sampah. Idealnya program pengurangan
sampah ini sudah dapat dimulai sejak awaldari sumbernya, yaitu
sejak pewadahan. Pemilahan sampah minimal dilakukan dengan

16
memilahnya menjadi dua jenis yaitu sampah kering (anorganik) dan
sampah basah (organik). Kemudian sampah basah (organik) di
lakukan proses pengomposan skala rumah tangga dan sampah kering
(anorganik) dilakukan pengumpulan dan di daur ulang menggunakan
mesin pencacah dan kemudian sampah yang berada di tamping di
karung diangkut petugas menggunakan perahu motor dengan jumlah
karung yang biasa diangkut sebanyak 40 – 50 karung seminggu.
Sampah yang berada di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang berasal
dari masyarakat (rumah tangga). Teknik pengelolaan sampah di Desa
Tumpang Kecamatan Tumpang sampah dari masyarakat yaitu
membakar langsung dihalaman depan rumah. Dari segi pewadahan,
sampah yang berasal dari masyarakat berupa organik dan an-organik
dipilah berdasarkan jenis kemudian sampah organik dilakukan
pengomposan skala rumah tangga yang dilakukan masyarakat

b. Pewadahan
Pewadahan sampah dapat dilakukan secara individual dikarenakan
kondisi fisik lingkungan permukiman (kondisi jalan) tidak
memungkinkan untuk dilakukan pewadahan komunal. Oleh karena
itu pengadaan wadah sampah yang disediakan secara pribadi
haruslah mengikuti ketentuan sebagai berikut :
1) Jumlah wadah sampah yang digunakan 3 buah per rumah agar
sampah yang dihasilkan dapat diolah secara maksimal.
2) Jenis atau bahan wadah sampah organik dan an-organik berupa
tong sampah berpenutup.
3) Menempatkan wadah sampah organik dan an-organik di
bagian halaman depan rumah.

c. Pengumpulan
Berdasarkan hasil analisis pola pengumpulan sampah masyarakat
mengumpulkan sampah menggunakan wadah seperti karung atau

17
karton bekas.Dikarenakan di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang
tidak tersedianya sarana pengumpulan sampah sementara (TPS)
maka masyarakat hanya membuang sampah ke lahan
kosong/pesisir pantai (Non TPS) sehingga pola pengumpulan
hanya pada titik lokasi yang dijadikan tempat penampungan
sampah sementara di badan jalan dan pesisir pantai.
d. Pemindahan
Pemindahan sampah yang berlaku di Desa Tumpang Kecamatan
Tumpang yaitu sampah yang dibiarkan di lahan kosong (Non TPS).
Karena tidak ada petugas yang membersihan/memindahkan
sampah tersebut ke penampungan sementara (karung) agar
diangkut oleh pick up milik desa.
e. Pengangkutan Sampah
Dari hasil survey diketahui bahwa di Desa Tumpang Kecamatan
Tumpang melakukan proses pengangkutan sampah berdasarkan 2
cara yakni, cara pertama hasil pemilahan sampah seperti botol
botol untuk diolah menggunakan mesin pencacah kemudian
diangkut menggunakan pick up kemudian dijual.. Namun sampah
yang tertumpuk dilahan kosong tidak ada proses pengangkutan.
Oleh karena itu sangat dibutuhkan kerjasama petugas pengelola
sampah untuk meningkatkan kinerja pengangkutan sampah
menjadi satu hari sekali dengan memperhatikan sampah yang
berada di lahan kosong dekat rumah warga agar tidak menganggu
aktifitas warga.

Dengan demikian pengelolaan sampah di Desa Tumpang tersebut


belum dilaksanakan pengelolaan secara baik dan benar maka perlu adanya
system penanganan pengelolaan sampah yang professional dengan
mempertimbangkan beberapa aspek antara lain:
1. Aspek organisasi

18
Aspek organiasi merupakan aspek yang penting dalam kegiatan
pengelolaan sampah disuatu kawasan.Karena peran serta organisai
adalah mengatur tata laksana kerja seperti administrasi, dan pelaksana
teknis lapangan.Berdasarkan undang - undang no 18 tahun 2008
tentang pengelolaan sampah, menyebutkan setiap orang berhak
berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan, penyelengaraan,
dan pengawasan dibidang pengelolaan sampah.
Organisasi yang mengatur kondisi pengelolaan sampah di Desa
Tumpang adalah pemerintah desa. Pemerintah desa pernah
menyediakan tempat sampah di depan rumah seluruh warga
masyarakat Desa Tumpang, hal ini perlu dilakukan pengawasan dan
pengontrolan oleh organisasi untuk mengetahui kondisi bak sampah
tersebut dan pemanfaatannya.
2. Aspek Biaya
Di Desa Tumpang tidak terdapat sarana pengumpulan sampah
sementara (TPS) dan sarana pengumpulan sampah akhir (TPA). Oleh
karena itu masyarakat tidak membayar retribusi untuk pembiayaan
penyelengaraan pengelolaan persampahan dan pemeliharaan
kebersihan ditetapkan berdasarkan jenis bangunan. 90 % masyarakat
tidak membayar retribusi sampah karena tidak tahu tentang biaya
retribusi tersebut dan menganggap tidak mendapat pelayanan yang
maksimal dari pihak pemerintah.
Namun masyarakat bersedia membayar retribusi untuk pengelolaan
sampah dan pemeliharaan kebersihan di Kabupaten Malang dengan
syarat ada petugas pengangkut sampah dan penyediaan fasilitas sarana
pengumpulan sampah sementara (TPS). Oleh karena itu perlu adanya
sosialisasi oleh pemerintah mengenai Perda Kabupaten Malang No 07
Tahun 2006 tentang pengelolaan persampahan dan retribusi pelayanan
kebersihan sehingga masyarakat lebih paham mengenai peraturan
tersebut.
3. Aspek Hukum dan Peraturan

19
Aspek hukum dan peraturan sesuai dengan Perda No 07 tahun 2006 tentang
pengelolaan sampah dan retribusi pelayanan kebersihan belum terlaksana
sebagaimana mestinya, hal ini dikarenakan masyarakat kurang mengetahui
tentang hukum dan peraturan yang berlaku. Oleh karena itu penting untuk
membekali masyarakat lewat sosialisasi peraturan pengelolaan sampah, serta
penting dilakukan penegakan hukum lewat pemberlakuan sanksi bagi setiap
pelanggarnya. Hal ini untuk menjamin terlaksananya hukum dan peraturan
mengenai pengelolaan sampah di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang.
4. Aspek Peran serta Masyarakat
Keaktifan peran serta masyarakat dalam setiap kegiatan pengelolaan
sampah sangat diharapkan. Berdasarkan peraturan daerah terkait
pengelolaan sampah menyebutkan setiap orang berhak berpartisipasi
dalam proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan, dan
pengawasan dibidang pengelolaan sampah. Namun partisipasi
masyarakat berupa perencanaan, pembangunanan dan pengelolaan
sampah di Desa Tumpang Kecamatan Tumpang masih sangat kurang.

2. Konsep Pengelolaan Sampah Plastik


Langkah awal pengolah sampah plastik menjadi kerajinan adalah
memisahkan sampah kering dan sampah basah. Selanjutnya sampah kering
seperti botol/gelas air mineral dan kantong plastik dibersihkan. Setelah itu
plastik-plastik yang telah dicuci dan dikeringkan kemudian dipotong-
potong seperti pola barang kerajinan yang akan dibuat. Saat ini hiasan dari
sampah plastik telah menjadi produk fashion tersendiri yang berasal dari
bahan daur ulang. Produk kerajinan daur ulang sampah plastik bisa
menambah perekonomian masyarakat bila diolah dengan kreatifitas yang
tinggi dan menghasilkan kualitas produk yang baik.
Di Desa Tumpang ada pengolahan sampah plastik yang dilakukan
melalui metode bank sampah. Bahan pengolahan sampah diambil dari
sampah plastik rumah tangga maupun sampah plastik yang di buang oleh
industri di sekitar kota madiun. Sampah plastik yang diolah menjadi
produk kerajinan dapat memiliki nilai jual yang cukup tinggi. Contoh

20
produk ini adalah : bunga plastik, tas jinjing, dan baju plastik, dan lain
lain.
a. Cara Pengolahan Sampah Plastik.
Cara pengolahan sampak plastik yang dikelola oleh Bank Sampah
Matahari yang beralamatkan di Desa Tumpang, adalah sebagai
berikut:
1) Pertama – tama semua sampah plastik di kumpulkan melalui
pengepul.
2) Selanjutnya sampah plastik dipilah .
3) Setelah sampah plastik dipilah kemudian yang bisa dimanfaatkan
kembali diolah dan yang tidak bisa diolah dijual kembali kepada
pengepul.
4) Sampah Plastik yang masih bisa dimanfaatkan kembali
seklanjutnya diolah menjadi sebuah kerajinan atau souvenir yang
menarik.
5) Produk kerajian dan souvenir yang telah dibuat biasanya sudah
ada yang memesan atau ditampilkan ketika ada suatu pameran.
b. Tenaga
Dalam pengolahan sampah plastik ini tidak memerlukan banyak
tenaga karena alat yang digunakan masih sangat sederhana dan bahan
baku mudah didapatkan. Semua orang sebenarnya bisa mengolahan
sampah plastik, asalkan memiliki niat untuk belajar serta
mengembangkan kreatifitas yang dimiliki.
c. Distribusi
Dalam penjualan daur ulang sampah plastik ini menurut pengelolanya
sudah ada pesanan dari seseorang. Selain itu dalam pemasarannya
pengelola juga mengikutkan hasil produknya dengan mengikuti segala
pemeran, baik itu yang diselenggarakan di Desa Tumpang, maupun
yang diadakan di luar Desa Tumpang.
d. Kendala

21
Kendala yang dihadapi pengelola adalah kurangnya kreatifitas
masyarakat dalam membuat sebuah produk kerajinan sehingga
kreatifitas masyarakat masih harus ditingkatkan dan memerlukan
pelatihan-pelatihan untuk mengembangkannya.

22
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Sampah plastik merupakan salah satu jenis limbah domestik yang
merupakan limbah padat dan sulit terurai oleh mikroorganisme, sehingga
sampah plastik sering menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Salah
satu cara untuk mengatasi pencemaran lingkungan akibat sampah plastik
adalah dengan melakukan daur ulang terhadap sampah plastik tersebut.
Proses mendaur ulang sampah plastik bisa dilakukan dengan membuat
industri kreatif pada masyarakat.
Industri kreatif pada masyarakat dapat dilakukan melalui Bank
Sampah yaitu proses mendaur ulang sampah plastik yang dilakukan dengan
cara mengumpulkan, mengolah dan menggunakan kembali sampah yang telah
dibuang oleh masyarakat. Produk yang dihasilkan dari daur ulang sampah
plastik antara lain vas bunga, dompet, tas besar, tas jinjing, tempat tissue, dan
pakaian/baju. Melalui bank sampah, sampah yang didaur ulang menjadi suatu
karya yang menarik dapat dijual untuk menambah perekonomian masyarakat.

B. Saran
Dilihat dari sisi positifnya sekarang sampah bukanlah sesuatu yang
hanya dapat menimbulkan masalah, tetapi sampah juga dapat menjadi sumber
perekonomian yang baru bagi masyarakat bila masyarakat mau
memanfaatkanya. Pemanfaatan sampah melalui industri kreatif yang
dilakukan masyarakat seharusnya juga mendapatkan dukungan dari
pemerintah misalnya melalui dinas pendidikan dan dinas kesehatan serta
lembaga pemerintah lainnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo, 2010. Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang.Yogyakarta: Graha


Ilmu. Anonimous, 2009. Pemilihan Dan Strategi Penerapan Teknologi Pengolahan
Sampah Terpadu, Studi Kasus Di Dki Jakarta.
Cecep Dani Sucipto. “Teknologi Pengolahan Daur Ulang Sampah”,Cetakan Pertama
2012, Gosyen Publishing Yogyakarta.
Chandra, B. 2006.,Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta, Buku Kedokteran Egc.
Himarwanto,D.E.,R.D.Dhewangga, Indarto, H.Saptoadi, Dan T.A.Rohmat. 2010.
Mirsa.R. 2012.Elemen Tata Ruang Kota. Graha Ilmu. Yogyakarta. Nurmandi, A.
2014.Manajemen Perkotaan.Yogyakarta:
JKSG Rustiadi, E.S. Saeful H. dan Panaju, D.R. 2011.Perencanaan dan Pengembangan
Wilayah. Jakarta: Yayasan Pustaka obor Indonesia.
Sarudji, D. 2006. Kesehatan Lingkungan. Media Ilmu. Surabaya. Hadi P. Sudharto. 2014.
Manajemen Lingkungan. YogyakartaL Thafa Media

Undang – Undang :
Dokumen RTRW Kabupaten Malang Tahun 2019-2020
SNI 19-2454-2002 Tata Cara Teknik Operasional Sampah Perkotaan
UU Nomor 18 Tahun 2008 Pengelolaan Sampah Perkotaan.
Peraturan Daerah Kab. Malang Nomor 07 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Persampahan
Dan Retribusi Pelayanan Kebersihan.

24

Anda mungkin juga menyukai