Abstrak
Produksi sampah di Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Hal ini
dipengaruhi oleh semakin kompleksnya kegiatan masyarakat, pola konsumsi yang bertambah, dan
jenis sampah yang semakin beragam. Sampah yang menumpuk dan tidak dikelola dengan baik
dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi lngkungan, salah satunya pencemaran lingkungan.
Maka dari itu, diperlukan suatu upaya agar dapat mengelola sampah dengan baik. Upaya tersebut
dapat dilakukan dengan mendirikan bank sampah. Bank sampah merupakan sistem pengelolaan
sampah yang dirancang dengan menerapkan sistem 3R (reduce, reuse, recycle) sehingga sistem
ini sangat ramah lingkungan. Dengan adanya bank sampah, masyarakat dapat menabung
menggunakan sampah dan nantinya hasil yang diperoleh dapat ditukarkan dengan uang maupun
barang. Selain dapat menambah penghasilan, mereka juga bekontribusi dalam upaya pelestarian
lingkungan. Sampah yang terkumpul akan disetor ke tempat pembuatan kerajinan sampah dan
tempat pengepul sampah. Di sana, sampah akan diproses dan diolah kembali menjadi sesuatu yang
berguna. Dengan demikian, sampah tidak lagi menimbulkan pencemaran lingkungan, malahan
menjadi sesuatu yang bernilai. Alhasil, program bank sampah ini dapat menjadi alternatif pilihan
dalam pengelolaan sampah guna menciptakan lingkungan yang bersih dan nyaman untuk ditempati.
Kata kunci : sampah, bank sampah, pengelolaan sampah.
Abstract
Prodution of garbage in Indonesia year after year continues to increase. This is affected by
increasingly compex social activities, increased concumption patterns, and an ever more diverse
type of garbage. Rundown and poorly managed garbage can have a bad effect on weathering, one
of which is environmental pollution. Therefore, a measure of effort is needed in order to manage
garbage properly, which can be done by setting upa garbage bank. Garbage banks are a garbage
management system designed by implementing a system 3R (Reuse, Reduce, Recycle) making it a
very ecologically sound system. With the garbage banks, people can save on garbage and then in
return for money and goods in adition to supplement income, and they contribute to the garbage
conservation effort created by the garbage collection center. When garbage is processed and
reprocessed into something of value. As a result, this garbage bank program can be an alternative
to waste management to create a clean and comfortable environment.
Keyword : trash, garbage banks, waste management.
PENDAHULUAN
Sampah merupakan permasalahan sosial yang belum terselesaikan hingga saat ini. Menurut
data yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2020,
produksi sampah di Indonesia mencapai 67,8 juta ton. Hal ini berarti ada sekitar 185.753 ton sampah
setiap hari yang dihasilkan oleh 270 juta penduduk Indonesia atau jika dihitung setiap penduduk
Indonesia dapat menghasilkan sekitar 0,68 kilogram sampah per hari. Jumlah sampah diperkirakan
akan terus bertambah seiring dengan meningkatnya laju pertumbuhan penduduk di Indonesia,
terutama pertumbuhan urbanisasi yang mencapai 70 persen. Selain itu, sampah yang terus
meningkat juga dipengaruhi oleh semakin kompleksnya kegiatan masyarakat, pola konsumsi yang
semakin bertambah, dan jenis sampah yang semakin beragam.
Sampah diartikan sebagai semua bentuk limbah berbentuk padat yang berasal dari kegiatan
manusia dan hewan kemudian dibuang karena tidak bermanfaat atau keberadaannya tidak
diinginkan lagi (Tchobanoglus, 1993). Selain itu, ada juga Kodoatic (2003) yang berpendapat bahwa
sampah merupakan limbah padat atau setengah padat dari hasil kegiatan manusia, hewan atau
tumbuhan atau kegiatan pekotaan. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa sampah ialah
segala sesuatu yang berbentuk padat dan berasal dari proses kegiatan makhluk hidup.(manusia,
hewan, dan tumbuhan) serta sudah tidak berguna lagi.
Sampah seringkali menimbulkan masalah baik itu di daerah pedesaan, maupun daerah
pekotaan. Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan.
Misalnya, sampah yang menumpuk di tanah dapat menjadi sarang penyakit dan mengurangi
keindahan lingkungan. Di samping itu, sampah yang dibakar dapat menimbulkan pencemaran udara
berupa bau tidak sebab dan dapat mengganggu saluran pernafasan. Apalagi asap yang dihasilkan
dari pembakaran sampah plastik bersifat karsinogen, yaitu menyebabkan penyakit kanker. Selain
itu, sampah yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan air menjadi tercemar dan tersumbatnya
saluran air yang seringkali menyebabkan bencana banjir. Di samping mengakibatkan pencemaran
lingkungan, sampah juga dapat menambah produksi gas metana.
Seperti halnya kasus ledakan gas metana di TPA Cineundeu, Leuwigajah, Kota Cimahi,
Jawa Barat, pada tanggal 21 Januari 2005. Hal ini terjadi karena tumpukan sampah tidak dikelola
sebagaimana mestinya. Akibat dari peristiwa ini, 157 orang harus kehilangan nyawanya dan
peristiwa ini juga memicu terjadinya tanah longsor di Kampung Cilimus dan Kampung Pojok.
Peristiwa tersebut dapat menjadi bahan evaluasi bagi kita semua agar dapat mengelola
sampah dengan baik dan bijaksana sehingga peristiwa tersebut tidak terulang kembali. Berbagai
upaya dilakukan pemerintah untuk memperbaiki tata kelola sampah di Indonesia. Mulai dari
mendaur ulang sampah menjadi produk kerajinan, pupuk, sumber pembangkit listrik, memproduksi
kembali sampah berbahan dasar daur ulang, hingga melakukan kampanye atau sosialisasi kepada
masyarakat untuk menggunakan tas belanja dalam rangka mengurangi sampah plastik.
Akan tetapi, upaya yang dilakukan pemerintah belum dapat dikatakan optimal karena upaya
tersebut belum mampu mengurangi jumlah sampah yang ada. Perlu adanya upaya untuk mengelola
sampah yang ada dengan melibatkan berbagai pihak bukan hanya pemerintah saja. Pengelolaan
sampah yang dibutuhkan oleh masyarakat saat ini harus mampu memanfaatkan nilai ekonomis
sampah secara maksimal, yaitu dengan menerapkan reduce, reuse, recycle (3R). Salah satunya
adalah dengan bank sampah.
PENGELOLAAN SAMPAH
Pengertian pengelolaan sampah berdasarkan UU No. 18 Tahun 2008 yaitu kegiatan yang
sistematis, menyeluruh, dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan
sampah. Pengurangan sampah dapat dilakukan dengan cara pembatasan tumpukan sampah,
melakukan daur ulang sampah, dan memanfaatkan kembali sampah. Sedangkan, penanganan
sampah dilakukan dengan pemilahan sampah berdasarkan jenis dan sifatnya, pengumpulan, dan
pengangkutan sampah menuju Tempat Pemrosesan Akhir (TPA).
Secara umum, pengelolaan sampah merupakan suatu kegiatan dalam rangka menangani
sampah sejak sampah itu dihasilkan hingga pembuangannya. Pengelolaan sampah biasanya
dilakukan melalui tiga tahapan, meliputi pengumpulan, pengangkutan, dan pembuangan. Tahap
pengumpulan merupakan tahap pertama pengelolaan sampah mulai dari asalnya sampai sebelum
nantinya akan dipindahkan. Pada tahap ini masyarakat menggunakan alat bantu berupa tong
sampah, bak sampah, gerobak, dan lain sebagainya. Pengumpulan sampah biasanya melibatkan
beberapa orang untuk mengambil sampah dari orang satu ke orang lainnya dalam jangka waktu
tertentu. Selanjutnya, ada tahap pengangkutan yang mana juga memakai sarana berupa alat
transportasi untuk mengangkut sampah menuju tempat pemrosesan akhir. Dan yang terakhir ada
tahap pembuangan. Pada tahap ini, sampah akan diproses secara fisik atau wujudnya, kimia, dan
biologis hingga selesai.
Setiap jenis sampah memiliki cara pengelolaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hal
ini bergantung dengan karakteristik masing – masing jenis sampah. Sebagai contohnya adalah
sampah organik. Sampah organik seperti dedaunan, sisa makanan, dan buah – buahan dapat diolah
menjadi pupuk kompos atau dapat ditimbun di dalam tanah karena sifatnya yang mudah membusuk.
Berbeda halnya dengan sampah anorganik seperti plastik, logam, pecahan kaca, dan lain
sebagainya. Sampah tersebut tidak dapat ditimbun di dalam tanah karena karakteristiknya yang sulit
untuk diuraikan oleh mikroorganisme dan kandungan bahan kimia yang dapat mencemari tanah
sehingga membuat tanah menjadi tandus atau tidak subur. Oleh karena itu, sampah anorganik
diolah dengan cara merangkainya menjadi kerajinan tangan, seperti hiasan bunga, lampion, tas dan
lain sebagainya. Dengan demikian, sampah harus dipilah terlebih dahulu berdasarkan jenisnya agar
dapat dikelola dengan baik
Namun, pengelolaan sampah di zaman sekarang ini mengalami hambatan yang cukup
banyak, seperti kurangnya lahan sebagai tempat pembuangan akhir, meningkatnya biaya
operasional pengelolaan sampah, kurangnya kesadaran masyarakat dalam membuang dan
memilah sampah, dan masih banyak lagi. Dengan demikian, diperlukan pengelolaan sampah yang
berbasis masyarakat.
Pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat mengandung arti bahwa dalam
pelaksanaannya melibatkan partisipasi dari masyarakat. Pemerintah hanya sebagai fasilitator dan
motivator dalam proses penyelenggaraannya. Pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat
menjadi penting dan tepat diterapkan di kondisi sekarang ini karena pelaksanaannya dilakukan
secara mandiri oleh kelompok masyarakat tertentu sehingga dapat disesuaikan dengan kebutuhan
yang ada. Pengelolaan sampah yang berbasis masyarakat dapat terus berlanjut dan dapat
dikatakan berhasil apabila masyarakat sadar akan pentingnya mengelola sampa.
Pengelolahan sampah yang menerapkan sistem 3R (reduce, reuse, recycle) mengubah
pandangan dan pikiran masyarakat untuk mengelola sampah. Sampah yang awalnya dianggap tidak
berguna, tetapi dengan menerapkan sistem 3R ini, sampah menjadi sesuatu yang bernilai. Dengan
begitu, partisipasi masyarakat sangat diperlukan di sini. Bukan hanya sebagai produsen, tetapi juga
sebagai anggota penghasil sampah.
Sampah akan bernilai secara ekonomis apabila dapat dikelola dengan baik dan dalam jumlah
yang cukup untuk diperdagangkan. Maka dari itu, diperlukan suatu wadah sebagai tempat
pemasaran sampah agar memiliki nilai ekonomis. Disinilah pentingnya bank sampah sebagai sarana
untuk memberdayakan masyarakat agar mengelola sampah dengan baik.
SIMPULAN
Bank sampah merupakan salah satu alternatif penyelesaian masalah tentang pengelolaan
sampah di Indonesia. Bank sampah memberikan dampak yang positif bagi lingkungan masyarakat,
baik dari segi sosial, ekonomi, maupun lingkungan. Dengan adanya bank sampah ini, masyarakat
semakin sadar akan pentingnya mengelola sampah dengan cara memilah sampah berdasarkan
jenisnya. Selain itu, masyarakat dapat belajar menabung dan dapat menambah penghasilan dari
menukar sampah di bank sampah. Dengan begitu, sampah akan menjadi berkurang dan lingkungan
menjadi bersih dan sehat.
Di Indonesia, pemanfaatan bank sampah masih kurang optimal. Oleh karena itu, pemerintah
perlu melakukan kampanye atau sosialisasi terkait bank sampah di daerah – daerah yang belum
terdapat bank sampah. Dengan begitu, bank sampah dapat tersebar secara luas di wilayah
Indonesia dan dapat membantu masyarakat dapat melakukan kegiatan sehari – hari. Selain itu,
diperlukan partisipasi dari masyarakat untuk mendukung upaya pemerintah, yaitu dengan cara
memilah sampah berdasarkan jenisnya sehingga sampah yang sudah dipilah dapat dimanfaatkan
kembali menjadi produk yang berguna dan memiliki nilai ekonomis.
DAFTAR PUSTAKA
Amaliah, F. N. (2020). Peran Pengelola Bank Sampah Ramah Lingkungan (Ramli) Dalam
Pemberdayaan Masyarakat di Perumahan Graha Indah Kota Samarinda. Jurnal Program
Studi Pendidikan Masyarakat, 18-22.
Artiani, G. P. (n.d.).
Donna Asteria, H. H. (2016). Bank Sampah Sebagai Alternatif Strategi Pengelolaan Sampah
Berbasis Masyarakat di Tasikmalaya. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 136-141.
Gita Puspa Artiani, I. H. (2015). Konservasi Lingkungan Melalui Perencanaan Tempat Pengolahan
Sampah Terpadu Berbasis Komunitas. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi
(SEMNASTEK) (pp. 1-9). Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Makmur Selomo, A. B. (2016). Bank Sampah Sebagai Salah Satu Solusi Penanganan Sampah di
Kota Makassar. Jurnal MKMI, 232-240.
Yusa Eko Saputro, K. S. (2015). Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat Melalui Bank Sampah.
Indonesian Journal of Conservation, 83-94.
Lampiran 1 Scan KTM
Lampiran 2 Lembar Pernyataan
Lampiran 3 Screenshot Hasil Plagiat