E t i k a m e n j a d i a c u a n a t a u p a n d u a n b a g i i l m u
d a l a m r e a l i s a s i pengembangan.Untuk mengatasi konflik batin
dikemukakan teori-teori etika yang bermaksud menyediakan konsistensis atau
koheren dalam mengambil keputusan- keputusan moral.Teori-teori tersebut adalah:
1. Konsekuensialisme. Teori ini menjawab apa yang harus kita lakukan,
denganmemandang konsekuensi dari bebagai jawaban. Ini berarti bahwa yang
harusdianggap etis adalah konsekuensi yang membawa paling banyak hal
yangmenguntungkan, melebihi segala hal merugikan, atau yang
mengakibatkankebaikan terbesar bagi jumlah orang terbesar. Manfaat
paling besar dari teori ini adalah bahwa teori ini sangat memperhatikan dampak
aktual sebuahk e p u t u s a n t e r t e n t u d a n m e m p e r h a t i k a n b a g a i m a n a o r a n g
t e r p e n g a r u h . Kelemahan dari teori ini bahwa lingkungan tidak menyediakan
standar untuk mengukur hasilnya.
2. Deontologi, berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban. Teori
inimenganut bahwa kewajiban dalam menentukan apakah tindakannya bersifatetis
atau tidak, dijawab dengan kewajiban-kewajiban moral. Suatu perbuatan bersifat etis,
bila memenuhi kewajiban atau berpegang pada tanggungjawab,Jadi yang paling
penting adalah kewajiban-kewajiban atau aturan-aturan, karena hanya dengan
memperhatikan segi-segi moralitas ini dipastikan tidak akan menyalahkan moral.
Manfaat paling besar yang dibawakan oleh etika deontologis adalah kejelasan
dan kepastian. Problem terbesar adalah bahwadeontologi tidak peka terhadap
konsekuensi-konsekuensi perbuatan. Denganhanya berfokus pada kewajiban,
barangkali orang tidak melihat beberapa aspek penting sebuah problem.
3. Etika Hak. Teori ini memandang dengan menentukan hak dan tuntutan
moraly a n g a d a d i d a l a m n y a , s e l a n j u t n y a d i l e m a - d i l e m a i n i
d i p e c a h k a n d e n g a n hirarkhi hak. Yang penting dalam hal ini adalah
tuntutan moral seseorangy a i t u h a k n y a d i t a n g g a p i d e n g a n s u n g g u h s u n g g u h . Teo r i h a k i n i p a n t a s dihargai terutama karena terkanannya pada
nilai moral seorang manusia dantuntutan moralnya dalam suatu situasi konflik
etis. Selain itu teori ini jugamenjelaskan bagiaman konflik hak antar
individu. Teori ini menempatkanh a k i n d i v i d u d a l a m p u s a t
p e r h a t i a n y a n g m e n e r a n g k a n b a g a i m a n a memecahklan konflik
hak yang biasa timbul.
4. I n t u i s i o n i s m e , t e o r i i n i b e r u s a h a m e m e c a h k a n d i l e m a - d i l e m a e t i s
dengan berpijak pada intuisi, yaitu kemungkinan yang dimiliki
seseorang untuk m e n g e t a h u i s e c a r a l a n g s u n g a p a k a h s e s u a t u
b a i k a t a u b u r u k . D e n g a n demikian seorang intuisionis mengetahui apa yang
baik dan apa yang buruk berdasarkan perasaan moralnya, bukan berdasarkan
situasi, kewajiban atauhak. Dengan intuisi kita dapat meramalkan kemungkinankemunginan yangterjadi tetapi kita tidak dapat mempertanggungjawabkan keputusan
tersebutkarena kita tidak dapat menjelaskan proses pengambilan keputusan.
Etikamenjadi acuan bagi pengembangan ilmu pengetahuan karena penghormatana t a s
manusia. Sebagaimana dikemukakan, fisuf Jerman, Imanuel
diperbuat danapa yang seharusnya diperbuat dalam rangka kedewasaan manusia yang
utuh. Padadasarnya mengupayakan rumusan konsep etika dalam ilmu pengetahuan harus
sampaik e p a d a r u m u s a n n o r m a t i f y a n g b e r u p a p e d o m a n p e n g a r a h k o n k r e t ,
b a g a i m a n a keputusan tindakan manusia dibidang ilmu pengetahuan harus
dilakukan. Moralitass e r i n g d i p a n d a n g b a n y a k o r a n g s e b a g a i k o n s e p
a b s t r a k y a n g a k a n m e n d a p a t k a n kesulitan apabila harus diterapkan begitu saja
terhadap masalah manusia konkret.R e a l i t a s p e r m a s a l a h a n m a n u s i a y a n g
b e r s i f a t k o n k r e t - e m p i r i k s e o l a h - o l a h mempunyai kekuasaan untuk
memaksa rumusan moral sebagai konsep abstr ak m e n j a b a r k a n k r i t e r i a - k r i t e r i a
b a i k b u r u k n y a s e h i n g g a m e n j a d i k o n s e p n o r m a t i v e secara nyata sesuai dengan
daerah yang ditanganinya.Dewasa ini pengetahuan dan perbuatan, ilmu dan etika saling
bertautan.Tidak ada pengetahuan yang pada akhirnya tidak terbentur pertanyaan, apakah
sesuatu itu b a i k a t a u j a h a t . A p a y a n g d i k e j a r o l e h p e n g e t a h u a n ,
m e n j e l m a m e n j a d i Bagaimana dari etika.Etika dalam hal ini dapat diterangkan
sebagai suatu penilaiany a n g m e m p e r b i n c a n g k a n b a g a i m a n a t e k h n i k y a n g
m e n g e l o l a k e l a k u a n m a n u s i a . Dengan demikian lapangan yang dinilai oleh etika jauh
lebih luas daripada sejumlahkaidah dari perorangan, mengenai yang halal dan yang
haram. Tetapi berkembangmenjadi sesuatu etika makro yang mampu
merencanakan masyarakat sedemikianrupa sehingga manusia dapat belajar
mempertanggungjawabkan kekuatan-kekuatan yang dibangkitkannya sendiri.T e r k a i t
dengan keterbukaan yang disebutkan diatas, maka etika
h a n y a menyebut peraturan-peraturan yang tidak pernah berubah, melainkan
secara kritismengajukan pertanyaan, bagaimana manusia bertanggungjawab
terhadap hasil-hasilt e k h n o l o g i m o d e r e n d a n r e k a y a s a n y a . E t i k a
s e m a c a m i t u t e n t u s a j a h a r u s membuktikan kemampuannya
menyelesaikan masalah manusia konkret. Tidak lagisekedar memberikan isyarat
dan pedoman umum, melainkan langsung melibatkandiri dalam peristiwa aktual
dan factual manusia, sehingga terjadi hubungan timbal balik dengan apa yang
sebenarnya terjadi. Etika seperti itu berdasarkan interaksi antara keadaan etika
sendiri dengan masalah-masalah yang membumi.