Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERUBAHAN EKOSISTEM AIR DAN BIODIVERSITAS


GENETIK, SPESIES DAN EKOSISTEM DI AIR

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1
KESEHATAN LINGKUNGAN DAN KESEHATAN KERJA LANJUT (B)
ANDI SUCI LESTARI S. ALAM K012211002
CHRISTIEN LIRA CHANDRA K012211006
STEVEN SILALAHI K012211007
ANNIE YUNITA TANDI K012211008
ARJUMAN ASRUN K012211012
AFIIFAH K012211013
RIMA EKA JULIARTI K012211019

PROGRAM PASCASARJANA
PRODI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekosistem adalah suatu kumpulan dari berbagai komponen hingga menjadi
satu kesatuan dalam kehidupan atau lingkungan. Ekosistem menurut UU RI
No. 23 Tahun 1997 yaitu suatu tatanan unsur lingkungan hidup yang
merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam
membentuk keseimbangan, stabilitas dan produktivitas lingkungan hidup.
Ekosistem merupakan sistem ekologi yang didalamnya terjadi hubungan timbal
balik antara komponen-komponen penyusunnya. Komponen-komponen
penyusun ekosistem secara keseluruhan mencakup komponen biotik dan
abiotik.
Problematika ekosistem di dunia pada saat ini banyak mengalami
perubahan. Jika suatu lingkungan mengalami perubahan maka ekosistem yang
terdapat di lingkungan itu akan mengalami perubahan juga. Perubahan
ekosistem yang ada di bumi ini terjadi karena beberapa hal, yang disebabkan
oleh alam dan juga manusia. Salah satu problematika yang paling sering terjadi
di Indonesia, yaitu problematika ekosistem yang terjadi di air, seperti
perusakan terumbu karang akibat seringnya manusia membuang sampah ke air
sehingga berakibat pada habitat ikan hias dan juga terumbu karang yang ada di
laut menjadi cepat punah. Hal tersebut tentu akan merusak biodiversitas yang
ada dalam air sehingga keseimbangan ekosistem menjadi tidak stabil.
Biological-diversity (biodiversity/biodiversitas) atau keanekaragaman
hayati adalah semua makhluk hidup di bumi (tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme) termasuk keanekaragaman genetik yang dikandungnya dan
keanekaragaman ekosistem yang dibentuknya. Biodiversitas itu sendiri terdiri
atas tiga tingkatan, yaitu biodiversitas genetik, biodiversitas spesies atau jenis
dan biodiversitas ekosistem. Terganggunya ekosistem air dan biodiversitas di
air telah menjadi permasalahan sejak lama. Oleh karena itu, penulis ingin
menyusun makalah terkait perubahan ekosistem air dan biodiversitas genetik,
spesies dan ekosistem di air.
B. Fakta Masalah
Salah satu fakta terkait permasalahan ini adalah meskipun suatu ekosistem
memiliki daya tahan yang besar terhadap perubahan, biasanya batas
mekanisme homeostatis dapat dipengaruhi bahkan dikalahkan oleh kegiatan
manusia. Misalnya, sebuah sungai yang tercemar oleh pembuangan limbah
yang tidak terlalu banyak sehingga air sungai masih dapat jernih kembali
secara alami. Tetapi jika bahan pencemar yang masuk ke badan air sungai
melebihi kapasitas homeostatisnya maka sungai akan mengalami penurunan
kualitas peruntukannya bagi kehidupan manusia. Dalam hal ini daya tampung
atau daya serap alami sudah terlampaui sehingga air sungai mengalami
pencemaran.

C. Pertanyaan Masalah
1. Apa saja faktor yang menyebabkan perubahan ekosistem air dan
biodiversitas genetik, spesies dan ekosistem air?
2. Bagaimana aspek kesehatan/lingkungan yang ditimbulkan dari perubahan
ekosistem air dan biodiversitas genetik, spesies dan ekosistem air?
3. Bagaimana solusi yang diberikan dalam menanggulangi permasalahan
ekosistem air dan biodiversitas genetik, spesies dan ekosistem air?

D. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan perubahan ekosistem air dan
biodiversitas genetik, spesies dan ekosistem air.
2. Untuk mengetahui aspek kesehatan/lingkungan yang ditimbulkan dari
perubahan ekosistem air dan biodiversitas genetik, spesies dan ekosistem
air.
3. Untuk mengetahui cara penanggulangan permasalahan ekosistem air dan
biodiversitas genetik, spesies dan ekosistem air.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tabel Rekap Hasil Penelitian


No Nama / NIM / Ekosistem Air Biodiversitas Genetik, Spesies dan Ekosistem di Air
Andi Suci Lestari S. Alam / K012211002 / Ekosistem air laut (pantai) Biodiversitas Spesies. Kelimpahan plankton di Pantai Sayung
˗ Kerusakan lingkungan disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan Kabupaten Demak berjumlah 49 jenis yang tersusun dari 38 jenis
manusia yang menghasilkan limbah pencemar, baik yang berasal dari limbah fitoplankton dan 11 jenis zooplankton. Kelompok yang paling tinggi
industri maupun kegiatan manusia lainnya. Dampak negatif yang ditimbulkan adalah Bacillariophyta yaitu 14,21%. Indeks keanekaragaman cukup
yaitu abrasi. stabil dengan distribusi merata. Plankton yang ditemukan dan
1. ˗ Terjadinya fenomena air pasang dan banjir rob di wilayah tersebut sehingga mengindikasikan kualitas perairan terdapat cemaran adalah
mempengaruhi persebaran dan pendistribusian spesies plankton. Chaetoceros sp., Coscinodiscus sp., Navicula, Nitzschia sp.,
˗ Pengukuran koefisien saprobik tergolong dalam tercemar ringan sampai agak Oscillatoria, Melosira sp., Pinnularia sp., Closterium sp., Ceratium
tinggi dengan kategori fase β-Meso/Polisaprobik sampai α- Mesosaprobik. sp., Euglena Viridis. Parameter kualitas air di perairan Pantai Sayung
masih layak untuk kehidupan organisme perairan dan secara umum
masuk dalam golongan Kelas II untuk perairan budidaya.
Ekosistem. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air permukaan
Christien Lira Chandra / K012211006 / Ekosistem air tawar (sungai) menimbulkan dampak yang meyebabkan penurunan kualitas air
- Menurunnya kualitas air permukaan (air sungai) pada area migas dikarenakan permukaan di area plan Sukowati, Mudi, Lengowangi, dan CPA.
2.
aktifitas industri migas, yang berdampak pada sekitar area sungsi area CPA, Beberapa lokasi menunjukan hasil indeks diversity berada di antara
Mudi PAD B, Mudi PAD C, Sukowati PAD A, Sukowati PAD B dan nilai 0 – 2, dimana menunjukan adanya tekanan terhadap lingkungan.
Lengowangi. Biota dalam perairan tersebut yang dapat digunakan sebagai indikator
pencemaran di suatu lingkungan adalah plankton dan bentos.
Biodiversitas Spesies. Beberapa jenis spons yang ditemukan antara
lain Cinachyra sp., Raspailia arbuscula, Dendrilla Antarctica,
Steven Silalahi / K012211007 / Ekosistem laut dangkal (padang lamun)
Petrosia sp., Tetrapocillon novaezealandiae, dan Cinachyrella sp.
˗ Kerusakan ekosistem laut dangkal salah satunya adalah campur tangan manusia
3. yaitu dijadikan sebagai tempat wisata dan mencari hasil laut atau berkarang
Kerapatan lamun di Perairan Malang Rapat Kecamatan Gunung
Kijang Kabupaten Bintan di kategorikan sangat rapat pada semua
sebagai konsumsi pribadi atau diperjual belikan.
stasiun. Kepadatan spons tertinggi dijumpai pada stasiun dua,
sedangkan pada stasiun satu dan tiga memiliki kelimpahan rendah.
Nilai indeks keanekaragaman pada ketiga stasiun dikategorikan
rendah. Nilai indeks keanekaragaman rendah mengindikasikan
lingkungan mengalami gangguan dan struktur organisme yang ada
dalam lingkungan tersebut tertekan.
Biodiversitas Spesies. Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa terdapat 8 jenis lamun yang di dominasi oleh
Annie Yunita Tandi / K012211008 / Ekosistem laut dangkal (padang lamun) Thalassia hemprichi dan Cymodocea rotundata. Kelangsungan
˗ Perbedaan jenis lamun dan perbedaan kerapatan disebabkan karena karateristik ekosistem padang lamun berpengaruh terhadap biota yang
dari masing-masing tempat/stasiun, pada daerah yang dekat dengan aktivitas bergantung hidup di dalamnya, seperti halnya Echinodermata.
manusia dan aktivitas pelayaran ditemukan lamun lebih sedikit dengan Echinodermata yang ditemukan terdiri dari 5 jenis yaitu Archaster
4. kerapatan rendah dibanding dengan daerah yang jauh dari aktivitas manusia atau typicus, Diadema setosum, Laganum central, Laganum depressum
alami. dan Holothuria atra. Indeks keanekaragaman (H’) Echinodermata
˗ Gangguan ekosistem yang diterima lamun akibat pembuangan limbah rumah pada kedua stasiun di Pulau Karimunjawa adalah keanekaragaman
tangga serta aktivitas masyarakat mengakibatkan penutupan lamun yang rendah. sedang. Nilai indeks keseragaman yang di dapatkan pada kedua
stasiun tinggi dan menandakan bahwa kondisi komunitas dalam suatu
ekosistem tersebut stabil.
Arjuman Asrun / K012211012 / Ekosistem air laut (terumbu karang)
Biodiversitas Spesies. Berdasarkan hasil kajian ini dapat
- Pada lokasi penyelaman aktivitas penyelaman yang dilakukan oleh wisatawan
disimpulkan bahwa persen penutupan karang hidup di Pulau Maratua
dapat menyebabkan kerusakan pada terumbu karang baik akibat dari kontak
dilokasi penyelaman rata-rata mencapai nilai 48% (sedang) dan pada
yang tidak disengaja seperti menginjak karang dan jangkar kapal yang dapat
lokasi bukan penyelaman mencapai nilai 43% (sedang). Selain itu
merusak terumbu karang.
hasil kajian ini juga telah menemukan sebanyak 144 spesies ikan
- Pada lokasi non penyelaman kerusakan ekosistem terumbu karang terjadi akibat
karang yang didominasi oleh jenis ikan planktivora dan omnivora,
aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dan illegal. Kurangnya
5. sebanyak 133 spesies avertebrata bentik non karang dan sekitar 32
pengawasan pada titik lokasi non-penyelaman dan pengetahuan nelayan
marga karang keras dari kelas Anthozoa. Namun juga perlu perhatian
tradisional menjadi penyebab hal ini.
penuh pihak pengelola kawasan bahwa ditemukan juga kelimpahan
- Terjadinya pengalihan lahan di daratan untuk pembangunan fasilitas pendukung
Crinoidea yang tinggi menunjukkan indikasi adanya pengayaan
seperti Bandara dan Penginapan menyebabkan penurunan kemampuan daratan
nutrisi di perairan Pulau Maratua sehingga kondisi terumbu karang
untuk menahan air hujan dan nutrient yang turun ke laut sehingga menyebabkan
akan semakin tertekan dan pemulihan ekosistem menjadi sulit.
pengayaan nutrient yang menyebabkan tertekannya spesies terumbu karang.
Afiifah / K012211013 / Ekosistem air tawar (sungai) Biodiversitas Genetik. Spesies C. micropeltes populasi Sungai
6. ˗ Faktor lingkungan (kondisi habitat) dapat memengaruhi stabilitas struktur Sebangau dan Katingan diperoleh nilai keragaman genetik cenderung
genetik kaitannya dengan aktivitas pertukaran gen dan aliran gen antar populasi rendah dan berpotensi rendah. Pada suatu populasi yang memiliki
pada proses seleksi dan persilangan. keragaman genetik rendah akan berdampak terhadap kemampuan
˗ Berbagai aktivitas manusia yang melakukan kerusakan dan pencemaran adaptasi untuk bertahan hidup seperti organisme memiliki sintasan
terhadap lingkungan perairan dengan adanya aktivitas penangkapan berlebih, yang kecil, ukuran yang beragam dan tingkat survival yang rendah
menggunakan alat tangkap yang tidak selektif dan tidak ramah lingkungan tehadap perubahan lingkungan. Letak geografis yang relatif dekat
seperti penyetruman, penggunaan bom dan bahan kimia dapat mengancam memungkinkan keragaman genetik ikan akan memiliki tingkat
keberadaan suatu spesies sehingga perlunya kesadaran dan kerjasama untuk kemiripan dan akan berada dalam satu kelompok.
melestarikan plasma nutfah.
Rima Eka Juliarti / K012211019 / Ekosistem air laut (terumbu karang)
˗ Kerusakan terumbu karang akibat kegiatan manusia (antropogentik) adalah Biodiversitas Spesies. Kondisi terumbu karang di Tanjung Benoa
eksploitasi ikan dengan bahan peledak dan racun serta pengembangan daerah dan Jemeluk Amed pada kedalaman 10 metermemiliki kondisi yang
wisata. sama yaitu sedang, akan tetapi untuk kedalaman 3 meter terdapat
˗ Terumbu karang yang mengalami bleaching. perbedaan dimana terumbu karang di Jemeluk Amed lebih bagus
˗ Aktifitas transpotasi kapal laut yang mendarat atau berlabuh dengan membuang dengan kondisi sedang dibandingkan di Tanjung Benoa yang dalam
7. jangkar secara tidak sengaja baik disembarang tempat maupun pada kawasan kondisi buruk. Dari keempat stasiun tutupan karang hidup didominasi
terumbu karang dapat menyebabkan karang rusak berupa patahan/pecahan oleh Coral massive. Jenis karang bercabang lebih rentan terhadap
dalam ukuran besar, demikian pula saat mengangkat jangkar. gangguan alam dan fisik seperti mudah rusak atau patah apabila
˗ Tumpahan minyak dari kapal - kapal dapat mengganggu kesehatan karang mendapat benturan yang keras, sedangkan jenis karang massive lebih
bahkan dapat mematikan karang. bisa bertahan.
˗ Kerusakan terumbu karang akibat faktor biologis yaitu bioerasi.
Kesimpulan : Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan Kesimpulan : Berdasarkan tabel rekapitulasi hasil penelitian di atas,
bahwa : dapat disimpulkan bahwa :
˗ Total ekosistem pada tabel di atas sebanyak 7 ekosistem yang meliputi 5 ekosistem ˗ Terdapat 1 biodiversitas genetik, 5 biodiversitas spesies dan 1
air laut dan 2 ekosistem air tawar. biodiversitas ekosistem. Beberapa biodiversitas mengalami
˗ Dari 5 ekosistem air laut yang dipaparkan pada tabel di atas, ditemukan perubahan gangguan yang disebabkan oleh faktor alam maupun faktor
atau kerusakan ekosistem yang didominasi oleh aktifitas manusia seperti pencemaran manusia. Kondisi ketiga tingkatan biodiversitas tersebut sebagian
limbah industri dan rumah tangga, pengalihan lahan menjadi tempat wisata, aktivitas besar tergolong stabil, dan sebagian kecil ada yang mengalami
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan serta aktivitas transportasi kapal laut. tingkat survival yang rendah serta memiliki indeks
˗ Sedangkan dari 2 ekosistem air tawar, ditemukan kerusakan ekosistem akibat keanekaragaman yang rendah.
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dan perubahan ekosistem berupa
penurunan kualitas air permukaan oleh kondisi kimia air dan aktivitas industri migas.
B. EKOSISTEM
1. Ekosistem Air Laut
Kerusakan lingkungan disebabkan oleh semakin meningkatnya
kegiatan manusia yang menghasilkan limbah pencemar, baik yang berasal
dari limbah negatif maupun kegiatan manusia lainnya. Banyak bahan kimia
ini dirancang untuk dipecah dalam lingkungan, tapi sering kali gagal, atau
produk pemecahannya hampir sama beracunnya dengan bahan kimia
aslinya. Beberapa bahan kimia beracun dalam jumlah kecil. Bagi banyak
orang, efeknya belum diketahui. Karena hampir semua tes toksisitas
dilakukan dengan hanya satu zat kimia, yaitu efek dari dua atau lebih bahan
kimia yang bekerja sama juga tidak diketahui. Dampak negatif yang
ditimbulkan yaitu abrasi.
Terjadinya fenomena air pasang dan banjir rob di wilayah tersebut
sehingga mempengaruhi persebaran dan pendistribusian spesies plankton.
Melimpahnya G. attenuatum berkaitan dengan jenis sedimen berupa lumpur
halus menyebabkan jumlah spesies diatom epipelik tinggi. Hal ini
disebabkan adanya fenomena pengadukan massa air karena fenomena banjir
rob. Adanya fenomena banjir rob yang menggenangi kawasan tambak
sepanjang hari menyebabkan kekeruhan air. Kekeruhan ini disebabkan oleh
adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya
pasir dan lumpur halus), ataupun dari bahan-bahan anorganik dan organik
berupa plankton dan mikroorganisme. Selain itu, adanya penambahan
resuspensi kekeruhan karena hujan dan adanya gelombang yang terjadi
akibat fenomena banjir rob, sehingga pada musim hujan pencemarannya
lebih luas. Beberapa penyakit yang umumnya muncul saat kondisi banjir rob
adalah diare, ISPA, gatal-gatal dan DBD.
Kerusakan ekosistem laut dangkal salah satunya adalah campur
tangan manusia yaitu dijadikan sebagai tempat wisata dan mencari hasil laut
atau berkarang sebagai konsumsi pribadi atau diperjual belikan. Pada lokasi
non penyelaman kerusakan ekosistem terumbu karang terjadi akibat
aktivitas penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dan illegal.
Kurangnya pengawasan pada titik lokasi non-penyelaman dan pengetahuan
nelayan tradisional menjadi penyebab hal ini. Adanya kontak fisik dengan
terumbu karang baik disengaja maupun tidak sengaja oleh penyelam,
perenang atau pun oleh jangkar kapal wisatawan, seperti misalnya
menendang karang, memegang karang, berjalan di atas karang, serta
penambatan jangkar di karang. Kemungkinan lain adalah karang juga
menghadapi tekanan alami seperti arus dan gelombang kuat saat musim-
musim tertentu.
Pemanasan global mengakibatkan suhu permukaan air laut
meningkat yang mengakibatkan bleaching pada karang sehingga akan
terancam rusak. Kematian karang dapat disebabkan oleh pemanasan suhu air
laut atau peristiwa terkait iklim lainnya seperti bleaching. Peristiwa
pemutihan karang atau coral bleaching merupakan dampak dari karang
yang mengalami tekanan atau stres lingkungan. Hal itu dapat berupa
hilangnya simbion intertentakular dinoflagellata (Symbiodinium) atau
pigmen fotosintesis. Coral bleaching terjadi ketika karang mengalami
tekanan dalam skala spasial yang luas. Pemutihan karang juga terjadi akibat
dari suhu hangat air laut dalam waktu lebih lama (Aulia & Sari, 2020).
Ekosistem laut rusak oleh tumpahan minyak dari bangkai kapal atau
bencana lainnya. Tumpahan minyak dari kapal - kapal dapat mengganggu
kesehatan karang bahkan dapat mematikan karang. Satu atau dua hari
pertama setelah tumpahan, hidrokarbon menguap dari minyak, membunuh
larva dan organisme baru perairan terdekat. Dalam hari-hari dan minggu
berikutnya, minyak mengambang di permukaan laut mengurangi sinar
matahari yang tersedia untuk fotosintesis, yang menyebabkan produktivitas
primer berkurang. Beberapa minyak tenggelam dan menghancurkan
invertebrata yang hidup di atau di dasar laut. Tumpahan minyak utama
adalah bencana yang bisa diprediksi, namun sekitar 10 kali lebih banyak
minyak mencemari laut setiap tahun dari kebocoran kecil. Sumber minyak
ini termasuk debit dari kapal, tumpahan minyak pengeboran dan produksi,
dumping ilegal oleh kapal, dan bocoran dari mesin pada perahu kecil.
Terjadinya pengalihan lahan di daratan untuk pembangunan fasilitas
pendukung untuk wisatawan seperti bandara dan penginapan menyebabkan
penurunan kemampuan daratan untuk menahan air hujan dan nutrient yang
turun ke laut sehingga menyebabkan pengayaan nutrient yang menyebabkan
tertekannya spesies terumbu karang. Nutrien sangat penting untuk semua
makhluk hidup, namun secara berlebihan, nutrien adalah polutan. Dalam
sistem alami, nitrogen menjadi nutrien ketika dimodifikasi tetap secara
kimiawi oleh bakteri dan ganggang. Aktivitas manusia lebih banyak dari
dua kali lipat jumlah nitrogen yang ditetapkan setiap tahunnya.

2. Ekosistem Air Tawar


Menurunnya kualitas air permukaan (air sungai) pada area migas
dikarenakan aktifitas industri migas. Degradasi air adalah suatu penurunan
kualitas air, baik berupa penurunan kualitas fisik, kualitas secara kimia,
kualitas berdasarkan akteriologis dalam air, maupun kualitas berdasarkan
radioaktivitas dalam air, serta bisa juga berupa penurunan kuantitas air.
Terjadinya degradasi air karena adanya ketimpangan debit air (pada
musim hujan, debit air melampaui batas sehingga banjir terjadi dimana-
mana). Sebaliknya, ketika memasuki musim kemarau kemudian terjadi
kekeringan yang berkepanjangan, tercemarnya air oleh bakteri E. colli (di
pemukiman padat penduduk, tidak sedikit masyarakat yang menempatkan
septic tank berdekatan dengan sumur), serta proses industrialisasi seperti
pembuangan limbah pabrik dengan dialirkan ke sungai (Sulistiyo &
Herianto, 2020). Hal tersebut dapat berdampak pada kesehatan manusia
seperti penyakit saluran cerna, misalnya Hepatitis A dan diare.
Faktor lingkungan (kondisi habitat) dapat memengaruhi stabilitas
struktur genetik kaitannya dengan aktivitas pertukaran gen dan aliran gen
antar populasi pada proses seleksi dan persilangan. Berbagai aktivitas
manusia yang melakukan kerusakan dan pencemaran terhadap lingkungan
perairan dengan adanya aktivitas penangkapan berlebih, menggunakan alat
tangkap yang tidak selektif dan tidak ramah lingkungan seperti
penyetruman, penggunaan bom dan bahan kimia dapat mengancam
keberadaan suatu spesies sehingga perlunya kesadaran dan kerjasama
untuk melestarikan plasma nutfah.

C. BIODIVERSITAS GENETIK, SPESIES, EKOSISTEM


1. Biodiversitas Genetik
Keanekaragaman genetik adalah jumlah alel-alel dari satu gen yang
ada dalam satu spesies lungkang gen. Jika keragaman genetika terlalu kecil,
suatu spesies mungkin tidak dapat berevolusi untuk beradaptasi terhadap
perubahan-perubahan lingkungan.
Populasi yang memiliki keragaman genetik rendah juga berdampak
terhadap kemampuan adaptasi untuk bertahan hidup seperti organisme
memiliki sintasan yang kecil, ukuran yang beragam dan tingkat survival
yang rendah tehadap perubahan lingkungan. Rendahnya nilai
heterozigositas dan variasi gen pada suatu populasi dapat berakibat
hilangnya alel yang berpotensi misalnya alel terkait dengan proses
pertumbuhan, tingkat survival serta timbulnya abnormalitas terhadap
keturunan yang dihasilkan.
Keragaman genetik memiliki keterkaitan dengan letak geografis,
dimana Spesies C. micropeltes populasi Sungai Sebangau dan Katingan
diperoleh nilai keragaman genetik cenderung rendah dan berpotensi rendah.
Maka, letak geografis yang relatif dekat memungkinkan keragaman genetik
ikan akan memiliki tingkat kemiripan dan akan berada dalam satu
kelompok. Mengonsumsi Snakehead (C. Mircopallete) baik untuk menjaga
kesehatan tubuh, mempercepat proses penyembuhan luka.
2. Biodiversitas Spesies
Keanekaragaman spesies yaitu terdapat 13 juta spesies mikroba,
tumbuhan dan hewan-hewan mewakili spesies planet, walaupun hanya
keragaman 1.75 juta spesies telah dikenali. Banyak spesies serangga yang
tidak dikenal dari hutan hujan tropis yang sangat sulit untuk ditemukan.
Beberapa spesies tidak dikenal, meskipun itu adalah ikan, reptilia, burung,
dan mamalia yang hidup ditempat.
Melimpahnya G. attenuatum berkaitan dengan jenis sedimen
berupa lumpur halus menyebabkan jumlah spesies diatom epipelik tinggi.
Melimpahnya G. attenuatum disebabkan adanya fenomena pengadukan
massa air karena fenomena banjir rob. Adanya fenomena banjir rob yang
menggenangi kawasan tambak sepanjang hari menyebabkan kekeruhan air.
Kekeruhan ini disebabkan oleh adanya bahan organik dan anorganik yang
tersuspensi dan terlarut (misalnya pasir dan lumpur halus), ataupun dari
bahan-bahan anorganik dan organik berupa plankton dan mikroorganisme.
Selain itu, adanya penambahan resuspensi kekeruhan karena hujan dan
adanya gelombang yang terjadi akibat fenomena banjir rob, sehingga pada
musim hujan pencemarannya lebih luas.
Berbagai aktivitas manusia yang melakukan kerusakan dan
pencemaran terhadap lingkungan perairan dengan adanya aktivitas
penangkapan berlebih, menggunakan alat tangkap yang tidak selektif dan
tidak ramah lingkungan seperti penyetruman, penggunaan bom dan bahan
kimia dapat mengancam keberadaan suatu spesies.
Keanekaragaman jenis spons pada suatu habitat umumnya
ditentukan oleh kondisi perairan yang jernih dan tidak memiliki arus kuat.
Oleh karena itu, indeks keanekaragaman spons yang tergolong rendah
mengindikasikan lingkungan mengalami gangguan, kestabilan komunitas
rendah, keadaan perairan telah tercemar dan struktur organisme yang ada
dalam lingkungan tersebut tertekan (Shabrina et al., 2020).

3. Biodiversitas Ekosistem
Keanekaragaman Ekosistem adalah berbagai ekosistem di bumi,
menyediakan habitat jumlah besar yang ditemukan pada spesies di planet
ini. Setiap ekosistem mempunyai keunikan dan ciri khasnya sendiri-sendiri.
Keanekaragaman tingkat ekosistem menggambarkan jenis populasi
organisme dalam suatu wilayah. Adanya keanekaragaman tingkat ekosistem
ini ditunjukkan dengan adanya perbedaan faktor abiotik serta komposisi
jenis populasi organismenya.
Menurunnya kualitas air permukaan (air sungai) pada area migas
dikarenakan aktifitas industri migas, yang berdampak pada sekitar area
sungsi area CPA, Mudi PAD B, Mudi PAD C, Sukowati PAD A, Sukowati
PAD B dan Lengowangi. Pemantauan biota perairan menunjukan bahwa
indeks diversity adalah berkisar antara 0,9039 - 2,9728. Beberapa lokasi
menunjukan hasil indeks diversity berada di antara nilai 0 – 2, dimana
menunjukan adanya tekanan terhadap lingkungan. Nilai tersebut
dipengaruhi oleh kondisi kimia air seperti BOD, COD dan pH. Semakin
tinggi kandungan senyawa kimia di air akan menggangu jumlah dan
metabolisme biota air seperti plankton, bentos dalam ekosistem.

D. Solusi
1. Adapun solusi (jangka panjang) yang diberikan antara lain sebagai berikut:
Melakukan upaya pelestarian dan perlindungan pada habitat ekosistem agar
keanekaragaman hayati tidak punah. Pemerintah diharapkan agar
melindungi semua kehidupan hewan dan tumbuhan yang terancam punah
dalam suatu ekosistem setelah dilakukan studi mendalam.
2. Adapun solusi (jangka pendek) yang diberikan antara lain sebagai berikut:
a. Mengurangi berbagai kegiatan yang dapat mencemari ekosistem air dan
mempengaruhi biodiversitas spesies di wilayah tersebut dan
menanggulangi secara cepat dan tepat bila ditemukan pencemaran di
wilayah perairan;
b. Mengurangi, menggunakan kembali dan mendaur ulang. Contohnya
yaitu penggunaan bahan-bahan plastik. Dengan mengurangi,
menggunakan kembali ataupun mendaur ulang bahan plastik secara
otomatis akan mengurangi sampah plastik yang sangat sering
ditemukan di perairan seperti di laut, pantai dan sungai. Berkurangnya
sampah plastik sangat berpengaruh terhadap ekosistem di bawah laut
dan organisme-organisme yang ada di dalamnya.
c. Mengatasi penurunan/degradasi air permukaan dengan konservasi
ekosistem air permukaan secara teknis dan aspek ekologi. Secara teknik
bersumber pada perlakuan industri terhadap perlakuan buangannya,
misalnya dengan mengubah proses, mengelola limbah sebelum di
buang ke lingkungan dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
Penanggulangan air permukaan dengan aspek ekologi dalam melakukan
upaya pencegahan pencemaran air dapat dilakukan melalui perbaikan
kualitas lingkungan di sekitar sumber air.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ekosistem Air
Dari 5 ekosistem air laut, ditemukan perubahan atau kerusakan ekosistem
yang didominasi oleh aktifitas manusia seperti pencemaran limbah industri
dan rumah tangga, pengalihan lahan menjadi tempat wisata, aktivitas
penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan serta aktivitas transportasi
kapal laut. Sedangkan dari 2 ekosistem air tawar, ditemukan kerusakan
ekosistem akibat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan dan
perubahan ekosistem berupa penurunan kualitas air permukaan oleh
kondisi kimia air dan aktivitas industri migas.
2. Biodiversitas Genetik, Spesies dan Ekosistem di Air
Biodiversitas adalah keberagaman makhluk hidup yang menunjukkan
keseluruhan variasi gen, spesies dan ekosistem di suatu wilayah.
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 1 biodiversitas genetik, 5 biodiversitas
spesies dan 1 biodiversitas ekosistem. Kondisi ketiga tingkatan
biodiversitas yang telah dijelaskan sebagian besar tergolong stabil, dan
sebagian kecil ada yang mengalami tingkat survival yang rendah serta
memiliki indeks keanekaragaman yang rendah. Adapun dampak bagi
lingkungan yang ditimbulkan yaitu adanya kekeruhan pada air dan
rendahnya keanekaragaman spons.
Berdasarkan isi makalah yang telah dibahas sebelumnya, dapat
disimpulkan bahwa isi materi jurnal yang dikaji relevan dengan Buku
Kesehatan Ekosistem dan rekap diskusi kelompok.

B. Saran
Sebagai mahasiswa Kesehatan Masyarakat, saran yang dapat diberikan yaitu:
1. Bagi Pemerintah
a. Kepada pihak pemerintah diharapkan agar dapat membentuk
kelembagaan yang terdiri dari SDM, peraturan perundangan, struktur
organisasi, dan pengelolaan untuk melindungi, melestarikan, dan
memanfaatkan lingkungan (habitat) dalam meningkatkan stabilitas dan
keseimbangan ekosistem.
b. Kepada pihak pemerintah diharapkan agar mempertegas pemberian
sanksi/hukuman terhadap pelaku kerusakan eksosistem yang mengancam
kelestarian biodiversitas.
2. Bagi Masyarakat
a. Kepada masyarakat agar lebih bijak lagi dalam menggunakan produk
rumah tangga, sebaiknya menggunakan produk yang lebih ramah
lingkungan.
b. Kepada masyarakat diharapkan dapat melakukan pemeliharaan dengan
tindakan budidaya untuk mempertahankan keseimbangan dan regenerasi
biodiversitas.
3. Bagi Mahasiswa
Kepada mahasiswa, agar lebih dalam lagi mengkaji materi terkait ekosistem
air dan biodiversitas (genetik, spesies, dan ekosistem).
DAFTAR PUSTAKA

Afiifah: Muhajirah, Eva dkk, 2021. Keragaman Genetik Populasi Giant


Snakehead (Channa micropeltes) Menggunakan penanda Random
Amplified Polymorphic DNA di Perairan Taman Nasional Sebangau,
Kalimantan Tengah, Journal of Natural Resources and Environmental
Management: 11(1), hal: 141-151
Andi Suci Lestari S. Alam: Evita, Isnaini Nurul Maya dkk, 2021. Kelimpahan dan
Keanekaragaman Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Air di Perairan
Pantai Sayung Kabupaten Demak Jawa Tengah, Bioma: 23(1), hal: 25-32.
Annie Yunita Tandi: Yunita, Ria Reni dkk, 2020. Biodiversitas Echonpdermata
pada Ekosistem Lamun di Perairan Pulau Karimunjawa, Jepara, Jurnal
Kelautan Tropis: 23(1), hal: 47-56.
Arjuman Asrun: Idris dkk, 2019. Kondisi Ekosistem Terumbu Karang di Lokasi
dan Bukan Lokasi Penyelaman Pulau Maratua, Jurnal Kelautan Nasional:
14(1), hal: 59-69.
Christien Lira Chandra: Patimah, Ai Siti & Suratman, 2020. Dampak Eksploitasi
Minyak & Gas Bumi Pada Degradasi Biota Perairan dan Penurunan
Kualitas Air Permukaan, Jurnal Offshore: 4(1), hal: 17-27.
Rima Eka Juliarti: Widiastiti, Ni Made Ary dkk, 2021. Strategi Pengelolaan
Ekosistem Terumbu Karang di Daerah Wisata Air Tanjung Benoa dan
Jemeluk Amed, Bali, Ecotrophic: 15(1), hal: 36-46.
Steven Silalahi: Fidayat dkk, 2021. Keanekaragaman Spons pada Ekosistem
Padang Lamun di Perairan Malang Rapat, Kabupaten Bintan, Jurnal
Akuatiklestari: 4(2), hal: 71-83.

Tambahan Referensi:

Aulia, Q. A., & Sari, N. W. P. (2020). Coral Bleaching, Karang Hidup atau Mati?
Oseana, 45(2), 13–22. http://oseana.lipi.go.id/oseana/article/view/55
Ishak, Hasanuddin. 2019. Kesehatan Ekosistem. Yogyakarta: Gosyen Publishing,
hal: 9-28.
Shabrina, F. N., Saptarini, D., & Setiawan, E. (2020). Struktur Komunitas
Plankton di Pesisir Utara Kabupaten Tuban. Jurnal Sains dan Seni ITS, 9(2),
5–10.
Sulistiyo, B., & Herianto, N. (2020). Analisis Penyebab dan Dampak Degradasi
Air pada Lingkungan Hidup. Program Pascasarjana Pengelolaan
Sumberdaya Alam, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, April.
REKAP HASIL DISKUSI KELOMPOK 1
MASALAH LINGKUNGAN / HAZARD LINGKUNGAN
Andi Suci Lestari S. Alam K012211002
Christien Lira Chandra K012211006
Steven Silalahi K012211007
Annie Yunita Tandi K012211008
Arjuman Asrun K012211012
Afiifah K012211013
Rima Eka Juliarti K012211019

Permasalahan lingkungan akhir-akhir ini mulai banyak dijumpai di sekitar


kita. Pada mulanya masalah lingkungan hidup merupakan masalah alami, yakni
peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bagian dari proses natural. Akan tetapi,
masalah lingkungan yang terjadi sekarang banyak disebabkan oleh ulah manusia
sendiri. Faktor-faktor alami tidak banyak berpengaruh dalam permasalahan
lingkungan akhir-akhir ini. Tidak bisa dipungkiri bahwa faktor manusia lah yang
jauh lebih berdampak rumit dibandingkan dengan faktor alam itu sendiri.
Sehingga dapat dikatakan bahwa masalah lingkungan adalah aspek negatif dari
aktivitas manusia terhadap lingkungan biofisik.
Adanya masalah lingkungan dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor
alam yang meliputi perubahan iklim dan cuaca, kesuburan tanah dan erosi,
kemudian faktor yang kedua yaitu faktor manusia yang meliputi limbah industri,
penebangan hutan secara liar, eksploitasi, besarnya populasi manusia, dan lain-
lain. Masalah lingkungan dapat berupa pemanasan global, pencemaran
lingkungan, konsumerisme, individualism, masalah deforestasi, dan sebagainya.
Masalah-masalah lingkungan yang terjadi kemudian akan menghasilkan bahaya
lingkungan yang dapat berupa bahaya fisik, biologi, psikologi, tempat, kimia, dan
sosial.
Masalah lingkungan juga dapat menghasilkan berbagai macam polusi baik
polusi udara, air, maupun tanah yang dapat mengakibatkan berbagai penyakit
seperti penuaan, asma, kardiovaskuler, emfisema, pneumonia, penyakit jantung,
kanker dan sebagainya. Upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi
masalah lingkungan antara lain daur ulang barang bekas, reboisasi, mengurangi
pemakaian bahan bakar fosil, dan menggunakan barang yang mudah terurai.
Pertanyaan dari Kelompok 2

1. Permasalahan lingkungan apa saja yang terjadi di negara berkembang? (Andi


Murni Alwi Paluseri / K012211020)
Jawaban (Steven Silalahi / K012211007) :
a. Permasalahan Sungai yang tercemar
˗ Limbah industri yang terkandung berbagai macam zat kimia di
dalamnya.
˗ Limbah domestik, seperti limbah rumah tangga yang secara sengaja
dibuang ke sungai.
˗ Limbah pertanian
b. Kerusakan Hutan
Mengenai kerusakan hutan, mulai dari penebangan liar, penggundulan
hutan, hingga baru-baru ini terjadi yaitu pembakaran hutan menjadi
penyebab dari kerusakan hutan yang ada. Tentu saja jika hal ini dibiarkan
terus menerus, akan menyebabkan berkurangnya kawasan hutan di
Indonesia yang berakibat pada ketidakstabilan ekosistem.
c. Banjir
Di kota-kota besar sendiri pun sudah menjadi aktivitas rutin yang harus
dihadapi. Bahkan tak hanya pada musim hujan, pada musim kemarau
sekalipun banjir bisa saja terjadi beberapa wilayah. Hal ini karena
perkembangan wilayah di negara berkembang yang menyebabkan sistem
pembuangan air yang salah dan tidak adanya penjagaan pada daerah aliran
sungai.
d. Abrasi
Kegiatan-kegiatan seperti pengambilan pasir pantai, karang, serta perusakan
hutan-hutan bakau menjadi penyebab abrasi yang nantinya berkaitan dengan
kerusakan laut dan pantai. Tentu saja jika dibiarkan terus menerus, maka
kelestarian laut dan pantai di negara berkembang semakin berkurang.
e. Pencemaran Udara
Dengan perkembangan jaman, semakin banyak industri dan transportasi
yang ada saat ini. Meskipun hal ini merupakan sebuah kemajuan, namun
nyatanya memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan karena
menyebabkan terjadi pencemaran udara. Hal ini berpengaruh pada faktor
penghambat perubahan sosial budaya terhadap pasokan udara bersih yang
semakin berkurang. Untuk mengatasi hal ini, berikut solusi yang bisa
dilakukan.
f. Menurunnya Keanekaragaman Hayati
Dampak lanjutan dari kerusakan hutan tersebut bisa menjadi penyebab
menurunnya keaneka ragaman hayati yang ada di negara berkembang.
Bahkan tak hanya itu saja, banyak sekali alat komunikasi zaman sekarang
menjadi informasi pengambilan flora dan fauna ilegal yang dijadikan
sebagai barang jual beli membuat hewan dan tumbuhan Indonesia menjadi
berkurang bahkan punah.

2. Sebutkan cara menanggulangi masalah lingkungan? (Isna Arlina /


K012211038)
Jawaban (Afiifah / K012211013) :
Ada beberapa upaya untuk menanggulangi masalah lingkungan, antara lain:
a. melakukan daur ulang barang bekas sehingga dapat mengurangi
penumpukan sampah yang dapat mengganggu lingkungan yang kemudian
menjadi bahaya lingkungan.
b. melakukan kegiatan reboisasi (penanaman kembali pada hutan gundul).
c. melakukan kegiatan remediasi (kegiatan membersihkan permukaan tanah
yang tercemar).
d. mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
e. menggunakan barang yg mudah terurai.

3. Pandemi COVID-19 diketahui menjadi penyebab banyaknya masalah


lingkungan. Namun, apakah pandemi COVID-19 memiliki sisi positif terhadap
lingkungan? (Tenri Dewi Supardin / K012211021)
Jawaban (Rima Eka Juliarti / K012211019) :
Pandemi COVID-19 tidak sepenuhnya berdampak negatif. Pandemi COVID-
19 juga memiliki dampak positif terutama pada lingkungan. Seperti yang kita
ketahui, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berdampak
cukup baik bagi lingkungan. Dengan adanya PPKM, kualitas udara membaik
karena sebagian besar kegiatan industri untuk sementara waktu berhenti
beroperasi sehingga mengurangi tingkat polusi udara. Adanya PPKM juga
mengurangi padatnya kendaraan bermotor yang berlalu lalang sehingga polusi
udara dapat berkurang. Selain itu, dengan bersandarnya kapal-kapal untuk
sementara waktu, lautan juga mengalami penurunan polusi air serta polusi
suara sehingga menurunkan tingkat stress mahluk laut seperti ikan paus, dan
membuat migrasi yang lebih tenang.

4. Upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk membangun dan menjaga
keseimbangan lingkungan hidup? (Nurul Magfirah / K012211032)
Jawaban (Andi Suci Lestari S. Alam / K012211002) :
Beberapa upaya yang dapat dilakukan dapat berupa mengurangi penggunaan
bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan, mengurangi produksi sampah
rumah tangga seperti plastik dan bahan lainnya yang sulit terurai, memilah
sampah (organik dan anorganik), menghemat penggunaan air dan listrik,
menghindari penggunaan alat-alat yang mengandung CFC, dan lain
sebagainya.

Pertanyaan dari Kelompok 3

1. Berikan 3 contoh pencemaran lingkungan yang biasa anda temukan disekitar


anda? (Armayanti / K012211042)
Jawaban (Afiifah / K012211013) :
Beberapa bentuk pencemaran lingkungan yang banyak di lingkungan sekitar
misalnya:
a. pencemaran udara contohnya asap knalpot, asap rokok, dan asap pabrik
b. pencemaran air contohnya limbah detergen, limbah cair industri, limbah
pestisida,sampah yg dibuang di sungai
c. pencemaran tanah contohnya pupuk, sampah, limbah rumah tangga

2. Bagaimana dampak yang dapat ditimbulkan dari pandemi COVID-19 terhadap


lingkungan? (Hardin Waly / K012211040)
Jawaban (Annie Yunita Tandi / K012211008) :
Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini secara langsung akan berpengaruh
terhadap potensi risiko di aspek lingkungan, antara lain: permasalahan
lingkungan seperti kebakaran hutan dan lahan, banjir, longsor dan perubahan
iklim tentunya masih akan terus berlangsung. Pandemi COVID-19 membawa
dampak pada tingginya angka PHK sehingga berpotensi mendorong terjadinya
pembukaan lahan pada area-area hutan yang digunakan untuk media bercocok
tanam untuk memenuhi kebuthuhan hidup. Selain itu, perubahan tatanan
perilaku selama masa pandemi COVID-19 juga telah membawa dampak
langsung pada pengelolaan sampah. Saat ini kita semua membutuhkan masker
untuk melindungi diri dari penyebaran virus COVID-19, bukan hanya sampah
yang berupa masker tetapi bnyak sampah medis lainnya yang dihasilkan dari
penanganan pandemi COVID-19, antara lain sarung tangan, jarum suntik,
plastik medis serta sampah infeksius lainnya yang berpotensi menularkan
penyakit. Pencemaran lingkungan lainnya yang terjadi sebagai dampak
pandemi COVID-19 adalah pencemaran lingkungan akibat dari penyemprotan
disinfektan.

3. Jelaskan salah satu masalah lingkungan yang dapat disebabkan oleh


terlampauinya kapasitas lingkungan akibat interaksi manusia terhadap
lingkungan? (Vertiana Lisa Parubak / K012211051)
Jawaban (Arjuman Asrun / K012211012) :
Salah satu masalah lingkungan yang dapat disebabkan over enviromental
capacity adalah pencemaran yang disebabkan oleh polutan yang merupakan
produk limbah dari kehidupan manusia. Polutan yang berlebihan dapat
menyebabkan pencemaran baik di udara, air dan darat. Salah satu
permasalahan yang muncul adalah polutan yang berada pada udara yang
berasal dari aktivitas manusia seperti: penggunaan kendaraan bermotor,
pembangkit listrik dengan menggunakan bahan bakar fosil atau hasil dari
deforestasi hutan untuk digunakan sebagai lahan pertanian. Ada enam jenis
polutan utama yaitu karbon monoksida; sulfur dioksida; nitrogen dioksida; dan
ozon, yang merupakan polutan di atmosfer. Polutan ini pada akhirnya dapat
menimbulkan dampak buruk seperti kerusakan lapisan ozon pada atmosfir
bumi bagi lingkungan atau dapat menimbulkan gangguan kesehatan misal
gangguan pernapasan baik akut maupun kronik bagi manusia.

4. Apa dampak yang ditimbulkan akibat deforestasi dan bagaimana upaya


penanggulangan? (Sri Inriani / K012211061)
Jawaban (Christien Lira Chandra / K012211006) :
Dampak yang ditimbulkan dari deforestasi/penggundulan hutan :
a. Rusaknya ekosistem hutan;
b. Hilangnya habitat asli bagi jenis sepsis yang tinggal didalam hutan;
c. Kerusakan/kepunahan bagi kekayaan alam (spesis hewan dan tumbuhan);
d. Banjir, dengan tidak adanya pohon maka pada saat musim hujan tanah tidak
bisa meyerap dengan baik tumpahan air hujan;
e. Kekeringan, hilangnya daya serap tanah berimbas pada saat musim kemarau
dimana tidak ada cadangan air dalam tanah, karena pohon bertindak sebagai
penyimpan cadangan air tanah;
f. Kerugian ekonomi, tanah tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam karena
menjadi tandus.
Upaya penaggulangan :
a. Melakukan rehabilitasi dan penanaman kembali (reboisasi) pada lahan yang
rusak;
b. Menerapkan sistem tebang pilih dalam menebang;
c. Menerapkan sistem tebang tanam dalam kegiatan penebangan;
d. Tidak membuang sampah sembarangan dikawasan hutan yang dapat
menggangu ekosistem hutan;
e. Mengurangi penggunaan kertas berlebih
f. Pemberlakukan aturan yang ketat terhadap perlindungan hutan.

Anda mungkin juga menyukai