Anda di halaman 1dari 12

No.

Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 02 April 2019
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN
REPRODUKSI HEWAN
Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 1 dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM
ENDOKRINOLOGI DAN REPRODUKSI HEWAN

ACARA II
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN

Disusun oleh:
Nama : Muh. Andhi Hardianto
NIM : 18/432400/PBI/01558
Asisten : Rahadian Yudo Hartantyo, S.Si., M.Sc.
Pradina Andhin Permatasari, S.Pd.

LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2019
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 02 April 2019
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN
REPRODUKSI HEWAN
Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 2 dari 12

ACARA II
HISTOLOGI KELENJAR ENDOKRIN

INTISARI
Sistem endokrin merupukan salah satu pemegang kontrol regulasi tubuh, untuk
menjaga homeostatis tubuh dan bertanggung jawab dalam memantau perubahan yang
terjadi pada internal maupun eksternal tubuh. Regulasi kontrol tubuh melibatkan kelenjar
sebagai organ utama untuk menghasilkan hormon. Kelenjar endokrin merupakan kelenjar
buntu dimana tidak mempunyai saluran khusus untuk mensekresikannya. Kelenjar
endokrin terdiri dari kelenjar timus, kelenjar adrenal, kelenjar pancreas, kelenjar tyroid,
kelenjar paratiroid, kelenjar gonad, dan kelenjar pituitary yang mengambil peran
meregulasi kerja kelenjar lainnya. Pengamatan yang dilakukan bertujuan ini untuk melihat
dan mengamati struktur histologi dari kelenjar-kelenjar endokrin diantaranya kelenjar
hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal, dan kelenjar pancreas. Hasil
yang didapatkan berupa gambar struktur histologi dengan berbagai macam karakter sel-sel
penyusunnya. Setiap kelenjar endokrin memiliki kemampuan mensekresikan hormon-
hormon yang berperan dalam regulasi fisiologis tubuh.

I. PENDAHULUAN
Berdasarkan pemanfaatan hasil kelenjarnya secara garis besar dibedakan menjadi
kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Krin berasal dari kata krinos yang berarti
memisahkan atau menghasilkan. Kelenjar eksokrin dimaksudkan untuk kelenjar-kelenjar
yang biasanya mempunyai saluran keluar untuk mengangkut hasil kelenjarnya yang
selanjutnya bermuara pada permukaan dalam dan luar tubuh. Apabila hasilnya diangkut
oleh pembuluh darah atau pembuluh limfa, maka kelenjar demikian dimasukkan kedalam
kelenjar endokrin atau kelenjar hormon. Karena kelenjar hormon tidak memiliki saluran
keluar kadang-kadang dinamakan juga sebagai kelenjar buntu dan hasilnya dinamakan
hormon. Namun bagi beberapa kelenjar endokrin yang tidak mempunyai saluran keluar
tidak dapat dimasukkan sebagai kelenjar hormon (Diastuti, 2009).
Sistem endokrin merupakan sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
memengaruhi organ-organ lain. Hormon akan memengaruhi tubuh apabila terdapat
reseptor. Sistem endokrin terdiri dari kelenjar-kelenjar endokrin yang tersusun atas sel-sel
yang mempunyai susunan makroskopik yang sederhana. sistem endokrin berinteraksi
dengan sistem saraf untuk mengatur aktifitas tubuh. Hormon merupakan bahan kimiawi
yang bertindak sebagai pembawa pesan (Admiharja dan Mulyaningsih, 2013).
Semua hewan vertebrata memiliki kelenjar endokrin yang sama dan melepaskan
hormon yang berfungsi untuk pertumbuhan, reproduk\si, serta tanggapan lainnya. Berikut
adalah beberapa kelenjar utama kelenjar endokrin yaitu, hipotalamus, kelenjar pineal,
kelenjar hipofisis anterior dan hipofisis, Kelenjar gondok (tiroid), kelenjar paratiroid,
timus, kelenjar adrenal, pankreas, dan kelenjar gonad (Sivan, 2005)
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 02 April 2019
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN
REPRODUKSI HEWAN
Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 3 dari 12

Hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hanya dapat bekerja apabila sel-sel
mengandung reseptor yang sesuai, yang melakukan : fungsi spesifik. Hormone mempunyai
fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormone dari satu kelenjar sering
merangsang hormone dari kelenjar lainnya. System endokrin mempunyai 5 fungsi yang
paling umumn yaitu : 1) membedakan system saraf dan system reproduktif pada janin yang
sedang berkembang, 2) menstimulasi urutan perkembangan, 3) mengkordinasi system
reproduksi, 4) memelihara lingkungan internal optimal, 5) memelihara respons korektif
dan adaptif ketika terjadi situasi darurat (Manurung, et all, 2017).
Sebagian besar hormon endokrin adalah hormon yang bersirkulasi melalui aliran
darah untuk mencapai sel target yang jauh. Beberapa lainnya bekerja secara lokal dan
disebut sebagai:1) sekresi parakrin ketika bekerja mempengaruhi sel yang berdekatan
(tetangga), 2) sekresi jukstakrin ketika molekul sinyal berada di permukaan sel penyekresi
atau matriks ekstraseluler dan baru mempengaruhi sel lainnya ketika berkontak. Fungsi
dari pensinyalan dengan cara ini penting untuk pensinyalan perkembangan jaringan, 3 )
sekresi autokrin ketika molekul sinyal bekerja pada sel pensinyal itu sendiri, contoh IGF
(Insulin Growth Factor) yang bekerja pada sel penghasilnya itu sendiri (Mescher, 2013).
Oleh karena itu, untuk mengamtai sel penyusun kelenjar-kelenjar endokrin beserta
hormone yang dihasilkannya perlu adanya praktikum mengenai histologi kelenjar-kelenjar
endokrin.

II. METODE
A. Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis, mikroskop elektrik,
mikroskop cahaya/konvensional dan lampu, serta kamera telepon genggam.

B. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain: preparat awetan kelenjar
hipofisis, preparat awetan kelenjar tiroid, preparat awetan kelenjar paratiroid, preparat
awetan kelenjar pancreas, dan preparat awetan kelenjar adrenal.

C. Cara Kerja
Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop yang sudah disediakan,
beserta semua preparat yang akan digunakan. Mengamati preparat kelenjar-kelenjar
endokrin yang telah tersedia. Memperhatikan dengan seksama, struktur dan sel-sel khusus
penyusun kelenjar-kelenjar tersebut. Mendokumentasikan hasil pengamatan mengunakan
kamera. Dan menggambar struktur kelenjar endokrin yang diamati pada laporan sementara.
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 02 April 2019
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN
REPRODUKSI HEWAN
Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 4 dari 12

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
1. Kelenjar Hipofisis

PI
RP PD
PD
PN PI PN

(A) (B) (C)


Gambar: Kelenjar Hipofisis. (A) dokumen pribadi (M=40x), (B) Mescher, 2016. (C)
Gambar tangan. Keterangan: Pars Nervosa (PN) Pars Distalis (PD), Pars Intermediate (PI),
dan Rathke Pouch (RP).
Pada pengamatan kelenjar pituitary terlihat 3 bagian dari kelenjar tersebut, yaitu :
a. Pars distalis : yang tersusun atas jaringan epitel dengan beberapa tipe, sel alfa, sel beta,
dan sel kromofob. Pada daerah pars distalis terdapat pembuluh-pembuluh darah.
b. Pars intermedia : berada di antara pars nervosa dan pars distalis. Apabila diperhatikan
sel-sel yang ada lebih kecil dibandingkan sel-sel yang ada di pars distalis.
c. Pars nervosa : terlihat seperti serat-serat karena tersusun atas serabut-serabut saraf yang
tidak bermyelin. Serat-serat saraf ini langsung berhubungan dengan saraf dari
hypothalamus.
d. Rakhe pouch : Di antara PN dan PD terdapat sisa kantong Rathke berupa sel epitel,
yang meliputi koloid amorf.

2. Kelenjar Tiroid

C
C
L

(A) (B) (C)


Gambar : Kelenjar Tiroid. (A) dokumentasi pribadi (M=400x), (B) Mescher,
2016. (C) Gambar tangan. Ket: Lumen (L) dan sel C parafollicular (C).
Pada pengamatan yang dilakukan dapat dilihat sel-sel penyusun dari kelenjar tyroid, dan
apabila dibandingkan dengan literature terlihat sama, sel-sel yang ada pada kelenjar tiroid
diantaranya :
a. Folikel-folikel yang dilapisi oleh sel-sel epitel kuboid selapis.
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 02 April 2019
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN
REPRODUKSI HEWAN
Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 5 dari 12

b. Massa koloid yang berupa lumen yang berisi cairan dan berwarna tergantung pada
aktivitas dan susunan kimianya. Massa koloid mengandung Tyroglobulin
c. Sel C parafollicular: berada diantar epitel satu dengan epitel pada folikel lain berperan
dalam memproduksi calcitonin akibat naiknya konsentrasi Ca2+ dalam darah.

3. Kelenjar Paratiroid

(A) (B) (C)


Gambar: Kelenjar Paratiroid. (A) dokumentasi pribadi (M=100x), (B) Mescher, 2016.
(C) Gambar tangan. Ket: Sel Prinsipal/Chief cells (P), Oxyphil cells (O), dan Septa (S).
Pada pengamatan yang telah dilakukan terlihat sel-sel kelenjar paratiroid yang
dipisahkan oleh kapsula dari kelenjar tiroid. Ukuran sel tampak kecil-kecil Apabila
dibandingkan dengan gambar literature terlihat sel-sel yang ada pada kelenjar paratiroid
diantaranya:
a. Sel prinsipal (Chief): sel kecil berbentuk polygonal dengan nucleus membulat dan
terwarna pucat, sitoplasma berisifat acidofilik. Terdapat granula yang berisi
polipeptida paratiroid hormone (PTH).
b. Oxyphil cells: umumnya ditemukan pada individu dewasa. Ukurannya lebih besar
dari sel principal dan sitoplasma bersifat sangat acidofilik dengan bentuk
mitokondria yang abnormal. Adanya beberapa oxyphil cell menunjukan sintesis PTH
pada level yang rendah yang menandakan bahwa sel ini merupakan derivate
transisional dari sel principal.
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 02 April 2019
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN
REPRODUKSI HEWAN
Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 6 dari 12

4. Kelenjar pancreas

PI PA
PI
PA

PI

(A) (B) (C)


Gambar: Kelenjar Pankreas. (A) dokumentasi pribadi (M=100x), (B) Mescher, 2016. (C)
Gambar tangan. Ket: Pancreatic Islet / pulau Langerhans (PI) dan Pancreatic acini (PA)
Pada pengamatan yang dilakukan terlihat sel-sel yang membentuk konformasi berwarna
pucat yang ditunjuk oleh garis adalah sel-sel kelenjar endokrin berupa insula yang terletak
antara pancreatic acini disebut dengan pulau Langerhans yang tersusun dari beberapa jenis
sel yaitu sel alfa ( sel A), sel beta (sel B), sel delta (sel D), dan sel PP (sel F).

5. Kelenjar Adrenal

C
F

(A) (B) (C)


Gambar: Kelenjar Adrenal. (A) dokumentasi pribadi (M=100x), (B) Mescher, 2016. (C)
Gambar tangan. Ket: adrenal cortex (C), adrenal medulla (M), zona glomerulosa (G), zona
fasciculata (F), dan zona reticularis (R).
Pada pengamatan yang telah dilakukan dapat terlihat gradient perbedaan antara medulla
dan korteks. Pada preparat yang diamati dapat dibedakan antara zona glomerulosa, zona
fasciculate dan zona retikularis dengan jelas. Apabila dibandingkan dengan literature
terlihat zona-zona pembedanya.

B. PEMBAHASAN
1. Kelenjar Hipofisis
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 02 April 2019
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN
REPRODUKSI HEWAN
Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 7 dari 12

Kelenjar hipofisis terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis. Berbentuk oval,


mempunyai dua lobus yatu lobus anterios dan lobus posterior. Lobus anterior disebut juga
adenohipofise. Lobus posterior terdiri dari jaringan syaraf sehingga disebut dengan
neurohipofise. Hipofise stalk adalah yang menghubungkan lobus posterior hipofise dengan
hypothalamus (Manurung, et all, 2017).
Menurut Mescher (2016), kelenjar hipofisis terdiri atas 3 pars atau lobus yang
masing-masing mensekresikan hormone yang berbeda.
a. Hormon yang hasilkan pars distalis:
 Growth Hormone (GH, somatropin): GH berperan dalam menstimulasi
pertumbuhan. Growth hormone merupakan enzim dari asam amino. Tidak seperti
kebanyakan hormone hipofisis, GH tidak mempunyai target kelenjar tunggal, namun GH
dapat mempengaruhi berbagai macam jaringan. GH memajukan pertumbuhan tulang,
jaringan lunak, dan organ dalam. Hal ini khususnya penting pada masa belia, hewan pada
masa pertumbuhan, namun growth GH tidak terlalu penting dalam perkembangan fetus dan
neonatus.
 Thyrotropic Hormone = Thyroid-stimulating Hormone (TSH): hormon ini
mempengaruhi kerja tyroid untuk menghasilkan Tyroxin (T4), Triotironin (T3), dan
kalsitosin,
 Adrenocorticotropic Hormone (ACTH)
 Prolactin : merupakan hormone yang berfungsi untuk persiapan produksi air susu
ibu (ASI) pada saat seorang wanita dinyatakan hamil.
 Gonadotropin Hormone (GTH) terdiri dari :
- Follicle Stimulating Hormone (FSH) : pada wanita membantu
mematangkan telur dalam folikel ovarium mulai dari folikel awal- primer-sekunder-tersier-
de graff. Pada pria, membantu dalam pematangan spermatozoa melalui spermatogenesis.
- Luteinizing hormone = ICSH (Intersititial Cell Stimulatin Hormone), pada
wanita berfungsi dalam menebalkan dinding rahim dan mempertahankan implantasi janin.
Pada pria ICSH menghasilkan sel yang memproduksi hormon testosteron.
b. Hormone yang disekresikan pars nervosa:
 Oxytocin : merupakan hormone yang dapat mengatur uterus dan kelenjar mammae.
Dengan meningkatkan kontraksi otot uterus, sehingga membantu pengeluaran fetus dan
placenta. Peran oksitosin pada kelenjar mammae, sel-sel myoepitelial mengelilingi alveoli
dan saluran berkontraksi untuk mengeluarkan susu dari alveoli dan sangat sensitive
terhadap oxytosin.
 Vasopressin/ADH : merupakan hormone yang dapat mengurangi aliran urin dan
konsentrasinya. Vasopressin bekerja pada bagian akhir dari tubulus convulate distal dan
ductus kolektivus untuk meningkatkan permiabilitas air dan reabsorbsinya.

c. Hormone yang dihasilkan pars intermediate :


Beberapa sumber menjelaskan bahwa pars intermediate menghasilkan Melanosit-
stimulating hormone (MSH).
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 02 April 2019
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN
REPRODUKSI HEWAN
Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 8 dari 12

2. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang terletak disebalah kanan dan kiri trakea,
dan diikat bersama oleh secarik jaringan tiroid yang disebut ismus tiroid yang melintasi
trakea disebelah depan. Kelenjar tiroid terdiri atas sebagian besar vesikel yang dibatasi
epitelium, mendapat persediaan darah yang melimpah, dan disatukan jaringan ikat. Sel-sel
tersebut mengeluarkan secret cairan yang bersifat lekat yaitu koloida tiroid, yang
mengandung zat senyawa yodium, zat aktif yang utama dari senyawa yodium ini adalah
hormone tiroksin. Secret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke aliran darah, baik
langsung maupun melalui saluran limfe (Pearce, 2016).
Hormon tiroid terdiri dari dua komponen, tiroksin dan yodium. Hormon ini
meningkatkan metabolisme sebagian besar sel tubuh. Kekurangan yodium dalam makanan
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid, yang dikenal sebagai gondok sederhana.
Hypothyroidism selama perkembangan awal mengarah ke kretinisme. Pada orang dewasa,
menghasilkan myxedema, ditandai dengan obesitas dan kelesuan. Hipertiroidisme
mengarah ke kondisi yang dikenal sebagai gondok exophthalmic, ditandai dengan
penurunan berat badan serta perilaku hiperaktif dan mudah tersinggung. Kelenjar tiroid
adalah kelenjar dua lobus yang memanifestasikan mekanisme transpor aktif yang sangat
kuat untuk mengambil ion iodida dari darah. Ketika darah mengalir melalui kelenjar,
iodida diubah menjadi bentuk aktif yodium. Yodium ini bergabung dengan asam amino
yang disebut tirosin (Pearce, 2016).
Dua molekul tirosin iodinasi kemudian bergabung membentuk thryroxine. Setelah
pembentukannya, tiroksin menjadi terikat pada bahan protein polisakarida yang disebut
thyroglobulin. Kelenjar tiroid yang normal dapat menyimpan persediaan tiroksin dalam
bentuk terikat selama beberapa minggu. Pembelahan enzimatik tiroksin dari thyroglobulin
terjadi ketika hormon spesifik dilepaskan ke dalam darah. Hormon ini, diproduksi oleh
kelenjar pituitari, dikenal sebagai thyroid-stimulating hormone (TSH) (Pearce, 2016).
TSH menstimulasi langkah-langkah pembatas tingkat utama tertentu dalam sekresi
tiroksin, dan dengan demikian mengubah tingkat pelepasannya. Berbagai cacat tubuh, baik
diet, keturunan, atau penyakit yang ditimbulkan, dapat menurunkan jumlah tiroksin yang
dilepaskan ke dalam darah. Tiroksin berfungsi untuk merangsang metabolisme oksidatif
dalam sel; itu meningkatkan konsumsi oksigen dan produksi panas dari sebagian besar
jaringan tubuh, kecuali otak. Tiroksin juga diperlukan untuk pertumbuhan normal.
Penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa tiroksin meningkatkan efek hormon
pertumbuhan pada sintesis protein. Tidak adanya tiroksin secara signifikan mengurangi
kemampuan hormon pertumbuhan untuk merangsang penyerapan asam amino dan sintesis
RNA. Tiroksin juga memainkan peran penting dalam bidang pengembangan organ yang
berkaitan erat, terutama pada sistem saraf pusat (Pearce, 2016).

3. Kelenjar Paratiroid
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 02 April 2019
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN
REPRODUKSI HEWAN
Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 9 dari 12

Kelenjar paratiroid terdiri dari dua pasang kelenjar (inferior dan posterior).
Kelenjar partiroid berukuran 6mm x 4 mm x 2 mm dengan berat 40mg sampai 60mg.
Kelenjar paratiroid superior berada pada bagian dorsal RLN pada cricoid katilago,
sedangkan kelenjar partiroid inferior berada pada ventral saraf. Kelenjar paratiroid normal
terlihat semitransparan dan berwana keabuan pada bayi dan kemudian berubah menjadi
kuning keemasan sampai coklat terang saat dewasa. Warna pada kelenjar paratiroid
tergantung beberapa faktor seperti selularitas, kandungan lemak, dan vaskularitas. Suplai
darah pada kelenjar paratiroid berasal dari percabangan arteri tiroid inferior, meskipun
cabang arteri tiroid superior dapat mensuplai 10% - 45% ke kelenjar paratiroid superior
(Arrangoiz, et all, 2017).
Kelenjar paratiroid sebagian besar terdiri atas Chief cells dan Oxyphil cells namun
ada juga sel water-clear, yang berfungsi sebagai berikut (Arangoiz, et all, 2017):
 Sel asidofilik oksifil banyak mengandung mitokondria, berasal ari sel-sel paratioid,
dapat diidentifikasi setelah pubertas, dan jumlah akan meningkat selama masa dewasa.
Sel-sel oksipilik berperan dalan memperthankan kemampuan sekresi PTH, namun
signifikasn fungsional nya belum diketahui.
 Sel Chief memainkan peran penting dalam homeostasis kalsium dengan merasakan
perubahan konsentrasi kalsium intra-selular dan melepaskan jumlah yang tepat dari
PTH untuk memperbaiki atau mempertahankan kadar kalsium darah normal. Sel-sel
Chief (sel-sel utama kelenjar paratiroid) berukuran sekitar enam sampai delapan
mikron, mereka berbentuk poligonal, memiliki inti bulat yang terletak di pusat, dan
memiliki butiran sekretori yang mengandung PTH . Sel Chief adalah sel yang paling
sensitif dari semua sel kelenjar paratiroid terhadap perubahan konsentrasi kalsium
terionisasi serum. Sel-sel Chief tidak aktif saat normal kalsium hemostasis.
 Sel-sel kelenjar air paratiroid sangat jarang. Kehadiran mereka dikaitkan dengan
hiperplasia kelenjar paratiroid atau bahkan pembentukan adenoma paratiroid. Sel-sel
water-clear memiliki sitoplasma yang jelas dan jelas dengan membran sel yang
terdefinisi dengan jelas, dan memiliki glikogen sitoplasma yang berlebihan. Sel-sel
water-clear memiliki inti oval atau bulat dengan lekukan sesekali.
Fungsi utama dari kelenjar paratiroid adalah mensekresikan homon paratiroid
(PTH) yang mengatur aktivitas ion kalsium pada plasma organisme terlepas dari fluktuasi
dalam asupan kalsium, eksresi, dan penimbunan pada tulang. Sebaliknya, aktivitas sekresi
kelenjar dikontrol oleh konsentrasi ion Ca+ pada plasma organisme. Sekresi PTH akan
semakin meningkat ketika level kalsium plasma rendah dan menurun apabila level kalsium
plasma lebih tinggi dari pada keadaan normal. Mekanisme ini disebut Kalsiostat, pada
hewan, diet rendah kalsium menyebabkan hypertrophy dan hyperplasia kelenjar paratiroid.
PTH juga berperan pada kerja ginjal, yaitu : meningkatkan reabsorbsi Kalsium pada
tubulus renal, dan meningkatkan sekresi phospat pada tubulus distal. Selain itu PTH juga
berperan pada tulang, diantaranya PTH berperan dalam meregulasi laju penyerapan
kalsium pada tulang. PTH pada gastrointestinal berperan dalam meningkatkan absorbs
kalsium pada usus halus. Selain pada 3 organ tersebut PTH juga bekerja pada jaringan lain,
yaitu pertukaran phospat antara sel dengan cairan jaringan, pertukaran kalsium pada lensa
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 02 April 2019
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN
REPRODUKSI HEWAN
Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 10 dari 12

mata, pertukaran kalsium selama proses pembentukan cangkang telur pada burung dan
reptile, dan pertukaran kalsium dan pospat pada kelenjar mammae (Williams, 1963).

4. Kelenjar pancreas
Pankreas berperan sebagai kelenjar eksokrin dan kelenjar endokrin. Komponen
eksokrin membentuk sebagian besar pancreas dan terdiri dari sekretoris serous acini dan
zygomgenic cells yang sangat padat terangkai menjadi lobules kecil. Lobules ini dikelilingi
oleh jaringan ikat tipis yang mengandung pembuluh darah, ductus interlobular, saraf dan
resptor sensoris yaitu korpus paccini. Didalam serous acini terdapat pancreatic islet
(Langerhans) yang menjadi bagian endokrin dari pancreas (Eroscenko, 2005).
Menurut Mescher (2016), pada preparat histologi pulau Langerhans dengan
pewarnaan spesifik dapat terlihat empat tipe sel yang berbeda yaitu sel alfa, sel beta, sel
delta, dan sel PP (Pancreatic Polipeptide). Perbedaan tipe sel ini akan dijelaskan sebagai
berikut:
 Sel alfa
Sel alfa biasanya berada di perifer pulau Langerhans baik pada tikus maupun
spesies lainnya. Namun pada manusia, sel alpha menyebar di Langerhans islet.
Karakteristik dari sel ini mempunyai penampakan granula sekretorinya yang bulat atau
seperti bulat telur dan mempunyai densitas yang sangat tinggi. Dengan teknik
immunoreactive dapat diketahui bahwa granula sel alpha menghasilkan Glukagon. Pada
manusia, immunostainning memberikan penampakan konsentrasi glucagon yang tinggi
pada granula sekretoris. Penelitian terakhir menjelaskan bahwa antibody melawan GLI
(glucagon-like immunoreactan or glicentin) dapat bereaksi dengan sel alfa. Hal ini
mendukung hipotesis bahwa glucagon dan glicentin berasal dari prekursos yang sama.
 Sel beta
Sel beta tidak memiliki tempat yang spesifik / tersebar merata pada pulau
Langerhans. Pada pengamatan menggunakan mikroskop elektron, sel-sel ini dapat dengan
mudah diidentifikasi dengan grunula sekretorisnya yang dikelilingi oleh ruang kosong.
Membran granula dilindungi oleh glutaraldehyde fiksasi diikuti dengan osmikasi. Pada
beberapa spesies seperti anjing dan manusia, grunala sekretoris sel beta mempunyai inti
yang padat. Diketaui bahwa sel beta berperan dalam menghasilkan hormon insulin.
 Sel delta
Sel delta terdistribusi sama seperti sel alfa, dan dianggap sebagai sub-populasi dari
sel alfa. Sel delta dapat dnegan mudah diidentifikasi granula sekeretorisnya yang besar dan
kurang padat dibandingkan dengan granula alfa, dan juga lebih seragam dibandingkan
granula sel beta. Fungsi dari sel delta yaitu menghasilkan hormone somatostatin yang
berperan menghambat pelepasan hormon pulau Lengerhans yang lain secara parakrin,
menghambat pelepasan GH dan TSH pada hipofisis anterior dan menghambat sekresi HCl
oleh sel parietal gastrik.
 Sel PP ((Pancreatic Polipeptide Cells)
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 02 April 2019
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN
REPRODUKSI HEWAN
Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 11 dari 12

Sel PP berjumlah paling sedikit di pulau Langerhans dibandingkan sel-sel yang lain
dan terletak di tepi pulau Langerhans. Sel PP mensekresikan polipeptida pankreatik yang
berperan dalam menstimulasi aktivitas sel chief gastrik, menghambat sekresi empedu,
enzim pankreatik, dan bikarbonat, serta menghambat motilitas intestine.

5. Kelenjar Adrenal
Menurut Rubenstein (2005), kelenjar adrenal terdiri dari 2 bagian utama, yaitu
korteks dan medulla, keduanya terbungkus atas kapsula dari jaringan padat. Medulla
adrenal mensekresi adrenalin dan noradrenalin (epinefrin dan norepinefrin). Bagian korteks
memproduksi hormone steroid. Bagian korteks dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu, zona
glomerulosa, zona fasikulata, dan zona retikularis. Masing-masing zona menghasilkan
hormone yang berbeda. Hormone yang dihasilkan:
 Zona glomerulosa: mineralkortikoid (misal aldosterone), hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan deplesi kalium, disertai hipertensi, alkalosis, dan edema. Steroid
sintesos, fludkortison dna deoksikortisteron asetat, memiliki efek serupa.
 Zona fasikulata: glukokortikoid (misal kortisol), hormon ini meningkatkan kadar gula
darah dan merupakan antagonis insulin. Memiliki efek persimif pada kerja katekolamin
di jantung dan pembuluh darah dan esensial bagi respons tubuh terhadap trauma,
infeksi dan peradangan. Bila berlebihan timbul efek katabolic protein, atrofi kulit, dan
pelemahan kapiler. Hormone ini menurunkan jumlah eosinophil dan limfosit dalam
sirkulasi. Hormon ini juga menyebabkan retensi natrium dan deplesi kalium serta
alkalosis bila diberikan oleh dosis besar atau dalam waktu lama.
 Zona retikularis: hormone yang dihasilkan pada zona ini adalah hormone kelamin.
Hormone ini menghasilkan efek sesuai dominasi hormone pria, misalnya androsteron
atau hormon wanita estrogen dan progesterone. Oleh karena itu bias timbul sifat yang
jantan atau feminine. Androgen bekerja antagonis terhadap sebagian efek metabolic
dari glukortikoid.

IV. Kesimpulan
Sistem endokrin terdiri dari beberapa organ endokrin yaitu berupa kelenjar.
Kelenjar endokrin terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid,
kelenjar pancreas, kelenjar adrenal, dan gonad. Setiap kelenjar memiliki karakteristik
histologi sel penyusun yang berbeda-beda dan menghasilkan hormone yang berbeda pula.
Semua hormone yang dihasilkan mempunyai peran yang sangat penting dalam meregulasi
fisiologis tubuh untuk menjaga homeostatis

V. Daftar Pustaka

Admiharja, S. A. dan Y. Mulyaningsih. 2013. Biologi Umum. Universitas Djuanda Press. Bogor.
No. Dokumen FO-UGM-PBI-07-13
BORANG
Berlaku sejak 02 April 2019
LAPORAN PRAKTIKUM ENDOKRINOLOGI DAN
REPRODUKSI HEWAN
Revisi 00
LABORATORIUM FISIOLOGI HEWAN Halaman 12 dari 12

Arrangoiz, R., Cordera,F., Caba, D., Juárez, M., Moreno, E., Luque, E. 2017. Parathyroid
Embryology, Anatomy, and Pathophysiology of Primary Hyperparathyroidism,
International Journal of Otolaryngology and Head & Neck Surgery, 6 : 39-58.
Diastuti, R. 2009. Biologi. Pusat Perbukuan Departemen Nasional Press. Jakarta.
Eroschenko, V., P. 2008. Atlas of Histology and Functional Correlations, eleventh edition.
Lippinkots Willian & Wilkins. Philadelphia.
Manurung, R., C. M. Balon, dan N Manurung. 2017. Asuhan Keperawatan Sistem Endokrin :
dilengkapi dnegan Mind Mapping dan Asuhan Keperawatan, Deepublish, Yogyakarta.
Mescher, A. L. 2016. Junqueira’s Basic Histology Text And Atlas 14th Edition. McGraw-Hill
Education. New York.
Mescher, A., L. 2013. Janqueira’s Basic Histology Text and Atlas. McGraw-Hill Education. New
York.
Pearce, E. C. 2016. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Rubeinsten, D., D. Wayne, dan J. Bradley. 2005. Lecture Notes: Kedokteran Klinis edisi keenam.
Penerit Erlangga. Jakarta.
Sivan, B. 2005. Electrotonic Coupling in the Anterior Pituitary of a Teleost Fish.
Endocrinology 146(3):1048–1052.
Williams, R. 1963. Textbook of Endocrinology third edition. W. B. Saunders Company.
Washington.

Anda mungkin juga menyukai