Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PATOLOGI

ANATOMI BLOK SISTEM ENDOKRIN &


METABOLISME

Disusun Oleh:

Nama : Ida Bagus Ary Ananata Putra


NIM : 022.06.0043
Kelas :A
Kelompok : 3
Dosen : dr. Hilda Santosa, Sp.PA
dr. I.G.M. Sanies Ermawan, Sp.PA
dr. Herlina Eka Shinta, M. Biomed, Sp.PA
dr. Cheryl Nini, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya saya dapat melaksanakan dan menyusun Laporan Praktikum Histologi
Blok Sistem Endokrin dan Metabolisme yang berjudul “Patologi Anatomi Sistem
Endokrin” ini tepat pada waktunya. Laporan ini ditulis untuk memenuhi
persyaratan sebagai syarat nilai praktikum dalam Blok Sistem Endokrin dan
Metabolisme. Dalam penyusunan laporan ini, saya mendapat banyak bantuan,
masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, melalui
kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan laporan
ini dengan baik.
2. dr. Hilda Santos, Sp.PA., dan dr. I.G.M Sanies Ermawan, Sp.PA., selaku
Tutor serta Fasilitator praktikum Patologi Anatomi.
3. Bapak/Ibu dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar yang
memberikan masukan terkait laporan yang saya buat.
4. Kakak tingkat yang berkenan memberikan masukan terkait dengan laporan
yang telah saya buat.
5. Serta kepada keluarga dan teman-teman yang memberikan masukan,
dukungan, dan motivasinya kepada saya.
Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata saya berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang akan menggunakannya.

Mataram, 14 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................1

1.2 Tujuan Praktikum .............................................................................................2

1.3 Manfaat Praktikum ...........................................................................................2


BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................3
BAB III METODE PRAKTIKUM...................................................................................7

3.1 Waktu dan Tempat ...........................................................................................7

3.2 Alat dan Bahan .................................................................................................7

3.3 Prosedur Kerja ..................................................................................................7


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................8

4.1 Hasil Pengamatan .............................................................................................8

4.2 Pembahasan ......................................................................................................8


BAB V PENUTUP............................................................................................................12

5.1 Kesimpulan .....................................................................................................12


DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sistem endokrin adalah kumpulan kelenjar endokrin yang berkoordinasi untuk
memproduksi hormon. Kelenjar endokrin disebut sebagai kelenjar tidak berdukutus.
Kelenjar endokrin mencakup kelenjar hipofisis/pituitary, tiroid, paratiroid, adrenal dan
kelenjar pineal. Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang bersifat unik karena sel-
selnya tersusun membentuk struktur bulat yang disebut folikel yang merupakan tempat
penyimpanan hormon. Kelenjar tioridberperan dalam sekresi hormon yaitu hormon
triiodotironin (T3) dan tiroksin (T4). Kedua hormon yang dihasilkan sekresinya di
bawah kontrol TSH yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Selain itu, hormon
kalsitonin juga disekresikan yang bertanggung jawab menurunkan kadar kalsium
darah dan memudahkan penyimpanan kalsium di tulang. Hormon yang dihasilkan oleh
kelenjar tiroid berperan penting dalam metabolisme sel. Namun, jika kelenjar tiroid
mengalami gangguan akan menyebabkan produksi hormon menjadi terganggu. Jika
dilihat menggunakan mikroskop jaringan dari kelenjar tiroid akan mengalami
perubahan struktur.
Patologi anatomi merupakan cabang ilmu kedokteran yang mempelajari efek
penyakit pada struktur organ tubuh baik secara keseluruhan maupun secara
mikroskopis. Prosedur ini digunakan untuk mengidentifikasi adanya kelainan dalam
tubuh yang dapat membantu diagnosis penyakit. Patologi anatomi dibagi menjadi dua
yaitu histopatologi dan sitology. Histopatologi adalah ilmu patologi anatomi
mirkoskopis. Histopatologi merupakan prosedur yang melibatkan pemeriksaan
jaringan utuh yang diambil melalui biopsy atau operasi di bawah mikroskop.
Dengan demikian, untuk lebih mengetahui dan dapat mengidentifikasistruktur
organ yang mengalami kelainan maka dilakukanlah praktikum histopatologi ini.
Praktikum kali ini membahas mengenai histopatologi kelenjar tiroid. Hal tersebut
yang melatarbelakangi laporan ini, agar mahasiswa dapatmempelajari struktur dan
jaringan patologi kelenjar tiorid.

1
1.2 Tujuan Praktikum
Adapun tujuan praktikum yang dilakukan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui dan mengidentifikas histopatologi dari sel/jaringan/
organendokrin
2. Untuk menjelaskan struktur mikroskopik serta mengaitkan struktur tersebut
dengan histopatologinya
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum yang dilakukan sebagai berikut.
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan mengidentifikas histopatologi dari
sel/jaringan/ organ endokrin
2. Mahasiswa mampu menjelaskan struktur mikroskopik serta mengaitkan
struktur tersebut dengan histopatologinya

2
BAB II
LANDASAN TEORI

Patologi Anatomi merupakan ilmu yang mempelajari kelainan struktur dan


fungsi pada penyakit dan hubungan kelainan dengan gejala klinis. Menelaah morfologi
sel, jaringan dan organ pada penyakit, melalui metode makroskopik dan mikroskopik,
yang berfungsi sebagai sarana diagnostik, dasar tindakan/ pengobatan klinis.
Pemeriksaan patologi anatomi adalah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan
terhadap jaringan tubuh dan cairan yang berasal dari tubuh manusia, sertamenggunakan
metode tertentu untuk mendapatkan diagnosis atau kelainan yang diderita. Bahan
pemeriksaannya berupa biopsi, biopsi aspirasi, sitologi, operasi (Abbas, A.K., Aster,
2019).

Sistem endokrin merupakan salah satu sistem yang ada pada tubuh manusiayang
melibatkan kerja hormone dalam melaksanakan peranannya. Sistem endokrinini akan
memberikan pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan, homeostastis tubuh,
hingga ke sistem reproduksi. Sistem saraf dan sistem endokrin bekerja sama dalam
mengoordinasi fungsi semua sistem yang ada pada tubuh. Sistem saraf bekerja melalui
impuls saraf atau potensial aksi yang dialirkan sepanjang akson-akson neuron. Pada
sinaps, impuls saraf mencetuskan pelepasan molekul mediator yang disebut dengan
neurotransmitter. Pada sistem endokrin juga mengontrol aktivitas tubuh dengan
melepaskan mediator yang disebut dengan hormon (Huether SE, McCance KL, 2019),
(DiFiore., 2017).

Terdapat beberapa organ endokrin yang ada di dalam tubuh. Mulai dari
hypothalamus, hipofisis, pineal gland, thyroid gland, paratiroid glands, suprarenal
gland, thymus, dan pancreas. Pada praktikum kali ini akan terfokus pada thyroid gland
yang merupakan kelenjar endokrin yang terletak di regio leher (DiFiore, 2017),
(Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014).

Kelenjar tiroid adalah organ endokrin terbesar pada manusia yang mempunyai
fungsi untuk mengatur metabolisme sebagian besar sel tubuh. Kelenjartiroid ini juga
memainkan peranan yang penting pada perkembangan sistem saraf dan rangka.
Kelenjar tiroid terletak di bagian anterior dari trakea pada leher bagianbawah dan terdiri
atas 2 lobus yang dihubungkan dengan jaringan yang disebut dengan 'isthmus'.
Kelenjar tiroid memiliki media penyimpan pre-hormon yang secara mikroskopis

3
tersusun dalam saccus berbentuk bulat yang disebut dengan folikel tiroid. Kelenjar
tersebut juga berfungsi sebagai tempat penyimpanan yodium, sebagai tempat produksi
hormon tiroid, bergantung pada ketersediaan yodium. Pelepasan hormon tiroid
diregulasi oleh kelenjar hipofisis anterior, di mana kelenjar tersebut menyekresi
thyroid-stimulating hormone (TSH). Kedua hormon yang disekresi oleh folikel tiroid
adalah:
• T4 yang merupakan prehormon yang berfungsi sebagai reservoir hormone di
dalam plasma darah
• T3 yang merupakan hormon bentuk aktif (Appleton, Vanbergen, O’Neill,
Murphy, editor, 2019).

Gambar 1 Anatomi dan Histologi Kelenjar Thyroid

Kelenjar tiroid berbentuk menyerupai kupu-kupu dan terletak di inferior laring


dan cartilage cricoideus. Kelenjar tiroid memiliki sepasang lobus lateral yangberbentuk
pyramid, dengan Panjang sekitar 5 cm, yang dihubungkan oleh struktur yang disebut
dengan isthmus dan melekat di regio trachea. Kelenjar tiroid melekatpada trakea oleh
fascia pretracheal sehingga ia bergerak bersama dengan trakea dan laring ketika
menelan, namun tidak ikut bergerak ketika menjulurkan lidah. Kelenjar tiroid dilapisi
oleh capsula fibrosa di dalam fascia (Appleton, Vanbergen, O’Neill, Murphy, editor,
2019).

Kelenjar tiroid mempunyai vaskularisasi yang baik, menerima 80-120 mL darah


per menit. Suplai darah menuju kelenjar tiroid ditunjang oleh a. thyroidea superior dan

4
a. thyrioidea inferior; namun, pada sebagian kecil individu memiliki arteri ketiga yang
disebut dengan a. thyroidea ima. Kelenjar tiroid didrainase oleh tiga pembuluh darah
vena, yakni V. thyroidea superior, V. thyroidea media dan inferior (Appleton,
Vanbergen, O’Neill, Murphy, editor, 2019).

Kelenjar tiroid tersusun oleh kurang lebih satu juta folikel yang berbentuk bulat.
Dinding dari masing-masing folikel dibentuk oleh sel epitel, yang disebut dengan sel
folikuler. Sel-sel tersebut mengelilingi sebuah ruangan yang terisikoloid. Sel folikuler
menyekresi thyroglobin, bentuk penyimpanan dari hormon tiroid, ke dalam koloid.
Ketika sel folikuler tidak sedang aktif menyekresi hormon,bentuknya bertransformasi
menjadi kuboid atau pipih, namun di bawah pengaruh TSH sel tersebut menjadi kuboid
atau silindris dan menyekresi hormon secara aktif. Ukuran penyimpanan koloid dan
folikel meningkat ketika tidak sedang menyekresikan hormon aktif. Ketika sel folikuler
dalam fase sekretorik aktif, bentuk microvili dari permukaan bagian dalam dan
thyroglobin diabsorbsi. Hal tersebut membuat ukuran penyimpanan koloid mengecil.
Thyroglobin kemudian diurai di dalam sel dan dilepaskan sebagai hormon tiroid. Tipe
lain dari selsekretorik terletak pada folikel, di dalam membran basal yang mengelilingi
folikel. Sel tersebut disebut dengan sel parafolikuler (sel C), yang mensintesis dan
menyekresi calcitonin (DiFiore, 2017), (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014).

Adapun Struktur jaringan kelenjar tiroid dapat mengalami perubahan bentuk


jika terjadi gangguan pada kelenjar tiroid. Hal ini karena kelenjar tiroid rawan
mengalami peradangan. Adapun beberapa kondisi penyakit yang menyerang kelenjar
tiroid yakni:
1. Hipotiroid

Hipotiroid adalah kondisi yang disebabkan oleh setiap gangguan struktur atau
fungsi yang mengganggu produksi hormon tiroid yang adekuat. Hipotiorid dibagi
menjadi kelompok primer dan sekunder. Penyebab hipotiroid yag paling sering
adalah defisiensi yodium dalam makanan dan penyakit autoimun. Selain itu,
defek genetic juga mengganggu perkembangan tiroid itu sendiri atau sintesis
hormon tiroid. Pada hipotiroid, dapat dilakukan pengukuran kadar TSH.
Konsentrasi TSH tidak meningkat pada pasien dengan hipotiroid karena kelainan
perimer penyakit hipotalamik atau hipofisis. (Kumar, V., Abbas, A.K., Aster, J.C.
2018).

5
2. Hipertiroid

Hipertiroid atau tiroksikosis merupakan kondisi hipermetabolik yang


disebabkan oleh meningkatnya kadar hormon tiroid yang beradar dalam sirkulasi.
Hipertiroid biasanya disebabkan oleh hiperfungsi kelenjar tiroid. Namun, pada
keadaan tertenu jumlah hromon tiroid yang berlebihan dapat berkaitan dengan
pelepasan hormon tiroid preformed yang berlebihan taua berasal dari sumber
ekstratiroid bukan karena kelenjar yang hiperfungsi. Gejala yang ditimbulkan
biasanya kulit cenderung lunak, hangat, dan kemerahan, tidak toleran terhadap
panas, dan berkeringat yang berlebihan. Peningkatan aktivitas simpatik dan
hipermetabolisme akan mengakibatkan penurunan berat badan meskipun nafsu
makan meningkat. (Kumar,V., Abbas, A.K., Aster, J.C. 2018).
3. Tiroiditis

Tiroiditis atau radang kelenjar tiroid merupakan suatu kelompok kelainan


yangditandai oleh beberapa bentuk radang tiroid. Tiroiditis biasanya disebabkan
oleh autoimun, infeksi, traumatis, lingkungan atau faramkologis. Pada beberapa
jenis tiroiditis biasnya muncul nyeri. Onset tiroiditis dapat terjadi secara akut,
subakut, maupun kronik. Tiroiditis juga dapat menyebabkan kondisi hipotiroid
maupun hipertiroid. (Kumar, V., Abbas, A.K., Aster, J.C. 2018).

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Selasa, 10 Oktober 2023

Waktu : 10.30-12.10
Tempat : Laboratorium Terpadu I

3.2 Alat dan Bahan


A. Mikroskop
B. Alat tulis
C. Preparat Histopatologi Multinodular Goiter/ Struma Adenomatosa
D. Preparat Histopatologi Hashimoto Thyroditis
E. Preparat Histopatologi Papillary Thyroid Carcinoma

3.3 Prosedur Kerja


A. Pastikan meja preparat dalam keadaan datar dan lensa objektif perbesaran
rendah, dipasang pada kedudukan segaris sumbu dengan lensa okuler.
B. Melihat melalui okuler dengan satu mata (untuk mikroskop monokuler) dandua
mata (untuk mikroskop binokuler). Nyalakan lampu serta sesuaikan jumlah
sinar yang diperlukan. Sesuaikan lubang diafragma schingga sinar yang
diterima mata optimal (tidak terlalu terang atau redup).
C. Jauhkan lensa objektif dari meja preparat dengan memutar pengatur kasar
searah jarum jam. Letakkan preparat di bawah objektif. Dengan melihat dari
samping, sesuaikan lensa objektif perbesaran rendah pada jarak kira-kira 1 cm
dari preparat. Lihat lagi melalui okuler, dan naikkan meja preparat dengan
pemutar kasar kemudian gunakan pengatur halus sampai preparat jelas terlihat.
D. Lihat lagi dr. samping, dengan hati-hati putar objektif dg perbesaran yg lebih
tinggi (misalnya 100x) pada kedudukannya. Perhatikan agar lensa tidak
menyingung preparat, kmd lihat lagi melalui okuler dan fokuskan preparat
dengan memutar pemutar kasar dan halus secara perlahan ke arah berlawanan
jarum jam. Sesuaikan pencahayaan. Amati preparat, kemudian digambar.

7
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

NO NAMA Gambar Perbesaran Gambar Perbesaran


PREPARAT
4 kali 40 kali
1. Multinodular
Goiter/ Struma
Adenomatosa

2. Hashimoto
Thyroditis

3. Papillary
Thyroid
Carcinoma

4.2 Pembahasan
Melalui praktikum kali ini, telah dilakukan pengamatan 8 preparat
jaringan dibawah mikroskop. Pembahasan mengenai jaringan yang telah
diteliti tersebut akan dibahas pada paragraf dibawah:

8
1. Multinodular Goiter/ Struma Adenomatosa

Epitel pelapis Folikel dan cairan


gepeng/kuboid koloid

Struma (goiter) atau pembesaran tiroid merupakan penyakit tiroid yang


paling sering. Struma adenomatosa atau struma koloides merupakan
pembesaran jinak pada kelenjar tiroid. Struma adenomatosa disebabkan oleh
defisiensi yodium dalam makanan. Gangguan sintesis hormon tiroid
menimbulkan kompensasi peningkatan TSH serum yang kemudian akan
menyebabkan hipertrofi dan hyperplasia sel-sel foliekl tiroid dan akhirnya
menimbulkan pembesaran makroskopik kelenjar tiroid. Struma adenomatosa
adalah pembesaran kelenjar yang tidak simestris, multilobular, yang daoat
berukuran sangat besar. Ciri khas struma adenomatosa yaitu secara hormonal
bersifat tenang, meskipun pada sekelompol kecil kasus (sekitar 10% setelah
10 tahun) dapat bermanifestasi sebagai tirotoksikosis, sekunder terhadap
berkembangnya nodul autonomik yang menghasilkan hormon tiroid, tanpa
tergantung pada stimulasi TSH. Struma dapat menyebabkan obstruksi jalan
napas, disfagia, dan penekanan pembuluh darah besar di leher dan toraks bagian
atas. (Kumar, V., Abbas, A.K., Aster, J.C. 2018).

9
2. Hashimoto Thyroditis

Gambar 3 Struktur Histopatologi Preparat Hashimoto Thyroiditis


Secara klinis tiroiditis Hashimoto menunjukkan pembesaran tiroid tanpa
nyeri, biasanya berhubungan dengan hipotiroidisme, pada wanita usia
menengah. Pembesaran kelenjar biasanya simetris dan difus, namun kadang-
kadang dapat terbatas sehingga menimbulkan kecurigaan akan suatu neoplasma.
Secara klinis hipotiroidisme biasanya berkembang bertahap. Namun, pada
beberapa kasus dapat diawali oleh tirotoksikosis semeniara (transient) yang
disebabkan oleh kerusakan folikel tiroid serta pelepasan hormon tiroid
(hashitoksikosis) yang sekunder. Selama fase ini, kadar T4 dan T3 bebas
meningkat, TSH berkurang dan uptake yodium radioaktif menurun. Saat terjadi
hipotiroidisme, kadar T4 dan T3 berkurang secara progresif, diikuti oleh
peningkatan TSH kompensatorik (Abbas, A.K., Aster,2019)

Parenkim tiroid mengandungi sebukan padat sel-sel limfosit dengan


pembentukan sentrum germinativum. Tampak pula folikel-folikel tiroid residual
yang dilapisi oleh sel-sel Hrthle yang sangat eosinofilik. Pada pasien dengan
penyakit hashimoto thyroiditis, jika dilihat secara mirkoskopis struktur dari
parenkim tiroid mengandung extensive lymposit dengan pembentukan sentrum
germinativum. Terlihat juga folikel tiroid dengan cairan koloid yang dilapisi oleh
sel epitel selapis (sel Hrthle) yang sangat eosinofilik (Kumar, V., Abbas, A.K.,
Aster, J.C. 2018), (Abbas, A.K., Aster, 2019).

10
3. Papillary Thyroid Carcinoma Classic Variant

Gambar 4 Struktur Histopatologi Preparat Papillary Thyroid Carcinoma


Karsinoma papiler adalah tumor non-fungsional, sehingga sering
bermanifestasi sebagai massa yang tidak nyeri di leher, baik di dalam tiroid atau
sebagai metastasis pada suatu kelenjar getah bening leher. Karsinoma papiler
merupakan lesi yang indolen, dengan angka kelangsungan hidup 10 tahun melebihi
95%. karsinoma papiler merupakan jenis kanker tiroid yang paling sering ditemukan.
Tumor ini bisa terjadi pada segala usia, dan merupakan karsinoma tiroid yang paling
banyak berhubungan dengan riwayat paparan radiasi pengion. Suatu karsinoma
papiler dengan struktur papiler yang terlihat secara makroskopik. Pada contoh ini,
papil-papil yang terbentuk baik, dilapisi oleh sel-sel denganciri-ciri inti yang tampak
kosong, kadang-kadang disebut sebagai inti orphon Annie eye. Sel-sel yang didapat
melalui aspirasi jarum halus dari suatu karsinoma papiler. Inklusi intranuklear yang
khas terlihat pada beberapa sel yang diaspirasi (Kumar, et al., 2019).

11
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem endokrin bertugas


mengatur aktivasi yang memerlukan durasi lebih lama dibandingkan sistem saraf. Organ-
organyang termasuk sistem endokrin akan melepaskan hormon yaitu cairan kimia melalui
darah. Pada masing masing organ endokrin terdapat kelenjar endokrin, dalam kelenjar
tersebut tersusun atas sel sel spesifik yang berkelompok maupun tunggal yang berada
diluar jaringan endokrin. Secara umum gangguan tiroid yaitu hipotiroid, hipertiroid,
kelainan pada hormone dan bentuk kelenjar yang abnormal. Beberapa kondisi patologis
mengenai kelenjar tiroid yaitu struma adenomatosa tergolong jenis hipotiroid yang
biasanya disebabkan oleh defisiensi yodium dalam makanan. Hashimoto thyroiditis
merupakan peradangan pada kelenjar tiroid. Papillary thyroiditis carcinoma (PCT)
tergolong jenis kanker tiroid yang paling sering ditemukan. Masing masing gangguan
tersebut memiliki ciri khas yang berbeda, dimana pada praktikum ini dapat dilihat
perbedaan itu. Hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi gangguan yang terjadi pada
tiroid.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Aster. (2019). Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 10. Singapura: Elsevier
Saunders

Appleton, Vanbergen, O’Neill, Murphy, editor, (2019). Sistem Endokrin, Metabolisme


dan Nutrisi. 1st Indonesian Ed. Singapore: Elsevier;

DiFiore. 2017. Atlas Histologi dengan Kolerasi Fungsional. Edisi 11. EGC PenerbitBuku
Kedokteran. Jakarta.

Dwita, L. F., Rahman, S., & Novianti, H. (2020). Diagnosis dan Penatalaksanaan Low
Risk Papillary Thyroid Carcinoma. Jurnal Kesehatan Andalas, 9(2), 269-275.

Eroschenko, V. P. 2017. Atlas Histologi diFiore dengan Kolerasi Fungsional. Edisi


11. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Tortora, GJ, Derrickson, B. 2014. Principles of Anatomy & Physiology 13thEdition.


United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

13

Anda mungkin juga menyukai