Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

“Patologi Anatomi Sistem Kardiovaskular II”


LABORATORIUM TERPADU 1

Disusun Oleh:

NAMA : Aditya Cahya Ariadi


NIM : 022.06.0001
KELOMPOK: 1 A
TUTOR : dr. Hilda Santosa, Sp.PA.
dr. Herlina Eka Shinta, M.Biomed., Sp.PA.
BLOK : Sistem Kardiovaskular II

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

2023/202
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya sampaikan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya saya dapat melaksanakan dan menyusun Laporan Praktikum Patologi
Anatomi Sistem Kardiovaskular II Blok Kardiovaskular II ini tepat pada waktunya.
Laporan ini ditulis untuk memenuhi persyaratan sebagai syarat nilai praktikum
dalam Blok Sistem Hematologi dan Imunologi. Dalam penyusunan laporan ini, saya
mendapat banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, melalui kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada:
• Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya saya bisa menyelesaikan
laporan ini dengan baik.
• dr. Hilda Santosa, Sp.PA., dan dr. Herlina Eka Shinta, M.Biomed., Sp.PA.
selaku Tutor serta Fasilitator praktikum Patologi Anatomi.
• Bapak/Ibu dosen Fakultas Kedokteran Universitas Islam Al-Azhar yang
memberikan masukan terkait laporan yang saya buat.
• Kakak tingkat yang berkenan memberikan masukan terkait dengan
laporan yang telah saya buat.
• Serta kepada keluarga dan teman-teman yang memberikan masukan,
dukungan, dan motivasinya kepada saya.

Saya menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata saya berharap semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yang akan menggunakannya.

Mataram, 27 Desember 2023

Penulis
KATA PENGANTAR ................................................. Error! Bookmark not defined.

PENDAHULUAN ....................................................... Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ................................................. Error! Bookmark not defined.

1.2 Tujuan ............................................................... Error! Bookmark not defined.

1.3 Manfaat ............................................................. Error! Bookmark not defined.

BAB II LANDASAN TEORI .................................... Error! Bookmark not defined.

BAB III METODE PRAKTIKUM ........................... Error! Bookmark not defined.

3.1 Waktu dan Tempat ........................................... Error! Bookmark not defined.

3.2 Alat dan Bahan ................................................. Error! Bookmark not defined.

3.3 Prosedur Kerja ................................................. Error! Bookmark not defined.

BAB IV ........................................................................ Error! Bookmark not defined.

4.1 Hasil Pengamatan............................................. Error! Bookmark not defined.

4.2 Pembahasan ...................................................... Error! Bookmark not defined.

BAB V PENUTUP ...................................................... Error! Bookmark not defined.

5.1 Kesimpulan ....................................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA .................................................. Error! Bookmark not defined.


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Patologi Anatomi merupakan salah satu cabang ilmu dari kedokteran yang
mempelajari dan meneliti jaringan tubuh yang berukuran mikroskopis dengan
kondisi yang abnormal. Patologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang
penyakit, meliputi penelitian mengenai penyebab penyakit dan kelainan terkait
dengan perubahan pada tingkat sel, jaringan dan organ, yang menyebabkan
munculnya tanda dan gejala pada pasien. Dua istilah penting yang akan dihadapi
mahasiswa tentang patologi dan kedokteran, yakni etiologi dan patofisiologi.
Etiologi merupakan penyebab penyakit, termasuk penyebab utama dan faktor
tambahan lain. Patogenesis, adalah mekanisme tahapan timbulnya penyakit.
Mekanisme inni menjelaskan bagaimana faktor etiologi memicu perubahan sel dan
molekul dan mengakibatkan kelainan fungsi dan struktur khusus yang merupakan
tanda khas suatu penyakit.
Patologi Anatomi merupakan ilmu yang mempelajari kelainan struktur dan
fungsi pada penyakit dan hubungan kelainan dengan gejala klinis. Menelaah
morfologi sel, jaringan dan organ pada penyakit, melalui metode makroskopik dan
mikroskopik, yang berfungsi sebagai sarana diagnostik, dasar tindakan/ pengobatan
klinis. Pemeriksaan patologi anatomi adalah pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan terhadap jaringan tubuh dan cairan yang berasal dari tubuh manusia, serta
menggunakan metode tertentu untuk mendapatkan diagnosis atau kelainan yang
diderita. Bahan pemeriksaannya berupa biopsi, biopsi aspirasi, sitologi, operasi.
Semakin hari perkembangan suatu penyakit yang diakibatkan oleh patogen
yang menyerang bagian tubuh yg mikroskopis dari tubuh kita semakin berkembang.
Sehingga diperlukan adanya perkembangan ilmu kedokteran baik dibidang
fisiologi, patofisiologi, mikrobiologi histologi, patologi klinik, hingga patologi
anatomi. Dengan adanya perkembangan ilmu khususnya patologi anatomi,
diharapkan suatu penyakit yang diakibatkan oleh patogen yang menyerang bagian
tubuh yg mikroskopis dari tubuh kita bisa dengan cepat ditangani dan ditemukan
obat atau vaksinnya.
1
Sistem kardiovaskuler adalah kumpulan organ yang bekerja sama untuk
melakukan fungsi transportasi dalam tubuh manusia. Sistem ini bertanggung jawab
untuk mentransportasikan darah, yang mengandung nutrisi, bahan sisa
metabolisme, hormone, zat kekebalan tubuh, dan zat lain ke seluruh tubuh.
Sehingga, tiap bagian tubuh akan mendapatkan nutrisi dan dapat membuang sisa
metabolismenya ke dalam darah. Dengan tersampainya hormone ke seluruh bagian
tubuh, kecepatan metabolisme juga akan dapat diatur. Sistem ini juga menjamin
pasokan zat kekebalan tubuh yang berlimpah pada bagian tubuh yang terluka, baik
karena kecelakaan atau operasi, dengan bertujuan mencegah infeksi di daerah
tersebut. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa sistem kardiovaskuler memiliki
fungsi utama untuk mentransportasikan darah dan zat-zat yang dikandungnya ke
seluruh bagian tubuh.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari adanya praktikum ini adalah:
1. Untuk mengetahui ilmu Patologi Anatomi serta lingkupnya.
2. Untuk mengetahui struktur Patologi Anatomi mikroskopik dari preparat
Sistem Kardiovaskular II
3. Untuk mengetahui karakteristik yang khas dari masing-masing preparat
yang diamati.

1.3 Manfaat
Adapun tujuan praktikum yang dilakukan sebagai berikut.
1. Dapat mengetahui ilmu Patologi Anatomi
2. Dapat mengetahui struktur Patologi Anatomi mikroskopik dari preparat
Sistem Sistem Kardiovaskular II
3. Dapat mengetahui karakteristik yang khas dari masing-masing preparat

2
BAB II

LANDASAN TEORI

Patologi Anatomi merupakan ilmu yang mempelajari kelainan struktur dan


fungsi pada penyakit dan hubungan kelainan dengan gejala klinis. Menelaah
morfologi sel, jaringan dan organ pada penyakit, melalui metode makroskopik dan
mikroskopik, yang berfungsi sebagai sarana diagnostik, dasar tindakan/ pengobatan
klinis. Pemeriksaan patologi anatomi adalah pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan terhadap jaringan tubuh dan cairan yang berasal dari tubuh manusia, serta
menggunakan metode tertentu untuk mendapatkan diagnosis atau kelainan yang
diderita. Bahan pemeriksaannya berupa biopsi, biopsi aspirasi, sitologi, operasi
(Abbas, A.K., Aster, 2019), (Goldblum, JR, Lamps, dkk, 2018).
Sistem kardiovaskuler adalah kumpulan organ yang bekerja sama untuk
melakukan fungsi transportasi dalam tubuh manusia. Sistem ini bertanggung jawab
untuk mentransportasikan darah, yang mengandung nutrisi, bahan sisa
metabolisme, hormone, zat kekebalan tubuh, dan zat lain ke seluruh tubuh.
Sehingga, tiap bagian tubuh akan mendapatkan nutrisi dan dapat membuang sisa
metabolismenya ke dalam darah. Dengan tersampainya hormone ke seluruh bagian
tubuh, kecepatan metabolisme juga akan dapat diatur. Sistem ini juga menjamin
pasokan zat kekebalan tubuh yang berlimpah pada bagian tubuh yang terluka, baik
karena kecelakaan atau operasi, dengan bertujuan mencegah infeksi di daerah
tersebut. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa sistem kardiovaskuler memiliki
fungsi utama untuk mentransportasikan darah dan zat-zat yang dikandungnya ke
seluruh bagian tubuh (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2016).
Sistem kardiovaskuler merupakan sistem tertutup artinya darah yang
ditransportasikan akan berada di dalam jantung dan pembuluh darah, tidak dialirkan
ke luar pembuluh darah. Berdasarkan arah aliran darah maka pembuluh darah dapat
dikelompokkan menjadi dua. Pertama adalah pembuluh darah yang meninggalkan
jantung (arteri) dan pembuluh darah yang menuju jantung (vena). Berdasarkan
ukuran penampangnya (diameter) maka pembuluh darah (arteri dan vena) dapat
dikelompokkan menjadi pembuluh darah besar, sedang, dan kecil. Contoh
pembuluh arteri besar adalah aorta, a. iliaca commonis; pembuluh arteri sedang
3
adalah a. tibialis, a. radialis; sedangkan contoh vena besar adalah v. cafa superior
dan inferior. Diantara pembuluh darah arteri kecil (arteriole) dan vena kecil (venule)
akan terdapat saluran kecil yang disebut pembuluh kapiler. Pembuluh kapiler ini
menghubungkan bagian pembuluh darah arteri dan vena. Pembuluh kapiler ini
memiliki struktur histologis tertentu (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2016). Terdapat
dua komponen yang terlibat dalam aliran darah. Komponen tersebut adalah
pembuluh darah dan darah (Guyton, A.C., dan Hall, J.E., 2019), (Eroschenko, V. P.,
2017).
1. Jantung

Jantung merupakan sebuah organ tubuh manusia yang berongga serta


berotot yang berperan dalam system peredaran darah manusia. Meskipun sangat
kuat, jantung relatif kecil, seukuran (tetapi tidak sama bentuknya) kepalan tangan
Anda. Jantung memiliki panjang sekitar 12cm (5 in.), lebar 9cm (3,5in.) di titik
terlebarnya, dan tebal6 cm (2,5in.), dengan massa rerata 250 g (80z) pada wanita
dewasa dan 300 g (10oz) pada pria dewasa. Dalam system sirkulasi jantung
berfungsi untuk memompa darah dari jantung ke paru-paru dan keseluruh tubuh.
Jantung memiliki lapisan dinding dimana lapisan dinding jantung tersebut terdiri
dari epikardium, miokardium, dan endokardium. Epikardium merupakan selaput
pembungkus jantung yang terdiri dari dua lapisan dan mengandung pembuluh
darah, limfe, dan pembuluh yang memasok miokardium. Miokardium merupakan
otot jantung yang tersusun atas berkas-berkas otot jantung. Dan endocardium
merupakan selaput yang membatasi ruangan jantung yang terletak paling dalam dan
mengandung pembuluh darah, saraf, dan cabang-cabang dari system peredaran
darah ke jantung (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2016), (DiFiore, 2017).
2. Pembuluh Darah

Pembuluh darah merupakan sarana untuk mengedarkan darah keseluruh


bagian tubuh. Pada pembuluh darah terdapat lima jenis utama pembuluh darah yaitu
arteri, arteriol, kapiler, venula, dan vena. Arteri merupakan pembuluh darah yang
mengangkut darah menjauhi jantung menuju organ lain. Arteriol merupakan arteri
yang berukuran paling kecil dan sangat banyak mengatur aliran darah ke anyaman
kapiler di jaringan tubuh. Kapiler merupakan pembuluh darah yang paling kecil
yang berfungsi sebagai pembuluh pertukaran karena kapiler tidak memiliki tunika
4
media dan tunika eksterna. Venula merupakan vena kecil yang terbentuk akibat
menyatunya kelompok-kelompok kapiler didalam suatu jaringan. Dan vena
merupakan pembuluh darah yang yang menyalurkan darah dari jaringan Kembali
ke jantung (Sherwood, L.Z., 2019).

Gambar 1 Arteri, Kapiler, dan Vena


Sistem kardiovaskuler memiliki kontribusi terhadap homeostasis yang ada
di dalam tubuh dengan mengangkut dan mengedarkan darah ke seluruh tubuh untuk
menyalurkan beberapa zat yang dibutuhkan oleh tubuh seperti oksigen, hormon,,
nutrient, serta berfungsi juga dalam membuang zat sisa. Struktur yang berperan
penting dalam tugas ini adalah pembuluh darah. Pembuluh darah membentuk sistem
saluran tertutup yang mengangkut darah menjauhi jantung menuju ke seluruh tubuh
dan kemudian membawanya kembali ke jantung. Jadi pada learning issues yang
ke-3 ini, kita akan membandingkan jenis pembuluh darah yang ada di dalam tubuh
manusia (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2016).

Lima jenis utama pembuluh darah adalah arteri, arteriol, kapiler, venula, dan
vena. Arteri mengangkut darah menjauhi jantung menuju organ lain. Arteri-arteri
besar, elastik meninggalkan jantung dan bercabang menjadi arteri muskular
berukuran sedang yang bercabang-cabang lagi ke berbagai regio tubuh. Arteri
berukuran sedang kemudian terbagi menjadi arteri-arteri kecil, yang pada gilirannya
terbagi lagi menjadi arteri yang lebih kecil yang dinamai arteriol. Sewaktu masuk
ke jaringan, arteriol bercabang menjadi banyak pembuluh halus yang dinamai

5
kapiler (= seperti rambut). Dinding tipis kapiler memungkinkan pertukaran
bahanbahan antara darah dan jaringan tubuh. Kelompok-kelompok kapiler di dalam
suatu jaringan menyatu kembali untuk membentuk vena kecil yang disebut dengan
Venula. Venula-venula kemudian menyatu membentuk pembuluh darah yang
semakin besar yang dinamai vena. Vena adalah pembuluh darah yang menyalurkan
darah dari jaringan dan kembali ke jantung. Berikut tabel perbedaan antara beberapa
pembuluh darah yang ada dalam tubuh manusia (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2016).
3. Darah
Darah adalah jaringan ikat cair yang terdiri dari sel-sel yang dikelilingi oleh
matriks ekstrasel berbentuk cair. Secara umum darah memiliki tiga fungsi yaitu
sebagai transportasi, regulasi, dan proteksi. Darah dikatakan berfungsi sebagai
trasportasi karena darah dapat mengangkut nutrien dari saluran cerna ke sel tubuh
dan hormone dari kelenjar endokrin ke sel tubuh lain. Darah dikatakan sebagai
regulasi karena dapat membantu mengatur pH melalui pemakaian penyangga serta
membantu mengatur suhu tubuh melalui sifat air yang menyerap panas dan
mendinginkan dalam plasma darah dan kecepatan alirannya yang berubah-ubah
melalui kulit, tempat kelebihan panas dapat dikeluarkan dari darah ke lingkungan.
Dan darah dikatakan sebagai proteksi karena darah dapat membeku (menjadi mirip
gel), yang melindungi tubuh dari kehilangan berlebihan darah dari system
kardiovaskular setelah cerdera (Tortora, GJ, Derrickson, B. 2016), (Sherwood, L.Z.,
2019).
Darah memiliki dua komponen, dimana komponen dari darah itu sendiri
yaitu plasma darah dan elemen pembentuk. Plasma darah merupakan suatu matriks
ekstrasel cair yang mengandung bahan-bahan terlarut. Dan elemen pembentuk yaitu
sel dan potongan sel. Dimana elemen dari pembentuk pada darah terdiri dari 3
komponen yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit). Yang kedua
yaitu leukosit agranula adalah sel darah putih yang tidak memperlihatkan granula
dibawah mikroskopis cahaya setelah pelumasan, contohnya seperti limfosit T dan
B serta sel natural killer (NK) dan monosit. Komponen terakhir dari elemen
pembentuk pada darah yaitu keeping darah atau trombosit (P Soesilawati. 2020),
(Tortora, GJ, Derrickson, B. 2016).

6
Penyakit kardiovaskular atau yang biasa disebut penyakit jantung umumnya
mengacu pada kondisi yang melibatkan penyempitan atau pemblokiran pembuluh
darah yang bisa menyebabkan serangan jantung, nyeri dada (angina) atau stroke.
Kondisi jantung lainnya yang mempengaruhi otot jantung, katup atau ritme, juga
dianggap bentuk penyakit jantung. Menurut American Heart Association tahun
(2017) dalam Oliver (2013) Penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab kematian
sebanyak 17,3 juta penduduk dunia, sekitar 3 juta dari kematian tersebut terjadi
sebelum usia 60 tahun. Menurut statistik dunia, ada 9,4 juta kematian setiap tahun
yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskuler dan 45% kematian tersebut
disebabkan oleh penyakit jantung koroner. Diperkirakan angka tersebut akan
meningkat hingga 23,3 juta pada tahun 2030. Penyakit kardiovaskular (CVD)
adalah istilah bagi serangkaian gangguan yang menyerang jantung dan pembuluh
darah, termasuk penyakit jantung koroner (CHD), penyakit serebrovaskular,
hipertensi (tekanan darah tinggi), dan penyakit vaskular perifer (PVD). Definisi
CVD juga menyangkut penyakit lain seperti rheumatic heart disease (kerusakan
jantung akibat rematik) dan penyakit jantung kongenital (kerusakan bentuk struktur
jantung sejak lahir) (Guilherme dan Kalil, 2016), (IPD FKUI Sudoyo AW., 2014).

Kardiomiopati Hipertrofi

Gambar 2 Perbandingan Kardiomiopati Hipertrofi dengan Jantung Normal


Kardiomiopati hipertrofik merupakan kondisi yang ditandai dengan
penebalan yang tidak disertai dilatasi ventrikel kiri dan tanpa adanya kelainan

7
jantung lain ataupun kelainan sistemik lain yang dapat menyebabkan penebalan
ventrikel kiri seperti seperti stenosis aorta, hipertensi sistemik maupun perubahan
fisiologik "athlete's heart". Kardiomiopati hipertrofik telah dikenali sejak lebih dari
50 tahun yang lampau dan meskipun telah banyak perkembangan dalam diagnosis
maupun terapi, namun sebagian besar individu tetap tidak terdiagnosis karena
sebagian besar tidak mengalami komplikasi. Komplikasi yang mungkin timbul
antara lain adalah aritmia yang berisiko terjadi kematian mendadak, atrial fibrilasi
dengan risiko stroke, dan gagal jantung terkait obstruksi dari aliran keluar ventrikel
kiri atau gagal jantung akibat disfungsi sistolik pada pasien tapa obstruksi dari aliran
keluar ventrikel kiri (Patofisiologi Huether SE, McCance KL, editors, 2019).

Pada 60% pasien dengan kardiomiopati hipertrofik, kelainan disebabkan


suatu mutasi pada gen yang protein sarkomer yang diturunkan secara autosomal
dominantdengan penetrasi yang bervariasi dengan penyebab terbanyak adalah pada
mutasi pada gen yang mengkode beta-myosin heavy chain (MYH7) dan
myosinbinding protein C (MYBPC39. Sementara 5 - 10% dapat disebabkan karena
penyakit genetik lainnya seperti Penyakit Danon, Friedreich's ataxia, sindroma
Noonan, amyloidosis dan lain-lain. Ekspresi morfologis kardiomiopati hipertrofik
dapat muncul pada masa kanak-kanak namun pada umumnya berkembang pada
awal usia remaja sampai dewasa muda (Oldfield, C. J., Duhamel, T. A., & Dhalla,
N. S., 2020).

8
Arterosklerosis

Gambar 3 Pembuluh Darah dengan Atherosclerosis


Aterosklerosis adalah suatu perubahan yang terjadi pada dinding arteri yang
ditandai dengan akumulasi lipid ekstra sel, rekrutmen dan akumulasi leukosit,
pembentukan sel busa, migrasi dan proliferasi miosit, deposit matrik ekstra sel
(misalnya: kolagen, kalsium), yang diakibatkan oleh multifaktor berbagai
patogenesis yang bersifat kronik progresif, fokal atau difus serta memiliki
manifestasi akut ataupun kronik yang menimbulkan penebalan dan kekakuan pada
pembuluh arteri (Libby P., 2003). Aterosklerosis dapat menyebabkan iskemia dan
infark jantung, stroke, hipertensi renovaskular, dan penyakit oklusi tungkai bawah
tergantung pembuluh darah yang terkena (Patofisiologi Huether SE, McCance KL,
editors, 2019).

Tingkat kejadian aterosklerosis dan IHD (Ischemic Heart Disease) pada


masing-masing individu maupun grup tergantung pada beberapa faktor yang ada.
Beberapa faktor tersebut dapat diubah ataupun tidak dapat diubah sebagai langkah
pencegahan aterosklerosis maupun IHD. Faktor resiko yang tidak dapat di rubah
antara lain adalah usia, jenis kelamin (pada umumnya pria), riwayat keluarga, dan

9
kelainan genetik dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau di rubah antara lain
adalah hiperlipidemia, hipertensi, merokok, diabetes dan C reactive protein
(Henein, M. Y., dkk, 2020).

Cardiac Myxoma

Gambar 4 Cardiac Myxoma


Cardiac myxoma umumnya muncul pada atrium. Hampir 75 persen cardiac
myxoma tumbuh pada bagian atrium kiri dan 15 hingga 20 persen tumbuh pada
atrium kanan. Sebagian besar myxoma muncul dari sekat antar atrium pada tepi fosa
ovalis, tetapi myxoma tersebut juga dapat berasal dari dinding posterior atrium,
dinding anterior dan bagian atrium lainnya. Hanya 3-4 persen kasus cardiac
myxoma yang terjadi pada ventrikel kanan maupun kiri. Pada beberapa kasus,
tumor tersebut dapat tumbuh pada foramen ovale hingga ke atrium kontralateral.
Hal tersebut dilaporkan sebagai kombinasi antara tumor atrium dan ventrikel serta
tumor biventricular. Multipel tumor merupakan jenis tumor yang sering ditemukan
pada kasus familial myxoma (Colin, G. C., dkk, 2018).
Myxoma merupakan jenis tumor primer jinak pada jantung yang sering
menyerang orang dewasa. Tumor ini umumnya muncul pada atrium kiri. Cardiac
myxoma merupakan neoplasma endokrin yang biasanya muncul dari endocardium
ke ruang dalam jantung. Secara umum, myxoma berbentuk bulat atau oval dengan
permukaan yang halus atau berlobulasi. Myxoma atrium terjadi terutam pada
wanita, dengan puncak antara umur 40-60 tahun. Tempat perlekatan yang paling
umum adalah fossa ovalis. Ada 3 pola utama presentasi klinis untuk pasien Cardiac
10
Myxoma: konsekuensi hemodinamik (dispnea, episode sinkoptik, aritmia, palpitasi,
gagal jantung kongestif, dan kematian mendadak), emboli sistemik (embolisasi
pada pohon arteri perifer dan transient ischemic attack [TIA] atau cerebral vascular
accident [CVA]), dan manifestasi konstitusional atau sistemik (demam, penurunan
berat badan, arthralgia, dan kelelahan). Dapat menyebabkan kematian mendadak,
biasanya karena obstruksi katup mitral. Prognosis sangat baik tetapi pengobatan
membutuhkan reseksi bedah lengkap untuk menghindari/mencegah kekambuhan
dan gejala emboli atau sistemik (Colin, G. C., dkk, 2018).

11
BAB III METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Hari/tanggal : Kamis, 20 Desember 202
Waktu : 13:30 – 15:10 WITA
Tempat : Laboratorium Terpadu I
3.2 Alat dan Bahan
A. Mikroskop
B. Alat tulis
C. Alat Gambar
D. Preparat Histopatologi Normal Heart
E. Preparat Histopatologi Hypertrophic Cardiomyopathy (HCM)
F. Preparat Histopatologi Mild Atherosclerosis
G. Preparat Histopatologi Moderate Atherosclerosis
H. Preparat Histopatologi Severe Atherosclerosis
I. Preparat Histopatologi Cardiac Myxoma
J. Preparat Histopatologi Fatty Streak
3.3 Prosedur Kerja
A. Pastikan meja preparat dalam keadaan datar dan lensa objektif perbesaran
rendah, dipasang pada kedudukan segaris sumbu dengan lensa okuler.
B. Melihat melalui okuler dengan satu mata (untuk mikroskop monokuler) dan
dua mata (untuk mikroskop binokuler). Nyalakan lampu serta sesuaikan
jumlah sinar yang diperlukan. Sesuaikan lubang diafragma schingga sinar
yang diterima mata optimal (tidak terlalu terang atau redup).
C. Jauhkan lensa objektif dari meja preparat dengan memutar pengatur kasar
searah jarum jam. Letakkan preparat di bawah objektif. Dengan melihat dari
samping, sesuaikan lensa objektif perbesaran rendah pada jarak kira-kira 1
cm dari preparat. Lihat lagi melalui okuler, dan naikkan meja preparat
dengan pemutar kasar kemudian gunakan pengatur halus sampai preparat
jelas terlihat.

12
D. Lihat lagi dr. samping, dengan hati-hati putar objektif dg perbesaran yg lebih
tinggi (misalnya 100x) pada kedudukannya. Perhatikan agar lensa tidak
menyingung preparat, kmd lihat lagi melalui okuler dan fokuskan preparat
dengan memutar pemutar kasar dan halus secara perlahan ke arah
berlawanan jarum jam. Sesuaikan pencahayaan.
E. Amati preparat, kemudian digambar

F. Bila pengamatan telah selesai putar revolver objektif ke perbesaran rendah,


naikkan tabung atau turunkan meja, setelah itu ambil preparat dari meja
preparat.

13
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

NO NAMA Gambar Perbesaran Gambar Perbesaran 40x


PREPARAT 4x
1. Normal Heart

2. Hypertrophic
Cardiomyopathy
(HCM)

3. Mild
Artherosclerosis

4. Moderate
Artherosclerosis

14
5. Severe
Artherosclerosis

6. Cardiac
Myxoma

7. Fatty Streak

15
4.2 Pembahasan

Melalui praktikum kali ini, telah dilakukan pengamatan 7 preparat jaringan


dibawah mikroskop. Pembahasan mengenai jaringan yang telah diteliti tersebut
akan dibahas pada paragraf dibawah:
1. Normal Heart

Gambar 5 Struktur Histopatologi Preparat Normal Heart


Jantung merupakan organ yang berperan untuk memompa darah
beroksigenasi ke seluruh tubuh dan darah yang berdeoksigenasi ke paru-paru.
Secara histologis, dinding jantung tersusun atas tiga lapis. Lapisan jantung dari
tengah ke luar yakni, endocardium, miokardium, dan epicardium (pericardium).
Selain itu, pembuluh darah juga dapat dilihat secara struktur histologi. Lapisan
pembuluh darah dari dalam ke luar yakni, tunika intima, tunika media, dan tunika
adventitia. Lapisan miokardium merupakan lapisan yang paling tebal yang
Menyusun dinding jantung. Gambar histologi diatas merupakan gambar dari otot
jantung (kardiomiosit). Tidak seperti sel otot rangka, sel otot jantung memiliki
bentuk bercabang, mengandung diskus interkalasi, dan biasanya berinti tunggal. Sel
otot jantung tidak dapat beregenerasi. Setelah mengalami kerusakan, seperti infark
miokard, area nekrotik digantikan oleh jaringan parut. Perubahan histologis ini
terlihat jelas di bawah mikroskop cahaya sebagai komponen berserat dari jaringan
parut yang diwarnai biru dengan pewarnaan trichrome elastis Masson. Pada
preparat histologi jantung normal, struktur sel otot jantung menunjukan susunan
yang sangat teratur (DiFiore, 2017).

16
2. Hypertrophic Cardiomyopathy (HCM)

Gambar 6 Struktur Histopatologi Preparat Hypertrophic Cardiomyopathy


(HCM)
Hypertrophic Cardiomyopathy merupakan keadaan dimana otot jantung
mengalami penebalan (hipertrofi) yang diakibatkan karena kondisi fisiologis
maupun patologis. Hipertrofi ventrikel kiri (LVH) adalah suatu kondisi dimana
terjadi peningkatan massa ventrikel kiri, baik akibat peningkatan ketebalan dinding
maupun akibat pembesaran rongga ventrikel kiri, atau keduanya. Paling umum,
penebalan dinding ventrikel kiri terjadi sebagai respons terhadap kelebihan tekanan,
dan dilatasi bilik terjadi sebagai respons terhadap kelebihan volume. Hipertensi dan
stenosis katup aorta adalah penyebab LVH yang paling umum. Dalam kedua kondisi
ini, jantung berkontraksi melawan afterload yang meningkat. Penyakit arteri
koroner telah terbukti berperan dalam patogenesis LVH, karena miokardium normal
mencoba mengkompensasi jaringan yang telah menjadi iskemik atau infark.
Jantung atletis dengan LVH fisiologis adalah kondisi yang relatif jinak. Latihan
intensif menghasilkan peningkatan massa otot ventrikel kiri, ketebalan dinding, dan
ukuran bilik, tetapi fungsi sistolik dan fungsi diastolik tetap normal. Pada preparat
histopatologi Hypertrophic Cardiomyopath, terlihat struktur sel otot jantung yang
membesar, serta arahnya yang tidak teratur. Inti sel juga dapat ditemukan pada
preparat histopatologi Hypertrophic Cardiomyopathy (Oldfield, C. J., 2020),
(Abbas, A.K., Aster., 2019).

17
3. Mild Atherosclerosis

Gambar 7 Struktur Histopatologi Preparat Mild Atherosclerosis


Arterosklerosis merupakan penyakit yang menyerang pembuluh darah.
Seseorang yang mengidap aterosklerosis, lapisan tunika intima seorang tersebut
menyempit oleh timbunan lemak, kalsium, hingga debris selular. Aterosklerosis
akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah arteri, sehingga aliran darah
menjadi terhambat dan berkurang yang menyebabkan penurunan jumlah oksigen
yang dialirkan ke organ target. Aterosklerosis dapat menyebabkan komplikasi
seperti penyakit jantung coroner, angina, penyakit arteri karotis, penyakit arteri
perifer, dan penyakit ginjal kronis. Gambar diatas merupakan preparat histopatologi
dari aterosklerosis dengan tingkat sedang. Arterosklerosis sedang menyisakan
lumen sebesar 95% (Henein, M. Y., dkk, 2020), (Abbas, A.K., Aster., 2019).
4. Moderate Atherosclerosis

Gambar 8 Struktur Histopatologi Preparat Moderate Atherosclerosis


Aterosklerosis tingkat sedang merupakan lanjutan dari aterosklerosis tingkat

18
ringan. Aterosklerosis tingkat sedang menyisakan sisa lumen sebesar 50%
(Henein, M. Y., dkk, 2020), (Abbas, A.K., Aster., 2019).
5. Severe Atherosclerosis

Gambar 9 Struktur Histopatologi Preparat Severe Atherosclerosis


Gambar diatas merupakan Struktur histopatologi dari aterosklerosis tingkat
parah yang merupakan lanjutan dari aterosklerosis tingkat sedang. Aterosklerosis
tingkat parah menyisakan sisa lumen hanya sebesar 20% dari total besar lumen
arteri (Henein, M. Y., dkk, 2020), (Abbas, A.K., Aster., 2019).
6. Cardiac Myxoma

Gambar 10 Struktur Histopatologi Preparat Cardiac Myxoma


Myxoma merupakan jenis tumor primer jinak pada jantung yang sering
menyerang orang dewasa. Tumor ini umumnya muncul pada atrium kiri. Cardiac
myxoma merupakan neoplasma endokrin yang biasanya muncul dari endocardium
ke ruang dalam jantung. Secara umum, myxoma berbentuk bulat atau oval dengan
permukaan yang halus atau berlobulasi. Myxoma atrium terjadi terutama pada
wanita, dengan puncak antara umur 40-60 tahun. Tempat perlekatan yang paling

19
umum adalah fossa ovalis. Ada 3 pola utama presentasi klinis untuk pasien Cardiac
Myxoma: konsekuensi hemodinamik (dispnea, episode sinkoptik, aritmia, palpitasi,
gagal jantung kongestif, dan kematian mendadak), emboli sistemik (embolisasi
pada pohon arteri perifer dan transient ischemic attack [TIA] atau cerebral vascular
accident [CVA]), dan manifestasi konstitusional atau sistemik (demam, penurunan
berat badan, arthralgia, dan kelelahan). Dapat menyebabkan kematian mendadak,
biasanya karena obstruksi katup mitral. Prognosis sangat baik tetapi pengobatan
membutuhkan reseksi bedah lengkap untuk menghindari/mencegah kekambuhan
dan gejala emboli atau sistemik. Pada preparat histopatologi cardiac myxoma,
terlihat gambaran sel tumor dengan myxoid stroma, serta Myxoma cell nest pada
myxoid stroma (Colin, G. C., dkk, 2018), (Abbas, A.K., Aster., 2019). 7. Fatty
Streak

Gambar 11 Struktur Histopatologi Preparat Fatty Streak


Fatty streak merupakan area yang berwarna kekuningan pada pembuluh
darah arteri yang membentuk bercak < 1 mm atau garus selebar 1-2 mm dan Panjang
mencapai 1 mm. Secara mikroskopis, fatty streak merupakan akumulasi
subendotelial dari sel yang dipenuhi lipid intra sel yang memberikan gambaran
berbusa sebagai foam cell yang berasal dari makrofag yang telah menelan lemak,
walaupun beberapa berasal dari otot polos. Lesi ini tidak bermakna secara klinis,
namun fatty streak adalah precusor untuk terjadinya plak fibrosa yang lebih
membahayakan. Pada preparat histopatologi diatas, Nampak gambaran yang
terlihat seperti sel lemak yang disebut dengan fatty streak (Abbas, A.K., Aster.,
2019).

20
BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penyakit kardiovaskular atau yang biasa disebut penyakit jantung umumnya
mengacu pada kondisi yang melibatkan penyempitan atau pemblokiran pembuluh
darah yang bisa menyebabkan serangan jantung, nyeri dada (angina) atau stroke.
Kondisi jantung lainnya yang mempengaruhi otot jantung, katup atau ritme, juga
dianggap bentuk penyakit jantung. Pada praktikum Patologi anatomi Sistem
Kardiovaskular II, dibahas 7 jenis preparat. Preparat tersebut yakni, Normal Heart,
Hypertrophic Cardiomyopathy (HCM), Mild Atherosclerosis, Moderate
Atherosclerosis, Severe Atherosclerosis, Cardiac Myxoma, serta Fatty Streak.
Pada preparat histopatologi Hypertrophic Cardiomyopath, terlihat struktur
sel otot jantung yang membesar, serta arahnya yang tidak teratur. Sedangkan, Pada
preparat histologi jantung normal, struktur sel otot jantung menunjukan susunan
yang sangat teratur. Penyakit lainnya adalah arterosklerosis yang merupakan
penyakit yang menyerang pembuluh darah. Seseorang yang mengidap
aterosklerosis, lapisan tunika intima seorang tersebut menyempit oleh timbunan
lemak, kalsium, hingga debris selular. Aterosklerosis akan menyebabkan
penyempitan pembuluh darah arteri, sehingga aliran darah menjadi terhambat dan
berkurang yang menyebabkan penurunan jumlah oksigen yang dialirkan ke organ
target. Aterosklerosis dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit jantung
coroner, angina, penyakit arteri karotis, penyakit arteri perifer, dan penyakit ginjal
kronis. Terdapat tiga jenis tingkatan arterosklerosis, yakni mild, moderate, dan
severe.
Penyakit lain dari sistem kardiovaskular adalah Myxoma yang merupakan
jenis tumor primer jinak pada jantung yang sering menyerang orang dewasa. Tumor
ini umumnya muncul pada atrium kiri. Cardiac myxoma merupakan neoplasma
endokrin yang biasanya muncul dari endocardium ke ruang dalam jantung. Terdapat
juga fatty streak. Secara mikroskopis, fatty streak merupakan akumulasi
subendotelial dari sel yang dipenuhi lipid intra sel yang memberikan gambaran
berbusa sebagai foam cell yang berasal dari makrofag yang telah menelan lemak.

21
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Aster. (2019). Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 10. Singapura:
Elsevier Saunders

Colin, G. C., Gerber, B. L., Amzulescu, M., & Bogaert, J. (2018). Cardiac Myxoma:
A Contemporary Multimodality Imaging Review. The international journal
of cardiovascular imaging, 34(11), 1789-1808.

DiFiore. (2017). Atlas Histologi dengan Kolerasi Fungsional. Edisi 11. EGC
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Eroschenko, V. P. (2017). Atlas Histologi diFiore dengan Kolerasi Fungsional.


Edisi 11. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.

Goldblum, JR, Lamps, LW, McKenney, JK, Myers, JL. (2018). Bedah Patologi.
Edisi ke-11; Elsevier.

Guilherme L, Ramasawmy R, Kalil J. (2016). Rheumatic Fever And Rheumatic


Heart Disease: Genetics And Pathogenesis. Scandinavian Journal of
Immunology.; 66:199–207.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2019). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi Revisi
Berwarna Ke-13.

Henein, M. Y., Vancheri, S., Bajraktari, G., & Vancheri, F. (2020). Coronary
Atherosclerosis Imaging. Diagnostics, 10(2), 65.

Huether SE, McCance KL, editors (2019). Buku Ajar Patofisiologi. 6th Indonesia:
Elsevier.

Oldfield, C. J., Duhamel, T. A., & Dhalla, N. S. (2020). Mechanisms For The
Transition From Physiological To Pathological Cardiac Hypertrophy.
Canadian Journal of Physiology and Pharmacology, 98(2), 74-84.

Sherwood, L.Z., (2019). Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi: 9. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
iii
Sudoyo AW, Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S, editors. (2014). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi VI. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI

Tortora, GJ, Derrickson, B. (2016). Principles of Anatomy & Physiology 13th


Edition. United States of America: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai