Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Anatomi dan Fisiologi Manusia


Homeostatis Sel, Jaringan, Organ

Dosen Pengampu: Rukiah Lubis M.Pd

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:

Sutinah Dwi Ningsih Npm: 2184205006


Agung Stiawan Npm: 2184205007
Marsila Wahyuni Npm: 2184205018

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
2023
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta inayah-
NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang Homeostatis
sel, Jaringan, Organ. Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya
bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ilmiah tentang limbah dan manfaatnya ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk
pembaca.

Bengkulu, 12 Maret 2023


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................4
1.1 Latar Belakang............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan......................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................6
2.1 Pengertian Homeostatsis sel.......................................................................6
2.2 Pengertian Jaringan.....................................................................................6
2.3 Macam-Macam Jaringan............................................................................6
2.4. Pengertian Organ.......................................................................................
2.5 Bagian-Bagian Organ.................................................................................13

BAB III PENUTUP.........................................................................................15


3.1 Kesimpulan.................................................................................................15
3.2 Saran...........................................................................................................15

Daftar Pustaka.................................................................................................18
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Homeostasis adalah kemampuan tubuh untuk beradaptasi dan menjaga keseimbangan
kondisi cairan didalam internal tubuh terhadap perubahan lingkungan disekitar. Sangat perlu
menjaga volume cairan tubuh dan komposisi elektrolit didalam cairan tubuh baik cairan
ekstraseluler (CES) maupun cairan intraseluler (CIS) dalam batas normal agar proses
homeostasis tetap berjalan. Beberapa masalah klinis timbul akibat adanya abnormalitas dalam
hal tersebut. Gangguan cairan dan elektrolit dapat membawa penderita dalam keadaan
darurat, yang jika tidak dikelola secara cepat dan tepat dapat menimbulkan kematian. Infus
sangat membantu ketika pasien sangat membutuhkan supply cairan ion yang didapatkan
melalui cairan infus, yang dimasukkan melalui jarum infus yang ditusukkan pada pembuluh
vena pasien.
Cairan infus dapat memberikan supply ion kepada tubuh pasien ketika pasien
membutuhkan tambahan ion. Namun pada penggunaan cairan infus yang tidak diperhatikan
dengan baik, akan membuat keadaan semakin buruk. Ketika cairan infus yang sudah habis
dan terlambat diganti, maka darah dari pembuluh vena akan masuk ke dalam selang infus
karena adanya perbedaan tekanan udara pada kantong infus. Selain naiknya darah menuju
selang infus, dapat terjadi juga masuknya gelembung udara yang terdapat pada kantong infus
ke dalam pembuluh darah vena atau dapat disebut dengan Emboli. Masuknya gelembung
udara kedalam pembuluh darah vena dapat menyebabkan kematian. Kondisi tersebut dapat
menyebabkan peredaran darah menjadi terhambat, dan oksigen yang dibutuhkan tubuh tidak
dapat disalurkan melalui darah, sehingga organ tubuh manusia akan kekurangan oksigen dan
dapat menyebabkan kematian.
Saat ini sudah tersedia alat infus yang mampu mengurangi resiko-resiko tersebut, namun
harganya mahal, dan harga sewa alat akan dibebankan pada pasien, sehingga hanya pasien
dengan kebutuhan khusus atau yang mampu membayar sewa alat, yang dapat menggunakan
alat tersebut. Dengan perancangan sistem yang menyerupai alat yang sudah ada dan lebih
murah, pasien dengan kamar kelas menengah kebawah tidak perlu membayar sewa
peminjaman alat tersebut. Sehingga dapat mengurangi biaya perawatan di rumah sakit.
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu homeostatis sel?


2. Apa yang di maksud dengan jaringan?
3. Ada berapa macam jaringan itu?
4. Apa yang dimaksud dengan organ
5. Ada berapa macam organ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Apa itu Induksi Embrionik


2. Untuk mengetahui organ – organ turunan Ektoderm
3. Untuk mengetahui Bagaimana proses pembentukan organ turunan ektoderm
4. Untuk mengetahui Apa saja kelainan perkembangan embrionik

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat memahami pengertian Induksi Embrionik
2. Dapat memahami organ-organ turunan ektoderm
3. Dapat memahami proses pembentukan organ turunan ektoderm
5. Dapat memahami kelainan apa saja pada perkembangan embrionik
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Homeostatsis


Homeostasis berasal dari bahasa yunani yaitu, homeo yang berati sama dan stasis yang
berati mempertahankan keadaan. Homeostasis merupakan keadaan relatif konstan di dalam
lingkungan internal tubuh. Semua proses yang terjadi dalam organisme hidup untuk
mempertahankan lingkungan internal, dalam kondisi tertentu agar tecipta kondisi yang
optimal bagi kehidupan organisme yang bersangkutan. Hemeostasis adalah mekanisme
pengaturan lingkungan kesetimbangan yang dinamis di dalam tubuh hewan yang konstan.
Dalam homeostasis keadaan konstan terdapat dua jenis, yaitu yang pertama adalah sistem
tertutup yakni sebuah keseimbangan statis yang dimana keadaan dalam tubuh tidak berubah.
Sedangkan yang kedua adalah sistem terbuka, yaitu kesetimbangan dinamis dimana keadaan
dalam tubuh yang konstan, sedangkan sistem terus berubah.
Homeostatis di pertahankan secara alami oleh mekanisme fisiologis fisiologis. Adptasi
fisiologis merupakan usaha organisme untuk memelihara lingkungan internalnya dalam batas
batas toleransi tertentu sehingga proses-proses biologi dapat berfungsi dengan optimal.
Kemampuan adaptif adalah bentuk dinamik dari keseimbangan lingkungan internal tubuh.
Lingkungan internal seara konstan berubah, dan mekanisme adaptif tubuh secara kontinyu
berfungsi untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan ini dan untuk mempertahankan
homeostasis. Homeostasis dipertahankan oleh mekanisme fisiologis yang mengontrol fungsi
tubuh, sebagian besar mekanisme ini dikontrol oleh sistem saraf dan endokrin. Berikut
merupakan bagan dari homeostasis:

Gambar 1: Contoh homeostatis


Sumber: okedesign.github.io
Dalam menyelenggarakan homeostasis ini tubuh harus senantiasa memanta adanya
perubahan-perubahan nilai berbagai parameter, lalu mengkoordinasikan respons yang sesuai
sehingga perubahan yang terjadi dapat diredam. Untuk itusel-sel tubuh harus mampu
berkomunikasi satu dengan lainnya. Komunikasi antar sel ini merupakan media yang
menopang pengendalian fungsi sel atau organ tubuh. Pengendalian yang paling sederhana
terjadi secara local (intrinsik ), yaitu yang dilakukan dengan komunikasi antara sel yang
berdekatan. Pengendalian ekstrinsik (ekstrinsik ) lebih kompleks dan dimungkinkan melalui
refleks yang melibatkan sistem saraf (lengkung refleks) maupun sistem endokrin (pengaturan
umpan balik).

Gambar 2: Pengendalian jarak jauh melalui sistem endokrin dan syaraf.


Sumber: belajaricu.blogspot.com

2.2 Sistem Kontrol Homeostatis


Untuk dapat mempertahankan homeostasis, system control dalam tubuh harus memiliki
kemampuan untuk:
1) Mendeteksi perubahan lingkungan internal tubuh yang terjadi
2) Mengintegrasikan informasi perubahan tersebut dengan informasi lainnya yang relevan
3) Melakukan penyesuaian yang tepat untuk mengembalikan kondisi lingkungan internal ke
kondisi optimalnya kembali. Sistem control homeostasis dapat dikelompokkan mejadi dua:
yaitu: system control intrinsic dan system control ekstrinsik.
1. Sistem control intrinsic Control intrinsic atau local terdapat di dalam atau inheren
dalam suatu organ yang bersangkutan. Misalnya, mekanisme pengaturan suplai darah
ke otot yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya kebutuhan oksigen dan metabolit di
jaringan otot
2. Sistem control ekstrinsik Control ekstrinsik dilakukan oleh system saraf dan endokrin,
yang merupakan dua system regulatorik utama dalam tubuh. Control ekstrinsik ini
diperlukan untuk adanya suatu keterpaduan regulasi beberapa organ untuk mencapai
suatu tujuan tertentu.

2.2 Faktor yang mempengaruhi Homeostatis


Kemampuan homeostasis suatu organisme dipengaruhi beberapa hal diantaranya adalah :
1. Variasi diurnal
Suhu tubuh akan bervariasi pada siang dan malam hari. Suhu terendah manusia yang
tidur pada malam hari dan bangun sepanjang siang terjadi pada awal pagi dan
tertinggi pada awal malam. Pada hasil pengamatan, hal ini dibuktikkan dengan
tingginya suhu tubuh sebelum tidur malam. (sekitar pukul 23.30 wib) yaitu 36 derajat
celcius. Suhu tubuh pada kegiatan yang lain rata-rata berada dibawah suhu tersebut.

2. Kerja jasmani / aktivitas fisik


Setelah melakukan latihan fisik atau kerja jasmani suhu tubuh akan naik terkait
dengan kerja yang dilakukan oleh otot rangka. Setelah melakukan latihan berat, suhu
tubuh dapat mencapai 40 ºC. Pada hasil pengamatan, terlihat suhu tubuh setelah
melakukan olahraga tergolong tinggi dibandingkan setelah melakukan kegiatan lain,
yaitu sebesar 36,5˚C.

3. Jenis kelamin
Sesuai dengan kegiatan metabolisme, suhu tubuh pria lebih tinggi daripada wanita.
Suhu tubuh wanita dipengaruhi daur haid. Pada saat ovulasi, suhu tubuh wanita pada
pagi hari saat bangun meningkat 0,3 – 0,5 ºC.

4. Lingkungan
Suhu lingkungan yang tinggi akan meningkatkan suhu tubuh. Udara lingkungan yang
lembab juga akan meningkatkan suhu tubuh karena menyebabkan hambatan
penguapan keringat, sehingga panas tertahan di dalam tubuh. Pada hasil pengamatan
didapatkan bahwa suhu tubuh setelah aktivitas di malam hari lebih tinggi daripada
aktivitas yang dilakukan malam hari.
2.3 Homeostatis Sel
Homeostatis sel adalah kemampuan sel untuk memperoleh lingkungan internal yang
stabil melalui pengaturan lintasan zat cair melalui membran sel. Menghilangkan cangkang
telur membuat membran sel semiparmeabel (telur merupakan sel tunggal) menjadi terbuka.
Membran semiparmeabel adalah membran yang hanya dapat dilewati beberapa zat tertentu
tetapi zat lain tidak dapat. Molekul air cukup kecil untuk bergerak melewati membran, tetapi
molekul-molekul di dalam sel terlalu besar untuk keluar dari sel. Gerakan air yang melalui
membran disebut osmosis (Janice VanCleave, 2004).
Kelangsungan hidup sel terutama tergantung pada kemampuannya untuk mencapai
homeostatis. Kemampuan sebuah sel untuk mengatur lingkungan internal yang stabil
dilakukan melalui pengendalian perpindahan materi melalui membran sel. Jika keseimbangan
yang mudah terpengaruh ini hilang, sel dapat terluka bahkan mati.

Gambar 1: sel hewan & tumbuhan


Sumber: www.utakatikotak.com

A. Homeostatis Mempertahankan Kondisi Seimbang Tubuh


Sebagai manusia, keadaan tubuh kita akan selalu berubah-ubah sesuai dengan kondisi
lingkungan. Lingkungan ini dibedakan menjadi dua, yaitu lingkungan di luar dan lingkungan
di dalam tubuh kita. Keadaan di luar tubuh misalnya cuaca yang panas, sedangkan keadaan di
dalam tubuh misalnya penurunan kadar glukosa dalam darah jika kita melewatkan sarapan.
Lingkungan di dalam dan di luar tubuh tersebut dapat mempengaruhi perilaku kita demi
mendapatkan kondisi tubuh yang nyaman.
Homeostatis adalah sistem yang mengatur keseimbangan dalam tubuh. Proses
homeostatis ini dipengaruhi oleh kondisi fisik dan kondisi psikologis serta sosial.
Kebanyakan gangguan homeostatis bersifat ringan dan hanya sementara karena sel- sel dalam
tubuh akan segera membaca perubahan yang terjadi dan segera menyesuaikan diri dengan
kondisi tersebut. Namun bisa juga homeostatis terganggu dalam waktu yang cukup lama,
misalnya ketika tubuh terkena infeksi yang menyebabkan tubuh menjadi lemah dan sakit.
Tubuh kita memiliki sistem pengaturan yang selalu membawa kondisi di dalam tubuh ini
menuju ke arah seimbang. Sistem pengaturan ini terutama dikerjakan oleh sistem saraf dan
sistem hormon. Sistem saraf menyampaikan pesan yang terjadi dalam tubuh serta
meresponnya dengan cara menghantarkan sinyal-sinyal listrik antar serabut saraf, sedangkan
sistem hormon dengan cara mengeluarkan molekul pembawa pesan dari kelenjar-kelenjar
hormon yang ikut aliran darah ke seluruh tubuh. Sistem saraf bekerja lebih cepat, sedangkan
sistem hormon bekerja lebih lambat. Keduanya dapat bekerja sendiri-sendiri atau bersamaan
dan ini telah diatur oleh sistem didalam tubuh manusia untuk mencapai tujuan akhir yang
sama, yaitu kondisi homeostatis.

Gambar 2: mempertahankan kondisi seimbang tubuh


(sumber gambar : http://majalah1000guru.net/2011/10/homeostasis/)

Tubuh kita melakukan sistem pengaturan dengan sistem umpan balik. Sistem umpan
balik adalah suatu siklus yang memantau tubuh kita, mengevaluasi, mangubah, memantau
kembali, mengevaluasi kembali, demikian seterusnya sampai tercapai kondisi homeostatis.

B. Mekanisme Homeostatis
Perubahan kondisi lingkungan internal dapat timbul karena 2 hal, yaitu adanya
perubahan aktifitas sel tubuh dan perubahan lingkungan eksternal yang berlangsung terus-
menerus. Untuk menyelenggarakan seluruh aktifitas sel dalam tubuhnya, hewan selalu
memerlukan pasokan berbagai bahan dari lingkungan luar secara konstan, misalnya oksigen,
nutrient dan garam. Sementara itu, aktivitas sel juga menghasilkan bermacam – macam hasil
sekresi sel yang bermanfaat dan berbagai zat sisa, yang di alirkan ke lingkungan internal
yaitu cairan ekstraseluler (CES). Apabila aktifitas sel berubah pengambilan zat dari
lingkungan internal dan pengeluarran berbagai zat dari dalam sel ke lingkungan internal juga
berubah. Perubahan aktifitas sel semacam itu akan mengubah keadaan lingkungan internal.
Perubahan lingkungan internal yang ditimbulkan oleh sebab manapun ( penyebab pertama
atau kedua) harus selalu dikendalikan agar kondisi homeostasis selalu terjaga.
Mekanisme pengendalian kondisi homeostasis pada hewan berlangsung melalui system
umpan balik. Akan tetapi, kita tidak boleh lupa bahwa ada 2 macam system umpan balik,
yaitu umpan balik positif dan negative. Sistem umpan balik yang berfungsi dalam
pengendalian kondisi homeostasis pada tubuh hewan adalah system umpan balik negative.
Pengaturan umpan balik negatif (negative feedback) merupakan pengaturan penting dalam
homeostatis. Dalam pengaturan umpan balik negatif ini sistem pengendali senantiasa
membandingkan parameter yang dikendalikan (misalnya suhu tubuh, atau tekanan darah)
dengan nilai setpoint (misalnya kisaran nilai normalnya). Perubahan-perubahan parameter
yang dikendalikan akan mencetuskan respons yang melawan perubahan sehingga
mengembalikan parameter tersebut pada nilai setpoint. Selain itu, ada juga pengaturan umpan
balik yang positif (positive feedback). pengaturan ini tidak bersifat homeostatis karena akan
memperbesar respons, sampai ada faktor luar yang menghentikan lingkaran setan ini.

Gambar 3 : umpan balik positif dan negatif


(sumber gambar : http://Google.com)
C. Homeostatis bergantung pada perputaran umpan balik

Gambar 4 : Homeostatic Control Mechanisms


(sumber gambar : http://Google.com)

Setiap sistem kontrol homeostatis memiliki tiga komponen fungsional, yaitu :


a. Reseptor Mendeteksi perubahan beberapa variabel lingkungan internal hewan, seperti
perubahan suhu tubuh. Biasanya ini dilakukan melalui sinyal listrik atau kimia dalam tubuh.
Contoh : cuaca yang dingin terpapar pada kulit kita. Saraf pada kulit kita akan mengirimkan
sinyal ke otak sebagai pusat kontrol (Tortora dan B. Derrickson, 2006).
b. Pusat Kontrol
Memproses informasi yang diterima dari reseptor dan mengarahkan suatu respon yang tepat
melalui efektor. Contoh : sinyal dari sistem saraf dibaca oleh otak bahwa terjadi penurunan
suhu diluar tubuh yang jika didiamkan saja akan mengakibatkan suhu normal tubuh turun dan
menimbulkan kondisi yang berbahaya bagi tubuh sehingga otak memberikan komando
dengan mengirimkan perintah keluaran ke efektor (Tortora dan B. Derrickson, 2006)

Gambar 5 : Negative feedback control


Sumber: www.researchgate.net
c. Efektor
Menerima keluaran dari pusat kontrol yang kemudian mewujudkannya dalam bentuk suatu
respons tubuh. Contoh : komando dari otak di terima oleh efektor, misalnya sistem gerak.
Otak memberikan komando kepada sistem gerak untuk bergerak untuk menghangatkan
tubuh, yaitu dengan cara menggigil sehingga menghasilkan panas tubuh (Tortora dan B.
Derrickson, 2006)
Sebagai suatu contoh bagaimana komponen-komponen ini berinteraksi, bayangkan
bagaimana suhu ruangan dikontrol. Dalam kasus ini, pusat kontrol, yang disebut termostat,
juga mengandung reseptor (sebuah termometer). Ketika suhu ruangan turun dibawah suhu
yang telah ditentukan (titk pasang, set point), katakanlah 20°C, termostat akan menghidupkan
pemanas (efektor). Ketika termometer mendeteksi suhu berada diatas titik pasang, termostat
akan mematikan pemanas. Jenis perputaran kontrol ini disebut umpan-balik negatif (Negative
feedback), karena perubahan pada variabel yang sedang dipantau memicu mekanisme kontrol
untuk menghalangi perubahan lebih lanjut dalam arah yang sama. Karena adanya
kesenjangan waktu antara resepsi (penerima) dan respons (tanggapan), variabel tersebut
sedikit bergeser ke atas atau ke bawah titik pasang, tetapi fluktuasi yang terjadi biasanya
tidak terlalu besar. Mekanisme umpan-balik negatif mencegah perubahan kecil menjadi
terlalu besar. Sebagian besar mekanisme homeostatis pada hewan bekerja atas dasar prinsip
umpan-balik negatif ini.

Gambar 5.13 : Negative Feedback


(sumber gambar : http://Google.com)
Suhu tubuh kita sendiri dipertahankan didekat titik pasang 37°C, melalui kerjasama
beberapa perputaran umpan-balik negatif yang mengatur pertukaran energi dengan
lingkungan. Salah satu umpan-balik tersebut adalah pengeluaran keringat, sebagai suatu cara
untuk membuang panas hasil metabolisme dan mendinginkan tubuh. Termostat dalam otak
memonitor suhu darah. Jika termostat tersebut mendeteksi peningkatan suhu tubuh di atas
titik pasang, termostat itu akan mengirimkan impuls saraf yang mengarahkan kelenjar
keringatuntuk meningkatkan produksi keringatnya, sehingga menurunkan suhu tubuh dengan
cara pendinginan melalui penguapan. Ketika suhu tubuh turun di bawah titik pasang,
termostat di otak akan berhenti mengirimkan impuls ke kelenjar keringat tersebut, dan tubuh
akan menahan lebih banyak panas yang dihasilkan oleh metabolisme. Sebagai kebalikan dari
umpan-balik negatif, umapan-balik positif (positive feedback) melibatkan perubahan pada
beberapa variabel yang memicu mekanisme yang akan memperbesar dan bukannya membalik
perubahan tersebut.
Selama proses kelahiran bayi, misalnya, tekanan yang diberikan oleh kepala bayi pada
sensor di dekat pembukaan uterus merangsang kontraksi uterus, yang memperbesar tekanan
terhadap pembukaan uterus, mempertinggi kontraksi, dan selanjutnya akan menghasilkan
tekanan yang lebih besar. Umpan-balik positif membuat proses kelahiran bayi bisa
berlangsung, sesuatu yang berbeda dari proses untuk mempertahankan keadaan tunak.
Penting bagi kita untuk tidak melebih-lebihkan konsep tentang suatu lingkungan internal
yang konstan. Pada kenyataanya, perubahan teratur sangat penting bagi fungsi tubuh yang
normal. Pada beberapa kasus perubahan tersebut bersifat siklis, seperti perubahan konsentrasi
hormon yang bertanggung jawab atas siklus menstruasi pada wanita. Pada kasus lain,
perubahan teratur merupakan reaksi terhadap tantangan yang di terima oleh tubuh. Misalnya,
tubuh manusia bereaksi terhadap infeksi tertentu terhadap infeksi tertentu dengan cara
menaikkan titik pasang suhu tubuh ke tingkat yang sedikit lebih tinggi, dan demam yang
ditimbulkannya akan membantu memerangi infeksi tersebut. Dalam jangka pendek,
mekanisme homeostatis menjaga suhu tubuh berada di dekat titik pasang, apapun yang terjadi
pada waktu itu. Akan tetapi, selama periode yang panjang homeostatis memungkinkan
terjadinya perubahan teratur dalam lingkungan internal tubuh. Hal tersebut menggambarkan
respons adatif, yang merupakan salah satu tema sentral biologi (Campbell Reece Mitchell,
2004)
2.4 Homeostatis Jaringan

Anda mungkin juga menyukai