Anda di halaman 1dari 50

MAKALAH ASSESMENT GENERAL ANESTESI

PADA SISTEM MUSKULOSKELETAL

Disusun oleh:
KELOMPOK 3
1. Anggreini Utami Setyoningrum P07120320003
2. Ningrum Neni Pratiwi P07120320011
3. Salsabila Restu Refriananda P07120320023
4. Retno Efi Widyastuti P07120320032
5. Giuseppia Eka Purwanti P07120320041
6. Netrin Rambu Wiku Epa P07120320045

Dosen Pengampu:
Dr. Abdul Ghofur, S.Kp., M.Kes

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


ANESTESIOLOGI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Assesment
General Anestesi Pada Sistem Muskuloskeletalini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Asuhan Keperawatan PeriAnestesi. Makalah ini telah kami buat
dengan sebaik mungkin, tak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen
pengampu bapak Dr. Abdul Ghofur, S.Kp., M.Kes.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Dengan penuh kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran dari pembaca
sekalian. Kami mengucapkan terima kasih banyak pada semua pihak yang secara
langsung maupun tidak langsung membantu kami dalam mengerjakan makalah ini
sehingga selesai pada waktunya.
Dalam kesempatan ini kami juga mohon maaf apabila ada kekurangan
baik dari segi isi maunpun penyampaian dari makalah ini semoga dapat menjadi
bahan pertimbangan untuk penulisan makalah kedepannya.

Yogyakarta, 29 Juli 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................... i


Kata Pengantar ..................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
Latar Belakang......................................................................................................1
Rumusan Masalah ................................................................................................1
Tujuan ..................................................................................................................2
Manfaat ................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
Pengertian Sistem Muskuloskeletal Pada Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia ...3
Gangguan Muskusloketal ........................................................................................... 5
Etiologi Fraktur .................................................................................................10
Konsep Dasar General Anestesi ........................................................................18
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan PeriAnestesi ............................................26
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................28
Penjelasan Pengkajian/Assesment Pre Anestesi ................................................28
Assesment Peri Anestesiologi Sistem Muskuloskeletal ....................................... 38
BAB IV PENUTUP ..............................................................................................44
Kesimpulan ........................................................................................................44
Saran ..................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................45

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki kemampuan
mobilitas. Kemampuan mobilitas yang dimiliki manusia dapat terjadi
karena adanya sistem yang disebut muskuloskeletal. Sistem
muskuloskeletal pada manusia adalah seluruh kerangka manusia dengan
seluruh otot yang menggerakkannya dengan tugas melindungi organ vital
dan bertanggung jawab atas lokomosi manusia. Lokomosi ialah
pergerakan berbagai otot yang dapat menggerakkan anggota badan dalam
lingkup gerakan sendi tertentu. Jadi yang dimaksud dengan sistem
muskuloskeletal mencakup semua struktur tulang, sendi, otot, dan struktur
terkait seperti tendon, ligamen serta sistem saraf perifer.
Sama seperti sistem pada tubuh lainnya, sistem muskuloskeletal
juga memiliki gangguan. Beberapa gangguan muskuloskeletal yang
dialami manusia adalahpada tulang: osteoporosis, fraktur, kelainan tulang
belakang, pada sendi: arthritis, cedera tendon dan pada otot : myalgia,
cedera otot dll. Namun yang paling sering terjadi adalah gangguan fraktur.
Data WHO menyebutkan bahwa 1/3 warga dunia pernah mengalami patah
tulang dan insiden terbesar terjadi pada remaja antara usia 14 tahun hingga
21 tahun, faktor utamanya adalah kecelakaan.
Masalah pada sistem moskloskeletal jika dibiarkan akan
memperparah keadaan tubuh dan resiko paling berbahaya adalah hanya
bisa ditangani dengan operasi. Operasi pada sistem muskuloskeletal
memerlukan penganestesian secara general, karena pasien harus dibuat
tidak sadarkan diri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Muskuloskeletal Pada Anatomi
Fisiologi Tubuh Manusia?
2. Apa itu gangguan muskuloskeletal?

1
3. Apakah yang dimaksud dengan fraktur?
4. Bagaimana konsep dasar dari general anestesi?
5. Bagaimanakah konsep dasar keperawatan perianestesi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Sistem Muskuloskeletal Pada Anatomi Fisiologi
Tubuh Manusia.
2. Untuk mengetahui tentang gangguan muskuloskeletal.
3. Untuk mengetahui tentang fraktur.
4. Untuk mengetahui konsep dasar dari general anestesi.
5. Untuk mengetahui konsep dasar keperawatan perianestesi.

D. Manfaat
Manfaat pembuatan makalah ini adalah agar dapat digunakan
sebagai bahan pengajaran di bidang pendidikan, khususnya dalam
membantu mahasiswa lebih memahami tentang Assesment General
Anestesi pada Sistem Muskuloskeletal.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Sistem Muskuloskeletal Pada Anatomi Fisiologi Tubuh


Manusia
Sistem musculoskeletal merupakan suatu sistem pada tubuh
manusia untuk melindungi organ tubuh dan memanpukan tubuh untuk
dapat bergerak dengan baik.
Sistem ini juga merupakan sistem yang terkuat diantara bagian
sistem pada tubuh lainnya dan sistem ini bisa bergerak serta melindungi
organ bagian dalam pada tubuh manusia karena adanya kerjasama antara
sistem muskuloskeletal dengan sistem tubuh yang lainnya
1. Deskripsi Sistem Muskuloskeletal
Sistem muskuloskeletal terdiri dari kata muskulo yang berarti otot
dan kata skeletal yang berarti tulang. Muskulo atau muskular adalah
jaringan otot-otot tubuh. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau
jaringan otot-otot tubuh adalah myologi.
Skeletal atau osteo adalah tulang kerangka tubuh, yang terdiri dari
tulang dan sendi. Ilmu yang mempelajari tentang muskulo atau
jaringan otot-otot tubuh adalah osteologi.
2. Definisi Sistem Muskulus (Muscle)
Muskulus (muscle) otot merupakan organ tubuh yang mempunyai
kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik atau
gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka,
sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
a. Fungsi sistem muskuler/otot yaitu
- Pergerakan bahwa otot menghasilkan gerakan pada tulang
tempat otot tersebut melekat dan bergerak dalam bagian organ
internal tubuh.
- Penopang tubuh dan mempertahankan postur.

3
- Produksi panas bahwa kontraksi otot-otot secara metabolis
menghasilkan panas untuk mepertahankan suhu tubuh normal.
b. Jenis otot ada tiga yaitu Otot rangka/lurik Otot polos, Otot
jantung.
c. Dalam sistem muskuler terdapat tiga komponen yaitu Otot,
Tendon, Ligamen.
3. Definisi Sistem Rangka (Skeletal)
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi,
dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan
memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot.
Akan tetapi tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak
tidak akan terjadi tanpa tulang.
Fungsi dari sistem skeletal/rangka adalah sebagai
➢ Penyangga yaitu menyangga tubuh dan otot-otot yang melekat
pada tulang.
➢ Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow
marrow) atau hemopoesis.
➢ Produksi sel darah (red marrow).
➢ Pelindung yaitu melindungi organ yang halus dan lunak, serta
memproteksi organ-organ internal dari trauma mekanis.
➢ Penggerak yaitu dapat mengubah arah dan kekuatan otot
rangka saat bergerak karena adanya persendian.
4. Definisi Artikulasi (Persendian)
Hubungan antartulang disebut artikulasi. Agar artikulasi dapat
bergerak, diperlukan struktur khusus yang disebut sendi. Dengan
adanya sendi, membantu mempermudah gerakan. Sendi yang
menyusun kerangka manusia terdapat di beberapa tempat.
Terdapat tiga jenis hubungan antar tulang, yaitu:

4
• Sinartrosis (Suture) yaitu hubungan antara dua tulang yang
tidak dapat digerakkan sama sekali dan strukturnya terdiri atas
fibrosa.
• Amfiartosis disebut juga dengan sendi kaku yaitu hubungan
antara dua tulang yang dapat digerakkan secara terbatas.
• Diartosis yaitu hubungan antara dua tulang yang dapat
digerakkan secara leluasa atau tidak terbatas, terdiri dari
struktur synovial.
Untuk melindungi bagian ujung-ujung tulang sendi, di daerah
persendian terdapat rongga yang berisi minyak sendi/cairan synovial
yang berfungsi sebagai pelumas sendi.

B. Gangguan Muskusloketal
Gangguan muskuloskeletal adalah kondisi medis yang ditandai
dengan masalah pada otot, tulang, dan sendi. Tingkat keparahannya
bervariasi dan bisa meliputi:
• Gangguan yang terjadi secara tiba-tiba dengan penyembuhannya yang
cepat, misalnya keseleo atau patah tulang
• Penyakit yang berlangsung seumur hidup dan menyebabkan
disabilitas atau kecacatan.
Gangguan muskuloskeletal merupakan kondisi medis yang umum
dijumpai. Risiko kemunculannya akan meningkat seiring bertambahnya
usia.Pada beberapa kasus, gangguan muskuloskeletal dapat menimbulkan
rasa nyeri yang mengganggu aktivitas sehari-hari penderita. Kondisi ini
juga bisa dirasakan pada semua area tubuh, seperti leher, bahu, punggung,
pinggang, tangan, dan kaki.
➢ Jenis-jenis gangguan muskuloskeletal
Cakupan gangguan muskuloskeletal sangatlah luas. Beberapa jenis
gangguan muskuloskeletal meliputi:
1. Gangguan sendi

5
Gangguan muskuloskeletal yang menyerang sendi dapat
berupa:
➢ Osteoarthritis
Osteoarthritis merupakan kondisi ketika jaringan
tulang lunak yang melindungi sendi mengalami kerusakan
seiring bertambahnya usia.
➢ Rheumatoid arthritis
Rheumatoid arthritis adalah penyakit autoimun yang
menyebabkan peradangan pada sendi, terutama sendi
tangan, pergelangan tangan, dan lutut.
➢ Ankylosing spondylitis
Ankylosing spondylitis adalah salah satu jenis
arthritis (radang sendi) yang menyebabkan nyeri dan kaku
pada tulang belakang.
➢ Psoriasis arthritis
Psoriasis arthritis merupakan radang sendi yang
terjadi pada pasien dengan penyakit kulit psoriasis.
➢ Penyakit asam urat (gout)
Penyakit asam urat atau gout adalah radang sendi
yang disebabkan oleh kadar asam urat berlebih di dalam
darah. Sendi yang terkena biasanya adalah sendi pada ibu
jari kaki.
2. Gangguan pada tulang punggung
Gangguan muskuloskeletal yang menyerang tulang
punggung ditandai dengan nyeri punggung. Nyeri punggung
paling sering dirasakan pada tulang punggung bagian bawah.
3. Gangguan tulang
Gangguan muskuloskeletal yang menyerang tulang bisa
berupa osteopenia dan osteoporosis.Osteopenia merupakan
kondisi pengeroposan tulang. Bila sudah parah, kondisi ini
akan menjadi osteoporosis.Osteopenia dan osteoporosis dapat

6
dibedakan dari kadar kalsium dalam tulang yang diukur dengan
pemeriksaan bone mineral density (BMD).
4. Patah tulang
Patah tulang dapat disebabkan oleh cedera atau kondisi
medis lain pada tulang.
5. Gangguan pada otot
Salah satu gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada otot
adalah sarkopenia. Sarkopenia merupakan kondisi yang
ditandai dengan hilangnya massa dan fungsi otot.
6. Gangguan pada sistem bagian tubuh
Salah satu penyakit sistemik yang dapat menyebabkan
gangguan muskuloskeletal adalah lupus. Lupus merupakan
penyakit autoimun, yakni sistem kekebalan tubuh yang
menyerang jaringan tubuh pasien.Sebagai akibatnya,
peradangan dan nyeri pada banyak organ tubuh (termasuk
sistem muskuloskeletal) bisa terjadi.
➢ Diagnosis Gangguan Muskuloskeletal
Untuk menentukan diagnosis gangguan muskuloskeletal, dokter
dapat melakukan langkah-langkah berikut:
1. Tanya jawab
Dokter akan melakukan tanya jawab secara menyeluruh
terkait gejala dan riwayat medis pasien maupun keluarga.
2. Pemeriksaan fisik
Dokter kemudian memeriksa ada tidaknya nyeri,
kemerahan, bengkak, kelemahan otot, dan atrofi (pengecilan)
otot. Dokter juga akan mengecek gerak refleks guna memeriksa
kemungkinan gangguan saraf.
3. Tes darah
Tes darah dapat membantu dokter dalam menentukan
diagnosis gangguan muskuloskeletal. Beberapa jenisnya meliputi:
- Tes erythrocyte sedimentation rate (ESR)

7
Kadar ESR meningkat ketika terjadi peradangan, termasuk
peradangan pada sistem muskuloskeletal. ESR juga dapat
diperiksa untuk memantau efektivitas terapi pada kondisi
medis seperti rheumatoid arthritis.
- Tes creatine kinase
Creatine kinase adalah enzim pada otot yang dapat keluar
ke aliran darah bila otot mengalami kerusakan. Kadar enzim
yang meningkat dalam tubuh menandakan adanya kerusakan
otot.
- Tes rheumatoid factor dan anti-cyclic citrullinated peptide
(anti-CCP) antibody
Kedua pemeriksaan ini berperan mendiagnosis rheumatoid
arthritis.
- Tes ANA (antinuclear antibody) dan anti ds-DNA (antibody
double-stranded deoxyribonucleic acid)
Antinuclear antibody dan antibody double-stranded
deoxyribonucleic acid diperiksa untuk mendiagnosis lupus.
- Tes gen HLA-B27
Tes darah dapat mengidentifikasi pasien dengan gen
tertentu, yaitu HLA-B27. Adanya gen ini akan meningkatkan
risiko spondyloarthritis, yakni kelainan yang menyebabkan
peradangan pada punggung dan sendi lainnya.
4. Pemeriksaan pencitraan
Beberapa jenis pemeriksaan pencitraan yang dilakukan
untuk mendiagnosis gangguan muskuloskeletal antara lain:
• Rontgen
Rontgen digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada
tulang. Hasil tes ini biasanya merupakan pemeriksaan
pencitraan yang dilakukan paling awal.
• CT scan dan MRI

8
CT scan dan MRI akan menghasilkan gambar dengan detail
lebih jelas daripada rontgen. Karena itu, kedua tes ini dapat
mendeteksi lokasi dan seberapa luas kelainan
muskuloskeletal dengan lebih pasti.
• Scan tulang
Scan tulang menggunakan zat radioaktif dan biasanya
dianjurkan untuk mendiagnosis patah tulang apabila
pemeriksaan lain (seperti rontgen, CT scan, dan MRI)
menunjukkan hasil yang kurang jelas. Demikian pula jika ada
dugaan infeksi atau kanker pada tulang.
5. Arthroscopy
Arthroscopy merupakan prosedur yang dilakukan untuk
melihat kondisi dalam sendi. Dokter juga dapat mengambil
jaringan untuk dianalisis di laboratorium.
6. Biopsi cairan sendi
Prosedur yang dikenal juga dengan nama arthrocentesisini
digunakan untuk mendiagnosis berbagai kelainan pada sendi.
Dokter akan mengambil cairan sendi, lalu memeriksanya di
bawah mikroskop.
7. Tes konduksi saraf
Pemeriksaan ini bertujuan mendeteksi seberapa baik fungsi
saraf yang berperan dalam aktivitas otot
➢ Cara mengobati gangguan muskuloskeletal
Cara mengobati gangguan muskuloskeletal tergantung pada
penyebab yang mendasarinya dan tingkat keparahan gejala yang
dialami oleh pasien. Terapi juga tergantung pada lokasi terjadinya
gangguan ini, baik di tulang, otot, ligamen (jaringan penghubung
antartulang), maupun tendon (jaringan penghubung otot dan
tulang).Beberapa penanganan gangguan muskuloskeletal meliputi:
1. Olahraga dan obat-obatan

9
Untuk mengatasi rasa nyeri hilang dan timbul, dokter akan
menyarankan olahraga intensitas sedang. Dokter juga bisa
memberikan obat pereda rasa nyeri (analgesik), seperti
ibuprofen atau paracetamol.Bagi penderita dengan gejala
gangguan muskuloskeletal yang lebih berat, dokter dapat
meresepkan obat untuk mengurangi radang dan nyeri.
2. Terapi fisik
Pada beberapa kasus, dokter juga bisa merekomendasi
fisioterapi, terapi okupasi, atau keduanya. Terapi-terapi ini
dapat membantu pasien dalam mengatasi rasa nyeri yang
dialami, menjaga kekuatan dan rentang gerak, serta
menyesuaikan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan
gangguan muskuloskeletal.
3. Penanganan lain
Langkah penanganan gangguan muskuloskeletal lainnya
bisa berupa:
- Penggunaan splint untuk membatasi gerak sendi yang
terlibat dan membantu pemulihan
- Terapi panas atau dingin
- Mengurangi beban kerja dan banyak istirahat
- Mengurangi stres dengan teknik relaksasi, seperti yoga
dan meditasi
- Akupuntur atau acupressure
- Pemberian obat anestesi atau obat antiinflamasi nonsteroid
melalui suntikan pada area yang nyeri
- Terapi chiropractic

C. Etiologi Fraktur
Fraktur disebabkan oleh pukulan langsung, gaya meremuk,
gerakan puntir mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem. Umumnya

10
fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan
pada tulang.
1. Klasifikasi Fraktur
Smeltzer (2004) membagi fraktur dibagi menjadi beberapa jenis
yakni:
a. Fraktur Tertutup (fraktur simple)
Adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya kulit atau kulit
tidak ditembus oleh fragmen tulang.
b. Fraktur Terbuka
Adalah fraktur dengan luka pada kulit atau membrane mukosa
sampai ke patahan tulang.
c. Fraktur Komplit
Adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran (bergeser dari posisi normal).
d. Fraktur Inkomplit
Adalah fraktur yang terjadi ketika tulang yang patah hanya terjadi
pada sebagian dari garis tengah tulang.
e. Fraktur Transversal
Adalah fraktur yang garis patahannya tegak lurus terhadap sumbu
panjang tulang.
f. Fraktur Spiral
Adalah fraktur meluas yang mengelilingi tulang

▪ Berbagai jenis gangguan dan penyakit sendi


Berikut ini adalah jenis-jenis penyakit dan gangguan pada sendi:
1. Arthritis
Radang sendi atau yang sering disebut sebagai arthritis
merupakan suatu kondisi yang ditandai dengan pembengkakan
dan timbulnya rasa sakit pada persendian. Selain itu, biasanya
sendi juga terasa kaku dan sulit digerakkan.

11
Gejala-gejala yang muncul biasanya bertambah semakin parah
seiring dengan pertambahan usia. Meski begitu, gejala ini bisa
datang dan pergi, dengan tingkat keparahan mulai dari ringan,
sedang, hingga parah. Arthritis terbagi ke dalam beberapa jenis:
- Osteoarthritis
Osteoarthritis adalah salah satu jenis arthritis yang paling
umum terjadi. Kondisi ini termasuk masalah atau penyakit
sendi degeneratif sehingga akan memburuk seiring waktu.
Biasanya, osteoarthritis terjadi di tangan, pinggang, dan juga
lutut. Kondisi ini mengakibatkan tulang rawan yang terdapat
di dalam sendi perlahan melemah dan rusak hingga tulang
yang berada di bawahnya pun ikut berubah. Perubahan ini
terjadi secara perlahan tapi akan semakin lama akan semakin
parah.
- Osteoarthritis dapat menyebabkan rasa sakit, pembengkakan,
dan kekakuan pada sendi. Bahkan, kondisi ini bisa
menyebabkan sendi tidak berfungsi dengan baik.
- Rheumatoid arthritis
Penyakit arthritis yang juga tak kalah umum adalah
rheumatoid arthritis mungkin lebih dikenal kondisi ini
dengan istilah rematik. Kondisi ini bisa menyebabkan
inflamasi atau peradangan pada sendi sehingga menimbulkan
rasa sakit. Rematik terjadi saat sistem imun tidak dapat
bekerja dengan baik dan menyerang dinding sendi yang
disebut dengan sinovium. Biasanya, penyakit ini menyerang
tangan, lutut atau pergelangan kaki. Namun, rematik juga
bisa menyerang mata, jantung, dan paru-paru.
- Asam urat
Asam urat juga salah satu jenis arthritis yang bisa menyerang
siapa saja. Salah satu jenis penyakit sendi ini ditandai dengan
serangan rasa sakit yang terjadi secara tiba-tiba, disertai

12
dengan pembengkakan dan kemerahan pada sendi.
Seringnya, kondisi ini terjadi pada persendian di jempol kaki.
Bahkan, serangan rasa sakit yang muncul tanpa peringatan
terlebih dahulu .Sensasi rasa sakitnya membuat jempol kaki
terasa seperti sedang terbakar.
- Psoriasis arthritis
Psoriasis arthritis adalah jenis peradangan sendi yang
menyerang penderita psoriasis. Namun, sama dengan gejala
penyakit radang sendi lainnya, psoriasis arthritis juga ditandai
dengan pembengkakan, rasa sakit, dan kekakuan pada sendi.
- Ankylosing spondylitis
Jenis arthritis yang satu ini tergolong penyakit jangka
panjang yang menyebabkan peradangan, khususnya, pada
tulang belakang dan beberapa bagian tubuh lainnya. Seiring
berjalannya waktu, ankylosing spondylitis dapat
menyebabkan tulang-tulang kecil pada tulang belakang
mengalami melebur dan menyatu. Tulang-tulang yang
melebur dan menyatu ini menyebabkan tulang belakang
menjadi tidak fleksibel dan bisa menyebabkan postur tubuh
yang cenderung membungkuk ke depan. Jika tulang iga juga
mengalaminya, pasien mungkin akan mengalami kesulitan
untuk bernapas.
- Lupus
Menurut Lupus Foundation of America, lupus adalah
penyakit kronis yang menyebabkan peradangan dan rasa sakit
di bagian tubuh yang mana saja. Penyakit ini tergolong
sebagai penyakit autoimun, sehingga sistem imun yang
seharusnya melindungi tubuh dari infeksi justru menyerang
jaringan sehat yang ada di dalam tubuh pasien. Biasanya,
lupus dapat menyerang kulit, persendian, hingga organ
penting di dalam tubuh seperti ginjal dan jantung.

13
- Septic arthritis
Kondisi ini merupakan salah satu penyakit sendi yang
menimbulkan rasa sakit akibat infeksi pada sendi. Infeksi bisa
datang dari bakteri dalam aliran darah yang mengalir dari
bagian tubuh yang lain. Akan tetapi, septic arthritis juga bisa
terjadi karena adanya luka terbuka yang memudahkan bakteri
masuk ke dalam tubuh dan menyerang persendian. Biasanya,
kondisi ini dialami oleh bayi atau lanjut usia. Umumnya,
persendian pada lutut menjadi bagian tubuh yang paling
mudah terinfeksi. Meski begitu, kondisi ini juga bisa
menyerang area pinggul, pundak, dan sendi di area lainnya.
2. Bursitis
Penyakit sendi yang satu ini merupakan masalah kesehatan yang
menyerang salah satu bagian dari sendi, yaitu bursae, kantong
berisi cairan pelumas yang bertugas sebagai bantalan tulang,
tendon, dan otot di sekitar persendian. Bursitis terjadi saat bursae
mengalami peradangan. Biasanya, kondisi ini terjadi pada bahu,
siku, dan pinggul. Namun, kondisi ini juga bisa menyerang lutut,
tumit, hingga jempol kaki. Bursitis cenderung muncul pada
persendian yang sering melakukan gerakan berulang.
3. Sendi geser
Dislokasi sendi atau bisa juga disebut sendi geser terjadi saat
tulang-tulang di dalam persendian terpisah atau terlepas dari
posisinya semula. Kondisi ini bisa menyebabkan rasa sakit dan
menyebabkan area sendi yang terdampak jadi tidak stabil atau
bahkan tidak bisa digerakkan. Sendi yang bergeser juga bisa
menyebabkan peregangan sehingga terjadi cedera otot atau cedera
tendon.
4. Carpal tunnel syndrome
Sindrom karpal tunnel atau carpal tunnel syndrome merupakan
penyakit sendi yang disebabkan oleh adanya tekanan pada saraf

14
median. Karpal tunnerl adalah jalan sempit yang dikelilingi oleh
tulang dan ligamen pada sisi telapak tangan. Apabila saraf median
tertekan, Anda akan merasakan gejala seperti kelemahan hingga
mati rasa pada tangan dan lengan.
5. Osteochondritis dissecans
Osteochondritis dissecans adalah masalah persendian yang terjadi
saat tulang yang terletak di bawah tulang rawan mengalami
kerusakan akibat kurangnya aliran darah. Tulang beserta tulang
rawan ini akan patah dan menyebabkan rasa sakit, dan mungkin
saja menghambat pergerakan sendi. Kondisi ini seringnya muncul
pada anak-anak dan remaja. Gejala akan muncul setelah terjadi
cedera pada persendian atau setelah beberapa bulan melakukan
aktivitas yang cukup berat seperti melompat dan berlari dengan
intensitas tinggi hingga memengaruhi kondisi persendian.
Biasanya, kondisi ini menyerang persendian lutut, siku,
pergelangan kaki, dan mungkin di area tubuh lainnya.

▪ Berbagai macam penyakit yang menyerang tendon


Selain masalah kesehatan yang menyerang sendi, Anda juga perlu
mengetahui berbagai penyakit yang menyerang tendon berikut ini.
1. Tendinitis
Tendinitis merupakan peradangan atau iritasi yang
menyerang tendon, yaitu jaringan serat yang menghubungkan
tulang dengan otot di dalam tubuh. Kondisi ini dapat
menimbulkan rasa sakit tepat di sekitar persendian. Tendinitis
bisa terjadi di tendon pada area tubuh mana pun, tetapi
tendinitis seringnya muncul di area bahu, siku, pergelangan
tanga, lutut, hingga tumit.
2. Tennis elbow
Sesuai dengan namanya, tennis elbow merupakan kondisi
yang bisa menyebabkan rasa sakit di sekitar siku tangan Anda.

15
Istilah medis untuk tennis elbow adalah lateral epicondylitis.
Sering kali, kondisi ini muncul setelah penggunaan otot dan
tendon pada lengan secara berlebihan, sehingga menyerang
persendian pada siku.
3. Cedera tendon
Cedera tendon biasanya terjadi setelah tendon berulang kali
mengalami kerusakan atau robek akibat penggunaan yang
berlebihan maupun bagian dari proses penuaan. Siapa saja bisa
mengalami kondisi yang satu ini, tapi cedera tendon lebih
rentan dialami oleh orang yang harus melakukan pergerakan
yang sama berulang kali, setiap hari.
4. Trigger finger
Trigger finger adalah kondisi saat salah satu dari jemari
tangan mendadak kaku dan tidak bisa digerakkan saat sedang
tertekuk. Jari Anda mungkin saja menekuk atau kembali pada
posisi lurus secara tiba-tiba, seperti pelatuk yang ditarik dan
dilepaskan. Kondisi ini terjadi saat peradangan yang Dialami
mempersempit area di sekitar tendon pada jari yang
terdampak. Jika kondisi ini sudah tergolong parah, tangan
mungkin tidak bisa kembali ke posisi semula dan terus pada
posisi tertekuk.

▪ Gambaran Klinis Fraktur


Secara umum gambaran fraktur meliputi tanda pasti dan tidak pasti
fraktur, berupa :
➢ Tanda tidak pasti fraktur
1. Nyeri terus menerus dan bertambah berat. Nyeri berkurang
jika fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang
menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang
dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen
tulang.

16
2. Hilangnya fungsi, diakibatkan oleh rasa nyeri atau tidak
mampu melakukan gerakan.
3. Deformitas dapat disebabkan oleh pergeseran fragmen pada
eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan
membandingkan dengan ekstremitas normal. Ekstremitas
tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot
bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya
obat.
4. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi
akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
Tanda ini baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa
hari setelah cedera.
➢ Tanda pasti fraktur
1. Gerakan abnormal (“false movement”), gerakan yang pada
keadaan normal tidak terjadi.
2. Deformitas akibat fraktur, umumnya pemendekan tulang,
karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur.
3. Tulang ekspose karena robekan kulit dan otot akibat
diskontinuitas kulit.
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan
tangan, teraba adanya derik tulang. Krepitasi yang teraba
akibat gesekan antar fragmen satu dengan lainnya.
▪ Tahapan yang terjadi dalam proses penyembuhan patah tulang
adalah:
- Proses inflamasi (peradanagan), terjadi pembengkakan,
kemerahan, sejak terjadinya patah tulang hingga sekitar 1 - 7
hari
- Pembentukan soft callus, terjadi antara minggu ke 2-3, dalam
waktu sekitar 4-8 minggu setelah cedera, dan belum terlihat
pada rontgen

17
- Pembentukan hard callus, terjadi antara minggu ke 4, dalam
waktu sekitar 8-12 minggu setelah cedera, tulang baru mulai
mengisi celah fraktur, hard callus nampak pada rontgen
- Remodelling tulang, dimulai sekitar 8-12 minggu setelah
cedera hingga beberapa tahun kedepan
Berbeda bagian tulang, membutuhkan waktu yang berbeda. Jika
pada kondisi patah tulang terjadi pada area lengan atas (tulang
humerus) membutuhkan waktu kurang lebihs elama 6-8 minggu.
D. Konsep Dasar General Anestesi
Merupakan keadaan hilangnya nyeri di seluruh tubuh dan
hilangnya kesadaran yang bersifat sementara yang dihasilkan melalui
penekanan sistem syaraf pusat karena adanya induksi secara farmakologi
atau penekanan sensori pada syaraf.
• Teknik
Teknik terdiri dari 2 yaitu
a. Teknik inhalasi
Teknik anestesi inhalasi adalah teknik yang menggunakan gas
volatile sebagai agen utama untuk melakukan anestesi umum.
Salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan
memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa gas dan
atau cairan yang mudah menguap melalui alat/ mesin anestesi
langsung ke udara inspirasi. Obat-obat anestesi umum di antaranya
nitrous oksida (N2O), halotan, enfluran, isofluran, sevofluran, dan
desfluran. Berdasarkan khasiatnya, obat-obat tersebut
dikombinasikan saat digunakan. Kombinasi obat tersebut diatur
sebagai berikut
✓ N2O + halotan atau,
✓ N2O + isofluran atau,
✓ N2O + desfluran atau,
✓ N2O + enfluran atau,
✓ N2O + sevofluran.

18
b. Teknik intravena
Salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan dengan jalan
menyuntikkan obat anestesi parenteral langsung ke dalam
pembuluh darah vena. Obat-obat anestesia intravena di antaranya
ketamin HCl, tiopenton, propofol, diazepam, deidrobenzperidol,
midazolam, petidin, morfin, fentanil/ sufentanil.
• Indikasi
Anestesi umum biasanya dimanfaatkan untuk tindakan operasi
besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan
bedah yang lebih panjang, misalnya pada kasus bedah jantung,
pengangkatan batu empedu, bedah rekonstruksi tulang dan lain-lain.
Selain itu, anestesi umum biasanya dilakukan pada pembedahan yang
luas.
• Kontraindikasi
kontraindikasi general anestesi tergantung dari efek farmakologi
obat anestetika terhadap organ tubuh, misalnya pada kelainan:
1. Jantung : hindarkan pemakaian obat-obat yang mendespresi
miokard atau menurunkan aliran darah coroner
2. Hepar : hindarkan obat hepatotoksik, obat yang toksis terhadap
hepar atau dosis obat diturunkan
3. Ginjal : hindarkan atau seminim mungkin pemakaian obat yang
diekskresi melalui ginjal
4. Paru : hindarkan obat-obat yang menaikkan sekresi dalam paru
5. Endokrin : hindarkan pemakaian obat yang merangsang susunan
saraf simpatis pada diabetes penyakit basedow, karena bisa
menyebabkan peninggian gula darah
• Monitoring Perianestesi
1. Kedalaman anestesi
2. Kardiovaskuler :
- Tekanan darah (invasif atau non invasif)
- EKG

19
- CVP
3. Ventilasi respirasi:
- Stetoskop
digunakan untuk mendengar suara jantung dan pernapasan,
meskipun dia juga digunakan untuk mendengar intestine dan
aliran darah dalam arteri
- Pulse oksimetri → saturasi
- Capnometer
Capnometer digunakan untuk memantau laju pernafasan dan
adekuasi ventilasi. Capnometer melekat pada ETT dan
mengukur tekanan parsial karbon dioksida dalam gas ekspirasi.
Capnometer dapat menggunakan teknik seperti titrasi kimia,
absorpsi radiasiinfa merah,kromatografi gas atau spektrometri
massa.
- Analisa gas darah
Analisis gas darah (AGD) atau arterial blood
gas (ABG) test adalah tes untuk mengukur kadar oksigen,
karbon dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di dalam darah.
4. Suhu
- Suhu tidak boleh febris oleh karena obat anstesi menyebabkan
febris
- Malignant /hyperthermia : naiknya suhu tubuh sangat cepat
- Axilla, rectal, osefagus, nasofaring
5. Produksi urin : ½ - 1 cc/kg BB/j
Normalnya produksi urin seseorang adalah 0.5-1 cc/kg
berat badan setiap jam nya. Contoh jika berat badan anak adalah 10
kg, maka normalnya setiap jam banyaknya urin yang dikeluarkan
adalah 5-10 cc/jam atau 30-60cc/6 jam dst.
6. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan
bila diperlukan; > 20% perdarahan diberi transfusi “whole blood”.
7. Sirkuit anestesi

20
Digunakan kapnometer untuk mengukur O2 dalam darah
O2----mesin anestesi → corugated- corugated → masker/ ET →
Pasien.
• Komplikasi
Pasca general Anestesi dapat terjadi komplikasi yaitu komplikasi
pasca operatif dan komplikasi pernapasan. Komplikasi pernapasan
hipoksemia (kekurangan oksigen), atelektasis (pengembangan paru
inkomplit), bronkhitis (batuk produktif tanpa disertai kenaikan suhu
atau nadi), bronkhopneumonia (batuk produktif tanpa disertai
kenaikan suhu atau nadi), kongesti pulmonari hipostatik (melemahnya
sistem jantung dan vaskular). Komplikasi pasca operatif syok
(ketidakadekuatan aliran darah), hemoragi (kenaikan tekanan darah),
trombosis vena profunda (pembekuan darah), embolisme pulmonari
(benda asing yang terlepas dari tempatnya dan terbawa di sepanjang
aliran darah)
• Obat general anestesi
Anestesi umum dapat diinduksi dengan obat intravena misalnya
metoheksital (Brevitall sodium, Lilly), tiopental (Sodium Pentothal,
Abbort), atau Propofol (Diprivan, Stuart). Lingkungan yanmg tenang
selama fase induksi dangat penting, karena pendengaran menjadi
sangat peka saat sedatif dan anestetik diberikan. Suara yang keras atau
kebisingan dari meja instrumen selama proses ini sangat menakutkan
klien dan dapat mempersulit induksi anestesi
a) Obat inhalasi
pemberian obat secara langsung ke dalam saluran napas melalui
penghisapan
b) Obat intravena
metode pemberian obat melalui injeksi atau infus melalui
intravena. Sebenarnya, intravena sendiri memiliki arti ‘di dalam
vena’. Jadi obat akan dimasukkan langsung ke pembuluh vena
menggunakan jarum atau tabung yang disebut kateter IV.

21
Pada tindakan general anestesi sendiri terdapat beberapa Teknik
yang dapat dilakukan adalah general anestesi dengan teknik intravena
anestesi dan general anestesi dengan inhalasi,berikut obat-obat yang
dapat digunakan pada kedua teknik tersebut.

Beberapa pilihan obat ananlgesik pada pasien post-operatif dengan


trauma ortopedi :
❖ Premedikasi
Premedikasi adalan tindakan awal anesthesia dengan memberikan
obat-obat yang digunakan sebelum melakukan operasi dimana obat ini
menimbulkan rasa nyaman untuk pasien, yang meliputi: bebas dari
rasa takut atau cemas, tegang, kawatir, mual dan muntah. Berikut obat
premedikasi :
1) Benzodiazepin
Golongan ini sangat spesifik untuk menghilangkan rasa cemas.
Diazepam bekerja pada reseptor otak yang spesifik, menghasilkan
efek antiansietas yang selektif pada dosis yang tidak menimbulkan
sedasi yang berlebihan, deperesi napas, mual atau muntah. Kerugian
penggunaan diazepam untuk premedikasi ini ialah kadang-kadang
pada orang tertentu dapat menyebabkan sedasi yang berkepan-jangan.
Selain itu juga rasa sakit pada penyuntikan intramuskular. Serta
absorbsi sistemik yang jelek setelah pemberian IM. Sekarang sudah
ada obat baru dari golongan Benzodiazepin IM, yaitu Midazolam.
Keuntungan obat ini tidak menimbulkan rasa nyeri pada penyuntikan

22
baik secara IM maupun IV. Diazepam dapat diberikan pada orang
dewasa dengan dosis 10 mg, sedang pada anak kecil 0,2 – 0,5 mg/kg
BB. Midazolam dapat diberikan dengan dosis 0,1 mg/kg BB.
Penggunaan midazolam ini harus dengan pengawasan yang ketat,
karena kemungkinan terjadi depresi respirasi.
❖ Induksi
Induksi anestesi adalah suatu rangkaian proses transisi dari sadar
penuh sampai hilangnya kesadaran sehingga memungkinkan untuk
dimulainya anestesi dan pembedahan. Berikut obat induksi anesthesia :
2) Ketamin
Ketamin mempuyai efek analgesi yang kuat sekali akan tetapi efek
hipnotiknya kurang (tidur ringan) yang disertai peneri- maan keadaan
lingkungan yang salah (anestesi disosiasi). Ketamin merupakan zat
anestesi dengan aksi satu arah yang berarti efek analgesinya akan
hilang bila obat itu telah didetoksikasi/dieksresi,dengan demikian
pemakaian lama harus dihindarkan. Anestetik ini adalah suatu derivat
dari pencyclidin suatu obat anti psikosa. Pasien tidak tampak “tidur”.
Mata mungkin tetap terbuka tetapi tidak menjawab bila diajak bicara
dan tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri. Tonus otot rahang
biasanya baik setelah pemberian ketamin.Demikian juga reflek batuk.
Untuk prosedur yang singkat ketamin dapat diberikan secara iv / im
setiap beberapa menit untuk mencegah rasa sakit.
3) Propofol
Propofol adalah kandungan obat yang biasa digunakan dalam
proses anestesi (pembiusan) umum, yaitu untuk mengurangi tingkat
kesadaran pada pasien yang akan melalui prosedur operasi. Propofol
juga digunakan sebagai obat penenang pada pasien dewasa dalam
kondisi kritis yang membutuhkan alat ventilasi buatan dalam ruang
perawatan intensif. Obat ini diberikan dengan cara infus.
❖ Obat pelumpuh otot

23
Obat pelumpuh otot dibagi menjadi dua kelas yaitu pelumpuh otot
depolarisasi (nonkompetitif, leptokurare) dan nondepolarisasi
(kompetitif,takikurare).
1. Obat pelumpuh otot depolarisasi
Obat pelumpuh otot depolarisasi sangat menyerupai
asetilkolin, sehingga ia bisa berikatan dengan reseptor asetilkolin
dan membangkitkan potensial aksi otot. Akan tetapi obat ini tidak
dimetabolisme oleh asetilkolinesterase, sehingga konsentrasinya
tidak menurun dengan cepat yang mengakibatkan perpanjangan
depolarisasi di motor-end plate. Efek samping yang akan terjadi
Nyeri otot pasca pemberian, Peningkatan tekanan intraocular,
Peningkatan tekakana intracranial, Peningkatan tekakanan
intragastrik dan alergi.
2. Obat pelumpuh otot non depolarisasi
Pemulihan tonus otot rangka akibat pengaruh obat
pelumpuh otot non depolarisasi bisa berlangsung secara spontan
setelah masa kerja obat berakhir. Namun untuk mempercepat
pemulihannya perlu diberikan obat antagonisnya, yaitu golongan
obat anti kolin esterase.Salah satu obat yang termaksuk golongan
ini adalah neostagmin metilsulfat atau prostagmin. Prostagmin
merupakan obat antikolinesterase yang berkhasiat menghambat
kerja enzim kolinesterase untuk menghidrolisis asetilkolin,
sehingga terjadi akumulasi asetilkolin pada hubungan saraf otot
atau pada ujung saraf kolinergik.
❖ Obat analgetic
A. Opiod
• Fentanyl
Merupakan obat Anastesia yang bersifat narkotik sintetik
yang paling banyak digunakan dalam praktik atau oprasi
anestesiologi. Mempunyai potensi 1000 kali lebih kuat
dibandingksan dengan petidin dan mempunyai 50-100 kali

24
lebih kuat dari morfin. Mulai kerjanya cepat dan masa
kerjanya pendek. Analgesik narkotika digunakan sebagai
penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan injeksi IM
(intramuskular) Obat Fentanyl digunakan hanya untuk pasien
yang siap menggunakan analgesik narkotika. Fentanyl
bekerja didalam sistem syaraf pusat untuk menghilangkan
rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan oleh
aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang
lama dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering
terjadi bila pemakaiannya sesuai dengan dosis aturan.
Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan
secara mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping
tersebut perlu dilakukan penurunan dosis secara bertahap
dengan periode tertentu sebelum pengobatan dihentikan.
• Morfin
Morfin merupakan obat prototype opiod yang menjadi
perbandingan pada semua jenis obat golongan agonis opioid.
Efek dari morfin berupa analgesia, euforia, sedasi,
berkurangnya konsentrasi, nausea, perasaan berat pada
ekstremitas, mulut yang kering dan priritus terutama pada
daerah sekitar hidung. Jenis nyeri tumpul yang continu lebih
efektif dihilangkan dengan morfin daripada jenis nyeri yang
tajam dan intermiten. Efek analgesia dari morfin lebih efektif
bila diberikan sebelum stimulus nyeri diberikan. Sementara
bila tidak ada rangsangan nyeri, morfin lebih memberikan
efek disforia daripada euphoria.
• Petidin
Meperidin atau petidin merupakan opioid sintetik yang
bekerja agonis terhadap reseptor u dan k sebagai derivat dari
fenilpiperidin. Adapun beberapa analog golongan ini antara
lain fentanil, alfentanyl, sufentanyl dan remifentanyl. Secara

25
struktur, meperidin mempunyai bentuk menyerupai atropin
sehingga beberapa efek atropine juga dimiliki oleh atropine
ini seperti takikardi, midriasis dan antispasmodic.
Normeperidin mempunyai waktu paruh eliminasi 15 jam dan
dapat dideteksi di urin 3 hari setelah pemakaian.
Normeperidin mempunyai potensi ½ meperidin sebagai
analgesik dan menstimulasi sistem saraf pusat. Kejang,
mioklonus, delirium dan halusinasi yang dapat terjadi setelah
pemberian meperidin adalah sebagai akibat efek stimulasi
saraf pusat oleh normeperidin.
B. NSID
• NSID dan paracetamol
Parasetamol dan NSAIDs menjadi obat utama pada nyeri pasca
bedah dengan intensitas ringan sementara opioid dan atau teknik
anestesi lokal dapat digunakan untuk intensitas nyeri sedang.
• Ketorolac
Ketorolac adalah obat dengan fungsi mengatasi nyeri sedang
hingga nyeri berat untuk sementara. Biasanya obat ini digunakan
sebelum atau sesudah prosedur medis, atau setelah operasi.
Ketorolac adalah golongan obat nonsteroidal anti-inflammatory
drug (NSAID) yang bekerja dengan memblok produksi
substansi alami tubuh yang menyebabkan inflamasi. Efek ini
membantu mengurangi bengkak, nyeri, atau demam.
Efek samping dari ketorolac :
• Sakit perut, mual atau muntah ringan, diare, konstipasi
• Heartburn ringan, nyeri perut, kembung
• Pusing, sakit kepala, mengantuk
• Berkeringat; atau
• Telinga berdenging

E. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan PeriAnestesi

26
• Tahap & Diagnosa
1. Pengkajian
Pengkajian preoperative dilakukan untuk mengindentifikaasi
dan melakukan assessment awal yang di lakukan kepada
klien dengan melakukan pengecekan kembali.
2. Diagnosa Keperawatan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan akan didapat beberapa
diaqnosa keperawatan yaitu :
a. Pre Operasi
b. Intra Operasi
c. Post Operasi
3. Intervensi
Perencanaan pada kasus nyata pada dasarnya mengacu
pada tinjauan keperawatan, dan dari diagnose yang muncul
dapat diambil rencana tindakan keperawatan yang relefan untuk
menangani diagnose keperawatan yang ada.
4. Implementai
Beberapa tindakan yang direncana sudah dapat dilaksanakan,
akan tetapi tindakan lanjutan yang harus dilakukan untuk
mengatasi masalah yang belum teratasi maupun yang teratasi
sebagian belum dapat dilakukan karena keterbatasan waktu.
5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi didapatkan keberhasilan asuhan
keperawatan yang mengacu pada kriteria standart.

27
BAB III
PEMBAHASAN

A. Penjelasan Pengkajian/Assesment Pre Anestesi


Hari/Tanggal :
Waktu Pengkajian :
Tempat :
Metode :
Sumber data :
Oleh :
Rencana Tindakan :

1) Identitas Pasien
Nama :
Tempat/Tangal lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Suku Bangsa :
Alamat :
Pendidikan :
No Rekam Medis :
Diagnosa pre operasi :
Tindakan operasi :
Tanggal operasi :

28
Dokter Bedah :
Dokter Anestesi :
2) Identias Penanggungjawab Pasien
Nama :
Tempat/Tanggal lahir :
Umur :
Pekerjaan :
Hubungan dengan pasien :
3) Anamnesa/Asesment
a. Keluhan utama
Keluhan utama adalah keluhan atau gangguan yang membuat
seseorang datang ke tempat pelayanan kesehatan untuk mencari
pertolongan, misalnya : demam, sesak nafas, nyeri pinggang, nyeri
lain dll. Setelah tau keluhan utama baru akan dilanutkan dengan
Tanya Tanya keluhan tambahan. Keluhan yang dirasakan oleh
pasien ini penting kita ketahui. Sehingga bisa menitik fokuskan
Asessment/Pengkajian kita ke keluhan tersebut.
b. Riwayat penyakit sekarang
Penjelasan:
Keluhan yang dirasakan pasien sejak gejala pertama sampai saat
dilakukan anamnesis. Jenis pertanyaan
1. Lokasi Sakit/Keluhan
Seorang penderita yang datang dengan nyeri lengan atas , perlu
ditanyakan lebih lanjut secara tepat bagian mana yang
dimaksud, bila perlu penderita diminta menunjukkan secara
langsung dimana bagian yang paling sakit dan penjalarannya ke
arah mana. Apabila lukanya terbuka akan terlihat bahwa daerah
ini yang fraktur maka dapat jelas terlihat. Namun, jika lukanya
tertutup dan terjadi fraktur serta dislokasi maka kita harus
menanyakan dimana lokasi sakit spesifiknya. Saat pasien

29
menunjukkan area lukanya kita juga harus mengamati apakah
ada luka terbuka/tertutup/edema dan yang lainya
2. Kuantitas Keluhan
Ditanyakan seberapa berat rasa sakit yang dirasakan pasien. Hal
ini tergantung dari penyebab penyakitnya, tetapi sangat
subjektif, karena dipengaruhi antara lain kepekaan seorang
penderita terhadap rasa sakit, status emosi dan kepedulian
terhadap penyakitnya. Dapat ditanyakan apakah sakitnya
ringan, sedang atau berat. Apakah sakitnya mengganggu
kegiatan sehari-hari, pekerjaan penderita atau aktifitas fisik
lainnya.
3. Kualitas Keluhan
Bagaimana rasa sakit yang dialami penderita harus ditanyakan,
misalnya rasa sakit yang tajam (jelas) seperti rasa panas,
terbakar, pedih, diiris, tertusuk, menunjukkan inflamasi organ.
Rasa sakit yang tumpul (dull) seperti diremas, kramp, kolik,
sesuatu yang bergerak 5 biasanya menunjukkan proses pada
organ yang berongga (saluran cerna, empedu). Rasa sakit yang
tidak khas menunjukkan organ padat (hati, pankreas).
4. Onset/Awitan dan kronologis
Perlu ditanyakan kapan mulai timbulnya sakit atau sudah
berlangsung berapa lama. Apakah keluhan itu timbul mendadak
atau perlahan-lahan, hilang timbul atau menetap. Apakah ada
waktu-waktu tertentu keluhan timbul. Apakah langsung terasa
sakit setelah patah tulang dan langsung dilarikan ke Rumah
sakit? Atau bisa juga setelah kecelakaan/jatuh bukan dibawa ke
dokter sp. Orthopedi namun dibawa ke tukang pijat. Setelah
beberpa bulan atau tahun keluhannya baru terasa dsb.
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan
Ditanyakan adakah faktor-faktor yang memperberat sakit,
seperti aktifitas makan, fisik (pergerakan organ tertentu),

30
keadaan atau posisi tertentu. Adakah makanan/ minuman
tertentu yang menambah sakit, seperti makanan pedas asam,
kopi, alkohol panas, obat dan jamu.
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan
Ditanyakan adakah usaha penderita yang dapat memperingan
sakit, misalnya dengan pereda nyeri paraceamol 500 gr atau
dengan membawa ke tukang pijit/pengobatan tradisional
sebelumnya.
7. Keluhan yang menyertai keluhan utama
Perlu ditanyakan keluhan–keluhan lain yang timbul menyertai
dan faktor pencetusnya, misalnya bila penderita mengeluh sakit
di lengan atas dan menyebar ke yang lain.
c. Riwayat penyakit terdahulu
Kita harus menanyakan riwayat riwayat penyakit pasien terdahulu.
d. Riwayat penyakit keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit
keturunan dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor,
hemophilia, dll) atau riwayat penyakit yang menular (misalnya
HIV Aids). Apakah keluarga ada yang memiliki peyakit serupa
sebelumnya. Tanyakan juga riwayat kematian keluarga di atas meja
operasi. Hal ini perlu ditanyakan dengan berhati hati namun
seksama. Perlu diingat, jenis kematian yang dapat merupakan
informasi penting adalah kematian selama operasi dengan
anesthesia inhalasi, dengan gejala kekakuan oot disertai panas
tinggi (Hiperermia Maligna).
4) Pemeriksaan Status Gizi
1. Secara klinis : Dengan inspeksi dan palpasi, inspeksi lihat
proporsi tubhnya kurus/gemuk. Palpasi dengan cara cubit tebal
jaringan lemak subcutan
2. Dengan pemeriksaan fisik & antropometris. Biasanya dilihat dari
BB, TB, dan IMT

31
5) Pemeriksaan fisik (Menggunakan 6M)
1. B1 (breathing) merupakan pengkajian bagian organ
pernapasan.Meliputi Respirasi rate, apakah ada sumbatan atau
tidak.Apakah pasien sesak nafas dapat dilihat dari posisi
berbaring (setengah duduk atau menggunakan bantal yang
tinggi), jenis pernafasan,suara nafas, dan tingkat saturasi H2O
2. B2 (blood) merupakan pengkajian organ yang berkaitan dengan
sirkulasi darah, yakni jantung dan pembuluh darah.Meliputi
pemeriksaan Tekanan Darah, Nadi/HR, dan SpO2
3. B3 (brain) merupakan pengkajian fisik mengenai kesadaran dan
fungsi persepsi sensori.
a. Tingkat kesadaran ini dibedakan menjadi beberapa tingkat
yaitu :
1. Compos mentis, yaitu kondisi seseorang yang sadar
sepenuhnya, baik terhadap dirinya maupun terhadap
lingkungannya dan dapat menjawab pertanyaan yang
ditanyakan pemeriksa dengan baik. Nilai GCS untuk
compos mentis adalah 15-14.
2. Apatis, yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan
acuh tak acuh terhadap lingkungannya. Nilai GCS untuk
apatis ialah 13-12.
3. Delirium, yaitu kondisi seseorang yang mengalami
kekacauan gerakan, siklus tidur bangun yang terganggu
dan tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta
meronta-ronta. Nilai GCS adalah 11-10.
4. Somnolen yaitu kondisi seseorang yang mengantuk
namun masih dapat sadar bila dirangsang, tetapi bila
rangsang berhenti akan tertidur kembali. Nilai GCS
untuk somnolen adalah 9-7.
5. Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk yang
dalam, namun masih dapat dibangunkan dengan

32
rangsang yang kuat, misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak
terbangun sempurna dan tidak dapat menjawab
pertanyaan dengan baik. Nilai GCSnya adalah 6-5
6. Semi-coma yaitu penurunan kesadaran yang tidak
memberikan respons terhadap pertanyaan, tidak dapat
dibangunkan sama sekali, respons terhadap rangsang
nyeri hanya sedikit, tetapi refleks kornea dan pupil masih
baik. Nilai GCS untuk semi-koma adalah 4.
7. Coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam,
memberikan respons terhadap pertanyaan, tidak ada
gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsang nyeri.
Nilai GCS untuk koma adalah 3
b. GCS (Glasgow Coma Scale)
Adalah skala yang dipakai untuk mengetahui tingkat
kesadaran seseorang. Dahulu, GCS hanya dipakai untuk
mengetahui tingkat kesadaran orang yang mengalami cedera
kepala. Namun, saat ini GCS juga digunakan untuk menilai
tingkat kesadaran saat memberikan pertolongan darurat
medis. Nilai normal GCS adalah 15 yaitu E4V5M6,
sedangkan yang terendah ialah 3 yaitu E1V1M1.Untuk
mengetahuinya skala GCS, tim medis akan melakukan
pengecekan sebagai berikut:
Eyes
Nilai GCS yang dievaluasi melalui pemeriksaan mata:
1 = Jika tim medis meminta membuka mata dan
merangsang seseorang dengan nyeri tapi mata
orang tersebut tidak bereaksi dan tetap terpejam
2 = Jika mata terbuka akibat rangsang nyeri saja
3 = Jika mata seseorang terbuka hanya dengan
mendengar suara atau dapat mengikuti perintah
untuk membuka mata

33
4 = Jika mata terbuka secara spontan tanpa perintah
atau sentuhan
Verbal
Nilai GCS yang dievaluasi dalam pemeriksaan respons
suara:
1 = Jika seseorang tidak mengeluarkan suara
sedikitpun, meski sudah dipanggil atau dirangsang
nyeri
2 = Jika suara yang keluar seperti rintihan tanpa kata-
kata
3 = Seseorang dapat berkomunikasi tapi tidak jelas
atau hanya mengeluarkan kata-kata tapi bukan
kalimat yang jelas
4 = Jika seseorang dapat menjawab pertanyaan dari tim
medis tapi pasien seperti kebingungan atau
percakapan tidak lancar
5 = Seseorang dapat menjawab semua pertanyaan yang
diajukan dengan benar dan sadar penuh terhadap
orientasi lokasi, lawan bicara, tempat, dan waktu
Motorik
Nilai GCS yang dievaluasi dalam pemeriksaan respons
gerakan:
1 = Tidak ada respons gerakan tubuh walau sudah
diperintahkan atau diberi rangsangan nyeri
2 = Seseorang hanya dapat mengepalkan jari tangan
dan kaki, atau menekuk kaki dan tangan saat diberi
rangsangan nyeri
3 = Seseorang hanya menekuk lengan dan memutar
bahu saat diberi rangsangan nyeri,
4 = Bagian tubuh yang tersakiti dapat bergerak dan
orang yang diperiksa dapat menunjukkan lokasi

34
nyeri. Contohnya ketika tangan diberi rangsangan
nyeri, tangan akan mengangkat.
5 = Seseorang dapat menjawab semua pertanyaan yang
diajukan dengan benar dan sadar penuh terhadap
orientasi lokasi, lawan bicara, tempat, dan waktu
6 = Seseorang dapat melakukan gerakan ketika
diperintahkan
4. B4 (bladder) merupakan pengkajian sistem urologi.
5. B5 (bowel) merupakan pengkajian sistem digestive atau
pencernaan.
6. B6 (bone) merupakan pengkajian sistem muskuloskletal dan
integumen. Cek Lengan pasien (otot dan syaraf)
6) Pemeriksaan lain
a. Kulit
untuk tanda tanda infeksi, lebam (pendaraham internal), apakah
terjadi sianosis
b. Pemeriksaan bentuk wajah
Kemungkinan kesulitan ventilasi dan intubasi dapat diperkirakan
dari bentuk wajah. Leher pendek dan kaku, Jarak Tiro mental,
Lidah besar, Maksila yang protrusif, gigi geligi yang goyah dsb
7) Manajemen Obat
Manajemen obat sangat penting dalam proses assessment pra anestesi
untuk mengetahui riwayat penggunaan jenis obat tertentu dari pasien
yang mungkin dapat berdampak atau berpengaruh dalam proses
operasi. Melalui proses ini perawat mendapatkan informasi tentang
keadaan pasien dan menyediakan obat-obatan profilaksis yang
mungkin diperlukan.
8) Status Psikologis
Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam
proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau
labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Ketakutan dan

35
kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi dengan
adanya perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi
denyut jantung dan pernafasan, tekanan darah, gerakan-gerakan
tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah,
menayakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur, dan sering
berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang biasa
digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres.Disamping itu perawat
perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien
dalam menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini,seperti
adanya orang terdekat, tingkat perkembangan pasien, factor
pendukung/support system.
Pemeriksaan :
a. Perawat mengkaji emosi pasien
b. Perawat mengkaji pembicaraan pasien
c. Perawat mengkaji Interaksi pasien selama wawancara
9) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari Tindakan operasi.Tanpa adanya hasil pemeriksaan
penunjang, maka dokter tidak mungkin bisa menentukan tindakan
operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang
yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium
maupun pemeriksaan lain seperti EKG, dan lain-lain. Sebelum dokter
mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter
melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit
pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita
pasien.dokter anstesi berperan untuk menentukan apakah kondisi
pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga
memerlukan berbagai macam pemerikasaan laboratorium terutama
pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa pembekuan
(clotting time) darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein
darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.

36
Radiologi rutin untuk foto toraks tidak diperlukan jika tidak ada gejala
atau abnormal pada dada, tapi pemeriksaan hemoglobin dan
hematokrit sebaiknya rutin dilakukan pada pasien yang dipersiapkan
untuk operasi kecil dan sedang
a. EKG
EKG dilakukan untuk usia diatas 40 tahun
Khusus, dilakukan atas indikasi :
EKG pada usia <40 tahun jika dicurigai ada kelainan jantung.
b. Test darah pasien :
- Hb
- Ht
- Eritrosit
- Leukosit
- masa perdarahan dan masa pembekuan.
c. Pemeriksaan radiologi : CT Scan, X-ray
- Pemeriksaan pada anak harus didampingi ayah atau ibunya.
- Klasifikasi Status Fisik/Prognosis pasien perioperative
(urutanya masukin dibawah eka yang paling bawah. Dibawah
diagnosis anestesi)
10) Penentuan ASA
Berdasarkan hasil evaluasi pra operatif yang sudah di
assesment maka dapat disimpulkan status fisik pasien pra anesthesia.
Klasifikais yang lazim digunakan untuk menilai kebugaran fisik
seseorang ialah berasal dari American Society of Anesthesiologist
(ASA). Klasifikasi fisik ini bukan laat prakiraan resiko anesthesia
karena dampak samping anesthesia tidak dapat dipisahkan dari dampak
samping pembedahan. Pembagian ASA adalah sebagai berikut:
ASA 1 : Pasien penyakit bedah tanpa memiliki penyakit sistemik.
Sehat organik, fisiologik, psikiatrik, biokimia
ASA 2 : Pasien dengan penyakit sistemik ringan sampai sedang

37
ASA 3 : Pasien penyaki bedah disertai dengan penyakit sistemik berat
yang disebabkan karena berbagai penyebab tetapi tidak mengancam
nyawa yang menyebabkan aktivitas rutin terbatas
ASA 4 : Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat
tak dapat melakukan aktifitas rutin dan penyakitnya merupakan
ancaman kehidupannya setiap saat dan penyakitnya merupakan
ancaman kehidupannya setiap saat.
ASA 5 : Pasien penyakit bedah disertai dengan penyakit sistemik berat
yang sekarat dan diperkirakan dengan atau tanpa pembedahan
hidupnya tidak akan lebih dari 24 jam
ASA 6 : Pasien sudah mati batang otak, siap donorkan organ yang
masih berfungsi baik.
E : Pasien emergency yang harus di oprasi/ bedah cito.
11) Diagnosa Anestesi
Dalam melakukan diagnose anestesi, ahli anestesi perlu untuk
memperhatikan hal-hal berikut
1. Membuat penilaian penuh terhadap kondisi medis pasien;
2. Mengevaluasi hasil investigasi atau saran dari spesialis lain;
3. Meminta penyelidikan tambahan;
4. Meninjau setiap anestesi sebelumnya yang diberikan;
5. Memutuskan teknik yang paling tepat, misalnya anestesi umum
atau regional;
6. Memulai proses persetujuan, menjelaskan dan
mendokumentasikan:
7. Pilihan anestesi yang tersedia dan potensi efek sampingnya; risiko
yang terkait dengan anestesi;
8. Mendiskusikan rencana perawatan pascaoperasi
B. Assesment Peri Anestesiologi Sistem Muskuloskeletal
Hari/Tanggal :
Waktu Pengkajian :
Tempat :

38
Metode :
Sumber data :
Oleh :
Rencana Tindakan :

1) Identitas Pasien
Nama :
Tempat/Tangal lahir :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Suku Bangsa :
Alamat :
Pendidikan :
No Rekam Medis :
Diagnosa pre operasi :
Tindakan operasi :
Tanggal operasi :
Dokter Bedah :
Dokter Anestesi :
2) Identias Penanggungjawab Pasien
Nama :
Tempat/Tanggal lahir :
Umur :
Pekerjaan :
Hubungan dengan pasien :
3) Anamnesa/Asesment
a. Keluhan utama :
b. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Sakitnya disebelah mana (Lokasi)?

39
2. Seberapa sakit itu ?ringan?sedang?berat? Apakah mengganggu
kegiatan sehari hari/aktifitas fisik (Kuantitas)?
3. Rasanya sakitnya seperti apa, bisa dideskripsikan (kualitas)?
4. Bagaimana kronologis dalam mendapat luka tersebut?
5. Faktor apa yang memberatkan keluhan tersebut ?
6. Apakah ada usaha untuk meringankan keluhan tersebut
sebelumnya? dan apakah berhasil?
7. Keluhan yang menyertai keluhan utama
a. Sudah menyebar kemana saja sakitnya?
b. Apakah bagian yang sakit sekarang masih terasa/ mati rasa?
c. Apakah bagian yang sakit sekarang bisa digerakkan?
d. Apakah ada rasa pusing?
e. Apakah ada rasa mual?
f. Adakah sesak nafas,berdebar debar, keringat dingin/badan
lemas?
8. Lain-lain :

c. Riwayat Penyakit Terdahulu


1. Pernah sakit apa saja sebelumnya? Kapan? diberi obat apa
saja?
2. Pernah sakit ini (keluhan yang sama dengan saat ini)
sebelumnya? Jika pernah kapan terakhir kali? Sudah berapa
kali? Dan pernah diberi obat apa saja?
3. Apakah ada riwayat pendarahan yang sulit dihentikan?
4. Apakah ada riwayat Hipertensi?
5. Apakah ada riwayat Diabetes Melitus?
6. Apakah ada Riwayat penyakit sistemik yang pernah diderita/
sedang dierita sekarang?
7. Pernah rawat inap sebelumnya? Berapa kali? Karena apa ?
8. Terakhir kali imunisasi?

40
9. Riwayat pengobatan/minum obat dan apakah ada riwayat
alergi obat?
10. Apakah ada riwayat obat rutin?
11. Kapan terakhir kali menstruasi (bagi wanita)?
12. Apakah ada Riwayat operasi/ anesthesia sebelumnya?
13. Riwayat Alergi?
14. Apakah merokok, meminum minuman alkohol, minum kopi,
dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang ?
15. Lain-lain :

d. Riwayat Penyakit Keluarga


1. Apakah dari pihak keluarga ada yang menderita Diabetes
Melitus?
2. Apakah dari pihak keluarga ada yang menderita Hipertensi?
3. Apakah dari pihak keluarga ada yang menderita Tumor?
4. Apakah dari pihak keluarga ada yang menderita Hemofilia?
5. Apakah dari pihak keluarga ada yang menderita HIV/AIDS?
6. Apakah dari pihak keluarga ada riwayat penyakit sistemik?
7. Apakah keluarga ada yang pernah mengalami keluhan yang
sama sebelumnya?
8. Apakah dari pihak keluarga ada Riwayat Operasi? Kalau ada
operasi apa? Kapan?
9. Apakah dari keluarga ada riwayat kematian di meja operasi?
10. Lain-lain :

4) Pemeriksaan Status Gizi


a. Secara Klinis :
b. Pemeriksaan fisik & antropometris
- BB :
- TB :
- IMT :

41
5) Pemeriksaan Fisik :
a. Breathing
- RR :
- Jalan Nafas :
- Sesak Nafas :
- Suara Nafas :
- Saturasi O2 :
b. Blood
- TD :
- HR :
- SpO2 :
c. Brain
- Kesadaran :
- GCS :
d. Bladder
- Produksi Urin :
- Penyumbatan system :
- Lain-lain :
e. Bowel
- BAB :
- Konstipasi :
- Lain-Lain :
f. Bone
- Keluhan Utama :
- Kelainan tulang blkng :
6) Pemeriksaan Lain
a. Kulit :
b. Bentuk Wajah :
7) Manajemen Obat
a. Riwayat Obat :

42
b. Keterangan :
8) Status Psikologi :
9) Pemeriksaan Penunjang
a. EKG

b. Test darah pasien :


- Hb :
- Ht :
- Eritrosit :
- Leukosit :
- masa perdarahan :
- masa pembekuan :
c. Pemeriksaan radiologi
- CT Scan :

- X-ray :

10) Penentuan ASA


ASA : ASA ASA ASA ASA ASA ASA 6 E
1 2 3 4 5

11) Diagnosis Anestesi :

43
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
• Pengkajian terhadap muskuloskeletal dilakukan dengan sebelas
cara yaitu identitas pasien, Identias Penanggungjawab Pasien,
Anamnesa/Asesment, Pemeriksaan Status Gizi, Pemeriksaan
Fisik, Pemeriksaan Lain, Manajemen Obat, Status Psikologi,
Pemeriksaan Penunjang, penentuan ASA, dan diagnosa
anestesi.
• Tahap assesment yang dilakukan : 1) Keluhan utama, 2)
Riwayat penyakit sekarang, 3) Riwayat penyakit terdahulu, 4)
riwayat penyakit keluarga
• Tahap pemeriksaan fisik dilakukan dengan 6 M yaitu B1
(breathing), B2 (blood), B3 (brain), B4 (bladder), B5 (bowel) ,
B6 (bone).

B. Saran
1. Saat melakukan anamnesa/assesment harus dilakukan pengkajian
secara lengkap dan menggunakan pertanyaan yang baik dan benar
agar meminimalisir kesalahan.
2. Dosis yang digunakan pada saat melakukan general anestesi harus
sesuai agar menunjang keberhasilan dalam operasi.

44
DAFTAR PUSTAKA

PPT Materi pengkajian anestesi sebelum operasi Mata Kuliah Asuhan


Keperawatan Peri Anestesi yang disampaikan oleh Bapak Dr.
Abdul Ghofur, S.Kp., M.Kes pada hari Senin, 26 Juli 2021
pukul 09.20 – 15.50 WIB
PPT Materi Assesment GA Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Peri Anestesi
yang disampaikan oleh Bapak Dr. Abdul Ghofur, S.Kp.,
M.Kes pada hari Senin, 26 Juli 2021 pukul 09.20 – 15.50
WIB
Latief, Said A., dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua.
Jakarta: Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta
Soenarto, R,F., dkk. 2012. Buku Ajar Anestesiologi. Jakarta : Departemen
Anestesiologi dan Intensive Care Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/ RS Cipto Mangunkusumo Jakarta
https://fk.uns.ac.id/static/file/Manual_Semester_II-2012.pdf Diakses pada
tanggal 27 Juli 2021 pukul 10.13 WIB
file:///C:/Users/RJ%20COM/Downloads/Anamnesis%20dan%20Pemeriksaa
n.pdf Diakses pada tanggal 27 Juli 2021 pukul 11.07 WIB
Muhlisin, A. 2019. Memahami Penilaian Tingkat Kesadaran (Nilai GCS)
Dewasa dan Anak. https://www.honestdocs.id/penilaian-
tingkat-kesadaran-berdasarkan-nilai-gcs Diakses pada
tanggal 27 Juli 2021 pukul 21.14 WIB

45
Andrian, K. 2018. Cara Mengukur GCS untuk Menilai Tingkat Kesadaran.
https://www.alodokter.com/seberapa-sadarkah-anda-cek-
dengan-gcs Diakses pada tanggal 28 Juli 2021 pukul 08.34
WIB
Larasati, N.H. 2020. GCS adalah istilah yang sering Digunakan dalam
Dunia Medis, Kenali Jenis, Manfaat dan Penggunannya.
https://www.diadona.id/health/gcs-adalah-istilah-yang-
sering-digunakan-dalam-dunia-medis-kenali-jenis-manfaat-
dan-penggunaannya-20.html Diakses pada tanggal 28 Juli
2021 pukul 11.14 WIB
PPT Materi pengkajian anestesi sebelum operasi Mata Kuliah Asuhan
Keperawatan Peri Anestesi yang disampaikan oleh Bapak Dr.
Abdul Ghofur, S.Kp., M.Kes pada hari Senin, 26 Juli 2021
pukul 09.20 – 15.50 WIB
PPT Materi Assesment GA Mata Kuliah Asuhan Keperawatan Peri Anestesi
yang disampaikan oleh Bapak Dr. Abdul Ghofur, S.Kp.,
M.Kes pada hari Senin, 26 Juli 2021 pukul 09.20 – 15.50
WIB
Redhono D, Putranto W, Budiastuti V. HISTORY TAKING --
ANAMNESIS.
https://fk.uns.ac.id/static/file/Manual_Semester_II-2012.pdf
Diakses pada tanggal 28 Juli 2020 pukul 22.16 WIB\
http://eprints.ums.ac.id/30952/24/08_full_naskah_publikasi.pdf diakses
pada 27 Juli 2021 pukul 19.06
https://idnmedis.com/fraktur-humerus diakeses pada 27 Juli 2021 pukul
19.36
https://hellosehat.com/muskuloskeletal/gangguan-muskuloskeletal/ diakses
pada 27 Juli pukul 20.03
http://eprints.ums.ac.id/16698/2/BAB_I.pdf diakes pada 27 Juli 2021 pukul
17.15

46
https://www.sipatilmuku.xyz/2020/04/pengertian-sistem-muskuloskeletal-
pada-anatomi-fisiologi-tubuh-manusia.html diakses pada 27
Juli 2021 pukul 18.13
http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/1572/6/BAB%20II.pdf
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2609/4/4%20Chapter%202.pdf
http://perpustakaan.poltekkes-
malang.ac.id/assets/file/kti/1501460004/14._BAB_2_.pdf
https://pdfslide.net/documents/makalah-anestesi-depi.html
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/8aa65003f1617cb9b71fbf0a7e
f7e3f2.pdf Diskses pada tanggal 28 Juli pukul 08.56 WIB
http://eprints.ums.ac.id/30952/2/01_BAB_I_apri.pdf Diakses pada tanggal
28 juli pukul 09.22 WIB

47

Anda mungkin juga menyukai