SYARAF DAN
INDRA
Syndrom Guillain-Barre
ANGGOTA KELOMPOK
1 2 3
4 5 6
2) Biasanya simetris
Gejala tambahan
Pemeriksaan CSS
Gejala yang menyingkirkan diagnosis
1) Peningkatan protein
1) Kelemahan yang sifatnya asimetri
2) Sel MN < 10 /μl
2) Disfungsi vesika urinaria yang sifatnya
persisten
Manajemen Imunoterapi
Manajemen imunoterapi untuk mengatasi penyebab terjadinya
demielinisasi poliradikulopati yaitu terapi penggantian plasma darah atau
Plasmaferesis dan pemberian Imunoglobulin melalui intravena.
Kasus SGB merupakan salah satu penyakit yang diakibatkan oleh kompleks imun (dengan pencetus infeksi) menyerang
sistem saraf motorik yang menyebabkan defisit neurologis. Kondisi yang sangat akut dan mematikan dapat menjadi
gejala awal penyakit. Kasus SGB memang secara prevalensi tidak sebanyak kasus neurologis lain seperti halnya stroke
namun bukan berarti perawat tidak memahami penanganan kasus ini. Asuhan keperawatan untuk pasien dengan kasus
SGB juga sama halnya dengan kasus neurologis lain.
Asuhan keperawatan tersebut antara lain: asuhan dengan pasien yang menggunakan bantuan ventilasi mekanik,
gangguan pola napas, resiko aspirasi, gangguan mobilisasi. Pengalaman dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan kasus SGB memberikan hasil yang sama seperti yang ada pada literatur terkini tentang terapi
plasmaferesis. Pada kasus di atas dapat dilihat bahwa penanganan kasus dilakukan dengan cepat mulai dari tindakan
diagnostik yang menyimpulkan secara pasti bahwa kasus tersebut adalah kasus SGB. Penanganan plasmaferesis pun
dilakukan pada awal onset penyakit dan dilakukan sebanyak 5 siklus/sesi. Proses perbaikan kondisi klinis memang
sesuai dengan beberapa uji klinis yang tedapat di literatur yaitu kondisi gagal nafas tidak terjadi, paralisis otot
ekstrimitas dapat berkurang, kemampuan menelan juga semakin membaik.
Peran dan Tanggung Jawab Penata Anestesi
Plasmaferesis sebagai terapi sindrom gullain-Barre pada anak, setelah tindakan sering terjadi
pola nafas yang tidak efektif berhubungan dengan kelemahan atau paralisis otot pernafasan.
Tindakan yang dilakukan dengan :
c. Mencatat adanya kelelahan pernafasan selam berbicara kalau pasien masih dapat
berbicara (merupakan indicator yang baik terhadap gangguan fungsi pernafasan)
d. Auskultasi bunyi nafas, ada tidaknya bunyi atau suara tambahan seperti ronchi.
e. Melakukan memantaan terhadap analisa gas darah, oksimetri nadi secara teratur (
menentukan keefektifan dari intervensi)
f. Memberikan obat atau bantu dengan tindakan pembersihan pernafasanan seperti
latihan pernafasan , perkusi dada, fibrasi dan drainase postural.
KESIMPULAN
Bahwa GBS adalah penyakit yang langka dan dapat disembuhkan akan tetapi nyeri ringan
masih timbul dan derajat penyembuhan tergantung tergantung dari derajat kerusakan
syaraf yang terjadi pada fase infeksi. GBS merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai
adanya paralisis yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun dimana
targetnya adalah saraf perief,radiks, dan nervus kranialis. Maniseftasi klinis berupa
kelumpuhan, gangguan fungsi otonom, gangguan sensibilitas, dan risiko komplikasi
pencemaran.
DAFTAR PUSTAKA
● Clinical Educator Faculty of Nursing Universitas Pelita Harapan. 2017. Laporan Kasus Penanganan Sindrom
Guillain-Barre Dengan Terapi Plasmaferesis. Nursing Current. 5(2) : 14 - 15.
https://ojs.uph.edu/index.php/NCJK/article/download/1700/637
● Lukito, V., Mangunatmadja, I., Pudjiadi, A. H., & Puspandjono, T. M. (2016). Plasmaferesis Sebagai Terapi
Sindrom Guillain-Barre Berat pada Anak. Sari Pediatri, 11(6), 448-55.