12/29/2019 1
12/29/2019 2
LOBUS OTAK
12/29/2019 4
lapisan Durameter
Merupakan selaput keras atas jaringan ikat fibrosa melekat dengan
tabula interna atau bagian dalam kranium
ada selaput arachnoid dibawahnya, sehingga terdapat ruangan
potensial disebut ruang subdural yang terletak antara durameter
dan arachnoid.
Durameter membelah membentuk 2 sinus yang mengalirkan darah
vena ke otak, yaitu : sinus sagitalis superior mengalirkan darah vena
ke sinus transverses dan sinus sigmoideus.
Perdarahan akibat sinus cedera 1/3 anterior diligasi aman, tetapi 2/3
posterior berbahaya karena dapat menyebabkan infark vena dan
kenaikan tekanan intracranial.
12/29/2019 5
Arachnoid
Piameter
Lapisan ini melekat pada permukaan korteks
serebri. Cairan serebro spinal bersirkulasi
diantara arachnoid dan piameter dalam
ruang subarahnoid. Perdarahan ditempat ini
akibat pecahnya aneurysma intra cranial..
12/29/2019 8
KERUSAKAN PADA BAGIAN OTAK TERTENTU
12/29/2019 9
Kerusakan Lobus Parietalis
Lobus parietalis pada korteks serebri menggabungkan kesan dari
bentuk, tekstur dan berat badan ke dalam persepsi umum. Sejumlah
kecil kemampuan matematikan dan bahasa berasal dari daerah ini.
Kerusakan kecil di bagian depan lobus parietalis menyebabkan mati
rasa pada sisi tubuh yang berlawanan.
Kerusakan yang agak luas bisa menyebabkan hilangnya kemampuan
untuk melakukan serangkaian pekerjaan (keadaan ini disebut
apraksia) dan untuk menentukan arah kiri-kanan.
Kerusakan yang luas bisa mempengaruhi kemampuan penderita
dalam mengenali bagian tubuhnya atau ruang di sekitarnya atau
bahkan bisa mempengaruhi ingatan akan bentuk yang sebelumnya
dikenal dengan baik.
12/29/2019 10
Kerusakan lobus occipitalis
12/29/2019 12
Pendahuluan
12/29/2019 15
12/29/2019 16
Klasifikasi
Menurut Kowalak (2011), trauma kepala dapat diklasifikaikan
sebagai berikut :
A. Mekanisme Cedera
Berdasarkan mekanisme cedera jenis trauma kepala ada 2, yaitu :
1. Trauma Kepala Tertutup
Komusio Serebri/Gegar otak
Pukulan pada kepala yang cukup keras untuk membuat otak
menghantam tulang tengkorak,. Kejadian ini menyebabkan
disfungsi syaraf yang temporer. Kesembuhan biasanya bersifat total
dalam waktu 24 hingga 48 jam.
Pingsan tidak lebih dari 10 menit
Tanda-tanda vital dapat normal atau menurun
Sesudah sadar mungkin terdapat gejala subyektif seperti nyeri
kepala, pusing, muntah
Terdapat amnesia retrograd
12/29/2019 17
Kontusio Serebri/Memar otak
Paling sering terjadi pada usia 20 hingga 40 tahun.
Kebanyakan disebabkan oleh perdarahan arteri. Darah
umumnya mengumpul di anatara tulang tengkorak dan
duramater.
1. Pingsan berlangsung lama, dapat beberapa hari sampai
berminggu-minggu
2. Kelainan neurologic
3. Hemiparesis yang berkaitan dengan gangguan aliran
darah ke tempat cedera
4. Pernapasan biasa atau seperti Cheyne Stokes
5. Pupil mengecil dan reflex cahaya baik
12/29/2019 18
Hematoma Intraserebral
Disrupsi traumatic atau spontan pembuluh darah
serebral dalam parenkim otak menyebabkan deficit
neurologi yang intensitasnya bergantung pada lokasi
perdarahan. Gaya robekan akibat gerakan otak sering
menimbulkan laserasi pembuluh darah dan perdarahan
ke dalam parenkim otak
1. Keadaan tidak bereaksi yang segera terjadi sebelum
pasien tidak sadarkan diri (koma) sebagai akibat
kenaikan tekanan intracranial dan efek massa yang
ditimbulkan oleh perdarahan
2. Kemungkinan deficit motoric dan respons
12/29/2019 19
Edema Serebri Traumatik
Keadaan patologis terjadinya akumulasi
cairan di dalam jaringan otak sehingga
meningkatkan volume otak. Dapat terjadi
peningkatan volume intraseluler maupun
ekstraseluler, yang menyebabkan terjadinya
peningkatan tekanan intrakranai
1. Pingsan yang lamanya dapat berjam-jam
2. Tekanan darah naik dan nadi turun
3. Kelainan neurologic
12/29/2019 20
Hematoma Epidural
Cedera akselerasi (Otak terus bergerak serta
membentur tengkorak) dan deselerasi
(memantul).
Otak dapat membentur tonjolan tulang yang
ada di dalam tengkorak (khususnya krista
sfenoidalis) sehingga terjadi perdarahan atau
hematoma intracranial
.
12/29/2019 21
Hematoma Subdural
Perdarahan meninges yang terjadi karena penumpukan
darah dalam rongga subdural (diantara duramater dan
araknoid). Keadaan ini paling sering ditemukan. Bisa
bersifat akut, subakut dan kronis terjadi secara unilateral
(pada satu sisi) atau bilateral (pada kedua sisi).
Hematoma Subaraknoid
Perdarahan terjadi dalam rongga subaraknoid, sering
menyertai kontusio serebri. Pada pungsi lumbal
ditemukan cairan serebrospinal berdarah.
12/29/2019 22
2. Trauma Kepala Terbuka
Fraktur linear didaerah temporal
Fraktur linear didaerah temporal di mana arteri
meningeal media berada dalam jalur tulang temporal,
sering menyebabkan perdarahan epidural. Fraktur linear
yang melintang garis tengah, sering menyebabkan
perdarahan sinus dan robeknya sinus sagitalis superior.
Fraktur di daerah basis
Fraktur di daerah basis di sebabkan karena trauma dari
atas atau kepala bagian atas yang membentur jalan atau
benda diam fraktur di fosa anteror, sering terjadi
keluarnya liquor melalu hdung (rhinorhoe) dan adanya
brill hematoma (raccon eye).
12/29/2019 23
12/29/2019 24
12/29/2019 25
berdasarkan keparahancedera
kepala
12/29/2019 26
Cedera Kepala Ringan
Cedera kepala ringan adalah cedera karena tekanan atau kejatuhan
benda tumpul yang dapat menyebabkan hilangnya fungsi neurology
sementara atau menurunnya kesadaran sementara, mengeluh
pusing nyeri kepala tanpa adanya kerusakan lainnya (Corwin, 2009).
Cedera Kepala Sedang
Cedera kepala sedang adalah suatu trauma yang menyebabkan
kehilangan kesadaran dan amnesia lebih dari 30 menit tetapi kurang
dari 24 jam dapat mengalami fraktur tengkorak dengan GCS 9-
12 (Muttaqin, 2008).
. Cedera Kepala Berat
Cedera kepala berat adalah cedera dengan skala koma glasgow 3-8
atau dalam keadaan koma kepala dimana otak mengalami memar
dengan kemungkinan adanya daerah hemoragi, pasien berada pada
periode tidak sadarkan diri (Batticaca, 2008).
12/29/2019 27
12/29/2019 28
Pemeriksaan
Keadaan umum.
jejas ringan : keadaan sadar-siaga
Jalan nafas, respirasi, tekanan darah,
keadaan jantung.
Kesadaran.
Fungsi mental
Saraf otak
Sistem motorik,
Sistem sensorik, otonom, refleks-
refleks.
12/29/2019 29
Glascow Coma Scale
30
From Rehabilitation
Nursing
12/29/2019 31
Other Assessment
12/29/2019 32
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA
Penanganan harus ditangani sejak dari tempat
kecelakaan, selama transportasi, diruang gawat
darurat, kamar Ro, sampai ruang operasi, ruang
perawatan/ ICU
Monitor : derajat kesadaran, vital sign,kemunduran
motorik, reflek batang otak, monitor tekanan
intrakranial.
Monitor tekanan intrakranial diperlukan pada:
1. Koma dengan perdarahan intrakranial atau kontusio
otak
2. Skala Koma Glasgow <6 (motorik < 4)
3. Trauma multipel sehingga memerlukan ventilasi
tekanan positif intermitten (IPPV)
33
12/29/2019
PENATALAKSANAAN CEDERA KEPALA
Indikasi CT san:
1. Skala Koma Glasgow (GCS) ≤ 14
2. GCS 15 dengan:
a. Adanya riwayat penurunan kesadaran
b. Traumatik Amnesia
c. Defisit neurologi fokal
d. Tanda dari fraktur basis kranii atau tulang kepala.
12/29/2019 34
Tindakan resusitasi ABC (Kegawatan)
a.Jalan nafas (airway)
- Jalan nafas dibebaskan dari lidah yang turun
kebelakang dengan posisi kepala ekstensi,
- kalau perlu pasang pipa oropharing (OPA )/
endotrakheal,
- bersihkan sisa muntah, darah ,lendir, atau gigi
palsu.
- Isi lambung dikosongkan melalui pipa NGT
untuk menghindari aspirasi muntahan dan kalau
ada stress ulcer
12/29/2019 35
Pernafasan (breathing)
- Ggn sentral : lesi medula oblongata, nafas
cheyne stokes, dan central neurogenik
hiperventilasi
- Ggn perifer: aspirasi, trauma dada, edema
paru, emboli paru, infeksi.
- Tindakan Oksigen, cari dan atasi faktor
penyebab, kalau perlu ventilator
12/29/2019 36
Kegawatan
3. Sirkulasi (circulation)
_Hipotensi– iskemik—kerusakan sekunder otak.
Hipotensi jarang akibat kelainan intrakranial,
sering ekstrakranial, akibat hipovolemi,
perdarahan luar, ruptur organ dalam, trauma dada
disertai tamponade jantung atau pneumotorak,
shock septik.
_Tindakan: hentikan sumber perdarahan, perbaiki
fungsi jantung ,mengganti darah yang hilang
dengan plasma, darah
12/29/2019 37
Kegawatan
12/29/2019 38
Lanjutan Penatalaksanaan
12/29/2019 40
Lanjutan Penatalaksanaan
1. Pengkajian
Identitas
Meliputi nama, jenis kelamin (laki-laki beresiko
dua kali lipat lebih besar daripada risiko pada
wanita), usia (bisa terjadi pada anak usia 2 bulan,
usia 15 hingga 24 tahun, dan lanjut usia), alamat,
agama, status perkawinan, pendidikan,
pekerjaan, golongan darah, no. register, tanggal
MRS, dan diagnosa medis.
12/29/2019 53
Implementasi
1.Resti tidak efektifnya bersihan jalan nafas b.d
akumulasi skret.
Intervensi keperawatan
Mandiri:
Memonitor suara paru tiap 8 jam dan observasi adanya
roncki/penumpukan skret
Memberikan posisi semi atau elevasi kepala 30 derajat dan kepala
miring 1 sisi bergantian
Mempertahankan hidrasi cairan 2-3 liter/hari, melalui asupan
parenteral yang diberikan.
Memonitor dan melakukan karakterisitik sekret, warna, jumlah,
dan konsistensinya bila terdapat skret yang keluar melalui
hidung/mulut.
Kolaborasi :
Memberikan obat Antibiotik: (Cefriaxon 2 x 2 g (tiap 12 jam) IV)
12/29/2019 54
2. Perubahan perfusi jaringan cerebral dan resiko peningkatan TIK b.d perdarahan dan
edema cerebral
Intervensi keperawatan
Mandiri :
Memonitor/obs tanda vital tiap 4 jam dan memonitor/obs kesadaran / GCS setiap 4 jam
Memberikan posisi Elevasi kepala 30 derajat setiap 4 jam
Menentukan faktor2 penyebab penurunan perfusi jaringan otak/resiko TIK meningkat.
Memantau/mencatat status neurologis secara teratur dan membandingkan dg nilai normal
Mempertahankan tirah baring miring kiri/kanan dengan posisi kepala netral
Mengkaji kondisi vaskular (suhu, warna, pulsasi dan capillary refill) tiap 8 jam
mencatat intake dan output.
menurunkan stimulasi eksternal yang dapat meningkatkan TIK dan berikan kenyamanan dengan
menciptakan lingkungan tenang dan suhu ruangan dalam kondisi normal (mengatur suhu ruangan
menyalakan AC). Memasang pagar pengaman tempat tidur dan memasang retrain pada daerah ekstermitas
Penkes pada keluarga dan selalu bicara dan komunikasi dengan pasien.
Kolaborasi :
Memberikan O2 kanul 4 l/mnt
Memberi pertimbangan pemeriksaan AGD, LED, Leukosit setelah 3 hari perawatan
Pemasangan cairan IV NaCl 0,9% /12 jam
Memberikan obat-obatan injeksi :
- Citicolin 2 x 500 mg - Ranitidin 2 x 1 ampl
- Vit C 1 x 400 mg - Kaltropen 3 x 1 ampl
- Dexametason 4 x 1 ampl - Cefriaxon 2 x 2 g
12/29/2019 55
3. Resti gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit kurang dari
kebutuhan tubuh b.d intake tidak adequate: penurunan kesadaran
(soporokoma).
Intervensi keperawatan
Mandiri:
• Monitor tanda-tanda vital, termasuk Mengukur JVP setiap 8 jam
• Mencatat peningkatan suhu dan durasi demam.
• Memberikan kompres hangat saat temperatur meningkat (Demam),
dan mempertahankan pakaian tetap kering
• Mempertahankan suhu ruangan yang nyaman (mengatur suhu
ruangan dengan AC).
• Mengkaji turgor kulit, membran mukosa bibir
• Mengukur intake dan output cairan dan menghitung balance cairan
setiap hari selama 24 jam.
• Memberikan cairan minimal 2.5 lt/hari dengan pemberian sedikit-dikit
dan melibatkan keluarga saat pasien sudah dapat minum per oral.
Kolaborasi :
• Memberikan cairan infus NaCl 0,9% /12 jam
• Memberikan manitol 20% (bila kondisi TD sudah normal dan stabil)
12/29/2019 56
4. Resti gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake tidak
adequate: penurunan kesadaran (soporokoma)
Intervensi keperawatan
Mandiri:
• Mengkaji status nutrisi saat masuk rumah sakit/ruangan dengan menimbang BB/mengukur LL.
• Mengkaji kemampuan menelan ; refleks menelan, gerakan lidah dan bibir dan kesulitan-
kesulitan asupan nutrisi dan mendengarkan bising usus, catat adanya
penurunan/hilangnya/suara yang hiperaktif
• Melatih makan peroral dikit-demi sedikit dengan melibatkan keluarga
• Memberikan makan dalam jumlah kecil dan dalam waktu yang sering dan teratur dalam
bentuk cair
• (Ignatavicius, 1999)
• Menjaga keamanan saat memberikan makan; tinggikan kepala tempat tidur selama makan
peroral.
• Mengkaji pola BAB dan feses, cairan lambung, muntahan darah dan lainnya lalu mencatat
hasil.
Kolaborasi :
• Memberikan pertimbangan untuk konsultasi dengan ahli gizi
• Memberikan nutrisi parenteral: Triofusin 500 ml/24 jam
• Memberi pertimbangan dan memantau hasil pemeriksaan laboratorium: albumin, transferin,
asam amino, zat besi, ureum/kreatinin, glukosa, elektrolit setelah 3 hari perawatan.
12/29/2019 57
Pen-Kes
keluarga diberikan penkes tentang perawatan pasien dengan masalah
cedera kepala, diantara yaitu :
• Penjelasan tentang pengertian, penyebab, pengobatan dan komplikasi
cidera kepala termasuk gangguan fungsi luhur dari pasien, oleh karena
itu perlu control dan berobat secara teratur dan lanjut.
• Mengajarkan bagaimana cara pemenuhan nutrisi dan cairan selama
dirawat dan dirumah nantinya
• Mengajarkan pada keluarga dan melibatkan keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan sehari-hari pasien
• Mengajarkan melatih mobilisasi fisik secara bertahap dan terencana agar
tidak terjadi cidera pada neuromuskuler
• Mempersiapkan keluarga untuk perawatan pasien dirumah bila saatnya
pulang, kapan harus istirahat, aktifitas dan kontrol selama kondisi masih
belum optimal terhadap dampak dari cidera kepala pasien dan sering
pasien akan mengalami gangguan memori maka mengajarkan pada
keluarga bagaimana mengorientasikan kembali pada realita pasien.
12/29/2019 58
REHABILITASI
12/29/2019 59
REHABILITASI
Rehabilitasi dini pada fase akut terutama untuk menghindari
komplikasi seperti kontraktur dengan terapi fisik pengaturan
posis, melakukan gerakan ROM (pergerakan sendi) dan mobilisasi
dini
Terapi ini kemudian dilanjutkan dengan home program terapi
yang melibatkan lingkungan dirumah
Pada pasien tidak sadar dilakukan dengan strategi terapi coma
management dan program sensory stimulation
Penanganan dilakukan oleh tim secara terpadu dan terorganisis :
dokter ,terapis, ahli gizi, perawat, pasien dan keluarga.
Melakukan mobilisasi dini, rehabilitasi termasuk stimulasi, suport
nutrisi yang adekuat, edukasi keluarga.
12/29/2019 60
12/29/2019 61