Anda di halaman 1dari 22

Askep Hiperglikemia

Hiperosmolar Non
Ketosis/ HHNK
Oleh
Ns, Salman, S.Kep
Definisi

• Koma hipersomolar hiperglikemi adalah suatu


kedaruratan yang mengancam jiwa yang di tandai dengan
hiperglikemi (kadar glukosa darah melebihi 600 mg/dl dan
dapat setinggi 2000mg/dl) dengan tidak terdapatnya
ketonemia yang signifikan (Mima, 2001).
• Hiperglikemia Hiperosmolar Non Ketotik adalah suatu
komplikasi akut dari diabetes melitus di mana penderita
akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan
kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan
yang disebut koma. Ini terjadi pada penderita diabetes tipe
II
• Menurut Hudak dan Gallo koma hiperosmolar
adalah komplikasi dari diabetes yang ditandai
dengan :
- Hiperosmolaritas dan kehilangan cairan yang
hebat.
- Asidosis ringan.
- Sering terjadi koma dan kejang lokal.
- Kejadian terutama pada lansia.
- Angka kematian yang tinggi.
Etiologi
3. Increase endogenous glukosa
- Acute stress (ami, infeksi)
1. Insufisiensi insulin
- Pharmakologic
- DM, pankreatitis, (glukokortikoid, steroid,
pankreatektomi thiroid)
- Agen pharmakologic 4. Infeksi: pneumonia, sepsis,
(phenitoin, thiazid) gastroenteritis.
2. Increase exogenous 5. Penyakit akut: perdarahan
glukose gastrointestinal, pankreatitits
dan gangguan kardiovaskular.
- Hiperalimentation (tpn)
6. Pembedahan/operasi.
- High kalori enteral feeding 7. Pemberian cairan hipertonik.
8. Luka bakar.
Faktor resiko
1. Kelompok usia dewasa 5. Riwayat kehamilan dengan
tua (>45 tahun) BB lahir bayi > 4000 gram
6. Riwayat DM pada kehamilan
2. Kegemukan
7. Dislipidemia (HDL<35
(BB(kg)>120% BB mg/dl dan/atau
idaman, atau IMT>27 trigliserida>250 mg/dl
(kg/m2) 8. Pernah TGT (Toleransi
3. Tekanan darah tinggi Glukosa Terganggu) atau
GDPT (Glukosa Darah
(TD > 140/90 mmHg)
Puasa Terganggu)
4. Riwayat keluarga DM
- haus, - Nyeri abdomen,
pusing,
- kulit terasa hangat
- Pandangan kabur
dan kering,
- Banyak kencing
- mual dan muntah,
- Mudah lelah
- nafsu makan - Polidipsi, poliuria,
menurun - Penurunan kesadaran.
(penurunan berat - Glukosa serum
badan), mencapai 600 mg/dl
sampai 2400 mg/dl.
Patofisiologi Hiperglikemia Hiperosmolar
Non Ketotik
Penurunan insulin menyebabkan hambatan
pergerakan glukosa ke dalam sel, sehingga
terjadi akumulasi glukosa di plasma.

Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak


dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar
gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi.

Peningkatan hormon glukagon menyebabkan


glycogenolisis yang dapat meningkatkan kadar
glukosa plasma. Peningkatan kadar glukosa
mengakibatkan hiperosmolar

Tingginya kadar glukosa serum akan


dikeluarkan melalui ginjal, sehingga timbul
glycosuria yang dapat mengakibatkan diuresis
osmotik secara berlebihan ( poliuria ).
Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra
selluler, hal ini akan merangsang pusat haus
sehingga pasien akan merasakan haus terus
menerus sehingga pasien akan minum terus
yang disebut polidipsi.

Perfusi ginjal menurun mengakibatkan sekresi hormon lebih meningkat


lagi dan timbul hiperosmolar hiperglikemik.

Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa


ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat,
lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan
pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan
banyak makan yang disebut poliphagia.

Kegagalan tubuh mengembalikan ke situasi homestasis akan mengakibatkan


hiperglikemia, hiperosmolar, diuresis osmotik berlebihan dan dehidrasi
berat. Disfungsi sistem saraf pusat karena ganguan transport oksigen ke otak
dan pasien menjadi koma.
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium Hiperglikemia
Hiperosmolar Non Ketotik sangat
membantu untuk membedakan dengan
ketoasidosis diabetik.
- Kadar glukosa darah > 600 mg%, aseton
negative,
- adanya hipertermia,
- hiperkalemia, azotemia, kadar blood urea
nitrogen (BUN): kreatinin = 30 : 1 (normal
10:1), bikarbonat serum > 17,4 mEq/l.
Penatalaksanaan
Pengobatan utama adalah rehidrasi dengan
mengunkan cairan
• NaCl bisa diberikan cairan isotonik atau hipotonik
½ normal diguyur 1000 ml/jam sampai keadaan
cairan intravaskular dan perfusi jaringan mulai
membaik, baru diperhitungkan kekurangan dan
diberikan dalam 12-48 jam. Pemberian cairan
isotonil harus mendapatkan pertimbangan untuk
pasien dengan kegagalan jantung, penyakit ginjal
atau hipernatremia. Glukosa 5% diberikan pada
waktu kadar glukosa dalam sekitar 200-250 mg%.
Insulin
• Pada saat ini para ahli menganggap bahwa
pasien hipersemolar hiperglikemik non
ketotik sensitif terhadap insulin dan
diketahui pula bahwa pengobatan dengan
insulin dosis rendah pada ketoasidosis
diabetik sangat bermanfaat. Karena itu
pelaksanaan pengobatan dapat
menggunakan skema mirip proprotokol
ketoasidosis diabetik
Kalium
• Kalium darah harus dipantau dengan baik.
Bila terdapat tanda fungsi ginjal membaik,
perhitungan kekurangan kalium harus
segera diberikan
Hindari infeksi sekunder
• Hati-hati dengan suntikan, permasalahan
infus set, kateter
. Pengkajian Keperawatan
(Pengkajian Berdasarkan Pengkajian
Kegawatdaruratan
1. Primery Survey
a. Airway
• Kemungkinan ada sumbatan jalan nafas,
terjadi karena adanya penurunan
kesadaran/koma sebagai akibat dari
gangguan transport oksigen ke otak.
b. Breathing
• Tachypnea, sebagai upaya untuk memenuhi
kebutuhan oksigen.
Circulation
• Sebagai akibat diuresis osmotik, akan terjadi
dehidrasi. Visikositas darah juga akan mengalami
peningkatan, yang berdampak pada resiko
terbentuknya trombus. Sehingga akan
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi organ.
Disability.
Sekunder Survey
• Apabila managemen ABC menghasilkan kondisi
yang stabil, perlu pengkajian dengan menggunakan
pendekatan head to toe.Dari pemeriksaan fisik
ditemukan pasien dalam keadaan apatis sampai
koma, tanda-tanda dehidrasi seperti turgor turun
disertai tanda kelainan neurologist, hipotensi
postural, bibir dan lidah kering, tidak ada bau
aseton yang tercium dari pernapasan, dan tidak
ada pernapasan Kussmaul.
Pemeriksaan fisik

1. Neurologi (Stupor, Lemah, disorientasi, Kejang, Reflek


normal,menurun atau tidak
2. Pulmonary (Tachypnae, dyspnae, Nafas tidak bau acetone,
Tidak ada nafas kusmaul.
3. Cardiovaskular (Tachicardia, Hipotensi postural, Mungkin
penyakit kardiovaskula( hipertensi, CHF ), Capilary refill > 3
detik.
4. Renal (Poliuria( tahap awal ), Oliguria ( tahap lanjut ),
Nocturia, inkontinensia
5. Integumentary (Membran mukosa dan kulit kering, Turgor
kulit tidak elastis, Mata lembek, Mempunyai infeksi kulit,
luka sulit sembuh.
6. Gastrointestinal (Distensi abdomen danPenurunan bising
usus)
Tersier Survey
a. Riwayat Keperawatan
Persepsi-managemen kesehatan
1) Riwayat DM tipe II
2) Riwayat keluarga DM
3) Gejala timbul beberapa hari, minggu.
Nutrisi – metabolik
- Rasa haus meningkat, polidipsi atau tidak
ada rasa haus.
- Anorexia
- Berat badan turun.
Eliminasi
- Poliuria, nocturia, Diarhe atau konstipasi.
Aktivitas – exercise
• lelah, lemah.
Kognitif
- Kepala pusing, hipotensi orthostatik.
- Penglihatan kabur.
- Gangguan sensorik.
Pemeriksaan Diagnostik

1. Serum glukosa: 800-3000 mg/dl.


2. Gas darah arteri: biasanya normal.
3. Elektrolit  biasanya rendah karena diuresis.
4. BUN dan creatinin serum  meningkat karena
dehidrasi atau ada gangguan renal
5. Osmolalitas serum: biasanya lebih dari 350
mOsm/kg.
6. pH > 7,3.
7. Bikarbonat serum> 15 mEq/L.
8. Sel darah putih  meningkat pada keadaan
infeksi.
9. Hemoglobin dan hematokrit  meningkat karena
dehidrasi.
10. EKG  mungkin aritmia karena penurunan
potasium serum.
11. Keton urine tidak ada atau hanya sedikit.
Diagnosa Keperawatan
1. Volume cairan kurang dari kebutuhan
2. Gangguan perfusi jaringan
3. Jalan napas tidak efektif
4. Intoleransi aktivitas

Anda mungkin juga menyukai