Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam memberikan asuhan keperawatan kepada klien dengan berbagai macam

karakteristik, seorang perawat diperhadapkan pula pada permasalahan yang berbeda.

untuk mengatasi masalah ini perawat dituntut untuk mampu mengambil keputusan

yang tepat serta memilki kreativitas. pada saat memberikan asuhan keperawatan pada

klien, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan dan kreativitas saling berkaitan

dan mempengaruhi. keyiga hal ini melibatkan proses berpikir yang cepat dan tepat.

Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana

perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk

menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu

komponen penting dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas

pelayanan asuhan keperawatan.

Berpikir bukan suatu proses statis, tetapi selalu berubah secara konstan dan

dinamis dalam setiap hari atau setiap waktu. Tindakan keperawatan membutuhkan

proses berpikir, oleh karena itu sangat penting bagi perawat untuk mengerti berpikir

secara umum. Pemikir kritis dalam praktik keperawatan adalah seseorang yang

mempunyai keterampilan pengetahuan untuk menganalisis, menerapkan standar,

mencari informasi, menggunakan alasan rasional, memprediksi, dan melakukan

transformasi pengetahuan. Pemikir kritis dalam keperawatan menghasilkan

kebiasaan-kebiasaan baik dalam berpikir, yaitu: yakin, kontekstual, perspektif,


kreatif, fleksibel, integritas intelektual, intuisi, berpikir terbuka, refleksi,

inquisitiviness, dan perseverance.

Menurut Wilkinson (1992), karakteristik berpikir kritis dalam keperawatan

pada prinsipnya merupakan suatu kesatuan dari berpikir (thinking), merasakan

(feeling), dan melakukan (doing). Mengingat profesi perawat merupakan profesi

yang langsung berhadapan dengan nyawa manusia, maka dalam menjalankan

aktivitasnya, perawat menggunakan perpaduan antara thingking, feeling, dan doing

secara konprehensif dan bersinergi. Perawat menerapkan keterampilan berpikir

dengan menggunakan pengetahuan dari berbagai subjek dan lingkungannya,

menangani perubahan yang berasal dari stresor lingkungan, dan membuat keputusan

penting.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari berpikir kritis dalam keperawatan?

2. Apa yang melatar belakangi berpikir kritis dalam keperawatan?

3. Apa karakteristik dari berpikir kritis?

4. Bagaimana cara berpikir kritis yang baik?

5. Apa sajalah model dari berpikir kritis?

1.3. Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui cara berpikir kritis dalam keperawatan.

2. Untuk menyusun kriteria hasil untuk berpikir kritis dan evaluasi dalam

keperawatan.
3. Rencana intervensi yang spesifik dan untuk melaksanakan berpikir kritis

dalam menangani klien.

4. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas keperawatan.

5. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berpikir Kritis

Menurut Bandman dan Bandman (1998), berpikir kritis adlah pengujian secara

rasional terhadap ide-ide, kesimpulan, pendapat, prinsip, pemikiran, masalah,

kepercayaan, dan tindakan. Menurut Strader (1992), berpikir kritis adalah suatu

proses pengujian yang menitikberatkan pendapat tentang kejadian atau fakta yang

mutakhir dan mengintepretasikannya serat mengevaluasi pendapat tersebut untuk

mendapatkan suatu kesimpulan tentang adanya perspektif / pandangan baru.

Berpikir kritis adalah proses mental untuk menganalisis atau mengevaluasi

informasi. Informasi tersebut didapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal

sehat, atau komunikasi. Berpikir bukan merupakan sebuah proses statis; berpikir

dapat berubah setiap hari hari atau bahkan setiap jam. Karna berpikir sangat dinamis

(berubah secara konstan) dan karena semua tindakan keperawatan memerlukan

pemikiran, maka penting untuk memahami secara umum. Penting juga untuk

memahami gaya dan pola unik seseorang serta mengidentifikasi tentang apa yang

membantu seseorang untuk dapat berpikir lebih baik.


Dalam 10 menit sebelum anda mulai membaca teks ini, anda mungkin telah

berpikir, “apakah saya harus membaca sekarang atau menonton TV?” “apakah saya

harus berbaring di tempat tidur atau duduk dikursi?” “apakah saya harus

menggunakan stabilo atau saya hanya membaca saja?” anda memikirkan jawabannya

untuk setiap pertanyaan tersebut. Bagaimana anda memikirkan jawaban tersebut?

Apakah anda mengingat perkataan guru anda bahwa konsentrasi akan meningkat jika

anda duduk dekat meja? Apakah anda berbaring di atas tempat tidur karena anda

selalu berbaring di atas tempat tidur ketika sedang belajar? Apakah anda

mempertimbangkan semua pilihan dan berpikir mengenai keuntungan dan

kerugiannya sebelum memutuskan model belajar yang anda gunakan?

Setiap pilihan ini atau kombinasinya memerlukan model berpikir yang berbeda.

Anda mungkin bergantung pada kebiasaan masalalu atau situasi belajar dilihat

sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan. Mungkin anda memutuskan untuk

melakukan suatu hal baru atau berbeda, seperti membaca sembari mengayuh sepeda

statis dan mendengarkan musik. Semua tindakan yang anda lakukan memerlukan

pemikiran, tetapi tidak semua pemikiran sama. Jika anda seperti sebagian besar

masyarakat, anda tidak menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan tentang cara

berpikir yang berbeda. Anda bahkan mungkin tidak berpikir bahwa memikirkan cara

berpikir adalah hal penting. Kami percaya bahwa itu penting. Semakin baik anda

memahami cara berpikir anda, semakin mudah untuk mengembangkan dan

memelihara cara berpikir anda dalam keperawatan.

Dalam keperawatan, berpikir kritis adalah suatu kemampuan bagaimana

perawat mampu berpikir dengan sistematis dan menerapkan standar intelektual untuk
menganalisis proses berpikir. Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu

komponen penting dalam mempertanggung jawabkan profesionalisme dan kualitas

pelayanan asuhan keperawatan.

2.2 Fungsi berpikir Kritis dalam Keperawatan

Kemampuan berpikir kritis dalam keperawatan mempunyai peranan yang

sangat penting. berikut ini merupakan fungsi berpikir kritis dalam keperawatan

1. penggunaan proses berpikir kritis dalam aktivitas keperawatan sehari-

hari.

2. membedakan se jumlah penggunaan dan isu-isu dalam keperawatan

3. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah keperawatan,

4. Menganalisis pengertian hubungan dari masing-masing indikasi,

penyebab dan tujuan, serta tingkatan hubungan.

5. Menganalisis argume dan isu-isu dalam kesimpulan dan tindakan yang

dilakukan.

6. Menguji asumsi-asumsi yang berkembang dalam keperawatan.

7. Melaporkan data-data dan petunjuk yang akurat dalam keperawatan.

8. Merumuskan dan menjelaskan keyakinan tentang aktivitas

keperawatan.

9. Digunakan dalam memberikan penjelasan, ketrjasama, pembenaran,

keyakinan, dan kesimpulan serta tindakan keperawatan yang dilakukan.

10. Merumuskan dan menjelaskan nilai-nilai keputusan dalam keperawatan.


11. Mencari alasan-alasan, kriteria, prinsip-prinsip, dan aktivitas nilai-nilai

keputusan

12. mengevaluasi penampilan kinerja perawat dan kesimpulan asuhan

keperawatan.

2.3 Latar Belakang Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Saat perawat bertemu clien, perawat akan selalu menggunakan pemikiran. Misalnya,

menggunakan pemikiran untuk mengumpulkan data dan membuat kesimpulan.

Setelah membu at kesimpulan perawat akan menerapkan prblemsolving dengan

melakukan sesuatu pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan dasar klein.

Penerapan berpikik kritis dalam proses keperawatan diintregrasikan dalam tahap-

tahap proses keperawatan dan digunakan untuk pengkajian rumusan diaknusis

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

 Berfikir Kritis dalam Tahap Pengkajian dan Diagnosis

Berpikir kritis pada tahap pengkajian adalah proses pemahaman tentang

informasi apa yang dikumpulkan, metode pengumpulan data yang akan dilakukan,

berpikir tentang kesesuaian informasi, dan membuat suatu kesimpulan tentang

respons klien terhadap kondisi sakitnya.

Perumusan masalah keperawatan merupakan kesimpulan dari hasil pengkajian

dan mengandung dua kategori mendasar, yaitu kekuatan dan perhatian terhadap

masalah kesehatan klien. Perhatian terhadap masalah meliputi kemampuan perawat

untuk mengatasi masalah secara mandiri, an perlunya keterlibatan profesi lain dan
bekerja sama secara interdisiplin, serta perlu/tidaknya perawatan klien yang harus

dirujuk ke tenaga kesehatan lain. Dengan demikian, berpikir kritis pada tahap

pengkajian meliputi kegiatan mengumpulkan data dan validasi.

Perumusan diagnosis keperawatan merupakan tahap pengambilan keputusan

yang paling kritis, karena harus menentukan masalah dan argumentasi secara

rasional. Oleh karena itu, perlu dilatih sehingga lebih tajam dalam mengidentifikasi

masalah.

 Berpikir Kritis dalam Tahap Perencanaan

Berpikir dalam perencanaan brarti menggunakan pengetahuan untuk

mengembangkan hasil untuk diharapkan. Selain itu juga memerlukan keterampilan

guna mensintesis ilmu yang dimiliki untuk memilih tindakan yang tepat.

Perencanaan asuhan keperawatan biasanya ditulis berisikan di mana dan bagaimana

menolong klien berdasarkan responsnya terhadap kondisi penyakit. Bekerja dengan

klien untuk memecahkan masalah yang dihadapinya adalah hal yang paling prioritas,

begitu juga mengembangkan tujuan perawatan dan bekerja sama dalam pencapaian

tujuannya.

 Berpikir Kritis dalam Tahap Implementasi

Berfikir kristis pada tahap implementasi tindakan keperawatan adalah

keterampilan dalam menguji hipotesis, karena tindakan keperawatn adalah tindakan

nyata yang menentukan tingkat keberhasilan untuk mencapai tujuan. Bekerja melalui

aktivitas khusus, yaitu asuhan keperawatan untuk membantu mencapai tujuan dalam

perencanaan keperawatan, akan selalu menggunakan pikiran tentang apa yang harus
dilakukan, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana intervensi keperawatan itu

dilakukan.

 Berpikir Kritis dalam Tahap Evaluasi

Berpikir kritis dalam tahap evaluasi adalah mengkaji efektivitas tindakan di

mana perawat harus dapat mengambil keputusan tentang pemenuhan kebutuhan dasar

klien, dan memutuskan apakah tindakan keperawatan perlu diulang. Berpikir dan

kumpulkan informasi tentang respons klien setelah beberapa tindakan keperawatan

dilakukan. Bekerja sama dengan klien dalam rangka evaluasi tindakan keperawatan

adalah sangat penting. Berpikir kritis dalam tahap evaluasi ini dapat dilakukan

dengan menggunakan model konsep total recall.

2.4 Karakteristik Berpikir Kritis dalam Keperawatan

Berikut ini adalah karakteristik dari proses berpikir kritis dan penjabarannya.

1. Konseptualisasi

Konseptualisasi artinya proses intelektual membentuk suatu konsep. Dan

konseptualisasi merupakan pemikiran abstrak yang digeneralisasi secara otomatis

menjadi simbol-simbol dan disimpan di dalam otak.

2. Rasional dan Beralasan (reasonable)

Artinya argumen yang diberikan selalu berdasarkan analisis dan mempunyai

dasar kuat dari fakta atau fenomena nyata.

3. Reflektif
Artinya bahwa seorang pemikir kritis tidak menggunakan asumsi atau persepsi

dalam berpikir atau mengambil keputusan, tetapi akan menyediakan waktu untuk

mengumpulkan data dan menganalisisnya berdasarkan disiplin ilmu, fakta, dan

kejadian.

4. Bagian dari suatu sikap

Yaitu bagian dari suatu sikap yang harus diambil. Pemikir kritis akan selalu

menguji apakah sesuatu yang dihadapi itu lebih baik atau lebih buruk dibanding yang

lain, dengan menjawab pertanyaan mengapa bisa begitu dan bagaimana seharusnya.

5. Kemandirian Berpikir

Seorang pemikir kritis selalu berpikir dalam dirinya, tidak pasif menerima

pemikiran dan keyakinan orang lain, menganalisis semua isu, memutuskan secara

benar, dan dapat dipercaya.

6. Berpikir Kritis Adalah Berpikir Kreatif

Maksudnya yaitu selalu menggunakan ketrampilan intelektualnya untuk

mencipta berdasarkan suatu pemikiran yang baru dan dihasilkan dari sintesis

beberapa konsep.

7. Berpikir Adil dan Terbuka

Yaitu mencoba untuk berubah, dari pemikiran yang salah dan kurang

menguntungkan menjadi benar dan lebih baik. Perubahan dilakukan dengan penuh

kesabaran dan kemauan, kemudian hasilnya disosialisasikan beserta argumentasi

mengapa memilih dan memutuskan seperti itu.

8. Pengambilan Keputusan Berdasarkan Keyakinan


Berpikir kritis digunakan untuk mengevaluasi suatu argumentasi dan

kesimpulan, mencipta sesuatu pemikiran baru dan alternatif solusi tindakan yang

akan diambil.

2.5 Cara Berpikir Kritis Yang Baik

a. Mengenali Masalah ( Defining and dlarifying problem)

1. Mengidentifikasi isu-isu atau permasalahan pokok.

2. Membandingkan kesamaan dan perbedaan-perbedaan.

3. Memilih informasi yang relevan.

4. Merumuskan /memformulasikan masalah.

b. Menilai informasi yang relevan

1. Menyeleksi fakta, opini, hasil nalar/judgment.

2. Mengecek konsistensi.

3. Mengidentifikasi asumsi.

4. Mengenali kemungkinan faktor stereotip.

5. Mengenali kemungkinan emosi, propaganda, salah penafsiran kalimat.

6. Mengenali kemungkinan perbedaan informasi orientasi nilai dan ideologi.

c. Pemecahan Masalah / Penarikan kesimpulan

1. Mengenali data-data yang diperlukan dan cukup tidaknya data.

2. Meramalkan konsekuensi yang mungkin terjadi dari keputusan/pemecahan

masalah/kesimpulan yang diambil.


2.6 Model dari Berpikir Kritis

Dalam berpikir kritis terdapat beberapa model, yaitu:

1. Total Recall / Kemampuan Mengingat Kembali (T)

Berarti mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau tempat dan bagaimana

cara untuk menemukannya ketika dibutuhkan. Fakta-fakta ini disimpan dalam

ingatan atau pikiran, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Memori

merupakan suatu proses yang kompleks, yaitu proses untuk mengingat kembali hal-

hal yang berhubungan dengan fakta dan beberapa pengalamannya.

2. Habbit / Kebiasaan (H)

Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga

menjadi sifat alami kedua. Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima

dalam melakukan segala hal. Kebiasaan memungkinkan seseorang melakukan suatu

tindakan tanpa harus memikirkan sebuah metode dari setiap kali ia akan bertindak.

Ada kebiasaan lain yang asal pemikirannya tidak jelas, ini adalah proses intuitif.

Intuisi sering dijelaskan sebagai sebuah “reaksi dari dalam diri”. Polanyi (1964)

menjelaskan fenomena serupa, yang disebut “pengetahuan yang diam”, yaitu langkah

penemuan pengetahuan itu tidak dapat diidentifikasikan.

3. Inquiry /Penyelidikan (I)

Penyelidikan adalah suatu penemuan fakta melalui pembuktian dengan

pengujian terhadap suatu isu penting atau pertanyaan yang membutuhkan suatu

jawaban. Penyelidikan termasuk menggali dan mempertanyakan segala hal terutama

asumsi pribadi seseorang dalam situasi tertentu. Penyelidikan berarti tidak menilai
sesuatu berdasarkan bentuk luarnya, mencari faktor-faktor yang kurang jelas,

meragukan semua pesan pertama, dan memeriksa segala sesuatu, walaupun hal

tersebut tampak tidak bermakna. Penggunaan penyelidikan akan menghasilakn suatu

kesimpulan yang lebih baik dan akurat.

4. New Ideas and creativity /Ide baru dan Kreativitas (N)

Ide baru dan Kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus . Ide

baru dan Kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan akar dari

asuhan yang diindividualisasi atau asuhan yang sesuai dengan spesifikasi klien.

Pemikir kreatif sangat menhargai adanya kesalahan dan perbedaan terhadap terhadap

nilai-nilai yang dipeljarinya. Banyak hal yang dipelajari perawat yang harus

digabungkan, disesuaikan, dan dikerjakan ulang untuk menyesuaikan dengan setiap

situasi klien yang unik.

5. knowing How You Think / Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K)

Mengetahui bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang terakhir,

tetapi bukan tidak penting, berarti berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir

tentang pemikiran disebut “metakognisi” sebuah kata yang terdiri dari kata awalan,

“meta”, yang berarti “diantara atau ditengah-tengah dari”, dan “kognisi”, yang berarti

“proses mengetahui”. Apabila berada ditengah-tengah proses mencari tahu, perawat

akan mengetahui bagaimana ia berpikir. model ini dapat menbantu perawat bekerja

secara kolaborasi dengan profesi kesehatan yang lain.


BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Berpikir kritis dalam keperawatan adalah suatu komponen penting dalam

mempertanggungjawabkan profesionalisme dan kualitas pelayan asuhan

keperawatan. Berpikir kritis merupakan pengujian rasional terhadap ide, pengaruh,

asumsi, prisip, argumen, kesimpulan, isu, pertanyaan, keyakinan, dan aktivitas.

Proses keperawatan yang didasarkan pada paradigma model adaptasi dari Roy

dan PNI mempunyai kerangka berpikir kritis yang dapat dipertanggung jawabkan

kebenarannya secara koherensi. Sakit terjadi jika individu tidak mampu beradaptasi

secara holistis dari stresor yang didapatkan. Intervensi keperawatan bertujuan sebagai

stimulus terhadap stres (sakit) yang berperan memperbaiki jenis koping (cognator)

individu melalui proses pembelajaran. Perbaikan respons cognator berpengaruh

terhadap sistem hormonal yang dirambatkan melalui mekanisme HPA-Aksis

mempunyai efek terhadap respons imunitas (Th) dalam Roy disebut regulator.

3.2. Saran

Demikian atas ulasan dari makalah ini dari penulis untuk memperjelas dalam

pembahasan “Konsep Berpikir Kritis Dalam Keperawatan”. apabila ada kekeliruan

atau tidak jelasnya dalam makalah ini dapat menghubungi penulis, dan apabila ada

kekurangan dari materi ini diharapkan pembaca dapat membantu dalam memperbaiki

makalah ini. Terimakasih.


Daftar Pustaka

Deswani. 2009. Proses Keperawatan dan Berpikir Kritis. Jakarta: Salemba Medika.

Ekasari, Mia dkk.2008. Buku Ajar Berpikir Kritis dalam Proses Keperawatan.

Jakarta: EGC.

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. 2009. Proses dan Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktik.

Jakarta: Salemba Medika.

Rubenfeld, M, Gaie. 2006. Berpikir Kritis dalam Keperawatan. Jakarta: EGC.

Rubenfeld, M, Gaie. 2010. Berpikir Kritis untuk Perawat: Strategis Berbasis

Kompetensi. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai