Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH TRAUMA CEDERA DADA

Disusun oleh :

Kelompok I

Kurniawati (201030100009)

Ovy Safira Aldarista (1810301000055)

Resti Anggraeni (201030100007)

Rian Syawaludin (201030100017)

Septiana Eka Dale (201030100445)

Dosen Pengampu: Amelia Nurul Hakim, M. Tr.Kep

PROGRAM S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
WIDYA DHARMA HUSADA TANGERANG
TAHUN 2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. karena berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan sejak awal hingga tersusunnya
makalah dengan judul trauma cedera dada dalam memenuhi penugasan yang diberikan oleh dosen
pengajar dalam mata kuliah Keperawatan Keluarga.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini dapat diselesaikan karena
adanya bantuan baik moral maupun material serta kerja sama terutama dari teman-teman, dosen
pembimbing, dan berbagai pihak. Untuk itulah, penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan
penghargaan dan terima kasih kepada pembimbing dalam bimbingan pembuatan makalah ini.

Akhir kata, penulis menerima secara terbuka saran dan kritik atas segala kekurangan dalam makalah
ini, dan penulis berharap makalah ini dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan bermanfaat bagi
semua pihak yang berkepentingan dan masyarakat luas.

Tanggerang, 27 mei 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………....3
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………………………………....4
1. Latar Belakang…………………………………………………………………..4
2. Rumusan Masalah…………………………………………………………….....4
3. Tujuan……………………………………………………………………………4
BAB 11 PEMBAHASAN………………………………………………………………5
A. Pengertian………………………………………………………………………..5
B. Etiologi…………………………………………………………………………..5
C. Anatomi………………………………………………………………………….6
D. Gejala Umum Trauma Thorak…………………………………………………...7
E. Penanganan Kegawat Daruratan……………………………………………........8
F. Jenis Trauma Trorak………………………………………………………….......9
BAB 111 ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………………….10
1. Pengkajian……………………………………………………………………….11
2. Pemeriksaan Fisik……………………………………………………………….11
3. Analisa Data……………………………………………………………………..12
4. Diagnosa Keperawatan…………………………………………………………..13
5. Rencana Asuhan Keperawatan…………………………………………………..15
6. Implementasi……………………………………………………………………..17
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………...19
A. Kesimpulan……………………………………………………………………….19
B. Saran………………………………………………………………………………19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………20

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan dikehidupan dikota
besar didunia dan diperkirakan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang
disebabkan oleh trauma toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi
per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%.Dan hanya 10-15%
penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi,jadi sebagian besar hanya
memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian.
Canadian Study dalam laporan penelitiannya selama 5 tahun pada “Urban Trauma
Unit”menyatakan bahwa insiden trauma tumpul toraks sebanyak 96,3% dari seluruh trauma
toraks,sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam.Penyebab terbanyak dari trauma
tumpul toraks masih didominasi oleh korban kecelakaan lalu lintas 70% sedangkan mortalitas
setiap trauma yang disertai dengan trauma toraks lebih tinggi 12,8% pengelolaan trauma
toraks,apapun jenis dan penyebebnya tetap harus menganut kaidah klasik dari pengelolaan
trauma pada umumnya yakni pengelolaan nafas, pemberian ventilasi dan kontrol
hemodinamik.
Jadi trauma toraks adalah luka atau cedera fisik sehingga dapat menyebabkan kematian utama
pada anak-anak atau orang dewasa.Di dalam toraks terdapat organ dua organ tubuh yang sangat
vital bagi kehidupan manusia yaitu paru-paru dan jantung paru-paru sebagai alat pernafasan
dan jantung sebagai alat pemompa darah.

1.2 Rumusan masalah


1. Bagaimana teori trauma toraks?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan trauma toraks pada pasien yang mengalami toraks?
3. Bagaimana tindakan keperawatan pada pasien trauma toraks?

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep kegawat daruratan pada trauma toraks.
2. Untuk mengetahui apa itu trauma toraks.
3. Untuk mengetahui apa itu etiologi trauma toraks.
4. Untuk mengetahui anatomi toraks.
5. Untuk mengetahui gejala umum trauma toraks.
6. Untuk mengetahui bagaimana penanganan kegawat daruratan pada trauma toraks.
7. Untuk mengetahui jenis trauma toraks.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional.
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat. Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan
orang dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi
faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja.
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut. Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax
dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.

B. Etiologi
1. Trauma thorax kebanyakan disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas yang
umumnya berupa trauma tumpul dinding thorax.
2. Dapat juga disebabkan oleh karena trauma tajam melalui dinding thorax.

C. Anatomi

Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut
terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di anterior
dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang melayang. Kartilago dari 6 iga
memisahkan articulasio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi
membentuk tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternu.

5
Perluasan rongga pleura di atas klavicula dan di atas organ dalam abdomen
penting untuk dievaluasi pada luka tusuk. Musculus pectoralis mayor dan minor
merupakan muskulus utama dinding anterior thorax.Muskulus latisimus dorsi,
trapezius, rhomboideus, dan muskulus gelang bahu lainnya membentuk lapisan
muskulus
posterior dinding posterior thorax. Tepi bawah muskulus pectoralis mayor
membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.
Dada berisi organ vital paru dan jantung, pernafasan berlangsung dengan
bantuan gerak dinding dada. Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitu
muskulus interkostalis dan diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar
sehingga udara akan terhisap melalui trakea dan bronkus.
Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah dan limfatik.
Disana terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoran udara
dan kapiler. Pleura visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini
berlanjut sampai ke hilus dan mediastinum bersama – sama dengan pleura
parietalis, yang melapisi dinding dalam thorax dan diafragma. Pleura sedikit
melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi dengan ekspansi paru –
paru normal, hanya ruang potensial yang ada. Diafragma bagian muskular perifer
berasal dari bagian bawah iga keenam kartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan
dari lengkung lumbokostal, bagian muskuler melengkung membentuk tendo
sentral. Nervus frenikus mempersarafi motorik dari interkostal bawah
mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putting susu, turut berperan
dalam ventilasi paru-paru selama respirasi biasa / tenang sekitar 75%.

D. Gejala umum trauma thorak


Gejala yang sering dilihat pada trauma torak adalah :
1. Nyeri dada, bertambah pada saat inspirasi

6
2. Sesak nafas
3. Klien menahan dadanya dan bernafas pedek.
4. Pembengkakan local dan krepitasi pada saat palpasi
5. Dyspnea, takypnea
6. Takikardi
7. Hypotensi
8. Gelisah dan agitasi
9. Sianotik dengan tanda trauma torak atau jejas pada dadanya.

Lebih dari 90 % trauma toraks tidak memerlukan tindakan pembedahan


berupa torakotomi, akan tetapi tindakan penyelamatan dini dan tindakan
elementer perlu dilakukan dan diketahui oleh setiap petugas yang menerima
atau jaga di unit gawat darurat. Tindakan penyelamatan dini ini sangat penting
artinya untuk prognosis pasien dengan trauma toraks. Tindakan elementer ini
adalah :
1. Membebaskan dan menjamin kelancaran jalan nafas.
2. Memasang infus dan resusitasi cairan.
3. Mengurangi dan menghilangkan nyeri.
4. Memantau keasadaran pasien.
5. Melakukan pembuatan x-ray dada kalau perlu dua arah.

Trauma torak yang memerlukan tindakan dan atau pembedahan gawat/ segera
adalah yang menunjukkan :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Hemotorak massif
3. Tamponade pericardium / jantung
4. Tension pneumotorak
5. Flail chest
6. Pneumotorak terbuka
7. Kebocoran bronkus dan trakeobronkial.

7
E. Penanganan kegawatdaruratan
ATLS menggunakan pendekatan primary dan secondary survey. Pendekatan ini
berfokus pada pencegahan kematian dan cacat pada jam-jam pertama setelah
terjadinya trauma.
1. Primary survey
Pendekatan ini ditujukan untuk mempersiapkan dan menyiapkan metoda
perawatan individu yang mengalami multiple secara konsisten dan enjaga tim agar
tetap berfokus pada prioritas keperawatan. Masalah-masalah yag mengancam
nyawa terkait jalan nafas, sirkulasi, dan status kesadaran pasien diidentifikasi, di
evaluasi, serta dilakukan tindakan dalam hitungan menit sejak dating di unit gawat
darurat. Komponen primary survey meliputi airway, breathing, circulation,
disability, exposure and environment.
Penilaian jalan nafas merupakan langkah pertama pada penanganan pasien
trauma. Penilaian jalan nafas dilakukan bersamaan dengan menstabilkan leher.
Tahan kepala dan leher pada posisi netral dengan tetap mempertahankan leher
dengan menggunakan servical collar dan meletakkan pasien pada spine board.
Dengarkan suara spontan yang menandakan pergerakan udara melalui pita suara.
Jika tidak ada suara buka jalan nafas pasien dengan menggunakan chin lift atau
maneuver modified jaw thrust. Periksa orofaring, jalan nafas mungkin terhalang
sebagian atau sepenuhnya oleh cairan (darah,saliva,muntahan) atau serpihan kecil
seperti gigi, makanan atau benda asing. Intervensi sesuai dengan kebutuhan
(suction, reposisi) dan kemudian evaluasi kepatenan jalan nafas.
Alat-alat untuk mempertahankan jalan nafas seperti nasofaring, orofaring, LMA,
pipa trakea, combitube atau cricothyotomy mungkin dibutuhkan untuk membuat
dan mempertahankan kepatenan jalan nafas.
a. Breathing
Untuk menilai pernafasan perhatikan proses respirasi sontan dan catat
kecepatan, kedalaman serta usaha untuk melakukannya, periksa dada untuk
mengetahui penggunaan otot bantu nafas dan gerakan naik turunnya dinding
dada secara simetris saat respirasi.

8
Cedera tertentu misalnya luka terbuka, flail chest dapat dilihat dengan
mudah. Lakukan auslkultasi suara pernafasan bila didapatkan adanya kondisi
serius dari pasien. Selalu diasumsikan bahwa pasien yang tidak tenang atau tidak
dapat bekerja sama berada dalam kondisi hipoksia sampai terbukti sebaliknya.
Intervensi keperawatan :
1) Oksigen tambahan untuk semua pasien.
2) Persiapkan alat bantu pertukaran udara bila diperlukan
3) Pertahankan posisi pipa trakea
4) Bila terdapat trauma thorak, tutup luka dada selama proses penghisapan,
turunkan tekanan pneumotoraks, stabilisasi bagian-bagian yang flail dan
masukkan pipa dada.
5) Perlu dilakukan penilaian ulang status pernafasan pasien.

b. Circulation
Penilaiaan primer mengenai status sirkulasi pasien trauma mencakup
evaluasi adanya perdarahan, denyut nadi dan perfusi.
1) Perdarahan
Lihat tanda-tanda kehilangan darah eksternal yang massif dan tekan
langsung daerah tersebut. Jika memungkinkan, naikkan daerah yang
mengalami perdarahan sampai diatas etinggian jantung. Kehilangan darah
dalam jumlah bear dapat terjadi didalam tubuh.
2) Denyut nadi
Denyut nadi diraba untuk mengetahui ada atau tidaknya nadi, kualitas,
laju dan ritme. Denyut nadi mungkin tidak dapat dilihat secara langsung
setelah terjadi trauma. Raba denyut nadi karotis. Sirkulasi di evaluasi
melalui auskultasi apical. Cari suara denguban jantung yang menandakan
adanya penyumbatan pericardial. Mulai dari tindakan pertolongan dasar
sampai dengan lanjut untuk pasien yang tidak teraba denyut nadinya.
3) Perfusi kulit
Beberapa tanda yang tidak spesifik yaitu akral dingin, kulit basah, pucat,
sianosis atau bintik-bintik mungkin menandakan keadaan syok
hipovolemik. Cek warna, suhu kulit, adanya keringat dan crt. Waktu crt
adalah ukuran perfusi yang cocok pada anak-anak, tetapi kegunaannya
berkurang seiring dengan usia pasien dan menurunnya kondisi kesehatan.
Namun demikian, semua tanda-tanda syok terjadi belum tentu akurat dan
tergantung pada pengkajian. Selain kulit tanda-tanda hipoperfusi juga
Nampak pada organ lain, misalnya oliguria, perubahan tingkat esadaran,
takikardi dan distritmia. Selain itu perlu diperhatikan juga adanya
penggelembungan atau pengempisan pembuluh darah di leher yang tidak
normal. Mengembalikan volume sirkulasi darah mrupakan tindakan yang
penting untuk dilakukan dengan segera.
Berikan 1-2 liter cairan isotonic kristaloid solution (0,9% normal salin
atau ringer laktat). Ada anak-anak pemberian berdasarkan berat badan yaitu
20 ml per kg bb. Dalam pemberian caran perlu diperhatikan repon pasien
dan setiap 1 ml darah yang hilang dibutuhkan 3 ml cairan kristaloid.
c. Disability
Tigkat kesadaran pasien dapat dinilai dengan mnemonic AVPU.
Sebagai tambahan, cek kondisi pupil, ukuran, kesamaan dan reaksi terhadap
cahaya. Pada saat survey primer, penilaian neurologis hanya dilakukan
secara singkat. Pasien yang memiliki resiko hipoglikemia, misalkan pasien
dengan dm. harus di cek kadar gula dalam darahnya. Apabila didpat kondisi
hipoglikemi berat maka bias diberikan dextrose 3%. Adanya penurunan
tingkat kesadaran akan dilakukan pengkajian lebih lanjut pada survey
sekunder. GCS dapat dihitung segera setelah pemeriksaan survey sekunder.
Mnemonic AVPU meliputi : aware (sadar), verbal (berespons terhadap
suara), pain (berespon terhadap rangsang nyeri), unresponsive (tidak
berespon).
d. Exposure dan environment control (pemaparan dan control lingkungan)
Exposure
Lepas semua pakaian klien secara cepat untuk memeriksa cedea,
perdarahan, atau keanehan lainnya. Perhatikan kondisi klien secara umum,
catat kondisi tubuh atau adanya zat bau kimia seperti alkohol, bahan bakar
atau urine.
Environmental control
Klien harus dilindungi dari hipotermia. Hipotermia penting karena ada
kaitannya dengan vaso kontriksi pembuluh darah dan koagulopati.
Pertahankan atau kembalikan suhu normal tubuh dengan mengeringkan
klien dan gunakan lampu pemanas, selimut, pelindung kepala, system
penghangat udara, dan berikan cairan.
2. Secondary survey
Pada survey ini dilakukan pemeriksaan lengkap head to toe. Apabila
ditemukan masalah maka tidak akan dilakukan tindakan dengan segera,
akan dicatat dan diprioritaskan untuk tindakan selanjutnya.
Pada secondary survey ini dilakukan tindakan sebagai berikut :
a. Full set of vital signs, five intervensions and facilication of family
presence
b. Give comfort measures
c. History and head to toe examination
d. Inspect the posterior surfaces
a. Full set of vital signs, five intervensions and facilication of family
presence
Pemeriksaan tanda-tanda vital adalah hal dasar untuk menentukan tindakan
selanjutnya. 5 intervensi meliputi pemasangan monitor jantung, pasang nasogastrik
tube, pasang foley kateter, pemeriksaan laboratorium, pasang oksimetri.
Memfasilitasi kehadiran keluarga berarti memberikan kesempatan untuk bersama
klien walaupun klien dalam keadaan gawat darurat. Berdasarkan kesepakatan
emergency nurses association, keluarga diberikan kesempatan untuk bersama
dengan pasien selama proses invasive dan resusitasi. Pihak medis harus mempunyai
standar prosedur tentang bagaimana cara menenangkan, mendukung dan
memberikan informasi pada anggota keluarga.
b. Give comfort measures
Korban trauma sering mengalami masalah terkait dengan kondisi fisik dan
psikologisnya. Metode farmakologis dna non farmakologis banyak digunakan
untuk menurunkan rasa nyeri dan kecemasan. Dokter dan perawat yang terlibat
dalam tim trauma harus bias mengenali keluhan dan melaukan intervensi bila
dibutuhkan.
c. History and head to toe examination
Jika klien sadar dan kooperatif, lakukan pengkajian pada pasien unuk
mendapa informasi tentang riwayat kesehatan klien, anggota keluarga juga bias
menjadi sumber informasi. Informasi penting tentang bagaimana proses
terjadinya trauma harus diperoleh dari klien atau keluarganya untuk
mempermudah dalam menentukan tindakan selanjutnya.
1) Head
Pada kepa;a dilakukan inspeksi secara sitematis, palpasi tengkorak untuk
mendapatkan fragmen tulang yang tertekanm hematoma, laserasi dan nyeri.
Ekimosis di belakang telinga atau didaerah periorbital adalah indikasi
adanya fraktur tengkorak bacilar.

2) Face
Inspeksi wajah degan seksama. Perhatikan apakah ada cairan keluar
dari telinga, hidung, mata dan mulut. Cairan jenih yang keluar dari hidung
dan telinga diasumsikan sebagai cairan serebrospinal.
3) Neck
Inspeksi leher klien dan pastikan bahwa pada saat pengkajian leher
klien tidak bergerak. lakukan inspeksi dan palpasi terhadap adanya luka,
jejas ekimosis, distensi pembuluh darah leher, udara dibawah kulit dan
dviasi trakea.
4) Chest
Inspeksi dada untuk mengetahui adanya ketidaksimetrisan, perubahan
bentuk, traua penetrasi atau luka lain, lakukan auskultasi jantung dan paru.
Palpasi dada untuk mengetahui adanya perubahan bentuk, udara dibawah
kulit dan area lebam/jejas.
5) Abdomen
Inspeksi perut untuk mengetahui adanya memar, massa, pulsasi atau
obyek yang menancap. Perhatikan adanya pengeluaran isi perut, auskultasi
suara perut di 4 kuadran dan secara lembut palpasi dinding perut untuk
memeriksa adanya kekakuan, nyeri, rebound pain.
6) Pelvis
Periksa panggul untuk mengetahui adanya perdarahan, lebam, jejas,
perubahan bentuk, atau trauma penetrasi. Pada laki-laki periksa adanya
priapism, sedangkan pada wanita periksa adanya pendarahan. Inspeksi
daerah perineum terhadap adanya darah, feses atau adanya darah dan untuk
mengetahui posisi prostat.
7) Ekstremitas
Periksa keempat tungkai untuk mengetahui adanya perubahan bentu,
dislokasi, ekimosis, pembengkakan, atau adanya luka lain. Periksa sensorik,
motorik dan kondisi neurovascular pada masing-masing ekstremitas.
Lakukan palpasi untuk mengetahui adanya jejas, lebam, krepitasi dan
ketidaknormalan suhu.

d. Inspect the posterior surfaces


Dengan tetap mempertahankan kondisi tulang belakang dalam kondisi
netral, miringkan pasien ke satu sisi. Prosedur ini membutuhkan beberapa orang
anggota tim. Pemimpin tim menilai keadaan posterior klien dengan mecari
tanda-tanda jejas, lebam, perubahan warna atau luka terbuka. Palpasi tulang
belakang untuk mencari tonjolan, perubahan bentuk, pergeseran atau nyeri.
Pemeriksaan rectal dapat dilakukan pada tahap ini apabila belum dilakukan pada
saat pemeriksaan panggul dan pada saat kesempatan ini juga dapat digunakan
untuk mengambil baju klien yang berada dibawah tubuh klien. Apabila pada
pemeriksaan tulang belakang tidak ditemukan adanya kelainan atau ganggguan
dank lien dapat terlentang makan backboard dapat diambil.
3. Monitoring dan evaluasi
Setelah secondary survey selesai dilakukan, prioritaskan klien dan rawat
cedera sesuai dengan waktunya. Beberapa cedera tertentu yang ditemukan pada
saat survey sekunder dapat dinilai dengan mendetail dan terfokus. Klien yang
mengalami rauma thorak harus melakukan pemeriksaan thorak secara teratur.
Pada saat klien trauma berada di unit gawat darurat, nilai ulang kien secara
regular dan teratur untuk mengetahui penurunan kondisi atau cedera yang tidak
terdeteksi sebelumnya.

F. Jenis truma thorak.


Dinding dada :
1. Patah tulang rusuk, tunggal dan jamak :
Merupakan jenis yang paling sering. Tanda utama adalah tertinggalnya
gerakan nafas pada daerah yang patah, disertai nyeri waktu nafas dan atau
sesak.
2. Flailchest :
Akibat adanya patah tulang rusuk jamak yang segmental pada satu
dinding dada. Ditandai dengan gerakan nafas yang paradoksal. Waktu
inspirasi nampak bagian tersebut masuk ke dalam dan akan keluar waktu
ekspirasi. Hal ini menyebabkan rongga mediastinum goncangan gerak (
flailing ) yang dapat menyebabkan insertion vena cava inferior terdesak dan
terjepit. Gejala klinis yang nampak adalah keadaan sesak yang progressif
dengan timbulnya tanda-tanda syok.
Rongga pleura :
1. Pneumotorak :
Disebabkan oleh robekan pleura dan atau terbukanya dinding dada.
Dapat berupa pneumotorak yang tertutup dan terbuka atau menegang
(“tension pneumotorak”). Kurang lebih 75 % trauma tusuk pneumotorak
disertai hemotorak. Pneumotorak menyebabkan paru kollaps, baik
sebagian maupun keseluruhan yang menyebabkan tergesernya isi
rongga dada ke sisi lain. Gejalanya sesak nafas progressif sampai
sianosis dengan gejala syok.
2. Hemotoraks :
Adanya darah dalam rongga pleura. Dibagi menjadi hemotorak
ringan bila jumlah darah sampai 300 ml saja. Hemotorak sedang bila
jumlah darah sampai 800 ml dan hemotorak berat bila jumlah darah
melebihi 800 ml. Gejala utamanya adalah syok hipovolemik .
3. Kerusakan paru:
75 % disebabkan oleh trauma torak ledakan. (“blast injury”) .
Perdarahan yang terjadi umumnya terperangkap dalam parenkim paru
Gejala klinis mengarah ke timbulnya distress nafas karena kekurangan
kemampuan ventilasi. Perdarahan yang timbul akan membawa akibat
terjadinya hipotensi dan gejala syok.
4. Kerusakan trakea, bronkus dan sistem trakeobronkoalveolar.
Terjadi kebocoran jalan nafas yang umumnya melalui pleura atau
bawah kulit bawah dada sehingga menimbulkan emfisema subkutis.
Disebabkan oleh sebagian besar akibat trauma torak tumpul di daerah
sternum Secara klinis leher membesar emfisematous dengan adanya
krepitasi pada dinding dada. Sesak nafas sering menyertai dan dapat
timbul tension pneumotorak.
5. Kerusakan jaringan jantung dan perikardium.
a. Gejala klinis akan cepat menunjukkan gejala syok hipovolemik
primer dan syok obstruktif primer. Bendungan vena di daerah leher
merupakan tanda penyokong adanya tamponade ini. Juga akan
nampak nadi paradoksal yaitu adanya penurunan nadi pada waktu
inspirasi, yang menunjukkan adanya massa (cair) pada rongga
pericardium yang tertutup.
b. Penyebab tersering adalah trauma torak tajam di daerah parasternal
II-V yang menyebabkan penetrasi ke jantung. Penyebab lain adalah
terjepitnya jantung oleh himpitan sternum pada trauma tumpul torak.
c. Melakukan fungsi perikardium yang mengalami tamponade dapat
bertujuan diagnostik sekaligus langkah pengobatan dengan
membuat dekompressi terhadap tamponadenya.
6. Kerusakan pada esofagus.
a. Relatif jarang terjadi, menimbulkan nyeri terutama waktu menelan
dan dalam beberapa jam timbul febris. Muntah darah / hematemesis,
suara serak, disfagia atau distress nafas.
b. Tanda klinis yang nampak umumnya berupa empisema sub kutis,
syok dan keadaan umum pasien yang tidak nampak sehat. Sering
dijumpai tanda “Hamman” yang berupa suara seperti mengunyah di
daerah mediastinum atau jantung bila dilakukan auskultasi.
Diagnosis dapat dibantu dengan melakukan esofagoram dengan
menelan kontras.
7. Kerusakan Ductus torasikus:
Menimbulkan gejala chylotoraks. Gejala klinis ditimbulkan oleh
akumulasi chyle dalam rongga dada yang menimbulkan sesak nafas
karena kollaps paru. Kejadian ini relatif jarang dan memerlukan
pengelolaan yang lama dan cermat.

8. Kerusakan pada Diafragma :


a. Disebabkan umumnya oleh trauma pada daerah abdomen, atau luka
tembus tajam kearah torakoabdominal.
b. Akan menimbulkan herniasi organ perut. Kanan lebih jarang
dibandingkan kiri.
c. Gejala klinis sering terlewatkan karena 30 % tidak memberikan tanda
yang khas. Sesak nafas sering nampak dan disertai tanda-tanda
pneumotoraks atau gejala hemotoraks.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit M.Yunus
bengkulu pada tanggal 01 Januari 2023 karena mengalami kecelakaan bermobil.
Dari pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong mengatakan
dada korban membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu
kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami
penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan
pasien ngorok. Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan
GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg,
nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tampak
sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping hidung.
3.1. Pengkajian
1. Pengkajian Primer
A. Circulation : Ada nadi, nadi 110x/menit, TD : 120/80 mmHg, akral teraba
dingin dan tampak sianosis, gangguan perfusi jaringan
B. Airway : Pernapasan ada , napas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR
35x/menit, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan bersihan jalan napas.
C. Breathing : Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan otot
– otot pernapasan, pasien sesak dengan RR 35x/menit, gangguan pola napas.
D. Disability : Penurunan kesadaran, kesadaran sopor GCS 8 (E2V2M4) E.
Exposure : Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri, akral
teraba dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh lain nya baik.
2. Pengkajian sekunder
1. Anamnesis
a) Identitas klien
Nama : Tn. D Jenis
kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Alamat : Pagar dewa
Agama : Islam
Bahasa : Melayu
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Sopir travel
Golongan darah : B
No. register : Tanggal
MRS : 21 Mei 2018

b) Identitas penanggung jawab


Nama : Ny. D Jenis
kelamin : Prempuan
Alamat : Pagar dewa
Agama : Islam
Hubungan dengan pasien : Istri

c) Keluhan utama
Pasien datang ke RSUD Dr. M. Yunus kota bengkulu, dengan
kecelakaanbermobil, pasien mengalami penurunan kesadaran dan ada
bengkak dn jejas di bagian dad sebelah kiri.

d) Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit karena
mengalami kecelakaan bermobil. Pasien mengalami penurunan kesadaran.
Penolong mengatakan dada 19 korban membentur stir mobil, setelah
kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan
pasien saat di IGD klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan
dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat bengkak
dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran
sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR :
35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tanpak sianosis, penggunaan
otot-otot pernapasan, dan napas cuping hidung.
2. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan pasien sudah berberapa kali mengalami kecelakaan
tetapi belum perna separah ini sampai mengaami penurunan kesadaran serta
pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun

3.2. Pemeriksaan fisik


Keadaan umum : Penurunan kesadaran dan sesak
Kesadaran : Sopor
TTV : Tekanan Darah :120/80 mmHg Frekuensi Nadi : 110x/menit
Pernapasan : 35x/menit Suhu : 38,7oC
a). Kepala
Inspeksi : Distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b). Mata
Inspeksi : Anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c). Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung, penggunaan otototot
pernapasan 20
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
d). Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat darah
Palpasi : Ada lesi dan nyeri tekan
e). Mulut
Inspeksi : Bentuk simetris, sianosis, serta keluarnya darah segar dan lendir
f). Leher
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak
dicurigai fraktur cervikal.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan
g). Toraks
Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak, pergerakan
dinding dada tidak simetris, terdapat otot bantu pernapasan.
Palpasi : Terdapat nyeri tekn dan ada pembengkakan
Auskultasi : Bunyi napas ronchi, suara ngorok, frekuensi napas 30x/menit
Perkusi : Snoring
h). Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas
Palpasi : ada nyeri tekan pada supra pubik
Auskultasi : Bising usus normal 12x/menit
Perkusi : Tympani
i). Genetalia
Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blase
j). Ekstremitas
- Atas :
Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang ada jejas
ditangan kanan, terpasang infus ditangan kiri, fleksi dan ekstensi (-)
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
- Bawah :
Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

3.3 Analisa data


No Data Etiologi Masalah
1. Ds : - penolong mengatakan Spasme jalan Bersihan jalan
pasien muntah darah napas napas tidak
Do : terdapat sianosis, efektif
auskultasi suara napas ronchi,
suara napas ngorok dan napas
cuping hidung serta napas
cepat dan dangkal
2. Ds : - penolong mengatakan Penurunan Perfusi perifer
bahwa pasien mengalami alirah darah tidak efektif
kecelakaan bermobil dengan arteri/vena
posisi dada membentur stir
mobil kemudian mengalami
penurunan kesadaran

Do :
- Pasien mengalami
penurunan kesadaran
- Terdapat bengkak dan jejas
di dada
- Pemeriksaan gcs 8 kesadaran
sopor
- Tampak sianosis, dan pucat
- Akral teraba dingin
- SPo2 85%
-CRT > 3 detik
- Pemeriksaan ttv :
TD :120/80 mmHg
N : 110x/m
RR : 35x/m
S : 38,7 c
3. Ds : Agen pencedera Nyeri akut
- Penolong mengatakan ada fisik
bengkak dan jejas di bagian ( trauma )
dada pasien
- Penolong mengatakan dada
pasien membentur stir
Do :
- Tampak ada bengkak dan
jejas di dada pasien
3.4 Diagnosa Keperawatan
1.Bersihan jalan napas tidak efektif b.d spasme jalan napas
2.Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan aliran darah arteri/vena
3.Nyeri akut b.d agen pencedera fisik ( trauma )

3.5 Rencana asuhan keperawatan

No Diagnosa Luaran Intervensi


1. Bersihan L.01001 Pemantauan Respirasi I.01014
jalan napas Setelah dilakukan  Monitor frekuensi
tdak efektif tindakan irama,kedalaman dan upaya
b.d spesma keperawatan 1x 24 napas
jalan napas jam diharapkan :  Monitor pola napas
 Napas  Monitor adanya sumbatan
cuping jalan napas
hidung ( 5 )  Auskultasi bunyi napas
 Sianosis ( 5 )  atur interval pemantauan
 Frekuensi respirasi sesuai kondisi
napas (5) pasien
2. Perfusi L.02016 Manajemen sensasi perifer I.06195
perifer tidak Setelah dilakukan  periksa keadaan sensasi
efektif b.d tindakan tajam atau tumpul
penurunan keperawatan 1x24  monitor perubahan kulit
aliran darah jam diharapkan :  kolaborasi pemberian
arteri/vena  saturasi analgesik
oksigen (5)
 pucat ( 5 )
 akral dingin
(5)
3. Nyeri akut L. 02011 Manajemen nyeri I.08238
b.d agen Setelah dilakukan  Identifikasi
pencedera tindakan lokasi,karakteristik,frekuensi,
fisik ( keperawatan 1x24 kualitas,intensitas nyeri
trauma ) jam diharapkan :  Identifikasi skala nyeri
 Nyeri dada (  Identifikasi faktor yang
5) memperberat dan
 Denyut nadi memperingan nyeri
radial  Identifikasi pengaruh nyeri
( 5) pada kualitas hidup
 Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
menurangi rasa nyeri (
aromaterapi )
 Kolaborasi pemberian
analgenik

3.6 implementasi
N Dx. Tgl/jam Tindakan Evaluasi
o Kep
1 Dx 1 01/01/2023 S:
08.00 1.memonitor frekuensi Keluarga
irama,kedalaman dan upaya mengatakan suara
napas napas pasien sudah
08.30 2.memonitor pola napas tidak ngorok lagi dan
09.00 3.memonitor adanya sesak sudah
sumbatan jalan napas berkurang
09.30 4.mengAuskultasi bunyi O : Bersihan jalan
napas napas pasien tampak
bersih
10.10 5.mengatur interval A : Masalah teratasi
pemantauan respirasi sesuai P : iintervensi
kondisi pasien dihentikan
Dx 2 10.45 1.memeriksa keadaan S:
sensasi tajam atau tumpul - Keluarga pasien
11.00 2.memonitor perubahan mengatakan klien
kulit merasa tenang
12.46 3.mengkolaborasi O : Tingkat
pemberian analgesik kesadaran pasien
komposmetis (GCS
12)
A : Masalah teratasi
P : Intervensi selesai

Dx 3 14.00 1.mengidentifikasi S : keluarga


lokasi,karakteristik,frekuens mengatakan pasien
i, kualitas,intensitas nyeri sudah bisa
16.00 2.mengidentifikasi skala menenangkan nyeri
nyeri yang dialaminya
18.00 3.mengidentifikasi faktor O:
yang memperberat dan -Luka pasien tampak
memperingan nyeri bersih
4.mengidentifikasi pengaruh -Bengkak pada
21.00 nyeri pada kualitas hidup pasien sudah
5.memberikan teknik mengecil
23.00 nonfarmakologis untuk
menurangi rasa nyeri ( A : Masalah teratasi
aromaterapi ) sebagian
07.00 6.mengkolaborasi P : lanjutkan
pemberian analgenik intervensi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut. Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax
dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.

B. Saran
Sangat penting bagi kita sebagai caon perawat masa depan untuk mengingat
bagaimana konsep dalam pengelolaan pasien dengan trauma thorak yang terpenting
adalah memegang prinsip kegawatdaruratan yaitu primary survey dengan menilai
airway, breathing dan circulation.

DAFTAR PUSTAKA
Nindya Kusumantari. (2015, February 22). Trauma thorax. Retrieved May 26, 2023, from
Academia.edu website: https://www.academia.edu/11000516/Trauma_thorax

Anda mungkin juga menyukai