Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

PADA PASIEN TRAUMA THORAKS (HEMATHORAKS)

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :
KELOMPOK 7

Putri Amanda Sari


Firly Anggen Melawati
Sipti Aulia

STIKES IMC BINTARO


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN TAHUN AJARAN
2018/2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat Nya
penyusun masih diberi kesehatan sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat
pada waktunya. Makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT
DARURAT PADA PASIEN TRAUMA THORAKS” ini disusun untuk
memenuhi tugas mahasiswa dari mata kuliah Keperawatan Gawat Darurat

Kami menyadari bahwa makalah ini tidaklah sempurna oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dimasa akan datang.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Dan semoga makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan untuk menambah pengetahuan para mahasiswa dan masyarakat dan
pembaca.

Tangerang Selatan, 13 April 2020

Kelompok 7

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….......…………………………………...…1


KATA PENGANTAR ……….......………………………………...……2
DAFTAR ISI ……….......……………………………...………3

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ……….......…………………………...…………4
1.2. Rumusan Masalah ……….......…………………………...…………5
1.3. Tujuan ……….......…………………………...…………5
1.4. Manfaat ……….......…………………………...…………5

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1. Anatomi fisiologi ……….......………..………………...………… .6
2.2. Definisi ……….......………..……………...……………..10
2.3. Etiologi ……….......……….....…………………………..10
2.4. Epidemiologi ……….......……….....…………………………..11
2.5. Patofisiologi/WOC ……….......………..……...……………………..12
2.6. Manifestasi klinis ……….......………..……...……………………..15
2.7. Komplikasi ……….......………….…………..…………..…..15
2.8. Penatalaksanaan ……….......………….…………..…………..…..16
2.9. Pencegahan ……….......………….…………..…………..…. 17

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN TRAUMA


THORAKS
3.1. Pengkajian ....……….......………………………………....18
3.2. Analisa data ....……….......………………………………....19
3.3. Diagnosa keperawatan....……….......………………………………...19
3.4. Tindakan keperawatan....……….......…………………………………20

BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan ……….......………..……………………….….. 26
4.2. Saran ……….......………..……………………...…… 26

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi
dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan
dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Sudoyo, 2010).
Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3
kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus
kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di
amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di amerika serikat
diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang
disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%.Dan hanya 10-15% penderita
trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar
hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman
kematian (Sudoyo, 2010).
Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks.
Dengan adanya trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada
pasien dengan trauma. Trauma toraks dapat meningkatkan kematian akibat
Pneumotoraks 38%, Hematotoraks 42%, kontusio pulmonum 56%, dan flail
chest 69% (Nugroho, 2015).
Pada trauma dada biasanya disebabkan oleh benda tajam,
kecelakaan lalu lintas atau luka tembak.Bila tidak mengenai jantung, biasanya
dapat menembus rongga paru-paru. Akibatnya, selain terjadi pendarahan dari
rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh
karena itu, pau-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita Nampak
kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi
yang luka menjadi berkurang (Sudoyo, 2010)
Trauma tumpul thoraks sebanyak 96.3% dari seluruh trouma
thoraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam. Penyebab
terbanyak dari trauma tumpul thoraks masih didominasi oleh korban
kecelakaan lalu lintas (70%). Sedangkan mortalitas pada setiap trauma yang

4
disertai dengan trauma thoraks lebih tinggi (15,7%) dari pada yang tidak
disertai trauma thoraks (12,8%) pengolahan trauma thoraks, apapun jenis dan
penyebabnya tetap harus menganut kaidah klasik dari pengolahan trauma
pada umumnya yakni pengolahan jalan nafas, pemberian pentilasi dan control
hemodianamik (Patriani, 2012).
Jadi menurut kelompok trauma thorak adalah luka atau cedera
fisik sehingga dapat menyebabkan kematian utama pada anak-anak atau
orang dewasa. Di dalam thoraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi
kehidupan manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat
pernapasan dan jantung sebagai alat pemompa darah
1.2. Rumusan masalah
1. Bagaimana teori Trauma thoraks?
2. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Trauma thoraks pada pasien yang
mengalami trauma thorak ?
3. Bagaimana tindakan keperawatan pada pasien Trauma thoraks?
1.3. Tujuan penulisan
1.3.1. Tujuan Umum
Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Trauma thorak
serta asuhan keperawatan yang dapat dilakukan terhadap pasien
dengan masalah Trauma thoraks.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu mengetahui teori Trauma thoraks.
2. Mahasiswa mampu mengetahui konsep teori asuhan keperawatan
pada pasien Trauma thoraks.
3. Mahasiswa mampu tindakan keperawatan pada pasien Trauma
thoraks.
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami teori Trauma thoraks.
2. Mahasiswa mampu konsep teori asuhan keperawatan pada pasien
Trauma thoraks.
3. Mahasiswa mampu memahami tindakan keperawatan pada pasien
Trauma thoraks

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. Anatomi Fisiologi


Dinding toraks merupakan rongga yang berbentuk kerucut, dimana pada
bagian bawah lebih besar dari pada bagian atas dan pada bagian belakang
lebih panjang dari pada bagian depan. Pada rongga toraks terdapat paru - paru
dan mediastinum. Mediastinum adalah ruang didalam rongga dada diantara
kedua paru - paru. Di dalam rongga toraks terdapat beberapa sistem
diantaranya yaitu: sistem pernapasan dan peredaran darah. Organ yang
terletak dalam rongga dada yaitu; esophagus, paru, hati, jantung, pembuluh
darah dan saluran limfe (Patriani, 2012).
Kerangka toraks meruncing pada bagian atas dan berbentuk kerucut
terdiri dari sternum, dua belas pasang kosta, sepuluh pasang kosta yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan dua pasang kosta yang
melayang. Tulang kosta berfungsi melindungi organ vital rongga toraks
seperti jantung, paru-paru, hati dan Lien (Patriani, 2012).

Batas tulang pada dinding toraks

Muskulus interkostal merupakan tiga otot pipih yang terdapat pada


tiap spatium interkostalis yang berjalan di antara tulang rusuk yang
bersebelahan. Setiap otot pada kelompok otot ini dinamai berdasarkan posisi
mereka masingmasing:

6
1. m.interkostal eksternal merupakan yang paling superficial
2. m.interkostal internal terletak diantara m.interkostal eksternal
danprofundal
Muskulus interkostal profunda memiliki serabut dengan orientasi
yang samadengan muskulus interkostal internal. Otot ini paling tampak pada
dinding torakslateral. Mereka melekat pada permukaan internal rusuk -
rusuk yang bersebelahan sepanjang tepi medial lekuk kosta (Nugroho,
2015).
Muskulus subkostal berada pada bidang yang sama dengan
m.interkostalprofunda, merentang diantara multiple rusuk, dan jumlahnya
semakin banyak diregio bawah dinding toraks posterior. Otot - otot ini
memanjang dari permukaan interna satu rusuk sampai dengan permukaan
internarusuk kedua atau ketiga di bawahnya (Nugroho, 2015).
Muskulus torakal transversus terdapat pada permukaan dalam
dinding toraks anterior dan berada pada bidang yang sama dengan
m.interkostal profunda. Muskulus torakal transversus muncul dari aspek
posteriorprosesus xiphoideus, pars inferior badan sternum, dan kartilage
kosta rusuk sejati di bawahnya.

Suplai arterial
Pembuluh-pembuluh darah yang memvaskularisasi dinding toraks
terutama terdiri dari arteri interkostal posterior dan anterior, yang berjalan
mengelilingi dinding toraks dalam spatium interkostalis di antara rusuk -
rusuk yang bersebelahan (Hudak, 2011).

7
Arteri interkostal posterior berasal dari pembuluh-pembuluh yang
berhubungan dengan dinding toraks posterior. Dua arteri interkostal posterior
yang paling atas pada tiap sisinya berasal dari arteri interkostal suprima, yang
turun memasuki toraks sebagai percabangan trunkus kostoservikal pada leher.
Trunkus kostoservikal merupakan suatu cabang posterior dari arteri
subklavian. Sembilan pasang arteri interkostal posterior sisanya berasal dari
permukaan posterior aorta torakalis (Hudak, 2011).
Pada sekitar level spatium interkostalis keenam, arteri ini bercabang
menjadi dua cabang terminal :
1. arteri epigastrik superior, yang lanjut berjalan secara inferior
menujudinding abdomen anterior.
2. arteri muskuloprenikus, yang berjalan sepanjang tepi kostal, melewati
diafragma, dan berakhir di dekat spatium interkostal terakhir Arteri
interkostal anterior yang menyuplai enam spatium interkostal teratas
muncul sebagai cabang lateral dari arteri torakal internal, sedangkan yang
menyuplai spatium yang lebih bawah berasal dari arteri muskuloprenikus.
Pada tiap spatium interkostalis, biasanya terdapat dua arteri interkostal
anterior :
1.satu yang lewat di bawah tepi rusuk di atasnya,
2. satu lagi yang lewat di atas tepi rusuk di bawahnya dan kemudian
bertemu dengan sebuah kolateral percabangan arteri interkostal
posterior Distribusi pembuluh - pembuluh interkostal anterior dan
posterior saling tumpang tindih dan dapat berkembang menjadi
hubungan anastomosis.

8
Suplai Vena
Drainase vena dari dinding toraks pada umumnya paralel dengan pola
suplai arterialnya. Secara sentral, vena - vena interkostal pada akhirnya akan
didrainase menuju sistem vena atau ke dalam vena torakal internal, yang
terhubung dengan vena brakhiosefalika dalam leher. Vena - vena interkostal
posterior pada sisi kiri akan bergabung dan membentuk vena interkostal
superior kiri, yang akan didrainase ke dalam vena brakhiosefalik kiri
(Patriani, 2012).
Drainase Limfatik
Pembuluh limfatik pada dinding toraks didrainase terutama ke dalam
limfonodi yang berhubungan dengan arteri torakal internal (nodus
parasternal), dengan kepala dan leher rusuk (nodus interkostal), dan dengan
diafragma (nodus diafrgamatikus) (Patriani, 2012).
Innervasi
Innervasi dinding toraks terutama oleh nervus interkosta, yang
merupakan ramus anterior nervus spinalis T1 - T11 dan terletak pada
spatium interkostalis di antara rusuk-rusuk yang bersebelahan. Nervus
interkostal berakhir sebagai cabang kutaneus anterior, yang muncul baik
secara parasternal, di antara kartilage kosta yang bersebelahan, ataupun
secra lateral terhadap midline, pada dinding abdomen anterior, untuk
menyuplai kulit pada toraks, nervus interkostal membawa :
1. Inervasi somatik motorik kepada otot – otot dinding toraks (
intercostal,subcostal, and transversus thoracis muscles )
2. Innervasi somatik sensoris dari kulit dan pleura parietal,
3. Serabut simpatis postganglionic ke perifer.
Innervasi sensori dari kulit yang melapisi dinding toraks bagian atas
disuplai oleh cabang kutaneus, yang turun dari pleksus servikal di leher.
Selain menginnervasi dinding toraks, nervus interkosta juga menginnervasi
area lainnya :
1. Ramus anterior T1 berkontribusi ke pleksus brakhialis
2. Cabang kutaneus lateral dari nervus interkostalis kedua
berkontribusikepada innervasi kutaneus permukaan medial lengan atas

9
3. Nervus interkostal bawah menyuplai otot, kulit, dan peritoneum
dindingabdomen
2.2. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis
akibat gangguan emosional yang hebat (Nugroho, 2015).
Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh
benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat
menyebabkan keadaan gawat thorax akut.Trauma thoraks diklasifikasikan
dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang
mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit
diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu
(Sudoyo, 2010)
Dari berberapa definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks
adalah trauma yang mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun
tidak langsung berpengaruh pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat
dari suatu trauma tumpul maupun oleh sebab trauma tajam.
2.3. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul
65% dan trauma tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks
tersering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%) (Saaiq, et al.,
2010). Dalam trauma akibat kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact)
yang berbeda, yaitu depan, samping, belakang, berputar, dan terguling
(Sudoyo, 2010).
Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat
yang lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda.
Penyebab trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3
berdasarkan tingkat energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk,

10
berenergi sedang seperti tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada
tembakan senjata militer. Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya
tekanan yang berlebihan pada paru-paru yang bisa menyebabkan
Pneumotoraks seperti pada aktivitas menyelam (Hudak, 2011).
Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan
sternum, rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru.
Kerusakan ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi tergantung dari
mekanisme cedera (Sudoyo, 2010).
2.4. Epidemiologi
Peningkatan pada kasus trauma toraks dari waktu ke waktu tercatat
semakin tinggi.Hal ini banyak disebabkan oleh kemajuan sarana transportasi
diiringi oleh peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Trauma toraks
secara langsungmenyumbang 20% sampai 25% dari seluruh kematian akibat
trauma, danmenghasilkan lebih dari 16.000 kematian setiap tahunnya di
Amerika Serikatbegitu pula pada negara berkembang (Hudak, 2011).
Di Amerika Serikat penyebab paling umumdari cedera yang
menyebabkan kematian pada kecelakaan lalu lintas, dimanakematian
langsung terjadi sering disebabkan oleh pecahnya dinding miokard atauaorta
toraks. Kematian dini (dalam 30 menit pertama sampai 3 jam) yangdiakibatan
oleh trauma toraks sering dapat dicegah, seperti misalnya disebabkanoleh
tension Pneumotoraks , tamponade jantung, sumbatan jalan napas,
danperdarahan yang tidak terkendali. Oleh karena seringnya kasus trauma
toraksreversibel atau sementara tidak mengancam nyawa dan tidak
memerlukantindakan operasi, sangat penting untuk dokter yang bertugas di
unit gawat daruratmengetahui lebih banyak mengenai patofisiologi, klinis,
diagnosis, serta jenis penanganan lebih (Nugroho, 2015).
Di antara pasien yang mengalami trauma toraks, sekitar 50% akan
mengalami cedera pada dinding dada terdiri dari 10% kasus minor, 35%
kasus utama, dan 5% flail chest injury. Cedera dinding dada tidak selalu
menunjukkan tanda klinis yang jelas dan sering dengan mudah saja diabaikan
selama evaluasi awal (Hudak, 2011).

11
Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks.
Dengan adanya trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada
pasien dengan trauma. Trauma toraks dapat meningkatkan kematian akibat
Pneumotoraks 38%, Hematotoraks 42%, kontusio pulmonum 56%, dan flail
chest 69% (Hudak, 2011).
Trauma tumpul toraks menyumbang sekitar 75%-80% dari
keseluruhan trauma toraks dan sebagian besar dari pasien ini juga mengalami
cedera ekstratoraks.Trauma tumpul pada toraks yang menyebabkan cedera
biasanya disebabkan oleh salah satu dari tiga mekanisme, yaitu trauma
langsung pada dada, cedera akibat penekanan, ataupun cedera deselarasi.
2.5. Patofisiologi
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah
ventilasipernapasan yang normal. Pengembangan dinding toraks ke arah luar
oleh otot -otot pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan
tekanan negative dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara
pasif ke paru – paru selama inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur -
struktur yang berbedadari dinding toraks dan rongga toraks. Toraks dibagi
kedalam 4 komponen, yaitudinding dada, rongga pleura, parenkim paru, dan
mediastinum.Dalam dindingdada termasuk tulang - tulang dada dan otot - otot
yang terkait (Sudoyo, 2009).
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat
terisi oleh darah ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim
paru termasuk paru – parudan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin
dapat mengalami kontusio, laserasi, hematoma dan pneumokel.Mediastinum
termasuk jantung, aorta/pembuluh darah besar dari toraks, cabang
trakeobronkial dan esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab untuk
fungsi vital fisiologi kardiopulmonerdalam menghantarkan oksigenasi darah
untuk metabolisme jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan
darah, salah satunya maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari
cedera toraks (Sudoyo, 2009).
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada
beberapa faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari

12
cedera, cedera lain yang terkait, dan penyakit - penyakit komorbid yang
mendasari. Pasien – pasien trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai
akibat dari efek pada fungsi respirasinya dan secara sekunder akan
berhubungan dengan disfungsi jantung (Sudoyo, 2009). Pathway

Trauma tajam atau


tumpul

Thoraks

Cedera jaringan lunak,


cedera/hilangnya
kontinuitas struktur

Perdarahan jaringan interstitium,


pendarahan intra alveolar, kolaps
arteri dan arteri-arteri kecil,
hingga tahanan perifer pembulh
darah paru meningkat.

Reabsorbsi darah oleh pleura


tidak memadai/tidak optimal

Akumulasi cairan
Ekspansi paru Hemathoraks dalam kavum pleura

Gangguan Merangsang reseptor Pemasangan WSD


ventilasi nyeri pada pleura viseralis
dan parietalis
Thorakdrains
Ketidakefektifan bergeser
pola nafas Diskontinuitas jaringan
Merangsang reseptor
nyeri pada periver kulit
Edema
Nyeri akut
tracheal/faringeal,
peningkatan produksi
Resiko infeksi
secret dan penurunan Ketidakefektifan
kerusakan integritas
kemampuan batuk bersihan jalan
Kulit
efektif napas

13
2.6. Manifestasi Klinis
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak,
(2009) yaitu :
1. Temponade jantung
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung
b. Gelisah
c. Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9Tekanan Vena Jugularis)
d. Pekak jantung melebar
e. Bunyi jantung melemah
f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead
h. Perikardiosentesis kuluar darah (FKUI:2005)
2. Hematothorax
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI:2005)
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dengan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik

2.7. Komplikasi
Trauma toraks memiliki beberapa komplikasi seperti pneumonia 20%,
pneumotoraks 5%, hematotoraks 2%, empyema 2%, dan kontusio pulmonum
20%. Dimana 50-60% pasien dengan kontusio pulmonum yang berat
akanmenjadi ARDS. Walaupun angka kematian ARDS menurun dalam
decadeterakhir, ARDS masih merupakan salah satu komplikasi trauma toraks
yang sangat serius dengan angka kematian 20-43% (Nugroho, 2015).
- Kontusio dan hematoma dinding toraks adalah bentuk trauma toraks
yangpaling sering terjadi.Sebagai akibat dari trauma tumpul dinding
toraks,perdarahan masif dapat terjadi karena robekan pada pembuluh darah
pada kulit,subkutan, otot dan pembuluh darah interkosta.

14
- Fraktur kosta terjadi karena adanya gaya tumpul secara langsung
maupuntidak langsung. Gejala yang spesifik pada fraktur kosta adalah
nyeri, yang meningkat pada saat batuk, bernafas dalam atau pada saat
bergerak.
- Flail chest adalah suatu kondisi medis dimana kosta - kosta yang
berdekatan patah baik unilateral maupun bilateral dan terjadi pada daerah
kostokondral.
- Fraktur sternum terjadi karena trauma tumpul yang sangat berat sering
kalidisertai dengan fraktur kosta multipel.
- Kontusio parenkim paru adalah manifestasi trauma tumpul toraks yang
palingumum terjadi.
- Pneumotoraks adalah adanya udara pada rongga pleura. Pneumotoraks
pada trauma tumpul toraksterjadi karena pada saat terjadinya kompresi
dada tiba - tiba menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraalveolar
yang dapat menyebabkan rupture alveolus..Gejala yang paling umum pada
Pneumotoraks adalah nyeri yang diikuti oleh dispneu
2.8. Penatalaksanaan
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan
pasien trauma lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu A: airway patency with
care ofcervical spine, B: Breathing adequacy, C: Circulatory support, D:
Disabilityassessment, dan E: Exposure without causing hypothermia
(Nugroho, 2015).
Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan
harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani
kondisi yang mengancam nyawa dengan segera, seperti obstruksi jalan napas,
tension Pneumotoraks, pneuomotoraks terbuka yang masif, hemotoraks
masif, tamponade perikardial, dan flail chest yang besar (Nugroho, 2015).
Apnea, syok berat, dan ventilasi yang inadekuat merupakan indikasi utama
untuk intubasi endotrakeal darurat.Resusitasi cairan intravena merupakan
terapiutama dalam menangani syok hemorhagik.Manajemen nyeri yang efektif
merupakan salah satu hal yang sangat penting pada pasien trauma toraks.

15
Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan
takipnea berat atau ancaman gagal napas (Hudak, 2011).
Pasien dengan tanda klinis tension Pneumotoraks harus segera menjalani
dekompresi dengan torakosentesis jarum dilanjutkan dengan torakostomi tube.
Foto toraks harus dihindari pada pasien - pasien ini karena diagnosis dapat
ditegakkan secara klinis dan pemeriksaan x - ray hanya akan menunda
pelaksanaan tindakan medis yang harus segera dilakukan (Hudak, 2011).
2.9. Pencegahan

Pencegah trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari


faktor penyebabnya, seperti menghindari terjadinya trauma yang biasanya
banyak dialami pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma
tumpul serta menghindari kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda
tumpul yang menyebabkan keadaan gawat thorax akut (Patriani, 2012) .

16
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan secara menyeluruh
(Boedihartono, 1994 : 10).Pengkajian pasien dengan trauma thoraks  (. Doenges, 1999)
meliput :
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat
2. Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical berpindah,tanda
Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ
3. Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah
4. Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan, tajamdan nyeri,
menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam, kemungkinanmenyebar ke leher,
bahu dan abdomen.Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengkerutkanwajah
6. Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit parukronis,
inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar, keganasan ;pneumothoraks
spontan sebelumnya, PPOM.Tanda : Takipnea  peningkatan kerja napas ; bunyi napas
turun atau tak ada ;fremitus menurun ; perkusi dada hipersonan ; gerakkkan dada
tidak sama ;kulit  pucat,  sian osis,  berkeringat,  krepitasi  subkutan  ;  mental
ansietas,bingung, gelisah, pingsan ; penggunaan ventilasi mekanik tekanan positif
7. Keamanan
Geajala : adanya trauma dada ; radiasi/kemoterapi untuk kkeganasan
8. Penyuluhan / pembelajaran
Gejala  :  riwayat  factor  risiko  keluarga,  TBC,  kanker  ;  adanya
bedahintratorakal/biopsy paru

17
3.2 Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Trauma thorak Pola napas tidak
-Klien dispnea ↓ efektif
Reabsorsi darah
DO : ↓
-Penggunaan otot bantu pernapasan Hemathorak
-Fase ekspirasi memanjanh ↓
-Pola napas abnormal Ekspansi paru

Gangguan ventilasi
2. DS : Hemathoraks Bersihan jalan
-Klien Dispnea ↓ napas tidak efektif
-Klien sulit bicara Ekspansi paru

DO: Peningkatan
-Batuk tidak efektif produksi sekret
-Tidak mampu batuk
-Sputum berlebih
-Mengi, wheezing dan/ ronkhi

3. DS : Hemathoraks Nyeri Akut


-Klien mengeluh nyeri ↓
Merangsang
DO: reseptor nyeri pada
-Klien tampak meringis pleura viseralis
-Klien bersikap protektif ↓
-Klien gelisah Diskontinuitas
-Frekuensi nadi meningkat jaringan
4. DS : - Hemathoraks Resiko infeksi
DO : ↓
-Terpasang WSD Akumulasi cairan
dalam kavum peura

Pemasangan WSD

3.3Diagnosa Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru hambatan
upaya napas
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang
tertahan
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma)
4. Risiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

18
3.4 Intervensi keperawatan
Dx SLKI SIKI
Pola napas Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan
tidak efektif keperawatan …x24jam diharapkan napas
berhubungan Kriteria hasil: Observasi:
dengan 1. Penggunaan otot bantu nafas 1. Monitor pola
ekspansi menurun napas (frekuensi,
paru 2. Pemanjangan fase ekspansi kedalam, usaha
hambatan menurun napas)
upaya napas 3. Frekuensi napas membaik 2. Monitor bunyi
napas tambahan
3. Monitor sputum
Terapetik:
1. Pertahankan
kepatenan jalan
napas
2. Posisikan semi
fowler atau fowler
3. Berikan minum
hangat
4. Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
5. Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15
detik
6. Lakukan
hiperoksigenisasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsep McGil
8. Berikan oksigen
jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan asupan
19
cairan/hari, jika
tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.
Pemantauan respirasi
Observasi:
1. Monitor frekuensi,
irama, kedalam
dan upaya napas
2. Monitor pola
napas(seperti
bradipnea,
takipneu,
hiperventilasi,
kuddmsul, chey-
stokes, biot)
3. Monitor
kemampuan batuk
efektif
4. Monitor adanya
produksi batuk
sputum
5. Monitor adanya
sumabatan jalan
napas
6. Palpaso
kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi
napas
8. Monitor saturasi
oksigen
20
9. Monitor nilai
AGD
10.Monitor hasil X-
ray toraks
Terapeutik:
1. Atur interval
pemantaian
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil
pemantauan
Bersihan Setelah dilakukan tindakan Manajemen jalan
jalan napas keperawatan …x24jam diharapkan napas
tidak efektif Kriteria hasil: Observasi:
berhubungan 1. Batuk efektif meningkat 1. Monitor pola
dengan 2. Produksi sputum menurun napas (frekuensi,
sekresi yang 3. Mengi, wheezing menurun kedalam, usaha
tertahan 4. Dispnea menurun napas)
5. Sulit bicara menurun 2. Monitor bunyi
napas tambahan
3. Monitor sputum
Terapetik:
1. Pertahankan
kepatenan jalan
napas
2. Posisikan semi
fowler atau fowler
3. Berikan minum
hangat
4. Lakukan
fisioterapi dada
jika perlu
5. Lakukan
21
penghisapan lendir
kurang dari 15
detik
6. Lakukan
hiperoksigenisasi
sebelum
penghisapan
endotrakeal
7. Keluarkan
sumbatan benda
padat dengan
forsep McGil
8. Berikan oksigen
jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan
asupan
cairan/hari, jika
tidak
kontraindikasi
2. Ajarkan teknik
batuk efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.
Latihan batuk efektif
Observasi:
1. Identifikasi
kemampuan batuk
2. Monitor dada
retensi sputum,
tanda gejala
infeksi saluran
npas
3. Monitor input dan
22
output cairan (mis,
jumlah dan
karakteristik)
Terapetik:
1. Atur posisi semi
fowler atau fowler
2. Pasang perlak dan
bengkok di
pangkuan pasien
3. Buang secret pada
tempat sputum
Edukasi
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
batuk efektif
2. Anjurkan tarik
napas dalam
melalui hidung
selama 4detik,
ditahan selama 2
detik, kemudian
keluarkan dari
mulut dengan
bibir dibulakan
selama 8 detik
3. Anjurkan
mengulang tarik
napas dalam
hingga 3 kali
4. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke 3
Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
berhubungan keperawatan …x24jam diharapkan Observasi:
dengan agen Kriteria hasil: 1. Identifikasi lokasi,
pencedera 1. Keluhan nyeri menurun karakteristik,
fisik 2. Mringis menurun durasi, frekuebsi,
(trauma) 3. Sikap protektif menurun kualitas, intensitas
23
4. Gelisah menurun nyeri
5. Frekuensi nadi membaik 2. Identifikasi skala
nyeri
3. Identifikasi
respons nyeri non
verbal
4. Identifikasi faktir
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
5. Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tetntang
nyeri
6. Identifikasi
pengaruh budaya
terhadap respon
nyeri
7. Identifiasi
pengaruh nyeri
pada kualitas
hidup
8. Monitor
keberhasilan terapi
komplementer
yang sudah
diberikan
9. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapetik:
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri
3. Fasilitasi istirahat

24
dan tidu
4. Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri

Risiko Setelah dilakukan tindakan Pencegahan Infeksi


infeksi keperawatan …x24jam diharapkan Observasi:
berhubungan Kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan
dengan efek 1. Kerusakan jaringan menurun gejala infeksi lokal
prosedur 2. Perdarahan/kemerahan/hematoma dan sistemik
invasif menurun
Terapetik:
3. Demam menurun
4. Kemerahan menurun 1. Batasi jumlah
5. Nyeri menurun pengunjung
6. Bengkak menurun 2. Berikam perawatan
kulit pada area adema
3. Cuci tangan sebelum
dan sesudah kontak
dengan lingkungan
pasien
4. Pertahankan teknik
aseptik pada pasien
yang berisiko tinggi
Edukasi:
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara cuci
tangan dengan benar
3. Ajarkan etika batuk
4. Ajarkan cara
memeriksa kondisi
luka
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
nutrisi
3.5

25
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga


thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi
dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan
dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma tumpul merupakan
luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda
tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala
umum dan rancu (Sudoyo, 2010)

Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3


kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus
kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di
amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di amerika serikat
diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang
disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%. Dan hanya 10-15% penderita
trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar
hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman
kematian (Sudoyo, 2010).

Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh


benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-
paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun
tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).

4.2. Saran

Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna


sehingga penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari
pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para
pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan
makalah ini.

26
DAFTAR PUSTAKA

Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II,
edisi V. Jakarta:Interna Publishing

Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.


EGC : Jakarta.Boedihartono, 1994. Proses Keperawatan di Rumah
Sakit. EGC : Jakarta.

Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan


Holistik. Edisi- VIII Jakarta: EGC

Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan


keperawatana gawat darurat. Padang : Medical book

Patriani. (2012). Asuhan Keperawatan pada pasien trauma dada.


http://asuhan-keperawatan-patriani.pdf.com/2008/07/askep-
trauma-dada.html. Diakses pada tanggal 10 April 2020

Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal


bedah penyakit dalam . yogjakarta : Nuha medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Edisi
I. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran


Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Edisi I. Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi I. Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

27

Anda mungkin juga menyukai