Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN

PENANGANAN SELF MANAGEMENT DEMAM PADA


BALITA DI PUSKESMAS PONDOK BETUNG
PERIODE BULAN OKTOBER – DESEMBER TAHUN 2020

PROPOSAL PENELITIAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Keperawatan

Disusun Oleh

Putri Amanda Sari

201740299

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMC BINTARO


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TANGERANG SELATAN

TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hal penting untuk mencapai perkembangan
dan hidup anak berkualitas 1 bulan – 5 tahun, sehingga masa depan anak
menjadi lebih baik. Upaya mencapai kelangsungan hidup dan
perkembangan yang berkualitas pada anak berperan penting saat sejak
masa dini kehidupan (Maryunani, 2010).
Anak Balita merupakan individu atau sekelompok individu yang
berada dalam rentang usia 1-5 tahun. Usia balita dapat dikelompokan
menjadi 3 golongan yaitu golongan usia bayi (0-2 tahun), golongan batita
(2-3 tahun), dan golongan prasekolah (>3-5 tahun) (Andriani &
Wirjatmadi, 2012). Muaris.H, dalam (Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI, 2015) juga mengatakan bahwa Anak Bawah
Lima Tahun atau yang sering disingkat sebagai Anak Balita adalah anak
yang telah menginjak usia diatas satu tahun atau lebih popular dengan
pengertian usia anak di bawah lima tahun atau biasa digunakan
perhitungan bulan yaitu usia 12 – 59 bulan.
Selama masa pertumbuhan dan perkembangan, anak dapat
mengalami kejadian sakit. Kejadian sakit yang dialami anak biasanya akan
diikuti dengan beberapa gejala diantaranya adalah demam. Demam akan
muncul pada berbagai penyakit khususnya penyakit infeksi (Sodikin,
2012). Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI, 2015) sekitar 30%
dari seluruh total kunjungan tersering ke dokter anak dan dokter umum
adalah demam anak (Rachmawati, Aditya & Kartika, Lia, 2020).
Demam adalah suatu reaksi yang menggambarkan adanya suatu
proses dalam tubuh yang ditandai dengan peningkatan suhu tubuh
(Arifianto & Hariadi, 2019). Peningkatan suhu tubuh terjadi karena
mengimbangi produksi panas yang berlebihan karena ketidakmampuan
mekanisme kehilangan panas. Demam terjadi sebagai pertahanan tubuh
karena adanya pirogen seperti bakteri, virus dan jamur (Potter & Perry,
2010)
Demam pada bayi dan balita terjadi ketika suhu tubuh diatas
38oC(Arifianto, 2019). Gejala demam ditandai dengan temperatur suhu
tubuh lebih dari 38oC hingga 40 oC, menggigil, berkeringat, tidak nafsu
makan, nadi dan respirasi meningkat (Suriadi & Yuliani, 2010).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) (2012) memperkirakan jumlah
kasus demam di seluruh Dunia mencapai 16 – 33 juta dengan 500 – 600
ribu kematian tiap tahunnya . Data kunjungan ke fasilitas kesehatan
pediatrik di Brazil didaptakan sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa
karena menderita demam (Setyowati, 2013). Profil kesehatan Indonesia
tahun 2013, mengungkapkan bahwa jumlah penderita demam yang
disebabkan oleh infeksi dilaporkan sebanyak 112.511 kasus dengan
jumlah kematian 871 orang. Hal ini terjadi peningkatan jumlah kasus
demam yang disebabkan oleh infeksi tahun 2013 dibandingkan dengan
tahun 2012 dengan angka 90.245 kasus demam infeksi pada anak di
Indonesia (Sekretariat Jendral Kementrian Kesehatan RI, 2014). Jumlah
kematian balita dengan penyebab demam di Indonesia tahun 2019
sebanyak 215 orang balita , untuk di Provinsi Banten jumlah kematian
balita dengan penyebab demam berada di jumlah tertinggi nomor 2 setelah
Jawa Timur sebanyak 32 orang anak (Kemenkes RI, 2020).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI, 2017) mencatat
prevalensi anak yang menderita demam sebanyak 37,4% anak usia 12-23
bulan , 33,3% anak usia 24-35, 29,1% anak usia 36-47 bulan, dan 26,4%
anak usia 48-59 bulan. Prevalensi demam tidak berbeda banyak menurut
kelamin dan tempat tinggal. Prevalensi demam pada anak laki laki lebih
tinggi dibandingkan perempuan (32 dan 30%) Prevalensi demam pada
anak dari rumah tangga dengan kuintil kekayaan teratas lebih rendah
dibandingkan anak dari kelompok kuintil kekayaan lainnya (25%
dibandingkan 32-34%) (Kemenkes, 2017).
Penanganan demam pada balita dapat dibedakan menjadi dua
prinsip, yang pertama adalah demam yang tidak boleh terlalu cepat
diturunkan karena merupakan respon terhadap infeksi ringan yang bersifat
self limited, kedua adalah demam yang membutuhkan penanganan segera
karena merupakan tanda infeksi serius dan mengancam jiwa seperti
pneumonia, meningitis, dan sepsis. (Setyani, 2015)
Penanganan demam pada anak dimasyarakat sangat bervariasi dari
berbagai penelitian, seperti penanganan demam yang ringan berupa self
management yaitu penanganan yang dilakukan secara sendiri maupun
penanganan demam yang serius dengan cara non self management yaitu
penanganan yang memerlukan penanganan dari tenaga medis. Pengobatan
di indonesia mencakup sektor yang saling berhubungan, yaitu antara
pengobatan sendiri dan pengobatan dari tenaga medis profesional. Dalam
pengobatan sakit seseorang dapat memilih satu sampai lima sumber
pengobatan, tetapi tindakan pertama yang paling banyak dilakukan adalah
pengobatan sendiri atau pengobatan self management (Kurniati, 2016).
Dalam penanganan demam diperlukan pengetahuan dan sikap bagi
ibu untuk memberikan intervensi yang tepat. Kemampuan ibu dalam
penanganan pada anak yang sedang mengalami demam merupakan suatu
hal yang paling penting agar bisa mengatasi dengan benar demam pada
anak, seperti ibu harus memiliki pengetahuan, sikap yang tepat dalam
menangani dan memberikan perawatan pada anak (Alawiyah, Siti Wafa,
dkk, 2019).
Menurut Sodikin (2012), adapun beberapa cara untuk penanganan
demam anak, diantaranya adalah pemberian antipiretik, kompres hangat,
pemberian minum lebih banyak dari biasanya, dan menggunakan pakaian
tipis pada anak. Penanganan yang tepat mengenai penyakit yang menyertai
demam, merupakan hal penting agar demam dapat diatasi dengan benar.
Terdapat berbagai komplikasi yang diakibatkan oleh demam, seperti
adanya kemungkinan dehidrasi, karena pada saat anak demam terjadi
evaporasi cairan tubuh sehingga anak kekurangan cairan (Fitriyana, Lala
Budi, 2017).
Menurut penelitian yang dilakukan di Ghana terhadap 100
responden, ibu memiliki beberapa pengelolaan menangani demam seperti;
memberikan pengobatan sendiri (43%), berkonsultasi dengan ahli herbal
(20%), melakukan kompres spons (28%) dan mengunjungi RS terdekat
(62%) (Anokye et al., 2018). Sedangkan dalam penelitian BAAlex-Hart
tahun 2011 di Nigeria terhadap 151 responden tindakan yang paling umum
dilakukan saat terjadi demam adalah pemberian paracetamol (70,9%).
Penelitian yang dilakukan Fitriana (2018) di Kampung Tua Teluk
Mata Ikan, Batam dengan responden sebanyak 75 ibu menunjukkan
bahwa sebanyak 40 (53,3%) melakukan self management demam dengan
baik dan sebanyak 35 ibu (46,7% melakukan self management demam
dengan buruk.
Berbagai penelitian menunjukan bahwa orang tua khususnya ibu
memiliki kekhawatiran yang berlebihan dalam mengelola demam yang
dikenal sebagai fobia demam. Kekhawatiran ini diakibatkan adanya
pengertian yang kurang tepat, seperti demam tinggi yang tidak diobati
akan menimbulkan kejang demam, kerusakan otak, bahkan kematian
(Chairulfatah, 2017). Ibu yang memiliki pengetahuan dan sikap yang baik
tentang demam dapat melakukan penanganan pada demam yang baik pada
anak. Kurangnya informasi dan pengetahuan ibu dapat menimbulkan
kesalahan dalam penanganan demam pada anak seperti menyelimuti anak
saat demam dengan selimut tebal (Siburian & Doloksaribu, 2016).
Dari penelitian Rasinta (2017) di desa Bedoro Kecamatan
Sambung Macan Sragen di dapatkan hasil 17 responden (29,8%)
mempunyai pengetahuan baik, 22 responden (38,6%) dengan pengetahuan
cukup, 18 responden (31,6%) dengan pengetahuan kurang. Sebanyak 29
responden (50,9%) dengan tindakan yang baik dalam perawatan demam,
28 responden (49,1%) masih buruk.
Kurniati (2016) dalam penelitiannya tentang gambaran
pengetahuan ibu dan metode penanganan demam pada anak balita di
wilayah Puskesmas Pisangan Kota Tangerang Selatan mendapatkan hasil
dari 72 orang responden ini hampir separuh ibu memiliki pendidikan
menegah keatas sebanyak 35 ibu (48,6%), separuh ibu memiliki
pengetahuan yang cukup 36 ibu (50%), dan kebanyakan ibu memberikan
obat ketika anak demam 32 ibu (44,4%), obat yang diberikan adalah
parasetamol 67 ibu (93,1%), serta sebanyak 25 ibu (34,7%) yang
memberikan kompres sebagai penanganannya, tetapi kebanyakan ibu
meletakan kompres di bagian dahi 44 ibu (61,1%).
Dari hasil observasi peneliti ke Puskesmas Pondok Betung
didapatkan bahwa dari bulan … sampai … balita yang mengalami demam
sebanyak … balita. Studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti
….
Melihat hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan penanganan self management
demam pada balita di Puskesmas Pondok Betung.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adakah hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
penanganan self management demam pada balita di Puskesmas Pondok
Betung?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diperoleh informasi tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dengan
penanganan self management demam pada balita di Puskesmas
Pondok Betung.
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh informasi karakteristik ibu yang memiliki balita demam.
b. Diperoleh informasi tingkat pengetahuan ibu di Puskesmas Pondok
Betung.
c. Diperoleh informasi penanganan self management demam pada
balita yang dilakukan oleh ibu di Puskesmas Pondok Betung.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan
Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi pendidikan adalah sebagai
dokumen dan bahan tambahan sumber bacaan bagi mahasiswa.
2. Manfaat Bagi Tempat Penelitian
Sebagai salah satu bahan masukan khususnya bagi tenaga kesehatan di
masyarakat, untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan
san memberikan pendidikan kesehatan KIE (Komunikasi Informasi
Edukasi).
3. Manfaat Bagi Peneliti
Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan dan wawasan
tentang penanganan self management demam pada balita.
DAFTAR PUSTAKA

1. Arifianto & Hariadi, N, I. (2019). Berteman Dengan Demam.


Jakarta: Kata Media
2. IDAI. (2015). Demam: Kapan Harus Ke Dokter. (11 August 2020).
Diakses dari http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pen gasuhan-
anak/demam-kapan-harus-kedokter.
3.

Anda mungkin juga menyukai