Anda di halaman 1dari 21

TUGAS

MEDICAL BEDAH

Dosen Pengampu :

Ns.Yogie Erlangga Haq, M.Kep

Disusun oleh :

Sipti Aulia

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ICHSAN MEDICAL CENTRE


BINTARO

TAHUN AKADEMIK 2017/2018


Contoh 31 pasang saraf spinalis dan fungsinya :
Sumsum tulang belakang adalah struktur yang paling penting antara tubuh dan otak.
Sumsum tulang belakang membentang dari foramen magnum di mana ia kontinu dengan
medulla ke tingkat pertama atau kedua vertebra lumbalis. Ini adalah penghubung
penting antara otak dan tubuh, dan dari tubuh ke otak.

Sumsum tulang belakang adalah 40 sampai 50 cm panjang dan 1 cm sampai 1,5 cm.

Dua baris berturut-turut akar saraf muncul pada setiap sisinya. Ini akar saraf bergabung

distal untuk membentuk 31 pasang saraf spinalis.

Sumsum tulang belakang adalah struktur silinder jaringan saraf terdiri dari materi putih

dan abu-abu, seragam terorganisir dan dibagi menjadi empat wilayah: serviks (C), dada

(T), lumbal (L) dan sakral (S), yang masing-masing terdiri dari beberapa segmen. Saraf

tulang belakang berisi saraf sensorik dan motorik dari dan ke seluruh bagian tubuh.

Meskipun sumsum tulang belakang merupakan hanya sekitar 2% dari sistem saraf pusat

(SSP), fungsinya sangat penting. Pengetahuan tentang anatomi tulang belakang secara

fungsional memungkinkan untuk mendiagnosa sifat dan lokasi kerusakan sumsum dan

penyakit sumsum.

Adapun ke 31 saraf spinalis, yaitu:


1. Nervus hipoglossus : Nervus yang mempersarafi lidah dan sekitarnya.

2. Nervus occipitalis minor : Nervus yang mempersarafi bagian otak belakang dalam

trungkusnya.

3. Nervus thoracicus : Nervus yang mempersarafi otot serratus anterior.

4. Nervus radialis: Nervus yang mempersyarafi otot lengan bawah bagian

posterior,mempersarafi otot triceps brachii, otot anconeus, otot brachioradialis

dan otot ekstensor lengan bawah dan mempersarafi kulit bagian posterior lengan

atas dan lengan bawah. Merupakan saraf terbesar dari plexus.

5. Nervus thoracicus longus: Nervus yang mempersarafi otot subclavius, Nervus

thoracicus longus. berasal dari ramus C5, C6, dan C7, mempersarafi otot serratus

anterior.

6. Nervus thoracodorsalis: Nervus yang mempersarafi otot deltoideus dan otot

trapezius, otot latissimus dorsi.

7. Nervus axillaris: Nervus ini bersandar pada collum chirurgicum humeri.

8. Nervus subciavius: Nervus subclavius berasal dari ramus C5 dan C6,

mempersarafi otot subclavius..

9. Nervus supcapulari: Nervus ini bersal dari ramus C5, mempersarafi otot

rhomboideus major dan minor serta otot levator scapulae,

10.Nervus supracaplaris: Berasal dari trunkus superior, mempersarafi otot

supraspinatus dan infraspinatus.

11.Nervusphrenicus: Nervus phrenicus mempersyarafi diafragma.

12.Nervus intercostalis
13.Nervus intercostobrachialis: Mempersyarafi kelenjar getah bening.

14.Nervus cutaneus brachii medialis: Nervus ini mempersarafi kulit sisi medial

lengan atas.

15.Nervus cutaneus antebrachii medialis: Mempersarafi kulit sisi medial lengan

bawah.

16.Nervus ulnaris: Mempersarafi satu setengah otot fleksor lengan bawah dan otot-

otot kecil tangan, dan kulit tangan di sebelah medial.

17.Nervus medianus: Memberikan cabang C5, C6, C7 untuk nervus medianus.

18.Nervus musculocutaneus: Berasal dari C5 dan C6, mempersarafi otot

coracobrachialis, otot brachialis, dan otot biceps brachii. Selanjutnya cabang ini

akan menjadi nervus cutaneus lateralis dari lengan atas.

19.Nervusdorsalis scapulae: Nervus dorsalis scapulae bersal dari ramus C5,

mempersarafi otot rhomboideus.

20.Nervus transverses colli

21.Nervus nuricularis: Nervus auricularis posterior berjalan berdekatan menuju

foramen, Letakanatomisnya: sebelah atas dengan lamina terminalis,

22.NervusSubcostalis: Mempersarafi sistem kerja ginjal dan letaknya.

23.Nervus Iliochypogastricus: Nervus iliohypogastricusberpusat pada medulla

spinalis.

24.Nervus Iliongnalis: Nervus yang mempersyarafi system genetal, atau kelamin

manusia.

25.NervusGenitofemularis: Nervus genitofemoralis berpusat pada medulla spinalis


L1-2, berjalan ke caudal, menembus m. Psoas major setinggi vertebra lumbalis ¾.

26.Nervus Cutaneus Femoris Lateralis: Mempersyarafi tungkai atas, bagian lateral

tungkai bawah, serta bagian lateral kaki.

27.NervusFemoralis: Nervus yang mempersyarafi daerah paha dan otot paha.

28.NervusGluteus Superior: Nervus gluteus superior (L4, 5, dan paha, walaupun

sering dijumpai percabangan dengan letak yang lebih tinggi.

29.Nervus Ischiadicus: Nervus yang mempersyarafi pangkal paha

30.NervusCutaneus Femoris Inferior: Nervus yang mempersyarafi bagian (s2 dan s3)

pada bagian lengan bawah.

31.Nervus Pudendus: Letak nervus pudendus berdekatan dengan ujung spina

ischiadica. Nervus pudendus, Nervus pudendus menyarafi otot levator ani, dan

otot perineum(ke kiri / kanan ), sedangkan letak kepalanya dibuat sedikit lebih

rendah.
Saraf Kranial, merupakan saraf yang secara letak berada di dekat otak dan terbagi
menjadi 12 pasang saraf. Ke-12 saraf tersebut melewati tulang kranium sehingga saraf-
saraf ini lazim disebut saraf kranial. Nama dari saraf-saraf tersebut berasal dari urutan
letak mereka mulai dari atas ke bawah. Fungsi utama dari saraf-saraf ini adalah
mengatur segala fungsi organ-organ yang berada di daerah kepala mulai dari kesadaran,
fungsi berkomunikasi, fungsi mengunyah, hingga fungsi menelan. Saraf kranial
memiliki 3 macam fungsi yakni motorik, sensoris, dan otonom dan berbeda pada
masing-masing saraf.[3] Salah satu fungsi saraf kranialis adalah fungsinya yang
memungkinkan kita untuk menelan dan berbicara.
Menelan
Ketika makanan atau minuman melewati bagian posterior dari lidah, otot yang disarafi oleh saraf vagus
(X) dan glosofaringeal (IX) akan mendorongnya ke bawah belakang menuju hipofaring, kemudian
melewati sfingter cricofaringeal menuju esofagus. Bagian Nasofaring ditutupi oleh otot palatum yang
disarafi oleh saraf vagus dan trigeminus (X, Vc), sedangkan tuba eustachius terbuka (X). Lubang laring
menyempit seiring dengan elevasi dari seluruh tulang laring oleh semua otot yang menempel pada
tulang yang berasal dari atas serta terbukanya sfingter cricofaringeal (X). Otot lidah yang disarafi oleh
saraf hipoglossus(XII) juga berperan penting dalam proses ini. Sebagian besar otot faring disarafi
secara satu arah melalui saraf vagus.[3]

Bicara
Proses bicara nyatanya melewati berbagai proses hingga terbentuknya sebuah kalimat yang utuh

Nomo Nama Jenis Fungsi


r

Menerima rangsang dari hidung dan menghantarkannya ke otak


I Olfaktorius Sensori
untuk diproses sebagai sensasi bau

Menerima rangsang dari mata dan menghantarkannya ke otak


II Optikus Sensori
untuk diproses sebagai persepsi visual

III Okulomotor Motorik Menggerakkan sebagian besar otot mata

IV Troklearis Motorik Menggerakkan beberapa otot mata

Sensori: Menerima rangsangan dari wajah untuk diproses di otak


V Trigeminus Gabungan sebagai sentuhan
Motorik: Menggerakkan rahang

VI Abdusen Motorik Abduksi mata

Sensorik: Menerima rangsang dari bagian anterior lidah untuk


diproses di otak sebagai sensasi rasa
VII Fasialis Gabungan
Motorik: Mengendalikan otot wajah untuk menciptakan ekspresi
wajah

Sensori sistem vestibular: Mengendalikan keseimbangan


VIII Vestibulokoklearis Sensori Sensori koklea: Menerima rangsang untuk diproses di otak sebagai
suara

Sensori: Menerima rangsang dari bagian posterior lidah untuk


IX Glosofaringeal Gabungan diproses di otak sebagai sensasi rasa
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

Sensori: Menerima rangsang dari organ dalam


X Vagus Gabungan
Motorik: Mengendalikan organ-organ dalam

XI Aksesorius Motorik Mengendalikan pergerakan kepala

XII Hipoglossus Motorik Mengendalikan pergerakan lidah

Apa penyebab tetraparese dan dimana letak tetraparese ?


Penyebab Tetraparese bukan merupakan suatu penyakit akan tetapi merupakan suatu
akibat dari beberapa penyebab dimana terjadi kelemahan pada keempat anggota gerak.
Salah satu penyebab tersebut adalah adanya kerusakan medulla spinalis oleh karena
trauma vertebra. Pada kondisi tetraprarese akibat spondilolisthesis vertebra CII-III
menimbulkan problematik kapasitas fisik maupun keterbatasan kemampuan fungsional .
problematik kapasitas fisik maupun keterbatasan kemampuan fungsional. Problematik
kapasitas fisik yg terjadi berupa adanya nyeri dan penurunan kekuatan otot. Kapasitas
fungsional : keterbatasan aktivitas fungsional(transfer,ambulasi) dari duduk,berdiri,jalan
karena imobilisasi.

Letak tetraperese

letak tetraparase / paralisis lokal meliputi:

• kelumpuhan wajah - yang biasanya terbatas pada satu sisi wajah,

• kelumpuhan tangan

• kelumpuhan pita suara - pita suara adalah sepasang struktur berbentuk seperti
pita yang terdiri dari jaringan dan otot yang berfungsi menghasilkan suara. Kelumpuhan
biasanya hanya mempengaruhi satu pita suara, yang berarti bahwa seseorang masih
mampu untuk berbicara, tetapi suaranya menjadi serak

paralisis umum meliputi:

• monoplegia - paralisis pada salah satu anggota tubuh

• hemiplegia - kelumpuhan terjadi pada lengan dan kaki pada satu sisi tubuh

• paraplegia - kelumpuhan pada kedua kaki, atau terkadang meliputi panggul dan
beberapa anggota tubuh bagian bawah

• tetraplegia (juga dikenal sebagai quadriplegia) – palisis pada lengan dan kaki.

Lestari. Analisis Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge


Analisis Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge
(TPACK) pada Guru Biologi SMA dalam Materi Sistem Saraf

Suci Lestari
Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi, Bandung, Indonesia
*sucilestari.biology@gmail.com

Abstract: This study aims to analyze the ability of Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) in high school
biology teacher in the material of the nervous system. The method used is descriptive research, where researchers
do not provide treatment to the object of research. Researchers only retrieve data without any changes.
The sampling technique used is purposive sampling by 7 state senior high school (SMA) in Tangerang City from
15 state senior high school (SMA) in Tangerang, each represented by a single school subject teachers of biology
class XI. Data collected through the charging instrument TPACK. Analysis of data by encoding based on seven
categories in the framework TPACK (CK, PK, TK, PCK, TPK, TCK, TPACK). Based on the results of data
analysis, ability TPACK 7 high school teacher in the city of Tangerang into the perception level (Pn). The
conclusion is the ability Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) in high school biology
teacher on the land (SMAN) in Tangerang City in the material of the nervous system have the perception
towards harmonization of components TPACK because the participants were able to identify the difficulty of
content and feel the need to transform content. Also, being able to identify appropriate teaching methods with
the use of technology but does not explain how to use technology to change the contents and support the students'
learning process..
Keywords:
Teacher of Biology , Nervous System , TPACK

1. PENDAHULUAN disesuaikan dengan minat dan kemampuan peserta


didik yang beragam, dan dijelaskan dalam bentuk
Guru sebagai pendidik adalah tokoh yang paling instruksi. Pengetahuan konten dan pedagogik
banyak bergaul dan berinteraksi denganpara adalah kategori yang paling mudah untuk
murid dibandingkan dengan personel lainnya membedakan pemahaman spesialis konten dari
di sekolah. Guru bertugas merencanakan dan pendidik (Kocoglu, 2009).
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil Seiring berjalannya waktu dan peningkatan
pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, kebutuhan siswa, guru bukan hanya harus memiliki
melakukan penelitian dan pengkajian, dan kemampuan PCK. Namun, guru harus dapat
membuka komunikasi dengan mengajarkan materi pelajaran dengan teknologi lebih
masyarakat (Sagala, 2009). dari sekedar PCK. Hal ini dikarenakan Proses
Dalam proses kegiatan belajar dan mengajar, pengajaran dan pembelajaran saat ini
guru juga harus dapat menyampaikan materi dengan mencerminkan semakin berkembangnya integrasi
baik karena belajar merupakan suatu proses antara komputer dan aplikasi teknologi dalam
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kurikulum. Ide mengintegrasikan pengetahuan
tingkah laku yang baru pada diri seseorang sebagai materi pelajaran, pengajaran atau pembelajaran, dan
hasil dari interaksinya dengan beragam informasi dan teknologi telah ada sejak meningkatnya
lingkungan. Oleh karena itu, guru harus dapat kebutuhan siswa dalam penggunaan dan
menyampaikan informasi yang diketahuinya dengan kebutuhan belajar dengan teknologi. Sehubungan
benar dan tepat sasaran, yaitu konten materi yang Dengan Itu, pengetahuan tentang teknologi,
benar melalui kegiatan pedagogis yang baik. pedagogik, dan konten telah menjadi bagian integral
Shulman (1987) mendefinisikan subjek dari program pendidikan guru untuk
pengetahuan pengajaran konten materi mempersiapkan calon-calon guru dimana
sebagai pengetahuan konten dan mereka mengajar menggunakan teknologi dalam
pedagogik (PCK). Pengetahuan konten pengajaran.
dan pedagogik mengidentifikasi bagian Berdasarkan ide Shulman tentang PCK, Mishra
khusus pengetahuan untuk mengajar. dan Koehler (2006) telah menambahkan teknologi
PCK merupakan gabungan konten dan pedagogik untuk PCK, dan menggambarkan TPCK sebagai
dalam pemahaman tentang bagaimana topik hubungan antara teknologi, pedagogik, dan konten.
tertentu dan masalah atau isu-isu yang terorganisir, TPCK adalah dasar dari pengajaran yang baik dengan
diwakili dan teknologi dan membutuhkan pemahaman tentang
Lestari. Analisis Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge

representasi konsep menggunakan teknologi; jabatannya sebagai tenaga pendidik (Abidin, 2009).
teknik pedagogis yang menggunakan teknologi Oleh karena itu, penulis mengangkat tema
dengan cara yang konstruktif untuk mengajar konten; permasalahan mengenai teknologi pedagogik dan
pengetahuan tentang apa yang membuat konsep sulit
atau mudah dipelajari dan bagaimana teknologi
dapat membantu beberapa masalah yang dihadapi
siswa; pengetahuan awal siswa dan teori
epistemologi, dan pengetahuan tentang bagaimana
teknologi dapat digunakan untuk membangun
pengetahuan yang ada dan untuk
mengembangkan epistemologi baru atau
memperkuat yang lama (Kocoglu, 2009).
Oleh karena itu, guru harus dapat
mengintegrasikan teknologi ke dalam pengajaran
mereka. Dibutuhkan sebuah pendekatan
yang memberlakukan mengajar sebagai interaksi
antara apa yang guru ketahui dan bagaimana mereka
menerapkan apa yang mereka ketahui dalam keadaan
yang menarik atau konteks dalam ruang kelas mereka.
Tidak ada "satu cara terbaik" untuk
mengintegrasikan teknologi ke dalam kurikulum.
Sebaliknya, upaya integrasi harus dirancang dengan
kreatif atau terstruktur untuk mata pelajaran tertentu
dan ide-ide penting dalam konteks kelas tertentu
(Koehler dan Mishra, 2009).
Sistem saraf merupakan salah satu materi
pelajaran biologi yang mengandung beberapa
konsep abstrak, yang sulit untuk dipahami oleh siswa,
penyajian sistem saraf menuntut kemampuan guru
untuk mengorganisasi isi pelajaran sebagai
persiapan untuk membangun pengetahuan siswa.
Oleh sebab itu diperlukan bentuk pembelajaran yang
dapat menggambarkan proses yang terjadi pada sistem
saraf.
Guna dapat menjalankan misi barunya
tersebut, guru haruslah benar-benar memahami
kognisi dan berbagai cara yang berbeda dalam
belajar. Guru haruslah pula memahami
perkembangan siswa dan berbagai konsep
pedagogik sebaik mereka menguasai materi
pembelajaran dan penilaian alternatif yang
digunakannya untuk mengukur hasil belajar siswa.
Dengan demikian, guru harus mampu
menempatkan berbagai substansi perbedaan bahasa
dan budaya, gaya belajar, talenta, dan intelegensi
sebagai dasar dalam melaksanakan berbagai
strategi pengajaran yang dipilihnya (Abidin, 2009).
Berdasarkan kondisi di atas, pembelajaran
haruslah dilaksanakan atas dasar apa yang diketahui
dan dapat dilakukan siswa sebaik bagaimana siswa
berpikir dan belajar untuk menyelaraskan proses
belajar dengan performa yang dibutuhkan sejalan
dengan kebutuhan individu siswa. Melihat
kenyataan ini, jelaslah guru harus benar-benar
memiliki karakteristik unggul sehingga ia akan
dapat melaksanakan misi barunya dalam
proses pendidikan. Penciptaan guru
berkarakteristik unggulan ini haruslah dilakukan baik
pada saat guru menempuh proses pendidikan
keguruan maupun pada saat guru sudah melaksanakan
pengetahuan konten, dimana penulis akan perubahan.
melakukan analisis terhadap guru biologi Dari 15 sekolah menengah atas negeri yang ada di
kelas 11 IPA Sekolah Menengah Atas di kota Kota Tangerang, peneliti mengambil sampel 7 sekolah
Tangerang pada materi sistem saraf.

1.1 Rumusan Masalah


Sistem saraf adalah salah satu bab yang akan
dipelajari di sekolah menengah atas pada
kelas 11, beberapa materi yang akan diajarkan
dalam sistem saraf memiliki konsep-konsep
dalam bentuk abstrak. Berdasarkan latar
belakang penelitian, rumusan besar masalah
dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana
kemampuan TPACK guru biologi sekolah
menengah atas tentang konsep sistem
saraf?”

1.2 Tujuan Penelitian


Penelitian ini dilakukan dengan tujuan unt
uk menganalisis tingkat kemampuan TPACK
yang dimiliki guru biologi
sekolah menengah atas dalam materi sistem
saraf.

1.3 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian ini bagi peneliti dan
pendidik adalah peneliti dan pendidik dapat
lebih memahami mengenai peran penting
kemampuan TPACK dalam proses
pembelajaran pada materi sistem saraf.
Sehingga peneliti dan pendidik mengetahui
bagaimana cara atau metode yang tepat
dalam memberikan pembelajaran atau
perkuliahan mengenai materi sistem saraf
kepada anak didiknya. Selain itu, para
pendidik dapat mengetahui peranan
penting mengenai integrasi
teknologi dalam proses kegiatan belajar
mengajar di kelas. Sehingga pendidik
bukan hanya memiliki komponen
pengetahuan konten dan pedagogik saja,
melainkan harus juga ditunjang dengan
kemampuan dalam mengintegrasikan kedua
komponen tersebut dengan teknologi.
Manfaat penelitian ini bagi sekolah yang
menjadi objeknya adalah sekolah dapat
mengetahui kelemahan-kelemahan guru
biologi, sehingga secara tidak langsung sekolah
dapat mengevaluasi kinerja guru biologinya.
Setelah itu, pihak sekolah juga dapat
mencari solusi untuk meningkatkan kinerja
guru tersebut berdasarkan hasil penelitian ini.

2. METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian
deskriptif, dimana peneliti tidak memberikan
perlakuan kepada objek penelitian. Peneliti
hanya mengambil data tanpa adanya
Lestari. Analisis Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge

menengah atas negeri yang masing-masing menggali pengetahuannya sendiri dan menemukan konsep
diwakili oleh 1 guru biologi yang mengajar di kelas XI neuron itu sendiri (PCK-Pn). Selain itu, partisipan juga
mia. memfasilitasi siswa dengan menggunakan tayangan yang
Banyaknya sampel yang diambil oleh telah dibuat siswa untuk membantu merealisasikan
peneliti bergantung pada kesediaan guru untuk kesulitan yang ditemukan
mengisi instrumen TPACK yang diadopsi dari jurnal
Srisawasdi dan mengisi biodata partisipan. Selain itu,
peneliti juga melakukan wawancara dengan
partisipan sebelum memberikan instrumen.
Setelah data didapat, peneliti mengelompokkan
data tersebut sesuai dengan konsep yang banyak
diangkat oleh para partisipan pada masing-
masing partisipan. Setelah itu, data tersebut
dikelompokkan berdasarkan lamanya pengalaman
mengajar masing-masing partisipan. Selanjutnya
mengkategorikannya ke dalam 7 komponen
TPACK yang masing-masing komponen
dikelompokkan ke dalam beberapa kategori.

3. HASIL PENELITIAN DAN


PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggambil partisipan


sebanyak 6 orang dari sekolah yang berbeda.
Partisipan-partisipan tersebut dibagi ke dalam 2
kelompok berdasarkan lamanya pengalaman
partisipan mengajar di sekolah. Konsep-konsep yang
angkat adalah konsep-konsep yang sama dipilih
oleh partisipan. Berikut temuan-temuan yang
didapat di lapangan beserta pembahasannya.

3.1. Analisis Kemampuan TPACK


Kelompok 1 (Pengalaman Mengajar 16
tahun atau lebih)

3.1.1 Partisipan LS
Dari 4 konsep yang terpilih, yaitu neuron,
mekanisme
penjalaran impuls, pembagian sistem saraf, dan
kelainan pada sistem saraf. Partisipan LS hanya
menyebutkan 1 konsep yang sama, yaitu neuron (lihat
lampiran 1).
Dalam instrumen TPACK, partisipan
mengidentifikasi dan membagi konsep neuron ke
dalam konten-konten yang sederhana menjadi
bentuk representasi yang lebih
terbayang, yaitu sel saraf, fungsi dan jenis sel saraf,
dan mekanisme kerja saraf (CK-Cn). Partisipan
menggunakan metode pembelajaran diskusi kelompok
di dalam kelas (PK-Pn). Dalam metode ini, partisipan
menggunakan infokus untuk mendukung proses
diskusi kelas oleh siswa dengan menayangkan
powerpoint yang dibuat siswa (TK-Pn). Selama
diskusi kelompok berlangsung, siswa dibimbing
oleh guru untuk dapat menjelaskan sendiri
fenomena yang terdapat di dalam konten
dengan menggunakan tayangan powerpointnya
(TPK-Pn). Partisipan menggunakan diskusi
kelompok dalam konsep neuron agar siswa dapat
oleh siswa (TCK-Pn). Berdasarkan TPACK yang telah diuraikan, maka kemampuan
komponen-komponen TPACK yang TPACK yang dimiliki partisipan AG termasuk ke
telah diuraikan, maka kemampuan TPACK dalam kategori tingkat persepsi (Perception Level-
yang dimiliki partisipan LS termasuk ke Pn) karena partisipan dapat mengidentifikasi kesulitan
dalam kategori tingkat persepsi (Perception konten dan mampu mengidentifikasi metode
Level-Pn) karena partisipan dapat mengajar yang sesuai dengan teknologi. Namun
mengidentifikasi kesulitan konten dan mampu partisipan, tidak dapat menjelaskan bagaimana
mengidentifikasi metode mengajar yang menggunakan teknologi untuk mengubah konten.
sesuai dengan teknologi. Namun partisipan,
tidak dapat menjelaskan bagaimana
menggunakan teknologi untuk mengubah
konten.

3.1.2 Partisipan AG
Dari 4 konsep yang terpilih, yaitu neuron,
mekanisme
penjalaran impuls, pembagian sistem saraf, dan
kelainan pada sistem saraf. Partisipan AG
menyebutkan 3 konsep yang sama, yaitu
neuron, mekanisme penjalaran impuls, dan
kelainan pada sistem saraf (lihat lampiran 2).
Berdasarkan analisis data yang telah
diisi oleh partisipan dalam instrumen TPACK,
konsep neuron, mekanisme penjalaran impuls,
dan kelainan pada sistem saraf, partisipan
mengidentifikasi dan membagi konsep-
konsep tersebut ke dalam konten-
konten yang sederhana menjadi bentuk
representasi yang lebih terbayang. Pada konsep
neuron, partisipan membaginya ke dalam
beberapa konten yang sederhana, yaitu
bagian-bagian neuron dan jenis-jenis neuron.
Pada konsep mekanisme penjalaran impuls,
partisipan juga membaginya ke dalam beberap
a konten yang sederhana, yaitu me
kanisme penjalaran kimiawi dan penjalaran
beda potensial (CK-Cn).
Partisipan menggunakan metode
pembelajaran presentasi di dalam kelas (PK-
Pn). Dalam metode ini, partisipan
menggunakan infokus, whiteboard, spidol,
dan laptop untuk mendukung proses
presentasi oleh siswa dengan menayangkan
powerpoint yang dibuat siswa (TK-Pn).
Selama presentasi berlangsung, siswa
dibimbing oleh guru pada materi yang sulit,
sehingga dapat menjelaskan sendiri kesulitan
fenomena yang terdapat di dalam konten
dengan menggunakan tayangan
powerpointnya (TPK-Pn).
Partisipan menggunakan metode
pembelajaran presentasi dalam konsep
neuron, mekanisme penjalaran impuls, dan
kelainan pada sistem saraf agar siswa dapat
menggali pengetahuannya sendiri dan
menemukan konsep-konsep itu sendiri (PCK-
Pn). Selain itu, partisipan juga memfasilitasi
siswa dengan menggunakan tayangan
yang telah dibuat siswa untuk membantu
merealisasikan kesulitan yang ditemukan oleh
siswa (TCK-Pn).
Berdasarkan komponen-komponen
Lestari. Analisis Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge

3.1.3 Partisipan ANW Dari 4 konsep yang terpilih, yaitu neuron, mekanisme
Dari 4 konsep yang terpilih, yaitu neuron, penjalaran impuls, pembagian sistem saraf, dan kelainan
mekanisme
penjalaran impuls, pembagian sistem saraf, dan
kelainan pada sistem saraf. Partisipan ANW hanya
menyebutkan 2 konsep yang sama,
yaitu neuron dan pembagian sistem saraf (lihat
lampiran 3).
Berdasarkan analisis data yang telah diisi oleh
partisipan dalam instrumen TPACK, dalam konsep
neuron dan pembagian sistem saraf, partisipan
mengidentifikasi dan membagi konsep
pembagian sistem saraf tersebut ke dalam konten-
konten yang sederhana menjadi bentuk
representasi yang lebih terbayang, yaitu sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi (CK-Cn). Sedangkan pada
konsep neuron, partisipan tidak mengidentifikasikan
ke dalam beberapa konten yang sederhana (CK-Pn),
yaitu struktur dan fungsi sistem saraf.
Partisipan menggunakan metode pembelajaran
diskusi, informasi, pengenalan, dan penugasan di
dalam kelas (PK-Pn). Dalam metode ini,
partisipan menggunakan infokus, whiteboard,
spidol, laptop, dan CD player untuk mendukung
proses diskusi oleh siswa
dengan menayangkan powerpoint yang dibuat siswa
dan beberapa tayangan berupa video yang
diputar menggunakan CD player
untuk mendukung pengkonsepan konten pada
siswa (TK-Cn). Selama diskusi berlangsung, siswa
dibimbing oleh guru pada materi yang sulit,
sehingga dapat menjelaskan sendiri kesulitan
fenomena yang terdapat di dalam konten dengan
menggunakan tayangan powerpointnya dengan
didukung video untuk memperdalam konsep
neuron dan pembagian sistem saraf pada
siswa (TPK-Pn). Partisipan menggunakan metode
pembelajaran diskusi dalam konsep neuron dan
pembagian sistem saraf agar siswa dapat menggali
pengetahuannya sendiri dan menemukan konsep-
konsep itu sendiri (PCK-Pn). Selain itu, partisipan
juga memfasilitasi siswa dengan menggunakan
tayangan yang telah dibuat siswa dan video untuk
membantu merealisasikan kesulitan yang ditemukan
oleh siswa (TCK-Pn).
Berdasarkan komponen-komponen TPACK yang
telah diuraikan, maka kemampuan TPACK
yang dimiliki partisipan ANW termasuk ke dalam
kategori tingkat persepsi (Perception Level-Pn) karena
partisipan dapat mengidentifikasi kesulitan konten
dan mampu mengidentifikasi metode mengajar yang
sesuai dengan teknologi. Namun partisipan, tidak
dapat menjelaskan bagaimana menggunakan
teknologi untuk mengubah konten.

3.2. Analisis Kemampuan TPACK


Kelompok 2 (Pengalaman Mengajar
11-15 Tahun)

3.2.1 Partisipan RN
pada sistem saraf. Partisipan RN menyebutkan sederhana menjadi bentuk representasi yang lebih
semua konsep dasar yang terpilih (lihat terbayang, yaitu bagian-bagian sel saraf dan jenis-
lampiran 4). jenis sel saraf untuk konsep neuron. Sistem saraf
Dalam instrumen TPACK, sadar dan tidak sadar untuk konsep pembagian
partisipan mengidentifikasi sistem saraf. Pengaruh obat-obatan dan narkotika
dan membagi konsep pembagian sistem terhadap kerja sistem saraf untuk konsep kelainan
saraf dan kelainan pada sistem saraf ke dalam pada sistem saraf (CK-Cn). Sedangkan untuk
konten-konten yang sederhana menjadi bent mekanisme penjalaran impuls, partisipan tidak
uk representasi yang lebih terbayang, yaitu membagi konsep tersebut ke dalam konten-konten
otak dan sumsum belakang untuk pembagian yang sederhana (CK-Pn). Partisipan menggunakan
sistem saraf dan macam-macam penyakit, metode
gejala, dan penyebabnya (CK-Cn). Sedangkan
untuk konsep neuron dan mekanisme
penjalaran impuls, partisipan tidak membagi
konsep tersebut ke dalam konten-konten yang
sederhana (CK-Pn). Partisipan menggunakan
metode pembelajaran diskusi kelompok di
dalam kelas, mengamati gambar, dan
pengamatan lingkungan (PK-Pn). Dalam
metode ini, partisipan menggunakan infokus
dan charta gambar untuk mendukung proses
diskusi kelas oleh siswa dengan
menayangkan powerpoint yang dibuat siswa
(TK-Pn). Selama diskusi kelompok
berlangsung, siswa dibimbing oleh guru untuk
dapat menjelaskan sendiri fenomena yang
terdapat di dalam konten dengan
menggunakan tayangan powerpointnya
(TPK-Pn). Partisipan menggunakan diskusi
kelompok dalam konsep-konsep tersebut
agar siswa dapat menggali pengetahuannya
sendiri dan menemukan konten di dalam
konsep-konsep tersebut secara mandiri
(PCK-Pn).
Selain itu, partisipan juga
memfasilitasi siswa dengan menggunakan
tayangan yang telah dibuat siswa untuk
membantu merealisasikan kesulitan y
ang ditemukan oleh siswa (TCK-
Pn). Berdasarkan komponen-komponen
TPACK yang telah diuraikan, maka
kemampuan TPACK yang dimiliki partisipan
RN termasuk ke dalam kategori tingkat persepsi
(Perception Level-Pn) karena partisipan
dapat mengidentifikasi kesulitan konten dan
mampu mengidentifikasi metode mengajar
yang sesuai dengan teknologi. Namun
partisipan, tidak dapat menjelaskan
bagaimana menggunakan teknologi untuk
mengubah konten.

3.2.2 Partisipan BT
Dari 4 konsep yang terpilih, yaitu neuron,
mekanisme
penjalaran impuls, pembagian sistem saraf, dan
kelainan pada sistem saraf. Partisipan BT
menyebutkan semua konsep dasar yang terpilih
(lihat lampiran 5).
Dalam instrumen TPACK,
partisipan mengidentifikasi
dan membagi konsep
neuron, pembagian sistem saraf, dan kelainan
pada sistem saraf ke dalam konten-konten yang
Lestari. Analisis Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge

pembelajaran diskusi kelompok di dalam kelas dan maka kemampuan TPACK yang dimiliki partisipan BT
menyajikan tayangan atau animasi sistem saraf termasuk ke dalam kategori tingkat persepsi (Perception
(PK-Pn). Dalam metode ini, partisipan Level-Pn) karena partisipan dapat
menggunakan infokus, video animasi, dan internet
untuk mendukung proses diskusi kelas oleh siswa
dengan menayangkan powerpoint yang dibuat siswa
dengan didukung oleh video animasi sistem saraf
(TK-Cn). Selama diskusi kelompok berlangsung,
siswa dibimbing oleh guru untuk dapat
menjelaskan sendiri fenomena yang terdapat di
dalam konten dengan menggunakan tayangan
powerpointnya (TPK-Pn). Partisipan
menggunakan diskusi kelompok dalam konsep-
konsep tersebut agar siswa dapat menggali
pengetahuannya sendiri dan menemukan konten di
dalam konsep-konsep tersebut secara mandiri (PCK-
Pn). Selain itu, partisipan juga memfasilitasi siswa
dengan menggunakan tayangan yang telah
dibuat siswa untuk membantu merealisasikan
kesulitan yang ditemukan oleh siswa (TCK-Pn).
Berdasarkan komponen-komponen TPACK yang telah
diuraikan, maka kemampuan TPACK yang dimiliki
partisipan BT termasuk ke dalam kategori tingkat
persepsi (Perception Level-Pn)karena partisipan dapat
mengidentifikasi kesulitan konten dan mampu
mengidentifikasi metode mengajar yang sesuai
dengan teknologi. Namun partisipan, tidak dapat
menjelaskan bagaimana menggunakan teknologi
untuk mengubah konten.

3.2.3 Partisipan EN
Dari 4 konsep yang terpilih, yaitu neuron,
mekanisme
penjalaran impuls, pembagian sistem saraf, dan
kelainan pada sistem saraf. Partisipan BT hanya
menyebutkan 3 konsep dasar yang terpilih, yaitu
neuron, mekanisme penjalaran impuls, dan
pembagian sistem saraf (lihat lampiran 6).
Dalam instrumen TPACK, partisipan
mengidentifikasi setiap konsep, yaitu
neuron, mekanisme penjalaran impuls, dan
pembagian sistem saraf (CK-Pn). Partisipan
menggunakan metode pembelajaran presentasi di
kelas (PK-Pn). Dalam metode ini, partisipan
menggunakan infokus untuk mendukung proses
diskusi kelas oleh siswa dengan menayangkan
powerpoint yang dibuat siswa (TK-Pn). Selama
presentasi berlangsung, siswa dibimbing oleh guru
untuk dapat menjelaskan sendiri fenomena yang
terdapat di dalam konten dengan menggunakan
tayangan powerpointnya (TPK-Pn).
Partisipan menggunakan metode pembelajaran
presentasi tersebut agar siswa dapat menggali
pengetahuannya sendiri dan menemukan konten di
dalam konsep-konsep tersebut secara mandiri (PCK-
Pn). Selain itu, partisipan juga memfasilitasi siswa
dengan menggunakan tayangan yang telah dibuat
siswa untuk membantu merealisasikan kesulitan yang
ditemukan oleh siswa (TCK-Pn). Berdasarkan
komponen-komponen TPACK yang telah diuraikan,
mengidentifikasi kesulitan konten dan menjelaskan bagaimana menggunakan teknologi
mampu mengidentifikasi untuk mengubah konten yang akan guru berikan
metode mengajar yang sesuai dengan kepada siswa, sehingga pengetahuan guru hanya
teknologi. Namun partisipan, tidak dapat berpusat pada penggunaan infokus, video, dan
menjelaskan bagaimana menggunakan tayangan animasi dalam proses pengajaran yang
teknologi untuk mengubah konten. guru lakukan di kelas.

3.3. Kemampuan TPACK Guru


Biologi SMA Pada Materi Sistem
Saraf

3.3.1 Perencanaan TPACK pada


Konsep Sistem Saraf
Berdasarkan instrumen TPACK yang telah
diisi oleh para guru, kemampuan guru
biologi SMA dalam perencanaan TPACK
pada konsep sistem saraf sebagian besar
berupa presentasi dan diskusi kelas. Hal
ini dikarenakan tuntutan kurikulum 2013
yang menuntut agar siswa sendiri yang
menemukan konsep dalam materi. Selain itu,
teknologi pendukung dalam proses presentasi
dan diskusi kelas hanya berupa seperangkat
infokus untuk menayangkan powerpoint yang
dibuat oleh kelompok siswa, meskipun ada
beberapa guru yang menggunakan video dan
animasi untuk pendukung dalam proses
pembelajarannya.
Dalam proses pembelajarannya, guru
hanya berperan sebagai fasilitator di dalam
kelas. Jika ada materi yang dianggap sulit,
guru akan mulai
mengarahkan siswa untuk
menemukan kesulitannya dan memberikan
persepsi mengenai konten yang sulit agar
siswa merasa mudah dan akhirnya dapat
mengatasi kesulitan dalam konsep tersebut
secara mandiri.

3.3.2 Implementasi TPACK pada


Konsep Biologi
Berdasarkan analisis instrumen TPACK yang
telah diisi oleh para guru, kemampuan guru
biologi SMA dalam implementasi komponen
TPACK pada konsep sistem saraf di kelas
termasuk ke dalam kategori tingkat persepsi
(Perception Level-Pn). Pada tingkat persepsi
ini, guru sudah memiliki persepsi menuju
harmonisasi komponen TPACK karena
melalui presentasi dan diskusi, guru mampu
mengidentifikasi kesulitan konten sehingga
dapat mentransformasikannya ke dalam
bentuk konten yang sederhana dengan
dukungan dari penggunaan teknologi yang
sesuai, yaitu seperangkat infokus, video, dan
tayangan animasi.
Hal ini memperlihatkan bahwa
guru biologi di kota Tangerang dapat
mengidentifikasi kesulitan konten dan mampu
mengidentifikasi metode mengajar yang sesuai
dengan teknologi. Namun guru, tidak dapat
Lestari. Analisis Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge

3.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
Kemampuan TPACK Guru Biologi kelancaran penelitian ini, antara lain:
a. Bapak H. Dr. Riandi, M. Si. sebagai pembimbing 1 dalam
Berdasarkan analisis instrumen TPACK, salah satu penelitian tesis ini yang sudah banyak membantu
faktor yang mempengaruhi kemampuan TPACK mempermudah penelitian ini,
adalah banyaknya pengalaman belajar yang
didapat guru melalui seminar-seminar
yang diadakan oleh
pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas guru. Sehingga lamanya pengalaman
mengajar tidak berbanding lurus dengan
peningkatan kemampuan TPACK. Hal ini
dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kesibukan
yang menggunung para guru senior, sehingga
menyebabkan para guru senior tidak dapat
menyempatkan waktunya untuk mempelajari hal
yang baru, terutama kemajuan-kemajuan teknologi
dalam mendukung proses pengajaran di kelas. Oleh
karena itu, sebagian besar guru senior masih
banyak yang menerapkan metode pembelajaran
konvensional.
Sebaliknya, para guru yang memiliki
pengalaman mengajar 11-15 tahun
masih dapat melakukan transformasi
di dalam kelasnya menggunakan
teknologi. Hal ini dikarenakan kesibukan guru
yang memiliki pengalaman mengajar 11-15 tahun,
tidak sebanyak kesibukan yang dimiliki oleh guru
yang memiliki pengalaman mengajar 16 tahun atau
lebih.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini, kesimpulan yang
dapat adalah:
a. Tingkat kemampuan TPACK pada guru
SMA dalam materi sistem saraf tidak berbanding
lurus dengan lamanya pengalaman mengajar
seorang guru, karena ternyata hasil dari analisis
data menunjukkan tidak ada perbedaan antara
kelompok 1 dan 2 dalam tingkat kemampuan
TPACK.
b. Kemampuan perencanaan dan implementasi
dari TPACK guru SMA baru sebatas
penggunaan infokus dan perangkatnya beserta
whiteboard, dan spidol yang diimplementasikan
dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan
metode presentasi di kelas oleh masing-masing
kelompok.
Penelitian mengenai kemampuan TPACK
ini masih sangat baru dan belum banyak diteliti
di Indonesia, sehingga penelitian ini masih
sangat sederhana. Oleh karena itu, peneliti berharap
setelah penelitian mengenai TPACK ini diangkat, akan
banyak penelitian-penelitian selanjutnya mengenai
TPACK pada guru.

5. UCAPAN TERIMAKASIH
b. Almarhumah ibu, yang selalu Komputer Media Pembelajaran Biologi: Bahan
menginspirasi dalam penyelesaian penelitian Ajar Matrikulasi PPG Basic
ini, dan Science.Yogyakarta. FMIPA
c. Suami dan anak tercinta, yang selalu Universitas Negeri Yogyakarta
mendukung dalam penyelesaian penelitian Mishra, P., & Koehler, M. J. (2006). Technological
ini, baik materiil maupun imateriil. Pedagogical Content Knowledge: A Framework
for Teacher Knowledge. Dalam Teachers College
6. DAFTAR PUSTAKA Record [Online]. Vol. 108 (6): 1017-1054

Abidin, Y. (2009). Guru dan Pembelajaran


Bermutu. Bandung: Rizqi Press
Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian:
Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi.
Jakarta: Rineka Cipta
El- Khalick, F. (2006). Preservice And
Experienced Biology Teachers' Global
And Specific Subject Matter Structures:
Implications For Conceptions Of
Pedagogical Content Knowledge.
Dalam Eurasia Journal of Mathematics,
Science and Technology Education
[Online], Vol. 2 (1-29). ISSN: 1305-
8223
Fachrurrazi, A. (2012). Pengertian
Teknologi Pendidikan dan
Teknologi Pembelajaran [Online].
https://ahmadfachrurrazi.wordpress.com/20
12/04/ 05/pengertian-teknologi-pendidikan-
dan-pembelajaran/. 10/01/2014
Kocoglu, Z. (2009). Exploring The
Technological Pedagogical Content
Knowledge of Pre-service Teachers in
Language Education. Dalam Procedia
Social and Science [Online], Vol. 1
(2734-2737). DOI:
10.1016/j.sbspro.2009.01.485
Koehler, M. J., & Mishra, P. (2009).
What Is Technological Pedagogical
Content Knowledge ?. Dalam
Contemporary Issues in Technology and
Teacher Education [Online], Vol. 9 (1):
60-70
Russel, M. K., dan Airasian. (1967).
Classroom Assessment: Concept and
Aplication- 7th ed. New York. McGraw-
Hills Companies Inc.
Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional
Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung:
Alfabeta
Schmidt, D. A. (2009). Technological
Pedagogical Content Knowledge
(TPACK): The Development and
Validation of An Assessment Instrument
for Preservice Teachers. Dalam Journal
of Research on Technology in Education
[Online], Vol. 42 (2): 123-149
Srisawasdi, N. (2012). The Role of TPACK in
Physics Classroom: Case Study of
Preservice Physics Teachers.
Thailand. Procedia
Social and Behavioral
Sciences
Subiantoro, A. W. (2011). Aplikasi
Lestari. Analisis Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge

7. LAMPIRAN
Tabel 4.2. Analisis Kemampuan TPACK Berdasarkan Komponen-Komponen TPACK

Alasan Komponen TPACK


par
konsep PK CK TK PCK TPK TCK TPACK
tisi Konsep
dianggap
pan C CCC C N C
penting Pn Pn Cn Pn Pn Pn Pn Pn An
n n n n n n
Tuntutan n
Indikator
LS Neuron dan
aplikasi
sehari-hari
Neuron

AG Tuntutan
indikator

Neuron
AN Pembagian Tuntutan
W Sistem Indikator
Saraf
08
41.0 33.0
PERSENTASE (%) 50 - .0 50 - 50 - 50 - - 50 - -
16. 7.00 3.00
3
07

Dasar dari
pemahama
Neuron n semua
materi
sistem saraf

Berkaitan
Mekanisme
dengan
Penjalaran kehidupan
Impuls sehari-hari
RN
Bagian
Pembagian terpenting
Sistem dalam
Saraf sistem saraf

Kelainan Berkaitan
Pada dengan
Sistem kehidupan
Saraf sehari-hari

Neuron

Mekanisme Bagian
Penjalaran dalam
BT Impuls sistem
Pembagian koordinasi
Sistem
Saraf
Lestari. Analisis Kemampuan Technological Pedagogical Content Knowledge

Alasan Komponen TPACK


par
konsep PK CK TK PCK TPK TCK TPACK
tisi Konsep
dianggap
pan C C C C C N C A
penting Pn Pn Cn Pn Pn Pn Pn Pn
n n n n n n n n
Kelainan
Pada
Sistem
Saraf

Salah satu
sistem
Neuron koordinasi
yang
memungki
nkan
EN
makhluk
Mekanisme hidup
Penjalaran tanggap
Impuls dengan
lingkungan
Pembagian nya
Sistem
Saraf
91 91 91
33. 91.
.0 41.0 58.0 .0 .0 91.0
PERSENTASE (%) 50 03. 07.
7. 7.00 3.00 7. 7. 7.00
00 00
00 00 00

Anda mungkin juga menyukai