OLEH:
KELOMPOK 1
ARDIANSYAH NOCH R014212001
ANUGRAH TRIYANI R014212008
NALCHE KECHIA RANGAN R014212027
ARFAN IRWAN R014212039
JUILTA ASTIWI R014212029
SISILIA LINDA PARINDING R014212020
CHAERAH NUR MAULIYAH R014212043
ATALYA ANGELA TANDUNGAN R014212026
( ) (Syahrul, S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.MB)
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul “Analisa
Kasus Keperawatan Gawat Darurat Pada Tn.H dengan Efusi Pleura di Ruang IGD Non Bedah
Laporan ini menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan tahap praktik profesi
Keperawatan Gawat Darurat pada Program Studi Profesi Ners Fakultas Keperawatan
Universitas Hasanuddin Makassar. Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak terlepas dari
bantuan, bimbingan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
dengan penuh kerendahan hati perkenankan kami menyampaikan terima kasih dan
Akhirnya dengan menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih
banyak kekurangan, kami hanyalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf
dalam penyusunan laporan kasus ini. Demikian kami menerima segala kritik dan saran dari
semua pihak.
Penulis,
Kelompok I
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Tujuan.............................................................................................................................5
C. Manfaat...........................................................................................................................6
BAB II........................................................................................................................................7
KONSEP KEPERAWATAN.....................................................................................................7
A. Definisi............................................................................................................................7
B. Etiologi............................................................................................................................7
C. Patomekanisme...............................................................................................................8
D. Manifestasi Klinik...........................................................................................................9
E. Klasifikasi.......................................................................................................................9
F. Pemeriksaan Penunjang................................................................................................10
G. Penatalaksanaan............................................................................................................12
H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN......................................................................12
BAB III.....................................................................................................................................19
LAPORAN ANALISA KASUS..............................................................................................19
BAB IV....................................................................................................................................30
PEMBAHASAN......................................................................................................................30
A. Kesesuaian/Kesenjangan Antara Konsep dan Praktik..................................................30
B. Evidence Based Practice...............................................................................................32
BAB V......................................................................................................................................34
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................................34
A. Kesimpulan...................................................................................................................34
B. Saran..............................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................35
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
merembes secara terus menerus ke dalam rongga dada dari kapiler-kapiler yang
membatasi pleura parietalis dan diserap ulang oleh kapiler dan sistem limfatik pleura
viseralis (Yunita, 2018). Efusi pleura yaitu suatu keadaan dimana terjadi akumulasi
cairan pleura yang abnormal dalam rongga pleura akibat transudasi atau eksudasi yang
berlebihan. Penyebab efusi pleura sendiri sangatlah beragam, dinegara bagian barat efusi
pleura dapat disebabkan karena gagal jantung kongesti, sirosis hati, keganasan, dan
Menurut WHO (2018), efusi pleura merupakan suatu gejala penyakit yang dapat
mengancam jiwa penderitanya. Secara geografis penyakit ini terdapat di seluruh dunia,
Indonesia. WHO memperkirakan 20% penduduk kota dunia pernah menghirup udara
kotor akibat emisi kendaraan bermotor, sehingga banyak penduduk yang berisiko tinggi
terkena penyakit paru dan saluran pernapasan seperti efusi pleura. Efusi pleura terjadi
ekstra paru. Penderita dengan Efusi pleura banyak di temui pada kelompok umur 44-49
tahun keatas (30,7%), serta lebih banyak terjadi pada laki-laki (54,7%) dibandingakn
perempuan (45,3%). Tingginya insiden efusi pleura disebabkan oleh TB paru dan Tumor
paru. Menurut Riskesdas (2013) terdapat 508.330 jiwa yang menderita penyakit paru
5
Menurut Kemenkes (2015) prevelensi penyakit efusi pleura di Indonesia
mencapai 2,7%. Menurut hasil Studi Berta & Puspita dalam Causes Of Pleural Efusion
In Metro 2017 terdapat 537 insidensi pleura pada periode Januari- Desember 2017.
Sebanyak 60,9% adalah berjenis kelamin laki-laki dan 39,1 % berjenis kelamin
perempuan. Sebanyak 10, 4 % berusia kurang dari 35 tahun, 39,3% berusia 35-55 tahun,
34,6 % berusia 56-70 tahun, dan 15,6 % berusia lebih dari 70 tahun.
Banyak pasien efusi pleura meninggal dalam 30 hari setelah masuk ke rumah
sakit, dan hampir 1/3 meninggal dalam satu tahun (Ajuonuma, 2015). Beberapa
penelitian mengemukakan hasilnya mengenai tingkat mortalitas efusi pleura cukup tinggi
dengan keganasan menjadi penyebab kematian terbanyak . Maka dari itu, penanganan
efusi pleura harus ditegakkan secara teliti dengan melalui beberapa tahapan yaitu
tambahan seperti analisis cairan pleura (Debiasi, 2015). Oleh karena itu, makalah ini
akan menjelaskan mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan Efusi Pleura.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
C. Manfaat
a. Manfaat Teori
agar dapat melakukan asuhan keperawatan pada pasien diagnosis Efusi Pleura
b. Manfaat Praktis
Dapat dipakai untuk acuan dalam melakukan tindakan asuhan dan melakukan
7
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Definisi
Efusi pleura adalah akumulasi cairan di antara pleura parietal dan viseral, yang
disebut rongga pleura. Ini dapat terjadi dengan sendirinya atau dapat menjadi akibat dari
penyakit parenkim di sekitarnya seperti infeksi, keganasan atau kondisi peradangan. Efusi
pleura merupakan salah satu penyebab utama mortalitas dan morbiditas paru ( Krishna &
Rudrappa, 2021).
Semua manusia yang sehat memiliki sejumlah kecil cairan pleura yang melumasi
ruang dan memfasilitasi gerakan paru-paru normal selama respirasi. Keseimbangan cairan
yang halus ini dipertahankan oleh tekanan onkotik dan hidrostatik serta drainase limfatik;
gangguan pada salah satu dari sistem ini dapat menyebabkan penumpukan cairan pleura
B. Etiologi
Cairan pleura diklasifikasikan sebagai transudat atau eksudat berdasarkan kriteria
Light yang dimodifikasi. Cairan pleura dianggap efusi eksudatif jika setidaknya salah satu
2. Rasio laktat dehidrogenase cairan pleura (LDH) / serum LDH lebih dari 0,6
3. LDH cairan pleura lebih dari dua pertiga dari batas atas nilai laboratorium normal
atau onkotik di rongga pleura seperti gagal jantung kiri kongestif, sindrom nefrotik, sirosis
peritoneal.
8
Penyebab umum eksudat termasuk infeksi paru-paru seperti pneumonia atau TBC,
Beberapa penyebab efusi pleura yang kurang umum adalah emboli paru yang dapat
berupa eksudat atau transudat, akibat obat (misalnya metotreksat, amiodaron, fenitoin,
dasatinib, biasanya eksudat), pasca radioterapi (eksudat), ruptur esofagus (eksudat) dan
C. Patomekanisme
Pada orang dewasa sehat yang normal, rongga pleura memiliki sedikit cairan yang
berfungsi sebagai pelumas untuk kedua permukaan pleura. Jumlah cairan pleura sekitar
0,1 ml/kg sampai 0,3 ml/kg dan terus-menerus dipertukarkan. Cairan pleura berasal dari
pembuluh darah permukaan pleura parietalis dan diserap kembali oleh limfatik di
permukaan diafragma dan mediastinum yang bergantung pada pleura parietalis. Tekanan
mendorong cairan interstisial ke dalam rongga pleura dan karenanya memiliki kandungan
protein yang lebih rendah daripada serum. Akumulasi kelebihan cairan dapat terjadi jika
ada produksi yang berlebihan atau penurunan penyerapan atau keduanya melebihi
mekanisme homeostatis normal. Jika efusi pleura terutama karena Mekanisme yang
transudatif, dan menyebabkan efusi pleura telah mengubah keseimbangan antara tekanan
kapiler (biasanya eksudat ) atau gangguan drainase limfatik (Bedawi, Hassan, & Rahman,
9
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi dari efusi pleura bergantung dari penyakit yang mendasari terjadinya
akumulasi cairan. Pada pneumonia gejala yang timbul biasanya demam, menggigil, dan
nyeri dada pleuritic (Smeltzer & Susan , 2014). Karena adanya penumpukan cairan di
rongga pleura, gejala lain yang bisa timbul adalah kesulitan dalam pengembangan dada ,
pasien akan mengalami dispnea terutama saat melakukan aktivitas dan batuk kering
nonproduktif. Hal ini disebabkan karena iritasi bronchial atau pergeseran mediastinum
Kardiyudiani (dalam Umara et al, 2021) membagi gejala efusi pleura yang terjadi
5. Efusi luas : muncul gejala sesak napas, bunyi pekak atau datar saat perkusi di atas area
yang terdapat cairan, bunyi napas minimal atau tidak terdengar (Umara, et al., 2021).
E. Klasifikasi
Klasifikasi efusi pleura terbagi menjadi tiga yaitu (Umara, et al., 2021):
Merupakan ultra viltrate plasma, yang menandakan bahwa membran pleura tidak
terkenan penyakit. Akumulasi cairan pada rongga pleura disebabkan oleh faktor
Cairan eksudat yang terakumulasi pada rongga pleura disebabkan karena adanya
kebocoran cairan melewati pembuluh kapiler yang rusak dan masuk kedalam paru-
b. Perbandingan cairan pleura dengan dehidrogenase laktat (LDH) lebih dari 0,6.
10
c. LDH cairan pleura dua per tiga atas batas normal LDH serum.
Cairan hemoragik (darah) dapat terjadi akibat adanya trauma dada, sehingga darah
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada kasus efusi pleura antaralain
Pemeriksaan ini dapat melihat adanya akumulasi abnormal melebihi 200 cc.
visibilitas.
Dalam tampilan dekubitus lateral tampilan efusi pleura mudah di deteksi dengan
cairan pleura bebas yang berpindah anatar diding dada dependen dan batas bawah
paru.
11
c. iIdentifikasi lokasi cairan pleura
penumpukan cairan atau massa pada pleura, paru, cairan terlokalisasi, menunjukkan
kelaian pada parenkim paru, membedahkan empyema dengan akumulasi udarah pada
(1-10 mm)
6. Kultur cairan pleura: Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan sel-sel patologis
atau dominasi sel-sel tertentu, seperti sel neutrophil, sel limfosit, sel metosel dll.
7. Biopsi pleura: Merupakan metode yang efektif untuk menegakkan diagnosis, dengan
a. Bronskopi: dapat dilakukan pada kasus efusi pleura akibat neoplasma, korpus
c. Torakoskopi (fiber optic pleuroscopy): dapat dilakukan pada keadaan efusi pleura
12
G. Penatalaksanaan
Tatalaksana pada pasien dengan efusi pleura antara lain (Nurafif & Kusuma, 2015) :
a. Tirah baring
meningkat pula
b. Thorakosintesis
Drainase cairan efusi pleura menimbulakna gejala subjektif seperti nyeri, dispnea,
dan lain-lain. Cairan efusi sebanyak 1-1,5 liter perlu dikeluarkan segera untuk
mencegah meningkatnya edema paru. Jika jumlah cairan efusi lebih banyak maka
c. Antibiotic
d. Pleurodesis
Pada efusi karena keganasan dan efusi rekuren lain, diberikan obat (tetrasiklin,
kalk, dan biomisin melalui selang interkostalis untuk melekatkan kedua lapisan
pasien saat datang dan adakah risiko yang membahayakan atau mengancam
2018)
13
a. Primary Survey
1) Airway:
obstruksi
b) Atur posisi : posisi kepala flat dan tidak miring ke satu sisi untuk
mencegah
2) Breathing:
a) Jenis pernapasan
b) Frekuensi pernapasan
e) Bunyi napas
f) Hembusan napas
3) Circulation:
c) CRT,
4) Disability:
b) Refleks fisiologis
14
c) Reflek patologis
d) Kekuatan otot
b. Secondary Survey
1) Sistem pernapasan
Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki basah, kasar dan
yang nyaring.
kontra lateral yang diketahui dari posisi trakhea dan ictus kordis. RR
cairannya > 250 cc. Disamping itu pada palpasi juga ditemukan
pergerakan dinding dada yang tertinggal pada dada yang sakit. Suara
tidak mengisi penuh rongga pleura, maka akan terdapat batas atas cairan
dalam posisi duduk. Garis ini disebut garis Ellis-Damoisseaux. Garis ini
suara nafas menurun sampai menghilang. Pada posisi duduk cairan makin
15
ke atas makin tipis, dan dibaliknya ada kompresi atelektasis dari
2) Sistem kordiovaskuler
Pada inspeksi perlu diperhatikan letak ictus cordis, normal berada pada
ICS – 5 pada linea medio claviculaus kiri selebar 1 cm. Pemeriksaan ini
gallop dan adakah bunyi jantung III yang merupakan gejala payah jantung
mengeras.
3) Sistem neurologis
16
penciuman, perabaan dan pengecapan. Kesadaran penderita yaitu
4) Sistem gastrointestinal
tepi perut menonjol atau tidak, umbilicus menonjol atau tidak, selain itu
adakah nyeri tekan abdomen, adakah massa (tumor, feces), turgor kulit
perut untuk mengetahui derajat hidrasi pasien, apakah hepar teraba, juga
padat atau cairan akan menimbulkan suara pekak (hepar, asites, vesika
turun.
5) Sistem muskuloskeletal
6) Sistem integumen
Inspeksi mengenai keadaan umum kulit higiene, warna ada tidaknya lesi
pada kulit, pada pasien dengan efusi biasanya akan tampak cyanosis
akibat adanya kegagalan sistem transport O2. Pada palpasi perlu diperiksa
17
mengenai kehangatan kulit (dingin, hangat, demam). Kemudian texture
hidrasi seseorang. Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab, tugor
kulit menurun.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncuk pada pasien dengan efusi pleura
struktur abdomen
f) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan batuk menetap dans esak napas
18
PENYIMPANGAN KDM
Gagal Jantung Kiri
Peradangan pada pleura
Obstruksi vena cava superior Terdapat jaringan nekrotik pada
septa
Asites pada sirosis hati
Permeabel membrane kapiler
Dialysis peritoneal
meningkat
Kongesti pada pembuluh limfe
Obstruksi fraktus urinarius
Peningkatan tekanan kapiler sistemik/pulmonal
Cairan protein dari getah bening
Penurunan tekanan koloid osmotic dan pleura Reabsorpsi cairan terganggu masuk rongga pleura
Ketidakefektifan Bersihan
Intoleransi Aktivitas Defisit Perawatan Diri Jalan Napas
19
BAB III
LAPORAN ANALISA KASUS
Level Triage :
PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT P3 (Urgent)
Transportasi ke IGD:
■ Ambulance □ Kendaraan sendiri □ Kendaraan umum □ Lainnya…….
20
■ Normal □ Menurun periodik
□ Snoring □ Stridor □ Memberikan posisi miring mantap
□ Wheezing □ Gargling jika pasien tidak sadar
□ Ronchi □ Melakukan jaw thrust, chin lift
□ Tidak ada suara nafas □ Kolaborasi: pemberian
bronchodilator / nebulizer
Data Lainnya: □ Kolaborasi: pemasangan ETT,
LMA atau trakeastomi
Faktor risiko: □ Lain-lain:
□ …….. - Monitor sputum
□ ………. - Kolaborasi pemberian
□ ………. mukolitik
B. Breathing □ Gangguan Ventilasi ■ Mengobservasi frekuensi, irama
Pola nafas Spontan dan kedalaman suara nafas
□ Eupneu □ Bradipneu ■ Ketidakefektifan ■ Mengobservasi penggunaan
□ Apneu ■ Takipneu Pola Nafas otot bantu pernafasan
□ Dyspneu □ Orthopneu □ Gangguan ■ Memberikan posisi semi fowler
Frekuensi nafas : 28×/menit Pertukaran Gas jika tidak ada kontra indikasi
SaO2 : 99% ■ Memperhatikan
NOC: Setelah dilakukan pengembangan dinding dada
Bunyi nafas : tindakan keperawatan □ Melakukan fisioterapi dada jika
■ Vesikuler/Bronchovesikuler diharapkan masalah tidak ada kontra indikasi
□ Ronchi dapat teratasi dengan □ Memberikan bantuan pernafasan
□ Rales/Crackles kriteria hasil: dengan bag-valve mask
□ Lainnya:……………….. 1. Keluhan sesak □ Kolaborasi : Intubasi
berkurang ■ Kolaborasi : Pemberian O2 via
Irama nafas: 2. Frekuensi napas nasal kanul 4 lpm
■ Teratur □ Tidak teratur normal (12-20 □ Lain-lain……
x/menit)
Pengembangan dada/paru 3. Pola napas normal
□ Simetris ■ Tidak simetris
Hemitoraks kiri tertinggal saat
statis dan dinamis
Hasil AGD :
Data lainnya:
21
- Suara napas paru kiri terdengar
lebih redup
- Pasien mengeluh sesak sejak 2
minggu lalu
- Terpasang WSD hari ke-8
C. Circulation □ Penurunan Curah □ Mengawasi adanya perubahan
Akral : ■ Hangat □ Dingin Jantung warna kulit
Pucat : ■ Tidak □ Ya (Aktual / Risiko) □ Mengawasi adanya perubahan
Cianosis : ■ Tidak □ Ya □ Ketidakefektifan kesadaran
Pengisian Kapiler Perfusi Jaringan □ Mengidentifikasi tanda gejala
■ < 3 detik □ ≥ 3 detik Perifer primer dan sekunder penurunan
(Aktual / Risiko) curah jantung
Nadi : ■ Teraba □ Tidak □ Kekurangan Volume □ Mengukur tanda-tanda vital
teraba Cairan □ Memonitor perubahan capillary
Frekuensi: 82×/menit (Aktual / Risiko) refill time
Irama : ■ Regular □ Irregular □ Diare □ Mengobservasi adanya tanda-
Kekuatan : ■ Kuat □ Lemah □ Risiko Gangguan tanda edema paru: dispnea &
Fungsi ronkhi.
Tekanan darah: 110/60 mmHg Kardiovaskular □ Mengkaji kekuatan nadi perifer
□ Risiko Penurunan □ Anjurkan beraktivitas sesuai
Adanya riwayat kehilangan cairan Perfusi Jaringan toleransi
dalam jumlah besar: Jantung □ Mengkaji tanda-tanda dehidrasi
□ Diare………x/hari □ Risiko Perdarahan □ Memonitor intake-output cairan
□ Muntah…….x/hari □ Risiko Syok setiap jam: pasang kateter dll.
□ Luka bakar…..% Grade:….. □ Mengobservasi balans cairan
NOC : □ Mengawasi adanya edema perifer
Perdarahan: □ Mengobservasi adanya urine
■ Tidak output < 30 ml/jam dan
□ Ya, Grade:……. peningkatan BJ urine
Jika ya ………..cc □ Meninggikan daerah yang cedera
Lokasi perdarahan……. jika tidak ada kontradiindikasi
□ Memberikan cairan peroral jika
Kelembaban kulit:
masih memungkinkan hingga
■ Lembab □ Kering
2000-2500 cc/hr
Turgor:
□ Mengontrol perdarahan dengan
■ Normal □ Kurang
balut tekan.
Edema : ■ Tidak □ Ya, Grade:
□ Mengobservasi tanda-tanda
…..
adanya sindrom kompartemen
Output urine……..ml/jam
(nyeri lokal daerah cedera, pucat,
penurunan mobilitas, penurunan
EKG:
tekanan nadi, nyeri bertambah
saat digerakkan, perubahan
Data lainnya:…….
sensori/baal dan kesemutan)
□ Menyiapkan alat-alat untuk
22
Faktor Risiko: pemasangan CVP jika diperlukan
□ Memonitor CVP jika diperlukan
□ Memonitor CVP dan perubahan
nilai elektrolit tubuh
Kolaborasi:
□ Melakukan perekaman EKG 12
lead
□ Melakukan pemasangan infus 2
line
□ Menyiapkan pemberian transfusi
darah jika penyebabnya
pendarahan,koloid jika darah
transfusi susah didapat
□ Pemberian atau maintenance
cairan IV
□ Tindakan RJP
□ Kolaborasi untuk pemberian
terapi:
( ) Analgetik
( ) Oksigen
( ) Nitroglycerine
( ) Aspirin
( ) ………………
□ Lain-lain ……
D. Disability/Disintegrity □ Penurunan Kapasitas □ Mengukur tanda-tanda vital
Tingkat kesadaran: A V P U Adaptif Intrakranial □ Mengobservasi perubahan
■ Compos mentis □ Disorientasi □ Risiko tingkat kesadaran
□ Mengobservasi adanya tanda-
□ Apatis □ Delirium Ketidakefektifan
tanda peningkatan TIK
□ Somnolent/letargi Perfusi Jaringan Otak (Penurunan kesadaran, HPT,
□ Stupor □ Coma □ Risiko Jatuh Bradikardia, sakit kepala,
□ Risiko Cedera muntah, papiledema & palsi
Nilai GCS (dewasa): N.cranial VI)
E: 4 M: 6 V: 5 NOC: □ Pertahankan posisi kepala dan
Pupil: ■ Normal □ Tidak leher netral
Respon cahaya + □ Mengobservasi kecukupan cairan
□ Memasang pengaman sisi
Ukuran pupil:
tempat tidur dan mengunci
■ Isokor □ Anisokor roda tempat tidur
Diameter : O 1 mm O 2 mm
O 3 mm O 4 mm Kolaborasi:
Penilaian Ekstremitas □ Pemberian oksigen
Sensorik: □ Ya □ Tidak □ Pemasangan infus
□ Intubasi
Motorik: □ Ya □ Tidak
□ Monitor hasil AGD dan laporkan
Kekuatan otot:
23
[ ]
5 5
5 5
hasilnya
□ Memberikan terapi sesuai
indikasi
Data lainnya: □ Lain-lain ……
Data lainnya:
- Pasien sesekali tampak meringis
Faktor risiko:
□ …………
□ ……………
F. Fahrenheit (Suhu Tubuh) □ Hipertermia □ Mengobservasi TTV, kesadaran,
Suhu : 36,2 °C □ Hipotermia saturasi oksigen
Lamanya terpapar suhu panas / (Aktual / Risiko) □ Membuka pakaian (menjaga
□ Ketidakefektifan privasi)
dingin: ……….jam
Termoregulasi □ Melakukan penurunan suhu
□ Risiko
Riwayat pemakaian obat: tubuh: kompres dingin/ evaporasi
Ketidakseimbangan
Suhu Tubuh /selimut pendingin (cooling
Riwayat penyakit: blanket)
□ Metabolik NOC : □ Mencukupi kebutuhan cairan/oral
□ Kehilangan cairan □ Memberikan antipiretik
24
□ Penyakit SSP □ Melindungi pasien lingkungan
yang dingin
Riwayat □ Membuka semua pakaian pasien
□ Cedera kepala yang basah
□ Dampak tindakan medis □ Melakukan penghangatan tubuh
(latrogenic) pasien secara bertahap (1oC/jam)
□ Pemberian cairan infus yang dengan selimut tebal/warm
terlalu dingin blanket
□ Pemberian transfusi darah □ Mengkaji tanda-tanda cedera
yang terlalu cepat & masih fisik akibat cedera dingin: kulit
dingin melepuh, edema, timbulnya bula/
□ Hipoglikemia vesikel, menggigil.
□ ………………… □ Menganjurkan pasien agar tidak
menggorok/menggaruk kulit
Data lainnya:………. yang melepuh
□ Melakukan gastric lavage dengan
Faktor risiko: air hangat
□ Menyiapkan cairan IV dengan
cairan yang hangat
□ Menyiapkan alat-alat intubasi
jika diperlukan
□ Lain-lain…………….
PENGKAJIAN SEKUNDER
1. Riwayat alergi
■ Tidak □ Ya………..
2. Obat yang dikonsumsi sebelum masuk RS?
- Ketorolak 30mg/8 jam.IV
- Ceftriaxon 1gr/12 jam/IV
- Omeprazol 40mg/24 jam/IV
3. Riwayat Penyakit
■ Tidak ada □ DM □ PJK
□ HPT □ Asma □ Lainnya……….
4. Riwayat hospitalisasi?
□ Tidak ■ Ya (tahun 2015 selama 9 hari dengan keluhan sesak)
7. Pengkajian fisik:
25
a. Kepala dan wajah
Bentuk kepala normocephal, wajah simetris, tidak terdapat luka atau massa, konjungtiva tidak
anemis, sclera tidak ikterik
c. Dada
Bentuk dada normal, gerakan dada asimetris (hemitoraks kiri tertinggal saat statis dan
dinamis)
f. Extremitas
8. Psikososial
Kecemasan dan ketakutan
□ Ringan □ Berat
□ Sedang □ Panik
Mekanisme koping
□ Merusak diri □ Perilaku kekerasan
□ Menarik diri/isolasi sosial
Konsep diri
□ Gangguan citra diri □ Harga diri rendah
Lainnya:
26
10. Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium (20-07-2022)
Pemeriksaan Hasi Nilai Rujukan Satuan Keterangan
l
Hematologi
WBC 24.3 4.00-10.00 103/µl Tinggi
RBC 2.66 4.00-6.00 106/µl Rendah
HGB 7.9 12.0-16.0 gr/dl Rendah
HCT 25 37.0-48.0 % Rendah
PLT 677 150-400 103/µl Tinggi
Imunoserologi
Prokalsitonin 0.72 < 0.05 ng/ml Tinggi
Kesan : Anemia normositik normokrom
Trombositosis
Leukositosis
b. Radiologi (21-07-2022)
- Perselubungan homogen pada hemitoraks kiri disertai periapical capping yang menutupi
sinus, diafragma, dan batas kiri jantung
- Terpasang chest tube dengan insersi setinggi ICS VII posterior kiri
- Tampak echo cairan bebas yang heterogen/debris (+) pada cavum pleura sinistra
Kesan : Efusi pleura massive sinistra, dd/ Empiema thoracic
27
PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN
Tanggal : 20-07-2022
28
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN & EVALUASI
29
Nyeri akut 17.00 - Mengkaji karakteristik nyeri menggunakan 20.00 S:
PQRST - Pasien mengatakan keluhan nyeri
Hasil: tidak ada
P: saat beraktivitas
O:
Q: nyeri tajam
- Ekspresi meringis tidak ada
R: dada
- Pasien mampu melakukan teknik
S: nyeri skala 4 NRS (nyeri sedang)
napas dalam secara mandiri
T: nyeri hilang timbul, 5 menit
17.25 - Skala nyeri 0
- Kolaborasi pemberian analgesik (Ketorolac
1 amp/IV) A : Nyeri akut teratasi
17.30
- Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam P : Observasi kembali keluhan nyeri
17.30
- Membatasi aktivitas yang meningkatkan
intensitas nyeri
30
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Pengkajian
survey). Pada pengkajian primer yang dikaji adalah airway, breathing, circulation,
pengkajian sekunder yang dikaji adalah anamenesa yang meliputi AMPLE (allergy,
medication, past illness, last meal, dan event), pengkajian fisik, pemeriksaan
2. Diagnosa Keperawatan
Sesuai teori dan kasus, diagnosa keperawatan yang dapat diangkat terdiri dari
Nyeri akut
3. Intervensi Keperawatan
menentukan prioritas masalah, menetapkan tujuan yang diharapkan dan kriteria hasil
yang ingin dicapai serta menyusun intervensi yang akan dilaksanakan pada klien.
prioritas masalah, menetapkan tujuan yang diharapkan, menetapkan kriteria hasil yang
ingin dicapai,serta menyusun intervensi yang akan dilaksanakan pada klien. Tidak ada
31
Kesenjangan yang terdapat antara intervensi sesuai konsep dan sesuai praktik
4. Implementasi
Sesuai praktik, implementasi dilakukan secara langsung pada klien sehingga tidak
5. Evaluasi
langsung pada klien yang meliputi subyektif, obyektif, assessment dan planning.
assessment dan planning. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
kesenjangan antara konsep dan praktik. Secara umum, seluruh pengkajian yang
32
B. Evidence Based Practice
Efusi pleura merupakan suatu kondisi terjadinya akumulasi cairan yang abnormal
pada pleura. Hal ini dikarenakan terjadinya pembentukan cairan pada pleura lebih cepar
dari proses absorpsi. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada proses ventilasi, yaitu
restriksi. Restriksi merupakan gangguan pengembangan paru sehingga udara yang masuk
ke paru kurang dari normal. Terdapat beberapa tindakan keperawatan dalam mengatasi
masalah pernafasan pada efusi pleura, yaitu monitoring status pernafasan pasien,
kepada pasien efusi pleura karena dapat mempermudah masalah gangguan oksigenasi,
yaitu memperbaiki proses ventilasi sehingga dapat meningkatkan ekspansi paru untuk
mengurangi sesah yang dialami pasien (Dean, 2014). Posisi yang palieng sering
diterapkan pada pasien efusi pleura adalah posisi lateral pada bagian paru yang terkena
gangguan pernapasan sangat penting untuk memfasilitasi pernapasan yang adekuat, salah
satunya adalah head-up 45˚. Head-up 45˚ menggunakan gravitasi untuk membantu
mengembangkan dada dan mengurangi tekanan pada perut dan diafragma. Ketika
gravitasi terjadi maka akan menarik diafragma ke bawah, mengurangi tekanan pada
diafragma dan meredakan kompresi dada sehingga ekspansi dada dan ventilasi paru lebih
besar. Rustandi et al (2016) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa head-up 45˚ dapat
33
peningkatan oksigenasi akan menyebabkan kebutuhan volume per menit untuk oksogen
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh posisi lateral dengan head-up
45˚ terhadap saturasi oksigen dan frekuensi pernapasan pada pasien efusi pleura
adalah quasi-experimental design dengan one group pre and post-test design dimana
variabel yang akan diukur adalah saturasi oksigen dan laju pernafasan. Jumlah sampel
pada penelitian ini adalah 44 responden. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah
pasien dengan efusi pleura unilateral yang dibuktikan dengan hasil rontgen atau
pemeriksaan fisik oleh dokter, posisi yang digunakan adalah posisi lateral dengan head
up di bawah 45°, dipasang nasal kanula oksigen, sedangkan kriteria eksklusi dalam
penelitian ini adalah frekuensi pernapasan > 25x/m dan adanya trauma servikal.
Hasil penelitian pengaruh posisi lateral dengan head up 45˚ pada saturasi oksigen
dan laju pernapasan menunjukkan bahwa pemberian posisi lateral ke arah yang
mengalami efusi dengan head up 45˚ dapat meningkatkan saturasi oksigen dan
34
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Efusi pleura adalah akumulasi cairan di antara pleura parietal dan viseral, yang
disebut rongga pleura. Efusi pleura dapat terjadi dengan sendirinya atau dapat
menjadi akibat dari penyakit parenkim di sekitarnya seperti infeksi, keganasan atau
kondisi peradangan. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada proses ventilasi, yaitu
restriksi. Restriksi atau gangguan pengembangan paru sehingga udara yang masuk ke
paru kurang dari normal. Gejala dari efusi pleura yang muncul yaitu gejala sesak
napas, bunyi pekak atau datar saat perkusi di atas area yang terdapat cairan, bunyi
napas minimal atau tidak terdengar. Klasifikasi efusi pleura terbagi menjadi tiga
yaitu, efusi pleura transudat, efusi pleura eksudat dan efusi pleura hemoragik.
Terdapat beberapa tindakan keperawatan dalam mengatasi masalah pernafasan pada
efusi pleura, yaitu monitoring status pernafasan pasien, dispnea, sianosis, saturasi
oksigen, positioning, pemberian terapi oksigen. Sesuai kasus, langkah-langkah pada
intervensi keperawatan adalah menentukan prioritas masalah, menetapkan tujuan yang
diharapkan, menetapkan kriteria hasil yang ingin dicapai, serta menyusun intervensi
yang akan dilaksanakan pada klien. Tidak ada kesenjangan yang terdapat antara
intervensi sesuai konsep dan sesuai praktik sehingga tidak terdapat kesenjangan antara
teori dan praktik.
B. Saran
Diharapkan dalam memberikan intervensi pada klien, perawat harus berdasarkan
pada praktik sesuai SOP berdasarkan bukti (evidience based practiced)
Diharapkan dalam memberikan intervensi pada klien, perawat senantiasa
melibatkan keluarga sebagai orang terdekat klien.
Aktif dalam meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien dengan efusi
pleura denganselalu mengikuti perkembangan evidence based.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
Rahmawati, E. Y., Pranggono, E. H., & Prawesti, A. (2021). The Effect of Lateral Position
with Head Up 45° on Oxygenation in Pleural Effusion Patients. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 9(2), 124-130.
Remolina, C., Khan, A., & Edelman, N. (2014). Positional hypoxemia in unilateral lung
disease. New England Journal of Medicine, 304(9), 523-525.
Riskesdas (2013). Hasil Riskesdas 2013. Jakarta : Kemetrian Kesehatan RI
Rustandi. (2014). Pengaruh Pemberian Posisi Terhadap Nilai Tidal Volume. Jurnal
Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, 2.
Smeltzer, & Susan , C. (2014). Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC.
Suryantoro, E., Isworo, A., & Upoyo, A. S. (2017). Effectiveness of Pursed Lips Breathing
through Six-Minute Walk Test towards Forced Expiratory. Padjadjaran Journal of
Nursing, 5(2), 1-8.
Umara, A. F., Wulandari, I. S., Supriadi, E., Rukmi, D. K., Silalahi, L. E., Malisa Novi, et al.
(2021). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Respirasi. Jakarta: Yayasan Kita
Menulis.
Yunita. (2018). Study Kasus Gangguan Pola Napas Tindakan Efektif pada Pasien Efusi
Pleura. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan. vol.7, No.2 Hal:101-221
37