DISUSUN OLEH :
Nim : 2018.C.10a.0993
Pembimbing Akademik
2
LEMBAR PENGESAHAN
Nim : 2018.C.10a.0993
3
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada
Ny. Y dengan Diagnosa Medis katarak ”.Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Ariani, S.kep.,Ners selaku koordinator praktik pra klinik
keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.
4
DAFTAR ISI
5
3.4 Implementasi .......................................................................................... 38
3.5 Evaluasi .................................................................................................. 38
BAB 4PENUTUP ................................................................................................. 42
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 42
4.2 Saran ....................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44
6
BAB 1
PENDAHULUAN
7
Karena semakin banyaknya penderita katarak di indonesia salah satunya di
Palangka Raya maka dalam hal ini penulis mengambil kasus kelolaan selama 3 hari
dengan asuhan keperawatan gangguan sistem pengindraan khususnya katarak pada
Ny.Y.
8
1.4.2 Bagi Institusi
Menjadi sumber referensi bagi institusi pendidikan maupun rumah sakit
1.4.3 Bagi IPTEK
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis dalam
keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada pasien
dengan Katarak
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mata merupakan organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang
memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang
dipantulkan objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif di
tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa
yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk
memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf
yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke
otak (Junqueira, 2017).
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya
karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur
seperti cincin di dalam aqueous humour. Lubang bundar di bagian tengah iris
tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata adalah pupil. Iris mengandung dua
kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan yang lain radial. Karena serat-serat
otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler berkontraksi
yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke
mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat yang terjadi pada
10
cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang masuk (Sherwood,
2012). Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina, harus
dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kemampuan
menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh
dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung
pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari
korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior. Pada mata
normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi
otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan
lebih kuat untuk penglihatan dekat. Serat-serat saraf simpatis menginduksi
relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis
menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat (Sherwood, 2012).
11
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau
diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2011).
2.1.4 Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut
:
1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang
akan menimbulkan katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir
(sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di
bawah usia 40 tahun
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Jenis katarak inimerupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan
yang paling sering ditemukan.
e. Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa
mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa
menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-
12
bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini
seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada
penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus
berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian
lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita
katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan
menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang
sudah merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan
perdangan pada struktur mata yang lainya.
2.1.5 Patofisiolgi (Pathway)
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula
anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.
13
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.
14
WOC KATARAK Proses penuaan
Nukleus
menebal/mengera
Penyakit metabolik ( Kortikosteroid Zat2 radikal bebas
galaktosemia,DM) (rokok, UV)
Lapisan korteks lens
menghasilkan serat lensa
baru
Opisitas lensa
KATARAK
Kapsul lensa Intumensensi Blocking sinar yang ( Peradangan ansietas Sinar terpantul
rusak lensa masuk pada uvea
Cahaya ke retina
Massa asing bagi Mengaburkan bayangan HCL
Dislokasi Evaporasi berkurang
6 jaringan uvea yang semu yang sampai meningkat
lensa pada retina
Paristaltik meningkat
Peradangan pada Dehidrasi Visus menurun
Uveitis uvea Pandangan kabur
Anoreksia,mual,muntah
Kekurangan Penglihatan kabur
Peningkatan Suplai O2 tidak Gg. Persepsi
kerja napas volume cairan Resiko nutrisi kurang
seimbang sensori (visual)
dari kebutuhan
Imobilisasi kurang
Post
Dispanea Perfusi jaringan
menurun Terpasang bebat,fungsi Gangguan immobilitas fisik
Resiko pola
Risiko Infeksi Risiko
15
napas tidak Resiko Gg. Perfusi
efektif jaringan Pendarahan Defisit pengetahuan
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan
tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
3. Gejala objektif biasanya meliputi:
a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
menjadi kabur atau redup.
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
3. Peka terhadap sinar atau cahaya.
4. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
5. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata
Penglihatan sering pada salah satu mata.
2.1.6 Komplikasi
16
mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera
mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada
periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada
lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan
perbaikan segera dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun
jarang terjadi.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
17
pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik
menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur
mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul
anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen
kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap dengan
meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu
ada penemuan terbaru pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu
fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui
insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi
tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang
kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sama yang juga
memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula
dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa
kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa
kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata.
Koreksi optikal yang dapat dilakukan diantaranya:
1) Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik,
namun pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan
distorsi pandangan perifer yang menyebabkan kesulitan dalam
memahami relasi spasial, membuat benda-benda nampak jauh lebih
18
dekat dan mengubah garis lurus menjadi lengkung. memerlukan
waktu penyesuaian yang lama sampai pasien dapat
mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi
aman dengan medan pandang yang terbatas.
2) Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia.
Lensa ini memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna
bagi mereka yang mampu menguasai cara memasang, melepaskan,
dan merawat lensa kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa
kontak menjadi sulit, karena kebanyakan lansia mengalami
kemunduran ketrampilan, sehingga pasien memerlukan kunjungan
berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
3) Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke
dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran
normal, karena IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia.
Sekitar 95 % IOL di pasang di kamera posterior, sisanya di kamera anterior.
Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang menjalani ekstrasi
intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa sengaja selama
prosedur ekstrakapsuler.
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.1.6 Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah
keterangan lain mengenai identitas pasien.
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada
usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi
pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia
sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia >
40 tahun.
1. Riwayat penyakit sekarang
19
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering
terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman
penglihatan.
2. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic
lainnya memicu resiko katarak.
3. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas
biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
4. Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam
penglihatan kabur / tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan / kabur,
tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca
mata, pengobatan tidak memperbaikipenglihatan, fotophobia (glukoma
akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras
dan kornea berawan ( glukoma berat dan peningkatan air mata ).
5. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri
tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit
kepala.
6. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan
vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada
radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
20
2.2.2.1 Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan( D 0085 hal. 190)
2.2.2.2 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi ( D.0111.Hal.246)
21
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx I : Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur tanda-tanda 1. Mengetahui kondisi TTV
persepsi sensorik keperawatan 1x 7 jam vital pasien
penglihatan diharapkan persepsi sensorik 2. Observasi periksa 2. Mengetahui tingkat status
berhubungan dengan membaik status sensori dan kenyamanan pasien
penurunan tajam Kriteria Hasil : tingkat kenyamanan 3. Mengatur kenyaman dan
penglihatan 1. Hasil TTV yang 3. Diskusikan tingkat keamanan disekitar
diharapkan : toleransi terhadap lingkungan pasien
TD : 120/80 mmHg beban 4. Agar pasien merasa lebih
S : 36,50 C sensori(mis,cahaya : tenang dan dapat beristirahat
RR : 80 x/menit terang/redup) dengan nyaman
N : 20 x/menit 4. batasi stimulus 5. Meminimalisir rasa
2. Verbalisasi melihat lingkunangan(cahaya) terganggu pasien terhadap
bayangan membaik 5. jadwalkan aktivitas cahaya
3. pasien merasa lebih harian dan waktu 6. Kolaborasi obat jika
tenang istirahat diperlukan
22
6. Ajarkan cara
meminimalisasi
stimulus
(mis,pengaturan
cahaya,membatasi
kunjungan)
7. kolaborasi
pemberian obat yang
mempengaruhi
persepsi stimulus
Dx II : Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi harapan
pengetahuan selama 1x 7 jam diharapkan kriteria hasil : dan mengelola
berhubungan dengan 1. Klien merasa lebih aman perilaku
kurang terpaparnya 2. Klien dapat mengetahui 2. Hindari sikap
informasi penyakitnya menyudutkan dan
3. Klien tampak rileks menghentikan
Klien merasa lebih tenang pemebicaraan
23
3. Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
4. Informasikan keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan kognitif
24
2.3.4 Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap
pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan
diantaranya :Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi
intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2015).
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat
dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US.
Midar H, dkk, 2012 ).
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Keterangan :
: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan:
:Pasein
3.1.3 Pemeriksaan fisik
3.1.3.1 Keadaan Umum
Klien Berpakaian kurang rapi,kesadaran compos menthis, pasien tampak cemas, pasien berbaring
dengan posisi supinasi/semi fowler .
3.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah datar, bentuk badan klien kurus, cara
berbaring supinasi / semi fowler klien dalam keadaan sadar dan sedih mampu berbicara dengan
jelas , penampilan klien kurang rapi. Klien dalam keadaan sadar sehingga dapat dilakukan
pengkajian tentang orientasi waktu(Klien dapat membedakan waktu pagi,siang,malam) , orientasi
orang (Klien dapat membedakan perawat dan keluarga), orientasi tempat (Klien mengetahui
sekarang di RS), mekanisme pertahanan klien adaftif Keluhan lain tidak ada.
3.1.3.3 Tanda-tanda vital
Suhu/T : 36,3 0C
Axilla
Nadi/HR : 78x/menit
Pernapasan/RR : 22x/menit
Tekanan Darah : 110/70mm Hg
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada, tidak batuk , tidak adanya sputum, sianosis
tidak ada, nyeri dada tidak ada, sesak napas tidak ada , tipe pernafasan perut dan dada , irama
pernafasan teratur, tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lain tidak ada.
Masalah keperawatan:
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Suara jantung normal, bunyi lub dup, capillary reflill< 2 detik, asites tidak ada, terdapat oedema
tidak ada, vena jugularis tidak meningkat.
Keluhan lain :tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS Ny.S E : 4 V:5, M: 6 total nilai GCS: 15. Kesadaran klien compos menthis , pupil
isokor, reaksi cahaya kanan dan kiri positif.
Uji syaraf kranial:
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I ( olfaktoris): Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan
alkohol
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (optikus) :Klien dapat membaca dengan jelas
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (okulomotorius) :Pupil pada mata klien bergerak kurang baik
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (trochlear): Klien dapat menggerakkan bola matanya keatas dan
kebawah
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (trigeminus):Klien dapat mengubah makanan yang di makanya
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (abdusen):Klien dapat menggerkkan bola mata ke samping
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (fasialis)::Klien dapat tersenyum
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (vestibulokokhlearis)::Klien dapat mendengar perkataan perawat
dengan jelas
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (glosofaringeus):Klien dapat menelan dengan baik
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (vagus): Klien dapat berbicara dengan jelas
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (assesorius) :Klien dapat menggerakkan bahu dan kepalanya
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (hipoglosus):Klien dapat menggerakkan lidahnya
Uji kordinasi ekstermitas atas jari ke jari tidak dilakukan, uji jari ke hidung tidak dilakukan,
ekstermitas bawah tumit ke jempol kaki tidak dilakukan, uji kestabilan tubuh tidak dilakukan.
Keluhan lain :
Masalah keperawatan :
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urin 1000 ml 24 x/ jam, warna kuning, bau khas urine ( Amoniak), klien dapat BAK
dengan lancar dan tidak ada masalah.
Keluhan lain :tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (bowel)
Bibir klien lembab tidak ada pecah-pecah, gigi klien baik dan lengkap , gusi klien baik merah
muda dan tidak ada pradangan , lidah klien banyak jamur berwarna putih , mukosa klien baik tidak
ada peradangan, tonsil klien baik tidak meradang, rectum baik, klien tidak memiliki hemoroid.
Klien dapat buang air besar setiap hari sebanyak 2 kali , nyeri tekan pada bagian abdomen tidak
ada, tidak ada benjolan. Keluhan lain :tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.9 Otot-Otot- Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien bebas, ukuran otot simetris, uji kekuatan otot klien ekstermitas
atas 5/5, ekstermitas bawah 5/5 tidak ada peradangan, perlukaan dan patah tulang, tulang belakang
klien normal.
3.1.3.10 Kulit-kulit Rambut
Klien memiliki riwayat alergi terhadap obat ( klien mengatakan alergi obat Rimfampicin),
makanan( klien mengatakan telor,ayam,ikan tongkol), kosmetik ( Tidak ada) atau yang lainnya.
Suhu kulit klien hangat, warna kulit klien normal, turgor kulit cukup, tekstur kasar, tidak ada lesi,
tidak ada jaringan parut, tekstur rambut baik, distribusi rambut lurus dan merata , bentuk kuku
simetris, kuku klien tampak pendek.
3.1.5 Sosial-Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan keluarga,perawat,dan dokter.
3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Bahasa sehari-hari yang digunakan klien dan keluarga berupa bahasa Indonesia dan jawa .
3.1.5.3 Hubungan Dengan Keluarga
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan harmonis
3.1.5.4 Hubungan Dengan Teman/ petugas kesehatan/ orang lain
Hubungan dengan petugas kesehatan baik
3.1.5.5 Orang Berarti/ Terdekat
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan harmonis
3.1.5.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Tidur dan mengobrol kepada keluarga
3.1.5.7 Kegiatan Beribadah
Saat sehat klien rutin mengikuti ibadah, Selama klien sakit hanya bisa berdoa di tempat tidur
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Data penunjang : 30 november 2020
Parameter Hasil Interpretasi
Leukocyte 10 ,1/ul 4.5-11.0 10^3/uL
Mahasiswa,
NIM : 2018.C.10a.0993
ANALISA DATA
DS : Mengaburnya bayangan
Pasien mengatakan penglihatan kabur yang semu yang sampai
pada retina
DO :
1. mata pasien terlihat keputih-putihan
2. pasien tampak sulit melihat?kabur
Pandangan kabur
3.Hasil TTV : Gangguan
TD : 130/80 mmHg persepsi sensori
Gangguan persepsi sensori (penglihatan)
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,70 C
4. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan
status opthalmologis; VOD 1/300,VOS
6/6 add + 3.00, TIODS 8,5
mmHg.pemeriksaan semen iris/pulpis
tidak semstris RAPD (-).
DS :
Pasien mengatakan kurang mengetahui
tentang penyakitnya
7. kolaborasi
pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi
stimulus
8. Informasikan keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan kognitif
TD : 120/80 mmHg
A = Masalah teratasi
sebagian
P = Lanjutan Intervensi
Dx 2 , Rabu 04 november 1. Mengindentifikasikan S = Pasien mengatakan
2020 harapan dan mengelola sekarang dapat
16.00 wib perilaku mengetahui penyakitnya
2. Menghindari sikap O =
menyudutkan dan 1. Pasien terlihat Yuni Elia Kartika
menghentikan menyikapi penyakitnya
pembicaraan dengan tenang dan sabar
3. Menghindari sikap 2. Hasil identifikasi
mengancam dan pengetahuan pasien
berdebar mengenai penyakit yang di
4. Menginformasikan derita
keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar 3. Klien memahami tentang
pemebtntukan kognitif penyakit yang diderita
4. Klien tampak mengetahui
cara pengobatan
5. Klien tampak bisa
mengulang penjelasan
A = masalah teratasi
P= Intervensi dihentikan
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia yang sebenarnya dapat
dicegah. Penyakit katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan kekeruhan
lensa mata sehingga mengganggu proses masuknya cahaya ke mata. Katarak dapat
disebabkan karena terganggunya mekanisme kontrol keseimbangan air dan elektrolit,
karena denaturasi protein lensa atau gabungan keduanya. Sekitar 90% kasus katarak
berkaitan dengan usia; penyebab lain adalah kongenital dan trauma. Berbagai macam hal
yang dapat mencetuskan katarak antara lain : Usia lanjut dan proses penuaan,Congenital
atau bisa diturunkan,Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit
metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid). Katarak
juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti : Katarak traumatik yang
disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata, Katarak sekunder yang disebabkan
oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada
mata, atau diabetes mellitus, Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi,Katarak
yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan
obat penurun kolesterol, Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik
(Admin,2011).
Dari hasil asuhan keperawatan Tn. W dengan PPOK, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa :
Melakukan pengkajian pada Tn. Y terkait dengan Katarak. Dalam melakukan
pengkajian pada Tn. Y, penulis mengalami kesulitan dalam melakukan komunikasi
dengan Tn. Y karena Tn. Y kesulitan berbicara. Maka dari itu, penulis tidak hanya
melakukan wawancara pada pasien saja, tetapi juga pada anggota keluarga Tn. Y
Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. Y. Dari hasil pengkajian yang dilakukan
oleh penulis, penulis memprioritaskan 2 diagnosa yaitu Gangguan persepsi sensorik(
Penglihatan) dan deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
Melakukan perencanaan terhadap Tn. Y. Perencanaan yang dibuat disesuaikan dengan
kondisi pasien. Sehingga intervensi yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik terkait
dukungan dan kerjasama dari Tn. Y dalam mengatasi penyakit yang dideritanya. Saat
penulis melakukan kontrak waktu untuk pemberian asuhan keperawatan yang akan
dilakukan selanjutnya, klien dan keluarga klien juga kooperatif.
Melakukan tindakan keperawatan pada Tn. Y terkait penyakit Katarak yang dialami
Tn. Y saat dilakukan tindakan keperawatan, Tn. y sangat kooperatif dan pasien juga
memperhatikan saran yang diberikan oleh penulis.
Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. Y. Evaluasi setelah memberikan tindakan
keperawatan selama 3 hari, untuk diagnosa pertama belum teratasi sedangkan diagnosa
kedua sedikit teratasi. Melakukan dokumentasi keperawatan pada Tn. Y Setelah
melakukan tindakan keperawatan, penulis mendokumentasikan tindakan tersebut dalam
catatan yang penulis buat.
4.2 Saran
1. Rumah Sakit
Penulis memberikan saran kepada Rumah Sakit agar dapat meningkatkan dan
mempertahankan standar asuhan keperawatan sehingga mutu pelayanan rumah sakit
dapat terjaga.
2. Institusi Pendidikan
Penulis berharap Institusi Pendidikan dapat menyediakan sumber buku dengan tahun
dan penerbit terbaru sebagai bahan informasi yang penting dalam pembuatan seminar
kecil dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan teruatama dengan pembuatan asuhan
keperawatan dalam praktek maupun teori.
3. Profesi Perawat
Penulis berharap agar perawat ruangan dapat meningkatkan mutu pelayanan, lebih
ramah lagi tehadap pasien dan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan sebaik-
baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015 Basic and clinical Science
course. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2015.
Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed. Yogyakarta: Departemen Ilmu Kesehatan
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2012.
Boyd K. Parts of the Eye. American Academy of Ophthalmology; 2016 [6 November 2017];
Available from: https://http://www.aao.org/eye-health/anatomy/partsof-eye.
Doenges, Marilyan E. 2018. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta : EGC
Long, C Barbara. 2017. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran
Nettina, Sandra M. 2015. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta:
EGC
Luckman and sorensen’s, 2013, Medical Surgical Nursing –.ed.4.- Philadelphia, Pennsylvania
: The Curtis Center
47
A. Topik
Pendidikan Kesehatan Katarak
B. Sasaran
1. Program
Setelah di lakukan penyuluhan pada keluarga maupun pasien di harapkan
keluarga maupun pasien dapat mengetahui dan dapat memahami tentang apa itu
Katarak.
2. Penyuluhan
Pendidikan kesehatan pada keluarga pasien dan juga pasien mengenai Katarak
C. Tujuan
1. TujuanUmum
1. Pengertian Katarak
3. Penyebab Katarak
4. Penanganan Katarak
E. Metode
Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan tentang Katarak
pada pasien dan juga keluarga:
1. Ceramah
48
2. Tanya jawab
G. WaktuPelaksanaan
3. AlokasiWaktu : 30 menit
49
2 Pelaksanaan :
Menjelaskan tentang :
1. Pengertian Katarak
Mendengar,
2. Penyebab Katarak memperhatikan
Katarak
4. Penyebab Katarak
5. Penanganan Katarak
3 Evaluasi :
5 Terminasi : 1. Mendengarkan
1. Mengucapkan terimakasih atas 2. Menjawabsalam
perhatian peserta 2 menit
2. Mengucapkan salam penutup
H. TugasPengorganisasian
50
1. Membuka acara penyuluhan
4. Membagikan konsumsi
Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang
didemonstrasikan
51
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen
pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :
Setting Tempat :
Keterangan :
: Kamera
Materi Penyuluhan
52
1. Definisi Penyakit Katarak
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabkan oleh
berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2018)
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan
penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2017)
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2011).
Jadi,Penyakit katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan kekeruhan lensa
mata sehingga mengganggu proses masuknya cahaya ke mata.
2.Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain :
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan
beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)
dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2011).
3. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
53
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM
dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan
katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a) Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah
terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b) Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia
40 tahun
c) Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d) Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis
katarak inimerupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling
sering ditemukan.
e) Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1. Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa
berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini
seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga
cenderung diabaikan.
2. Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3. Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan
bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering
disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca,
penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
4. Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang
lainya.
4. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
3. Gejala objektif biasanya meliputi:
a) Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan
54
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
b) Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
c) Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
3. Peka terhadap sinar atau cahaya.
4. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
5. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.
5. Komplikasi
1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka
gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya
glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu
instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa
intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami
distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi.
6. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung
vit. C ,vit B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar
UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada
siang hari.
LEAFLET KATARAK
55
APA ITU
KATARAK.. TANDA DAN GEJALA
?
Penyebab Katarak
Pencegahan
1. Usia lanjut dan proses
Disarankan agar banyak
penuaan
mengkonsumsi buah-buahan
2. Congenital atau bisa yang banyak mengandung vit. C
diturunkan. ,vit B2, vit. A dan vit. E.
3. Pembentukan katarak
dipercepat oleh faktor Selain itu, untuk mengurangi
lingkungan, seperti pajanan sinar matahari (sinar
merokok atau bahan UV) secara berlebih, lebih baik
menggunakan kacamata hitam
beracun lainnya.
dan topi saat keluar pada siang
4. Katarak bisa disebabkan hari.
oleh cedera mata, penyakit
metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat
tertentu (misalnya
kortikosteroid).
56
TINJAUAN PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL
ABSTRA
K
Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak di dunia. Tatalaksana definitif katarak adalah tindakan bedah.
Beberapa teknik operasi katarak makin berkembang dengan irisan lebih kecil, penyembuhan cepat, dan angka
komplikasi rendah. Pemeriksaan periodik pasca operasi katarak sangat penting untuk mendeteksi komplikasi.
membuka jahitan setelah 6-8 minggu dilakukan untuk mencegah 12. Tajunisah I, Reddy SC. Dropped Nucleus Following
Phacoemulsification Cataract Surgery. Med J Malaysia.
postoperatif untuk mengurangi komplikasi operasi. 2007;62(5):364-7.
13. Katz J, Feldman MA, Bass EB, et al; Study of medical testing for
astigmatisma berlebihan.1,19 cataract surgery team. Risks and benefits of anticoagulant and
DAFTAR PUSTAKA antiplatelet medication use before cataract surgery.
Ophthalmology. 2003;110(9):1784-8.
11. Dislokasi LIO(Lensa Intra Okuler) 1. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015
14. Rotsos TG, Moschos MM. Cystoid macular edema. Clin
Angka kejadian dislokasi LIO Basic and clinical Science course. San Francisco, CA: American
Ophthalmol. 2008;2(4):919-30.
Academy of Ophthalmology; 2015.
dilaporkan sebesar 0,19-3,00%.20 2. Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed. Yogyakarta:
15. Haug SJ, Bhisitkul RB. Risk factors for retinal detachment
following cataract surgery. Curr Opini Ophthalmol.
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Dislokasi LIO dapat terjadi di dalam Universitas Gadjah Mada; 2012.
2012;23(1):7-11.
kapsul (intrakapsuler) atau di luar 16. Peck CMC, Brubaker J, Clouser S, Danford C, Edelhauser HE, Mamalis
3. Boyd K. Parts ofthe Eye. American Academy of
N. Toxic anterior segment syndrome: Common causes. J Cataract
Ophthalmology; 2016[6November 2017]; Available
kapsul (ekstrakapsuler).1 Penyebab from: https://http://www.aao.org/eye-
Refractive Surg. 2010;36(7):1073- 80.
dislokasi LIO intrakapsuler adalah health/anatomy/parts- of-eye. 17. Schaumberg DA, Dana MR, Christen WG, Glynn RJ. A Systematic
overview of the incidence of posterior capsule opacification.
satu atau kedua haptik terletak di 4. Cataracts statistics and data [Internet]. National Eye Institute;
Ophthalmology. 1998;105(7):1213-21.
2010 [8th November 2016]; Available from:
sulkus, sedangkan beberapa https://nei.nih.gov/eyedata/cataract. 18. Awasthi N, Guo S, Wagner BJ. Posterior capsular opacification: A
Problem reduced but not yet eradicated. Arch Ophthalmol.
penyebab dislokasi LIO 5. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan
2009;127(4):555-62.
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
ekstrakapsuler mencakup Kesehatan RI, 2013. 19. Hamer CA, Buckhurst PJ, Buckhurst H. Surgically Induced
Astigmatism. 2017.
pseudoeksfoliasi, gangguan jaringan
20. Gimbel HV, Condon GP, Kohnen T, Olson RJ, Halkiadakis I. Late in-
ikat, uveitis, retinitis pigmentosa, 6. Gilbert C, Ackland P, Resnikoff S, Gilbert S, Keeffe J, Cross C, et al. the-bag intraocular lens dislocation: incidence, prevention, and
Vision 2020 global initiative for the elimination of avoidable management. J Cataract Refract Surg. 2005;31(11):2193-2204.
miopia tinggi, dan pasien dengan blindness: Action plan 2006-2011. Geneva: World Health 21. Fernandez-Buenaga R, Alio J, Perez-Ardoy A, Larrosa-Quesada A,
riwayat operasi vitreoretina.21 Organization, 2007. Pinilla-Cortes L, Barraquer R, et al. Late in-the-bag intraocular lens
7. Pujiyanto TI. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap dislocation requiring explantation: risk factors and outcomes.
Tatalaksana kasus ini adalah dengan
kejadian katarak senilis. Semarang: Universitas Diponegoro; Eye. 2013;27:795-802.
reposisi atau eksplantasi LIO.21 2004.
8. Pradhevi L, Moegiono, Atika. Effect oftype-2diabetes mellitus
on cataract incidence rateatophthalmology outpatient clinic, dr
SIMPULAN Soetomo Hospital, Surabaya. Folia Medica Indonesiana.
Katarak merupakan penyebab utama 2012;48(3):137-43.
TINJAUAN PUSTAKA
LEMBAR KONSULTASI
TINJAUAN PUSTAKA
Nama Mahasiswa : Yuni Elia Kartika
NIM : 2018.C.10a.0993
Tingkat / Prodi : II-B / S1 Keperawatan
Pembimbing :Rimba Aprianti , S Kep, Ners