Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA Ny. Y DENGAN DIAGNOSA MEDIS KATARAK


PADA SISTEM PENGINDRAAN

DISUSUN OLEH :

Yuni Elia Kartika


2018.C.10a.0993

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA
KEPERAWATAN
TAHUN 2020
HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Studi Kasus ini Disusun Oleh :

Nama : Yuni Elia Kartika

Nim : 2018.C.10a.0993

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Ny.


Y dengan Diagnosa Medis katarak pada system pengindraan

Telah melaksanakan ujian praktik sebagai persyaratan untuk menempuh


Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) pada Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Pembimbing Akademik

Rimba Aprianti, S.Kep., Ners

2
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :

Nama : Yuni Elia Kartika

Nim : 2018.C.10a.0993

Program Studi : S-1 Keperawatan

Judul :“Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada Ny. Y


dengan diagnose medis katarak pada Sistem pengindraan”
Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan
Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi S-1 Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disahkan oleh :

Mengetahui, Pembimbing Akademik


Ketua Prodi Sarjana Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners

3
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada
Ny. Y dengan Diagnosa Medis katarak ”.Laporan pendahuluan ini disusun guna
melengkapi tugas (PPK2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S.Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Ariani, S.kep.,Ners selaku koordinator praktik pra klinik
keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan
dan jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 04 November 2020


Penyusun

Yuni Elia Kartika

4
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN .................................................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii.
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii.
KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv.
DAFTAR ISI ......................................................................................................... v.
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... .
1.1 latar Belakang..............................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................... 3
BAB 2Tinjauan Pustaka
2.1 Konsep Penyakit ....................................................................................... 4
2.1.1 Anatomi Fisiologi ............................................................................. 4
2.1.2 Definisi .............................................................................................. 4
2.1.3 Etiologi .............................................................................................. 9
2.1.4 Klasifikasi ....................................................................................... 10
2.1.5 Patofisiologi (Pathways) ................................................................. 11
2.16 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) ........................................... 14
2.1.7 Komplikasi ...................................................................................... 15
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang .................................................................. 16
2.1.9 Penatalaksanaan Medis ................................................................... 17
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ...................................................... 24
2.2.1 Pengkajian Keperawatan ................................................................. 24
2.2.2 Diagnosa Keperawatan.................................................................... 30
2.2.3 Intervensi Keperawatan ................................................................... 31
2.2.4 Implementasi Keperawatan ............................................................. 33
2.2.5 Evaluasi Keperawatan ..................................................................... 33
BAB 3Asuhan Keperawatan
3.1 Pengkajian .............................................................................................. 34
3.2 Diagnosa ................................................................................................. 35
3.3 Intervensi ................................................................................................ 36

5
3.4 Implementasi .......................................................................................... 38
3.5 Evaluasi .................................................................................................. 38
BAB 4PENUTUP ................................................................................................. 42
4.1 Kesimpulan ............................................................................................. 42
4.2 Saran ....................................................................................................... 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 44

6
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia yang
sebenarnya dapat dicegah. Penyakit katarak merupakan penyakit mata yang
ditandai dengan kekeruhan lensa mata sehingga mengganggu proses masuknya
cahaya ke mata. Katarak dapat disebabkan karena terganggunya mekanisme kontrol
keseimbangan air dan elektrolit, karena denaturasi protein lensa atau gabungan
keduanya. Sekitar 90% kasus katarak berkaitan dengan usia; penyebab lain adalah
kongenital dan trauma. (Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract.
2014-2015)

WHO memperkirakan sekitar 18 juta orang mengalami kebutaan kedua


mata akibat katarak.6 Jumlah ini hampir setengah (47,8%) dari semua penyebab
kebutaan karena penyakit mata di dunia. Penyebab kebutaan lainnya adalah
kelainan refraksi tidak terkoreksi, glaukoma, Age-Related Macular Degeneration,
retinopati DM, kebutaan pada anak, trakoma, onchocerciasis, dan lain-lain.
Indonesia menduduki peringkat tertinggi prevalensi kebutaan di Asia Tenggara
sebesar 1,5% dan 50% di antaranya disebabkan katarak.2 Jumlah ini diperkirakan
akan meningkat karena pertambahan penduduk yang pesat dan meningkatnya usia
harapan hidup di Indonesia.(Vision 2020 global initiative for the elimination of
avoidable blindness: Action plan 2006-2011. Geneva: World Health Organization,
2007).

Beberapa faktor risiko katarak dapat dibedakan menjadi faktor individu,


lingkungan, dan faktor protektif. Faktor individu terdiri atas usia, jenis kelamin, ras,
serta faktor genetik. Faktor lingkungan termasuk kebiasaan merokok, paparan sinar
ultraviolet, status sosioekonomi, tingkat pendidikan, diabetes mellitus, hipertensi,
penggunaan steroid, dan obat-obat penyakit gout. Faktor protektif meliputi
penggunaan aspirin dan terapi pengganti hormon pada wanita. (Suhardjo SU, Agni
AN. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed.2012)

7
Karena semakin banyaknya penderita katarak di indonesia salah satunya di
Palangka Raya maka dalam hal ini penulis mengambil kasus kelolaan selama 3 hari
dengan asuhan keperawatan gangguan sistem pengindraan khususnya katarak pada
Ny.Y.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Ny. Y Dengan Diagnosa Medis
katarak ?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penulisan ini adalah adalah untuk mendapatkan gambaran dan
pengalaman langsung tentang bagaimana menerapkan asuhan keperawatan pada
Ny. RY dengan diagnosa medis katarak pada system Pengindraan.
1.3.2 Tujuan Khusus.
1.3.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian asuhan keperawatan pada Ny. Y
dengan diagnosa medis katarak pada sistem pengindraan.
1.3.2.2 Mahasiswa mampu menganalisa kasus dan merumuskan masalah
keperawatan pada asuhan keperawatan kepada Ny. Y dengan diagnosa
medis katarak pada sistem pengindraan.
1.3.2.3 Mahasisswa mampu menyusun asuhan keperawatan yang mencakup
intervensi asuhan keperawatan kepada Ny. Y dengan diagnose medis
katarak pada sistem pengindraan.
1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan implementasi atau pelaksanan tindaakan
asuhan asuhan keperawatan pada Ny. y dengan diagnosa medis katarak pada
sistem pengindraan.
1.3.2.5 Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan kepada
Ny. Y dengan diagnose medis katarak pada sistem penginderaan.
1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Diharapkan agar mahasiswa mampu menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.

8
1.4.2 Bagi Institusi
Menjadi sumber referensi bagi institusi pendidikan maupun rumah sakit
1.4.3 Bagi IPTEK
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat peraktis dalam
keperawatan yaitu sebagai panduan perawat dalam pengelolaan kasus pada pasien
dengan Katarak

9
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Penyakit


2.1.1 Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Fisiologi Mata

Mata merupakan organ fotosensitif yang sangat berkembang dan rumit, yang
memungkinkan analisis cermat dari bentuk, intensitas cahaya, dan warna yang
dipantulkan objek. Mata terletak dalam struktur bertulang yang protektif di
tengkorak, yaitu rongga orbita. Setiap mata terdiri atas sebuah bola mata fibrosa
yang kuat untuk mempertahankan bentuknya, suatu sistem lensa untuk
memfokuskan bayangan, selapis sel fotosensitif, dan suatu sistem sel dan saraf
yang berfungsi mengumpulkan, memproses, dan meneruskan informasi visual ke
otak (Junqueira, 2017).
Tidak semua cahaya yang melewati kornea mencapai fotoreseptor peka cahaya
karena adanya iris, suatu otot polos tipis berpigmen yang membentuk struktur
seperti cincin di dalam aqueous humour. Lubang bundar di bagian tengah iris
tempat masuknya cahaya ke bagian dalam mata adalah pupil. Iris mengandung dua
kelompok jaringan otot polos, satu sirkuler dan yang lain radial. Karena serat-serat
otot memendek jika berkontraksi, pupil mengecil apabila otot sirkuler berkontraksi
yang terjadi pada cahaya terang untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk ke
mata. Apabila otot radialis memendek, ukuran pupil meningkat yang terjadi pada

10
cahaya temaram untuk meningkatkan jumlah cahaya yang masuk (Sherwood,
2012). Untuk membawa sumber cahaya jauh dan dekat terfokus di retina, harus
dipergunakan lensa yang lebih kuat untuk sumber dekat. Kemampuan
menyesuaikan kekuatan lensa sehingga baik sumber cahaya dekat maupun jauh
dapat difokuskan di retina dikenal sebagai akomodasi. Kekuatan lensa bergantung
pada bentuknya, yang diatur oleh otot siliaris. Otot siliaris adalah bagian dari
korpus siliaris, suatu spesialisasi lapisan koroid di sebelah anterior. Pada mata
normal, otot siliaris melemas dan lensa mendatar untuk penglihatan jauh, tetapi
otot tersebut berkontraksi untuk memungkinkan lensa menjadi lebih cembung dan
lebih kuat untuk penglihatan dekat. Serat-serat saraf simpatis menginduksi
relaksasi otot siliaris untuk penglihatan jauh, sementara sistem saraf parasimpatis
menyebabkan kontraksi otot untuk penglihatan dekat (Sherwood, 2012).

2.1.2 Definisi Katarak


Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya
yang disebabkan oleh berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2018)
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga
menyebabkan penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2017)
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh
akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi
akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai
usia tertentu (Iwan,2011).
Jadi,Penyakit katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan
kekeruhan lensa mata sehingga mengganggu proses masuknya cahaya ke mata.
2.1.3 Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain :
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok
atau bahan beracun lainnya.

11
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti:
penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau
diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang,
seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2011).
2.1.4 Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut
:
1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit
seperti DM dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang
akan menimbulkan katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a. Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir
(sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b. Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di
bawah usia 40 tahun
c. Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d. Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun.
Jenis katarak inimerupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan
yang paling sering ditemukan.
e. Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1) Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa
mata masih sangat minimal, bahkan tidak terlihat tanpa
menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa berbentuk bercak-

12
bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini
seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada
penglihatanya sehingga cenderung diabaikan.
2) Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3) Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus
berlangsung dan bertambah sampai menyeluruh pada bagian
lensa sehingga keluhan yang sering disampaikan oleh penderita
katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca, penglihatan
menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
4) Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang
sudah merembes melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan
perdangan pada struktur mata yang lainya.
2.1.5 Patofisiolgi (Pathway)
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar.
Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat
nukleus, di perifer ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula
anterior dan posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami
perubahan warna menjadi coklat kekuningan. Di sekitar opasitas terdapat
densitas seperti duri di anterior dan poterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia
dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal disertai influks air ke dalam
lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran
dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan
bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita
katarak.

13
Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian trauma atau
sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin
antioksidan yang kurang dalam jangka waktu yang lama.

14
WOC KATARAK Proses penuaan

Nukleus
menebal/mengera
Penyakit metabolik ( Kortikosteroid Zat2 radikal bebas
galaktosemia,DM) (rokok, UV)
Lapisan korteks lens
menghasilkan serat lensa
baru

Opisitas lensa

KATARAK

Breathing Blood Brain Bladder Bowel Bone

Kapsul lensa Intumensensi Blocking sinar yang ( Peradangan ansietas Sinar terpantul
rusak lensa masuk pada uvea
Cahaya ke retina
Massa asing bagi Mengaburkan bayangan HCL
Dislokasi Evaporasi berkurang
6 jaringan uvea yang semu yang sampai meningkat
lensa pada retina
Paristaltik meningkat
Peradangan pada Dehidrasi Visus menurun
Uveitis uvea Pandangan kabur
Anoreksia,mual,muntah
Kekurangan Penglihatan kabur
Peningkatan Suplai O2 tidak Gg. Persepsi
kerja napas volume cairan Resiko nutrisi kurang
seimbang sensori (visual)
dari kebutuhan
Imobilisasi kurang
Post
Dispanea Perfusi jaringan
menurun Terpasang bebat,fungsi Gangguan immobilitas fisik
Resiko pola
Risiko Infeksi Risiko
15
napas tidak Resiko Gg. Perfusi
efektif jaringan Pendarahan Defisit pengetahuan
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan
tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
3. Gejala objektif biasanya meliputi:
a. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak
akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak,
cahaya akan dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam
menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan
menjadi kabur atau redup.
b. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih.
Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan
bertambah putih.
c. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-
benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
3. Peka terhadap sinar atau cahaya.
4. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
5. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata
Penglihatan sering pada salah satu mata.
2.1.6 Komplikasi

1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama


operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang
merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini
membutuhkan pengangkatan dengan satu instrument yang mengaspirasi dan

16
mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera
mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada
periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada
lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi. Keadaan ini membutuhkan
perbaikan segera dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun
jarang terjadi.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan


kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit
sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg)
4. Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup
glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe glukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng optik,
papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM
10. Keratometri.
11. Pemeriksaan lampu slit.
12. A-scan ultrasound (echography).
13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.
14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak.
2.1.8 Penatalaksanaan
1. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak
mengandung vit. C ,vit B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi

17
pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebih, lebih baik
menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari.
2. Penatalaksanaan medis
Ada dua macam teknik yang tersedia untuk pengangkatan katarak :
a. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler
Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai sampai 98%
pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur
mata selama pembedahan. Prosedur ini meliputi pengambilan kapsul
anterior, menekan keluar nucleus lentis, dan mengisap sisa fragmen
kortikal lunak menggunakan irigasi dan alat hisap dengan
meninggalkan kapsula posterior dan zonula lentis tetap utuh. Selain itu
ada penemuan terbaru pada ekstrasi ekstrakapsuler, yaitu
fakoemulsifikasi. Cara ini memungkinkan pengambilan lensa melalui
insisi yang lebih kecil dengan menggunakan alat ultrason frekwensi
tinggi untuk memecah nucleus dan korteks lensa menjadi partikel yang
kecil yang kemudian di aspirasi melalui alat yang sama yang juga
memberikan irigasi kontinus.
b. Ekstraksi katarak intrakapsuler
Pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan. Setelah zonula
dipisahkan lensa diangkat dengan cryoprobe, yang diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis. Ketika cryoprobe diletakkan secara
langsung pada kapsula lentis, kapsul akan melekat pada probe. Lensa
kemudian diangkat secara lembut. Namun, saat ini pembedahan
intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
Pengangkatan lensa memerlukan koreksi optikal karena lensa
kristalina bertanggung jawab terhadap sepertiga kekuatan fokus mata.
Koreksi optikal yang dapat dilakukan diantaranya:
1) Kaca Mata Apikal
Kaca mata ini mampu memberikan pandangan sentral yang baik,
namun pembesaran 25 % - 30 % menyebabkan penurunan dan
distorsi pandangan perifer yang menyebabkan kesulitan dalam
memahami relasi spasial, membuat benda-benda nampak jauh lebih

18
dekat dan mengubah garis lurus menjadi lengkung. memerlukan
waktu penyesuaian yang lama sampai pasien dapat
mengkoordinasikan gerakan, memperkirakan jarak, dan berfungsi
aman dengan medan pandang yang terbatas.
2) Lensa Kontak
Lensa kontak jauh lebih nyaman dari pada kaca mata apakia.
Lensa ini memberikan rehabilitasi visual yang hampir sempurna
bagi mereka yang mampu menguasai cara memasang, melepaskan,
dan merawat lensa kontak. Namun bagi lansia, perawatan lensa
kontak menjadi sulit, karena kebanyakan lansia mengalami
kemunduran ketrampilan, sehingga pasien memerlukan kunjungan
berkala untuk pelepasan dan pembersihan lensa.
3) Implan Lensa Intraokuler ( IOL )
IOL adalah lensa permanen plastic yang secara bedah diimplantasi ke
dalam mata. Mampu menghasilkan bayangan dengan bentuk dan ukuran
normal, karena IOL mampu menghilangkan efek optikal lensa apakia.
Sekitar 95 % IOL di pasang di kamera posterior, sisanya di kamera anterior.
Lensa kamera anterior di pasang pada pasien yang menjalani ekstrasi
intrakapsuler atau yang kapsul posteriornya rupture tanpa sengaja selama
prosedur ekstrakapsuler.
2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
2.1.6 Pengkajian
Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah
keterangan lain mengenai identitas pasien.
Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada
usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terjadi
pada usia < 40 tahun, pasien dengan katarak presenil terjadi pada usia
sesudah 30-40 tahun, dan pasien dengan katark senilis terjadi pada usia >
40 tahun.
1. Riwayat penyakit sekarang

19
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering
terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman
penglihatan.
2. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic
lainnya memicu resiko katarak.
3. Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas
biasanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan.
4. Neurosensori
Gejala yamg terjadi pada neurosensori adalah gamgguam
penglihatan kabur / tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan
kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja
dengan dekat atau merasa di runag gelap. Penglihatan berawan / kabur,
tampak lingkaran cahaya / pelangi di sekitar sinar, perubahan kaca
mata, pengobatan tidak memperbaikipenglihatan, fotophobia (glukoma
akut).
Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil ( katarak ), pupil menyempit dan merah atau mata keras
dan kornea berawan ( glukoma berat dan peningkatan air mata ).
5. Nyeri / kenyamanan
Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri
tiba-tiba / berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit
kepala.
6. Pembelajaran / pengajaran
Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat
keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan sistem vaskuler, kaji
riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan
vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada
radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin
2.2.2 Diagnosa Keperawatan

20
2.2.2.1 Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan dengan
penurunan tajam penglihatan( D 0085 hal. 190)
2.2.2.2 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya
informasi ( D.0111.Hal.246)

21
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional
Dx I : Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur tanda-tanda 1. Mengetahui kondisi TTV
persepsi sensorik keperawatan 1x 7 jam vital pasien
penglihatan diharapkan persepsi sensorik 2. Observasi periksa 2. Mengetahui tingkat status
berhubungan dengan membaik status sensori dan kenyamanan pasien
penurunan tajam Kriteria Hasil : tingkat kenyamanan 3. Mengatur kenyaman dan
penglihatan 1. Hasil TTV yang 3. Diskusikan tingkat keamanan disekitar
diharapkan : toleransi terhadap lingkungan pasien
TD : 120/80 mmHg beban 4. Agar pasien merasa lebih
S : 36,50 C sensori(mis,cahaya : tenang dan dapat beristirahat
RR : 80 x/menit terang/redup) dengan nyaman
N : 20 x/menit 4. batasi stimulus 5. Meminimalisir rasa
2. Verbalisasi melihat lingkunangan(cahaya) terganggu pasien terhadap
bayangan membaik 5. jadwalkan aktivitas cahaya
3. pasien merasa lebih harian dan waktu 6. Kolaborasi obat jika
tenang istirahat diperlukan

22
6. Ajarkan cara
meminimalisasi
stimulus
(mis,pengaturan
cahaya,membatasi
kunjungan)
7. kolaborasi
pemberian obat yang
mempengaruhi
persepsi stimulus
Dx II : Defisit Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Identifikasi harapan
pengetahuan selama 1x 7 jam diharapkan kriteria hasil : dan mengelola
berhubungan dengan 1. Klien merasa lebih aman perilaku
kurang terpaparnya 2. Klien dapat mengetahui 2. Hindari sikap
informasi penyakitnya menyudutkan dan
3. Klien tampak rileks menghentikan
Klien merasa lebih tenang pemebicaraan

23
3. Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
4. Informasikan keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan kognitif

24
2.3.4 Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat terhadap
pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana keperawatan
diantaranya :Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi,
ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi
intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2015).
2.3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat
dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian ulang (US.
Midar H, dkk, 2012 ).
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Yuni Elia Kartika


NIM : 2018.C.10a.0993
Ruang Praktek :-
Tanggal Praktek : 04- 10 Novemver 2020
Tanggal & Jam Pengkajian :01 oktober 2020 pukul :08:00 WIB
3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. Y
Umur : 54 Tahun
TTL : Palangka Raya, 22 September 1945
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Dayak, Indonesia
Pekerjaan :
Alamat : Jl. Kerinci
Tgl MRS : 04 November 2020
Diagnosa Medis : Katarak
3.1.2 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.2.1 Keluhan Utama : Pasien mengatakan mata kabur
3.1.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien di antar keluarga ke Rumah sakit pukul 09.00 wib, dengan keluhan mata kabur dan berwarna
putih keruh,klien mengatakan tidak merasakan nyeri. Dari hasil pemeriksaan didapatkan tanda-
tanda vital pasien yaitu tekanan darah 110/70 suhu tubuh pasien
36,30C, nadi 78x/menit, RR 22x/menit, dan pemeriksaan status opthalmologis; VOD 1/300,VOS
6/6 add + 3.00, TIODS 8,5 mmHg.pemeriksaan semen iris/pulpis tidak semstris RAPD (-). Di IGD
pasien mendapatkan terapi inj PCT infus 100mg, itraconazole oral 100 mg/ hari, salbutamol 2x1
tab oral, inj ceftriaxone 2x450mg. kemudian pasien di pindahkankan ke ruang P di rumah sakit
tersebut untuk di rawat inap.
3.1.2.3 Riwayat Kesehatan lalu
Pasien mengatakan tidak pernah mengalami penyakit seperti yang sekarang ini sebelumnya.
3.1.2.4 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Pasien menyangkal adanya penyakit yang sama dengan keluarga.
GENOGRAM KELUARGA

Keterangan :

: Hubungan keluarga
: Tinggal serumah
: Laki-laki
: Perempuan:

:Pasein
3.1.3 Pemeriksaan fisik
3.1.3.1 Keadaan Umum
Klien Berpakaian kurang rapi,kesadaran compos menthis, pasien tampak cemas, pasien berbaring
dengan posisi supinasi/semi fowler .
3.1.3.2 Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah datar, bentuk badan klien kurus, cara
berbaring supinasi / semi fowler klien dalam keadaan sadar dan sedih mampu berbicara dengan
jelas , penampilan klien kurang rapi. Klien dalam keadaan sadar sehingga dapat dilakukan
pengkajian tentang orientasi waktu(Klien dapat membedakan waktu pagi,siang,malam) , orientasi
orang (Klien dapat membedakan perawat dan keluarga), orientasi tempat (Klien mengetahui
sekarang di RS), mekanisme pertahanan klien adaftif Keluhan lain tidak ada.
3.1.3.3 Tanda-tanda vital
Suhu/T : 36,3 0C
Axilla
Nadi/HR : 78x/menit
Pernapasan/RR : 22x/menit
Tekanan Darah : 110/70mm Hg
3.1.3.4 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, kebiasaan merokok tidak ada, tidak batuk , tidak adanya sputum, sianosis
tidak ada, nyeri dada tidak ada, sesak napas tidak ada , tipe pernafasan perut dan dada , irama
pernafasan teratur, tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lain tidak ada.
Masalah keperawatan:
3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Suara jantung normal, bunyi lub dup, capillary reflill< 2 detik, asites tidak ada, terdapat oedema
tidak ada, vena jugularis tidak meningkat.
Keluhan lain :tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS Ny.S E : 4 V:5, M: 6 total nilai GCS: 15. Kesadaran klien compos menthis , pupil
isokor, reaksi cahaya kanan dan kiri positif.
Uji syaraf kranial:
3.1.3.6.1 Nervus Kranial I ( olfaktoris): Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan
alkohol
3.1.3.6.2 Nervus Kranial II (optikus) :Klien dapat membaca dengan jelas
3.1.3.6.3 Nervus Kranial III (okulomotorius) :Pupil pada mata klien bergerak kurang baik
3.1.3.6.4 Nervus Kranial IV (trochlear): Klien dapat menggerakkan bola matanya keatas dan
kebawah
3.1.3.6.5 Nervus Kranial V (trigeminus):Klien dapat mengubah makanan yang di makanya
3.1.3.6.6 Nervus Kranial VI (abdusen):Klien dapat menggerkkan bola mata ke samping
3.1.3.6.7 Nervus Kranial VII (fasialis)::Klien dapat tersenyum
3.1.3.6.8 Nervus Kranial VIII (vestibulokokhlearis)::Klien dapat mendengar perkataan perawat
dengan jelas
3.1.3.6.9 Nervus Kranial IX (glosofaringeus):Klien dapat menelan dengan baik
3.1.3.6.10 Nervus Kranial X (vagus): Klien dapat berbicara dengan jelas
3.1.3.6.11 Nervus Kranial XI (assesorius) :Klien dapat menggerakkan bahu dan kepalanya
3.1.3.6.12 Nervus Kranial XII (hipoglosus):Klien dapat menggerakkan lidahnya
Uji kordinasi ekstermitas atas jari ke jari tidak dilakukan, uji jari ke hidung tidak dilakukan,
ekstermitas bawah tumit ke jempol kaki tidak dilakukan, uji kestabilan tubuh tidak dilakukan.
Keluhan lain :
Masalah keperawatan :
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Produksi urin 1000 ml 24 x/ jam, warna kuning, bau khas urine ( Amoniak), klien dapat BAK
dengan lancar dan tidak ada masalah.
Keluhan lain :tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (bowel)
Bibir klien lembab tidak ada pecah-pecah, gigi klien baik dan lengkap , gusi klien baik merah
muda dan tidak ada pradangan , lidah klien banyak jamur berwarna putih , mukosa klien baik tidak
ada peradangan, tonsil klien baik tidak meradang, rectum baik, klien tidak memiliki hemoroid.
Klien dapat buang air besar setiap hari sebanyak 2 kali , nyeri tekan pada bagian abdomen tidak
ada, tidak ada benjolan. Keluhan lain :tidak ada.
Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.9 Otot-Otot- Integumen (Bone)
Kemampuan pergerakan sendi klien bebas, ukuran otot simetris, uji kekuatan otot klien ekstermitas
atas 5/5, ekstermitas bawah 5/5 tidak ada peradangan, perlukaan dan patah tulang, tulang belakang
klien normal.
3.1.3.10 Kulit-kulit Rambut
Klien memiliki riwayat alergi terhadap obat ( klien mengatakan alergi obat Rimfampicin),
makanan( klien mengatakan telor,ayam,ikan tongkol), kosmetik ( Tidak ada) atau yang lainnya.
Suhu kulit klien hangat, warna kulit klien normal, turgor kulit cukup, tekstur kasar, tidak ada lesi,
tidak ada jaringan parut, tekstur rambut baik, distribusi rambut lurus dan merata , bentuk kuku
simetris, kuku klien tampak pendek.

Keluhan lain :tidak ada.


Masalah keperawatan : Tidak ada
3.1.3.11 Sistem Pengindraan
Mata dan penglihatan, fungsi penglihatan klien kurang baik , bola mata dapat bergerak secara
normal, visus mata kiri dikaji dengan jarak 5-6 meter dengan snellen card periksa visus OD/OS,
scklera normal/putih, konjunctiva kemerahan, kornea berwarna kabur keputihan klien tidak
menggunakan alat bantu penglihatan, tidak ada nyeri,. Fungsi hidung/penciuman, simetris, tidak
ada lesi dan nyeri tekan.
Keluhan lain : gangguan persepsi sensori ( penglihatan)
Masalah keperawatan :
3.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tyroid tidak teraba,
mobilitas leher bebas.

3.1.3.13 Sistem Reproduksi


Pada sistem reproduksi tidak ada di lakukan pengkajia
3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan
3.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan
Pasien mengatakan kesehatan merupakan suatu keadaan terbebas dari
penyakit.Sedangkan penyakit adalah keadaan dimana fisik terganggu karena terjadi proses
penyakit.
3.1.4.2 Nutrisi Metabolisme
Klien memiliki tinggi badan 160 Cm, berat badan sekarang 56 kg , berat badan sebelum sakit 56
Kg, mual muntah tidak ada, kesukaran menelan tidak ada, tidak ada keluhan lainnya.
IMT = BB : TBxTB
IMT = 56 : 160x 160 = 21,4 ( Berat badan ideal)
Pola Makan Sehari-hari Sesudah Sakit Sebelum
Sakit
Frekuensi/hari 3x 3x
Sehari Sehari
Porsi 1 Porsi 1
Porsi
Nafsu makan Baik
Baik
Jenis Makanan Nasi, Sayur, Nasi,
ikan, buah Sayur,
ikan, buah
Jenis Minuman Air Putih,teh Air
Putih,teh
Jumlah minuman/cc/24 jam 6-10 gelas 6-10 gelas

Kebiasaan makan Pagi, siang, Pagi, siang,


malam malam

Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

3.1 Tabel pola makan sehari-hari

Masalah Keperawatan :tidak ada

3.1.4.3 Pola Istirahat dan Tidur


Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-7 jam sedangkan pada siang hari 1-2
jam. Saat sakit pasien tidur 5-6 jam dan siang hari 1-2 jam Masalah keperawatan:
tidak ada masalah
3.1.4.4 Kognitif klien mengatakan kurang mengetahui penyakit yang diderita
saat ini.
Masalah keperawatan: defisit pengetahuan
3.1.4.5 Konsep Diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri)
Pasien mengatakan tentang keadaannya saat ini, pasien terlihat sedih pasien menyadri bahwa klien
sedang sakit pasien tetap menerima kedaannya dengan baik dan berdoa selalu untuk
kesembuhannya.
3.1.4.6 Aktivitas Sehari-hari
Saat sakit aktivitas sehari-hari yang dilakukan klien hanya berbaring dan tidur, sedangkan saat
sehat klien mampu melakukan aktivitas ringan secara mandiri.
Masalah keperawatan tidak ada.
3.1.4.7 Koping-Toleransi Terhadap Stres
Apabila ada masalah klien menceritakan kepada keluarga

3.1.4.8 Nilai-Pola Keyakinan


Klien dan keluarga beragama islam dan tidak memiliki nilai-nilai/keyakinan yang bertentangan
dengan proses keperawatan. Tidak ada masalah keperawatan.

3.1.5 Sosial-Spiritual
3.1.5.1 Kemampuan Berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan keluarga,perawat,dan dokter.
3.1.5.2 Bahasa Sehari-hari
Bahasa sehari-hari yang digunakan klien dan keluarga berupa bahasa Indonesia dan jawa .
3.1.5.3 Hubungan Dengan Keluarga
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan harmonis
3.1.5.4 Hubungan Dengan Teman/ petugas kesehatan/ orang lain
Hubungan dengan petugas kesehatan baik
3.1.5.5 Orang Berarti/ Terdekat
Pasien mempunyai satu anak dan suami serta mempunyai hubungan baik dan harmonis
3.1.5.6 Kebiasaan Menggunakan Waktu Luang
Tidur dan mengobrol kepada keluarga
3.1.5.7 Kegiatan Beribadah
Saat sehat klien rutin mengikuti ibadah, Selama klien sakit hanya bisa berdoa di tempat tidur
3.1.6 Data Penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya)
Data penunjang : 30 november 2020
Parameter Hasil Interpretasi
Leukocyte 10 ,1/ul 4.5-11.0 10^3/uL

Hemoglobin 14.1 11.5-18.0 g/dl


Trombosit 47.5 37- 48%
LED 20 ml/jam ( meningkat <15 ml/jam
adanya suatu perjalan
penyakit berupa infeksi )
3.1.7 Penatalaksanaan Medis
Hari, tanggal : rabu , 05 November 2020
No Nama Obat Dosis Fungsi Efek samping
1. Metly 3x1 (4 Anti inflanmasi Gangguan pada cairan
prednisolon mg) dan elektrolit. Reyensi
cairan,hipertensi,otot
lemah keretakan tulang
belakang,banyak
keringat.
2. Tobrosom 6 tts/jam Obat mata Sakit kepala, trauma
untuk musculoskeletal,lemah.
mengurangi
iritasi
3. Floxa 6 tts/jam Mengobati Pedih,rasa gatal,merah-
infeksi luar merah pada
pada mata konjungtivitas

4 Asam mefanamat Menghilangkan Iritasi lambung,mual


nyeri akut dan muntah,diare rasa
trauma ngantuk,pusing sakit
kepala.

Palangka Raya,05 november 2020

Mahasiswa,

( Yuni Elia Kartika)

NIM : 2018.C.10a.0993
ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH


OBYEKTIF PENYEBAB

DS : Mengaburnya bayangan
Pasien mengatakan penglihatan kabur yang semu yang sampai
pada retina
DO :
1. mata pasien terlihat keputih-putihan
2. pasien tampak sulit melihat?kabur
Pandangan kabur
3.Hasil TTV : Gangguan
TD : 130/80 mmHg persepsi sensori
Gangguan persepsi sensori (penglihatan)
N : 84x/menit
RR : 20x/menit
S : 36,70 C
4. Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan
status opthalmologis; VOD 1/300,VOS
6/6 add + 3.00, TIODS 8,5
mmHg.pemeriksaan semen iris/pulpis
tidak semstris RAPD (-).
DS :
Pasien mengatakan kurang mengetahui
tentang penyakitnya

DO : Kurang terpaparnya Defisit


- Menunjukan perilaku tidak sesuai anjuran informasi pengetahuan

- menunjukkan persepsi yang keliru


terhadap masalah .
- Pendidikan terakhir pasien SMP Pasien
sering bertanya-tanya tentang penyakitnya
PRIORITAS MASALAH

1 Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan dengan penurunan tajam penglihatan


2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi
Diagnosa Tujuan / kriteria hasil Intervensi Rasional

Dx I : Setelah dilakukan tindakan 1. Ukur tanda-tanda 1. Mengetahui kondisi TTV


Gangguan keperawatan 1x 7 jam diharapkan vital pasien
persepsi persepsi sensorik membaik
2. Observasi periksa 2. Mengetahui tingkat status
sensorik
Kriteria Hasil : status sensori dan kenyamanan pasien
penglihatan
tingkat kenyamanan
berhubungan 1. Hasil TTV yang diharapkan : 3. Mengatur kenyaman dan
dengan 3. Diskusikan tingkat keamanan disekitar
TD : 120/80 mmHg
penurunan toleransi terhadap lingkungan pasien
tajam S : 36,50 C beban
4. Agar pasien merasa lebih
penglihatan sensori(mis,cahaya :
RR : 80 x/menit tenang dan dapat beristirahat
terang/redup)
dengan nyaman
N : 20 x/menit
4. batasi stimulus
5. Meminimalisir rasa
2. Verbalisasi melihat bayangan lingkunangan(cahaya)
terganggu pasien terhadap
membaik
5. jadwalkan aktivitas cahaya
3. pasien merasa lebih tenang harian dan waktu
6. Kolaborasi obat jika
istirahat
diperlukan
6. Ajarkan cara
meminimalisasi
stimulus
(mis,pengaturan
cahaya,membatasi
kunjungan)

7. kolaborasi
pemberian obat yang
mempengaruhi persepsi
stimulus

Dx II : Defisit Setelah dilakukan tindakan 5. Identifikasi harapan


pengetahuan keperawatan selama 1x 7 jam dan mengelola
berhubungan diharapkan kriteria hasil : perilaku
dengan kurang
1. Klien merasa lebih aman 6. Hindari sikap
terpaparnya
menyudutkan dan
informasi 2. Klien dapat mengetahui
menghentikan
penyakitnya
pemebicaraan
3. Klien tampak rileks
7. Hindari sikap
4. Klien merasa lebih tenang mengancam dan
berdebat

8. Informasikan keluarga
bahwa keluarga
sebagai dasar
pembentukan kognitif

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Hari/Tanggal Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) Tanda tangan dan


Nama Perawat

Dx 1, Rabu 04 november 1. Mengukur tanda-tanda vital S=


2. Mengobservasi periksa status
2020 1. Klien mengatakan lebih
sensori dan tingkat kenyamanan
Jam 08.00 wib 3. Mendiskusikan tingkat toleransi nyaman dan tenang
Jam 15.00 wib terhadap beban
2. klien mengatakan dengan
Jam 22.00 wib sensori(mis,cahaya :
terang/redup) menghindari paparan sinar Yuni Elia Kartika
4. Membatasi stimulus mata hari secara langsung
lingkunangan(cahaya)
5. Menjadwalkan aktivitas harian mata tidak terasa adanya
dan waktu istirahat gangguan pengliahatan.
6. Mengajarkan cara
meminimalisasi stimulus O=
(mis,pengaturan 1. Klien tampak dapat
cahaya,membatasi kunjungan)
7. Kolaborasi pemberian obat membatasi stimulus
yang mempengaruhi persepsi 2. Klien tampak bias
stimulus
meminimaliasi stimulus
3.Hasil TTV yaitu :
Suhu : 36,50C
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit

TD : 120/80 mmHg

A = Masalah teratasi
sebagian

P = Lanjutan Intervensi
Dx 2 , Rabu 04 november 1. Mengindentifikasikan S = Pasien mengatakan
2020 harapan dan mengelola sekarang dapat
16.00 wib perilaku mengetahui penyakitnya
2. Menghindari sikap O =
menyudutkan dan 1. Pasien terlihat Yuni Elia Kartika
menghentikan menyikapi penyakitnya
pembicaraan dengan tenang dan sabar
3. Menghindari sikap 2. Hasil identifikasi
mengancam dan pengetahuan pasien
berdebar mengenai penyakit yang di
4. Menginformasikan derita
keluarga bahwa keluarga
sebagai dasar 3. Klien memahami tentang
pemebtntukan kognitif penyakit yang diderita
4. Klien tampak mengetahui
cara pengobatan
5. Klien tampak bisa
mengulang penjelasan

A = masalah teratasi
P= Intervensi dihentikan
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di seluruh dunia yang sebenarnya dapat
dicegah. Penyakit katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan kekeruhan
lensa mata sehingga mengganggu proses masuknya cahaya ke mata. Katarak dapat
disebabkan karena terganggunya mekanisme kontrol keseimbangan air dan elektrolit,
karena denaturasi protein lensa atau gabungan keduanya. Sekitar 90% kasus katarak
berkaitan dengan usia; penyebab lain adalah kongenital dan trauma. Berbagai macam hal
yang dapat mencetuskan katarak antara lain : Usia lanjut dan proses penuaan,Congenital
atau bisa diturunkan,Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti
merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit
metabolik (misalnya diabetes) dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid). Katarak
juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti : Katarak traumatik yang
disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata, Katarak sekunder yang disebabkan
oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada
mata, atau diabetes mellitus, Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi,Katarak
yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan
obat penurun kolesterol, Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik
(Admin,2011).
Dari hasil asuhan keperawatan Tn. W dengan PPOK, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa :
Melakukan pengkajian pada Tn. Y terkait dengan Katarak. Dalam melakukan
pengkajian pada Tn. Y, penulis mengalami kesulitan dalam melakukan komunikasi
dengan Tn. Y karena Tn. Y kesulitan berbicara. Maka dari itu, penulis tidak hanya
melakukan wawancara pada pasien saja, tetapi juga pada anggota keluarga Tn. Y
Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. Y. Dari hasil pengkajian yang dilakukan
oleh penulis, penulis memprioritaskan 2 diagnosa yaitu Gangguan persepsi sensorik(
Penglihatan) dan deficit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
Melakukan perencanaan terhadap Tn. Y. Perencanaan yang dibuat disesuaikan dengan
kondisi pasien. Sehingga intervensi yang dilakukan dapat terlaksana dengan baik terkait
dukungan dan kerjasama dari Tn. Y dalam mengatasi penyakit yang dideritanya. Saat
penulis melakukan kontrak waktu untuk pemberian asuhan keperawatan yang akan
dilakukan selanjutnya, klien dan keluarga klien juga kooperatif.
Melakukan tindakan keperawatan pada Tn. Y terkait penyakit Katarak yang dialami
Tn. Y saat dilakukan tindakan keperawatan, Tn. y sangat kooperatif dan pasien juga
memperhatikan saran yang diberikan oleh penulis.
Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. Y. Evaluasi setelah memberikan tindakan
keperawatan selama 3 hari, untuk diagnosa pertama belum teratasi sedangkan diagnosa
kedua sedikit teratasi. Melakukan dokumentasi keperawatan pada Tn. Y Setelah
melakukan tindakan keperawatan, penulis mendokumentasikan tindakan tersebut dalam
catatan yang penulis buat.
4.2 Saran
1. Rumah Sakit
Penulis memberikan saran kepada Rumah Sakit agar dapat meningkatkan dan
mempertahankan standar asuhan keperawatan sehingga mutu pelayanan rumah sakit
dapat terjaga.
2. Institusi Pendidikan
Penulis berharap Institusi Pendidikan dapat menyediakan sumber buku dengan tahun
dan penerbit terbaru sebagai bahan informasi yang penting dalam pembuatan seminar
kecil dan dapat meningkatkan kualitas pendidikan teruatama dengan pembuatan asuhan
keperawatan dalam praktek maupun teori.
3. Profesi Perawat
Penulis berharap agar perawat ruangan dapat meningkatkan mutu pelayanan, lebih
ramah lagi tehadap pasien dan dapat memberikan asuhan keperawatan dengan sebaik-
baiknya.
DAFTAR PUSTAKA

Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015 Basic and clinical Science
course. San Francisco, CA: American Academy of Ophthalmology; 2015.

Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed. Yogyakarta: Departemen Ilmu Kesehatan
Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada; 2012.

Boyd K. Parts of the Eye. American Academy of Ophthalmology; 2016 [6 November 2017];
Available from: https://http://www.aao.org/eye-health/anatomy/partsof-eye.
Doenges, Marilyan E. 2018. Rencana Asuhan Keperawatan. Alih bahasa: I Made Kariasa.
Jakarta : EGC

Long, C Barbara. 2017. Perawatan Medikal Bedah : 2. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Pajajaran

Nettina, Sandra M. 2015. Pedoman Praktik Keperawatan. Alih bahasa : Setiawan Sari. Jakarta:
EGC

Sidarta Ilyas. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: FKUI

Luckman and sorensen’s, 2013, Medical Surgical Nursing –.ed.4.- Philadelphia, Pennsylvania
: The Curtis Center

Mansjoer, Arif.2017. KapitaSelektaKedokteranEdisi 3 Jilid 1.Jakarta, Media Aesculapius.


FakultasKedokteran UI

Achkley, B.J. ladwig,G.b.F.(2017).Nursing Diagnosis Handbook,An Evidevence-BasedGuide


to Planning Care. 11th Eb. St. Louis : Esselvier.

SATUAN ACARA PENYULUHAN

47
A. Topik
Pendidikan Kesehatan Katarak
B. Sasaran

1. Program
Setelah di lakukan penyuluhan pada keluarga maupun pasien di harapkan
keluarga maupun pasien dapat mengetahui dan dapat memahami tentang apa itu
Katarak.

2. Penyuluhan

Pendidikan kesehatan pada keluarga pasien dan juga pasien mengenai Katarak

C. Tujuan

1. TujuanUmum

Adapun tujuan umum dari Pendidikan Kesehatan yang dilakukan untuk


meningkatkan pengetahuan pada pasien maupun keluarga pasien mengenai
Katarak
2. TujuanKhusus

Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan pasien dan keluarga


mampu memahami apa yang sudah di jelaskan oleh penyaji.
D. Materi

Adapun garis besar materi dalam pendidikan kesehatan adalah;

1. Pengertian Katarak

2. Tanda dan Gejala Katarak

3. Penyebab Katarak

4. Penanganan Katarak

E. Metode

Adapun metode yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan tentang Katarak
pada pasien dan juga keluarga:

1. Ceramah

Ceramah adalah pesan yang bertujuan memberikan nasehat dan


petunjukpetunjuk sementara ada audiens yang bertindak sebagai pendengar.

48
2. Tanya jawab

Metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara


mengajukan pertanyaan-pertanyaan lalu memberikan jawaban ataupun
sebaliknya.
3. Demonstrasi

Demonstrasi adalah suatu cara penyampaian materi dengan memperagakan suatu


proses ataukegiatan.
F. Media

Adapun media yang digunakan dalam kegiatan pendidikan kesehatan pada


penderita Dakriosistisisini meliputi:
1. Leaflet

G. WaktuPelaksanaan

1. Hari/Tanggal : Jumat , 06 November 2020

2. Pukul : 15.00 S/dSelesai

3. AlokasiWaktu : 30 menit

No Kegiatan Waktu Metode


1 Pembukaan : 1. Menjawabsalam
1. Membuka kegiatan 2. Mendengarkan
dengan mengucapkan salam dan
2. Menjelaskan tujuan dari memperhatikan
penyuluhan
3. Menyebutkan materi yang akan 2 menit
diberikan
4. Kontrak waktu penyampaian
materi

49
2 Pelaksanaan :

Menjelaskan tentang :

1. Pengertian Katarak
Mendengar,
2. Penyebab Katarak memperhatikan

3. Tanda dan Gejala 20 menit

Katarak

4. Penyebab Katarak

5. Penanganan Katarak
3 Evaluasi :

Menanyakan pada peserta tentang


materi yang telah diberikan, dan
membantu kembali peserta untuk
mengulang materi yang telah 6 menit

disampaikan. Tanya Jawab

5 Terminasi : 1. Mendengarkan
1. Mengucapkan terimakasih atas 2. Menjawabsalam
perhatian peserta 2 menit
2. Mengucapkan salam penutup

H. TugasPengorganisasian

1. Moderator : Yuni Elia kartika


Moderator adalah orang yang bertindak sebagai penengah atau pemimpin
sidang (rapat, diskusi) yang menjadi pengarah pada acara pembicaraan
atau pendiskusianmasalah.
Tugas :

50
1. Membuka acara penyuluhan

2. Memperkenalkan dosen pembimbing dan anggota kelompok

3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan

4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi

5. Mengatur jalannya diskusi

2. Penyaji : Yuni Elia Kartika

Penyaji adalah menyajikan materi diskusi kepada peserta dan


memberitahukan kepada moderator agar moderator dapat memberi arahan
selanjutnya kepada peserta-peserta diskusinya.
Tugas :

1. Menyampaikan materi penyuluhan

2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan

3. Mengucapkan salam penutup

3 Fasilitator : Yuni Elia Kartika

Fasilitator adalah seseorang yang membantu sekelompok orang,


memahami tujuan bersama mereka dan membantu mereka membuat
rencana guna mencapai tujuan tersebut tanpa mengambil posisi tertentu
dalamdiskusi.
Tugas :

1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan

2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai denganakhir

3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan

4. Membagikan konsumsi

4 Simulator : Yuni Elia Kartika

Simulator adalah sebagai simulasi atau objek fisik benda nyata yang
didemonstrasikan

5 Dokumentator : Yuni Elia Kartika

51
Dokumentator adalah orang yang mendokumentasikan suatu kegiatan yang
berkaitan dengan foto, pengumpulan data, dan menyimpan kumpulan dokumen
pada saat kegiatan berlangsung agar dapat disimpan sebagai arsip.
Tugas :

1. Melakukan dokumentasi kegiatan penyuluhan dalam kegiatan


pendidikankesehatan.
6 Notulen : Yuni Elia Kartika

Notulen adalah sebutan tentang perjalanan suatu kegiatan penyuluhan, seminar,


diskusi, atau sidang yang dimulai dari awal sampai akhir acara.Ditulis oleh
seorang Notulis yang mencatat seperti mencatat hal-hal penting.Dan mencatat
segala pertanyaan dari peserta kegiatan.
Tugas :

1. Mencatat poin-poin penting pada saat penyuluhan berlangsung.

2. Mencatat pertanyaan-pertanyaan dari audience dalam kegiatan penyuluhan.


I. Denah Pelaksanaan

Setting Tempat :

Keterangan :

: Kamera

: Moderator,Penyaji,Simulasitator,Dokumentator dan notulen

: Pasien dan juga keluarga

Materi Penyuluhan
52
1. Definisi Penyakit Katarak
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya yang disebabkan oleh
berbagai keadaan. (Sidarta Ilyas, dkk, 2018)
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata, sehingga menyebabkan
penurunan/gangguan penglihatan (Admin,2017)
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan
metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu (Iwan,2011).
Jadi,Penyakit katarak merupakan penyakit mata yang ditandai dengan kekeruhan lensa
mata sehingga mengganggu proses masuknya cahaya ke mata.
2.Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain :
1. Usia lanjut dan proses penuaan
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan
beracun lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes)
dan obat-obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan
metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti
kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetik (Admin,2011).
3. Klasifikasi
Berdasarkan garis besar katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
1. Katarak perkembangan ( developmental ) dan degenerative.
2. Katarak trauma : katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata.

53
3. Katarak komplikata (sekunder) : penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti DM
dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan pada lensa yang akan menimbulkan
katarak komplikata.
4. Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
a) Katarak kongeniatal, Katarak yang di temukan pada bayi ketika lahir (sudah
terlihat pada usia di bawah 1 tahun)
b) Katarak juvenile, Katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun dan di bawah usia
40 tahun
c) Katarak presenil, Katarak sesudah usia 30-40 tahun
d) Katarak senilis, Katarak yang terjadi pada usia lebih dari 40 tahun. Jenis
katarak inimerupakan proses degeneratif ( kemunduran ) dan yang paling
sering ditemukan.
e) Adapun tahapan katarak senilis adalah :
1. Katarak insipien : pada stadium insipien (awal) kekeruhan lensa mata masih sangat
minimal, bahkan tidak terlihat tanpa menggunakan alat periksa. Kekeruhan lensa
berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. Penderita pada stadium ini
seringkali tidak merasakan keluhan atau gangguan pada penglihatanya sehingga
cenderung diabaikan.
2. Katarak immataur : lensa masih memiliki bagian yang jernih
3. Katarak matur : Pada stadium ini proses kekeruhan lensa terus berlangsung dan
bertambah sampai menyeluruh pada bagian lensa sehingga keluhan yang sering
disampaikan oleh penderita katarak pada saat ini adalah kesulitan saat membaca,
penglihatan menjadi kabur, dan kesulitan melakukan aktifitas sehari-hari.
4. Katarak hipermatur : terdapat bagian permukaan lensa yang sudah merembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan perdangan pada struktur mata yang
lainya.
4. Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain:
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta
gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari
3. Gejala objektif biasanya meliputi:
a) Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan
tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan

54
dipendarkan dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup.
b) Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu atau putih. Pengelihatan
seakan-akan melihat asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih.
c) Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar
putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif.
Gejala umum gangguan katarak meliputi:
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa:
3. Peka terhadap sinar atau cahaya.
4. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
5. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah :
1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan sering pada salah satu mata.
5. Komplikasi

1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan selama operasi maka
gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik anterior, yang merupakan resikoterjadinya
glaucoma atau traksi pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan satu
instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel (virektomi). Pemasanagan lensa
intraocular sesegera mungkin tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah pada periode pasca
operasi dini. Terlihat sebagai daerah berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami
distorsi. Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius, namun jarang terjadi.
6. Pencegahan
Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung
vit. C ,vit B2, vit. A dan vit. E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar
UV) secara berlebih, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada
siang hari.

LEAFLET KATARAK

55
APA ITU
KATARAK.. TANDA DAN GEJALA
?

Gejala umum gangguan katarak


meliputi:
KATARAK 1. Penglihatan tidak jelas, seperti
terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa
Katarak adalah setiap kekeruhan pada
berupa:
lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi 3. Peka terhadap sinar atau cahaya.
protein lensa atau akibat kedua-duanya 4. Dapat melihat dobel pada satu
yang disebabkan oleh berbagai keadaan.
mata (diplobia).
(Sidarta Ilyas, dkk, 2018)
Katarak merupakan kekeruhan yang terjadi 5. Memerlukan pencahayaan yang
pada lensa mata, sehingga menyebabkan terang untuk dapat membaca.
DISUSUN OLEH : penurunan/gangguan penglihatan 6. Lensa mata berubah menjadi
Yuni Elia Kartika (Admin,2017)
buram seperti kaca susu.
Jadi,Penyakit katarak merupakan penyakit
2018.C.10a.0993 mata yang ditandai dengan kekeruhan lensa
mata sehingga mengganggu proses
masuknya cahaya ke mata.

YAYASAN STIKES EKA HARAP


PALANGKA RAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2020/2021

Penyebab Katarak
Pencegahan
1. Usia lanjut dan proses
Disarankan agar banyak
penuaan
mengkonsumsi buah-buahan
2. Congenital atau bisa yang banyak mengandung vit. C
diturunkan. ,vit B2, vit. A dan vit. E.
3. Pembentukan katarak
dipercepat oleh faktor Selain itu, untuk mengurangi
lingkungan, seperti pajanan sinar matahari (sinar
merokok atau bahan UV) secara berlebih, lebih baik
menggunakan kacamata hitam
beracun lainnya.
dan topi saat keluar pada siang
4. Katarak bisa disebabkan hari.
oleh cedera mata, penyakit
metabolik (misalnya
diabetes) dan obat-obat
tertentu (misalnya
kortikosteroid).

56
TINJAUAN PUSTAKA

LAMPIRAN JURNAL

Katarak: Klasifikasi, Tatalaksana, dan Komplikasi


Operasi
Prilly Astari

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRA
K
Katarak merupakan penyebab kebutaan terbanyak di dunia. Tatalaksana definitif katarak adalah tindakan bedah.
Beberapa teknik operasi katarak makin berkembang dengan irisan lebih kecil, penyembuhan cepat, dan angka
komplikasi rendah. Pemeriksaan periodik pasca operasi katarak sangat penting untuk mendeteksi komplikasi.

Kata kunci: EKEK, fakoemulsifikasi, katarak, komplikasi, SICS.


ABSTRA
CT
Cataract is the leading cause of blindness in the world. The only treatment for cataracts is surgery. Improvements of
cataract surgery techniques include smaller surgical site, rapid recovery, and lower rates of complications. Periodic
examination is essential to detect surgical complications. Prilly Astari. Cataracts: Classification, Management,
and Complications of Surgery.
PENDAHULUAN
Keywords: cataract, complication, ECCE, phacoemulsification,
atau gabungan SICS.90%
keduanya.2 Sekitar kapsul, epitel, korteks, dan nukleus
Katarak merupakan penyebab kasus katarak berkaitan dengan usia; (Gambar 2). Kapsul lensa yang
utama kebutaan di seluruh dunia penyebab lain adalah kongenital bersifat elastik berfungsi untuk
yang sebenarnya dapat dicegah.1 dan trauma.2 mengubah bentuk lensa pada proses
Penyakit katarak merupakan akomodasi.1-3
penyakit mata yang ditandai ANATOMI LENSA MATA
dengan kekeruhan lensa mata Lensa adalah bagian dari bola EPIDEMIOLOGI
sehingga mengganggu proses mata yang berbentuk bikonveks, Katarak
masuknya cahaya ke mata. Katarak avaskular, transparan, terletak di
1
Pada tahun 2010, prevalensi katarak di
dapat disebabkan karena belakang iris dan di depan vitreus, Amerika Serikat adalah 17,1%.
terganggunya mekanisme kontrol ditopang oleh Zonula Zinii yang Katarak paling banyak mengenai ras
keseimbangan air dan elektrolit, melekat ke korpus siliaris (Gambar putih (80%) dan perempuan
karena denaturasi protein lensa 1). Lensa terdiri dari
TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1.Anatomibolamata1 Gambar 2. Anatomi lensa1

Alamat Korespondensi email: prillyastari@yahoo.com


(61%).4 Menurut hasil survei Riskesdas Beberapa faktor risiko katarak dapat senilis merupakan 90% dari semua jenis
2013, prevalensi katarak di Indonesia dibedakan menjadi faktor individu, katarak.2 Terdapat tiga jenis katarak
lingkungan, dan faktor TINJAUAN
protektif. PUSTAKA
adalah 1,4%, dengan responden tanpa senilis berdasarkan lokasi kekeruhannya1,9,
batasan umur.5 Faktor individu terdiri atas usia, jenis yaitu :
kelamin, ras, serta faktor genetik.1,2 1. Katarak nuklearis
Kebutaan akibat katarak Faktor lingkungan termasuk kebiasaan Katarak nuklearis ditandai dengan
Definisi kebutaan menurut WHO yaitu merokok, paparan sinar ultraviolet, status kekeruhan sentral dan perubahan
visus sosioekonomi, tingkat pendidikan, warna lensa menjadi kuning atau
< 3/60 pada mata terbaik dengan diabetes mellitus, hipertensi, cokelat secara progresif perlahan-lahan
koreksi terbaik.6 penggunaan steroid, dan obat-obat yang mengakibatkan turunnya tajam
penyakit gout. 2,7,8
Faktor protektif penglihatan. Derajat kekeruhan lensa
WHO memperkirakan sekitar 18 juta
meliputi penggunaan aspirin dan terapi dapat dinilai menggunakan slitlamp.
orang mengalami kebutaan kedua mata
pengganti hormon pada wanita. 2
Katarak jenis ini biasanya terjadi bilateral,
akibat katarak.6 Jumlah ini hampir setengah
namun dapat juga asimetris. Perubahan
(47,8%) dari semua penyebab kebutaan KLASIFIKASI BERDASARKAN USIA warna mengakibatkan penderita sulit
karena penyakit mata di dunia. Penyebab Katarak kongenital untuk membedakan corak warna.
kebutaan lainnya adalah kelainan refraksi Sepertiga kasus katarak kongenital Katarak nuklearis secara khas lebih
tidak terkoreksi, glaukoma, Age-Related adalah diturunkan, sepertiga berkaitan mengganggu gangguan penglihatan
Macular Degeneration, retinopati DM, dengan penyakit sistemik, dan sisanya jauh daripada penglihatan dekat.1 Nukleus
kebutaan pada anak, trakoma, idiopatik. Separuh katarak kongenital
2
lensa mengalami pengerasan progresif
onchocerciasis, dan lain-lain.6 disertai anomali mata lainnya, seperti yang menyebabkan naiknya indeks
Indonesia menduduki peringkat PHPV (Primary Hyperplastic
refraksi, dinamai miopisasi. Miopisasi
tertinggi prevalensi kebutaan di Asia Posterior Vitreous), aniridia, koloboma, menyebabkan penderita presbiopia dapat
Tenggara sebesar 1,5% dan 50% di mikroftalmos, dan buftalmos (pada membaca dekat tanpa harus mengenakan
antaranya disebabkan katarak.2 Jumlah glaukoma infantil).2 kacamata, kondisi ini disebut sebagai
ini diperkirakan akan meningkat karena
second sight.1, 2, 9
pertambahan penduduk yang pesat dan Katarak senilis
meningkatnya usia harapan hidup di Seiring berjalannya usia, lensa 2. Katarak kortikal
Indonesia.5 mengalami kekeruhan, penebalan, serta Katarak kortikal berhubungan dengan
penurunan daya akomodasi, kondisi ini proses oksidasi dan presipitasi protein
Faktor risiko dinamakan katarak senilis. Katarak
pada sel-sel serat lensa. Katarak jenis depan normal, sudut bilik mata normal, serta serta shadow test positif palsu.1, 2, 9
ini biasanya bilateral, asimetris, dan shadow test negatif.1, 2, 9
menimbulkan gejala silau jika melihat ke TINJAUAN PUSTAKA
TATALAKSANA
arah sumber cahaya. Tahap penurunan Imatur Tatalaksana definitif untuk katarak saat ini
Pada tahap berikutnya, opasitas lensa adalah tindakan bedah. Beberapa penelitian
penglihatan bervariasi dari lambat hingga
bertambah dan visus mulai menurun seperti penggunaan vitamin C dan E dapat
cepat. Pemeriksaan slitlamp berfungsi
menjadi 5/60 sampai 1/60. Cairan lensa memperlambat pertumbuhan katarak, namun
untuk melihat ada tidaknya vakuola
degenerasi hidropik yang merupakan bertambah akibatnya iris terdorong dan
degenerasi epitel posterior, dan bilik mata depan menjadi dangkal, sudut
menyebabkan lensa mengalami elongasi bilik mata sempit, dan belum efektif untuk menghilangkan katarak.1, 2
ke anterior dengan gambaran seperti sering terjadi glaukoma. Pada pemeriksaan didapatkan
shadow test positif.1, 2, 9 Tujuan tindakan bedah katarak adalah
embun.1, 2, 9
untuk mengoptimalkan fungsi penglihatan.
3. Katarak subkapsuler Keputusan melakukan tindakan bedah tidak
Matur
Katarak ini dapat terjadi di subkapsuler spesifik tergantung dari derajat tajam
Jika katarak dibiarkan, lensa akan menjadi
anterior dan posterior. Pemeriksaannya penglihatan, namun lebih pada berapa besar
keruh seluruhnya dan visus menurun drastis
menggunakan slitlamp dan dapat menjadi 1/300 atau hanya dapat melihat
penurunan tersebut mengganggu aktivitas
ditemukan kekeruhan seperti plak di pasien.1 Indikasi lainnya adalah bila terjadi
lambaian tangan dalam jarak 1 meter. Pada
korteks subkapsuler posterior. Gejalanya gangguan stereopsis, hilangnya penglihatan
pemeriksaan didapatkan shadow test negatif.1,
adalah silau, penglihatan buruk pada 2, 9 perifer, rasa silau yang sangat mengganggu,
tempat terang, dan penglihatan dekat dan simtomatik anisometrop.2
lebih terganggu daripada penglihatan
Hipermatur Indikasi medis operasi katarak adalah bila
jauh.1, 9
Pada tahap akhir, korteks mencair sehingga terjadi komplikasi antara lain: glaukoma
nukleus jatuh dan lensa jadi turun dari fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis
MATURITAS KATARAK1, 2, 9
kapsulnya (Morgagni). Lensa terlihat keruh fakoantigenik, dislokasi lensa ke bilik
Iminens/insipiens seluruhnya, visus sudah sangat menurun depan, dan katarak sangat padat sehingga
Pada stadium ini, lensa bengkak karena hingga bisa mencapai 0, dan dapat terjadi menghalangi pandangan gambaran fundus
termasuki air, kekeruhan lensa masih ringan, komplikasi berupa uveitis dan glaukoma. Pada karena dapat menghambat diagnosis
visus biasanya > 6/60. Pada pemeriksaan pemeriksaan didapatkan iris tremulans, bilik retinopati diabetika ataupun glaukoma.2
dapat ditemukan iris normal, bilik mata mata depan dalam, sudut bilik mata terbuka,
Beberapa jenis tindakan bedah katarak : (EKEK) EKEK konvensional utuh atau dihancurkan. Teknik ini
Ekstraksi Katarak Intrakapsuler (EKIK) EKEK adalah jenis operasi katarak populer di negara berkembang karena
EKIK adalah jenis operasi katarak dengan TINJAUAN
dengan membuang nukleus dan korteks PUSTAKA
tidak membutuhkan peralatan
membuang lensa dan kapsul secara lensa melalui lubang di kapsul anterior. fakoemulsifikasi yang mahal,
keseluruhan. EKIK menggunakan peralatan EKEK meninggalkan kantong kapsul dilakukan dengan anestesi topikal, dan
(capsular bag) sebagai tempat untuk bisa dipakai pada kasus nukleus yang
menanamkan lensa intraokuler (LIO). padat. Beberapa indikasi SICS adalah
sederhana dan hampir dapat
Seperti terlihat di Tabel 2, teknik ini sklerosis nukleus derajat II dan III, katarak
dikerjakan pada berbagai kondisi.
mempunyai banyak kelebihan seperti subkapsuler posterior, dan awal katarak
Terdapat beberapa kekurangan EKIK,
seperti besarnya ukuran irisan yang
trauma irisan yang lebih kecil kortikal.1, 2
sehingga luka lebih stabil dan aman, c) Fakoemulsifikasi
mengakibatkan penyembuhan luka
menimbulkan astigmatisma lebih kecil, Teknik operasi fakoemulsifikasi
yang lama, menginduksi astigmatisma
pasca operasi, cystoid macular edema
dan penyembuhan luka lebih cepat.2 menggunakan alat tip ultrasonik untuk
Pada EKEK, kapsul posterior yang intak memecah nukleus lensa dan
(CME), dan ablasio retina.1,9 Meskipun
mengurangi risiko CME, ablasio retina, selanjutnya pecahan nukleus dan
sudah banyak ditinggalkan, EKIK masih
edema kornea, serta mencegah korteks lensa diaspirasi melalui insisi
dipilih untuk kasus- kasus subluksasi
penempelan vitreus ke iris, LIO, atau yang sangat kecil. Dengan demikian,
lensa, lensa sangat padat, dan eksfoliasi
kornea.1 fakoemulsifikasi mempunyai
lensa.1,2 Kontraindikasi absolut EKIK
adalah katarak pada anak-anak, katarak kelebihan seperti penyembuhan luka
b) Small Incision Cataract
pada dewasa muda, dan ruptur kapsul yang cepat, perbaikan penglihatan
Surgery(SICS) Teknik EKEK telah
traumatik, sedangkan kontraindikasi lebih baik, dan tidak menimbulkan
dikembangkan menjadi suatu teknik
relatif meliputi miopia tinggi, astigmatisma pasca bedah. Teknik
operasi dengan irisan sangat kecil (7-8
sindrom Marfan, katarak Morgagni, fakoemulsifikasi juga dapat mengontrol
mm) dan hampir tidak memerlukan
dan adanya vitreus di kamera okuli kedalaman kamera okuli anterior serta
jahitan, teknik ini dinamai SICS. Oleh
anterior.1 mempunyai efek pelindung terhadap
karena irisan yang sangat kecil,
tekanan positif vitreus dan perdarahan
penyembuhan relatif lebih cepat dan
Beberapa kelebihan dan kekurangan koroid. Teknik operasi katarak jenis ini
risiko astigmatisma lebih kecil
EKIK dapat dilihat pada Tabel 1. menjadi pilihan utama di negara-negara
dibandingkan EKEK konvensional. SICS
maju.1
Ekstraksi Katarak Ekstrakapsuler dapat mengeluarkan nukleus lensa secara
KOMPLIKASI obesitas sebaiknya diposisikan anti- tertinggal dapat menyebabkan
Komplikasi operasi katarak dapat trendelenburg.1, 2 peradangan intraokular berat,
terjadi selama operasi maupun setelah TINJAUAN PUSTAKAdekompensasi endotel, glaukoma
2. Posterior Capsule Rupture (PCR)
operasi. Pemeriksaan periodik pasca sekunder, ablasio retina, nyeri, bahkan
PCR dengan atau tanpa vitreous loss
operasi katarak sangat penting untuk kebutaan. Sebuah studi di Malaysia
adalah komplikasi intraoperatif yang
mendeteksi komplikasi operasi. melaporkan insidensi nucleus drop pasca
sering terjadi.11 Studi di Hawaii
fakoemulsifikasi sebesar 1,84%.12 Faktor
Komplikasi selama operasi menyatakan bahwa 0,68% pasien
risiko nucleus drop meliputi katarak
1. Pendangkalan kamera okuli anterior mengalami PCR dan vitreous loss
yang keras, katarak polar posterior,
Pada saat operasi katarak, pendangkalan selama prosedur fakoemulsifikasi.11
miopia tinggi, dan mata dengan riwayat
kamera okuli anterior (KOA) dapat Beberapa faktor risiko PCR adalah
vitrektomi.12
terjadi karena cairan yang masuk ke miosis, KOA dangkal,
KOA tidak cukup, kebocoran
Komplikasi setelah operasi
melalui insisi yang terlalu besar, 1. Edema kornea
pseudoeksfoliasi, floppy iris syndrome, dan
tekanan dari luar bola mata, tekanan Edema stromal atau epitelial dapat terjadi
zonulopati.11 Apabila terjadi PCR, sebaiknya
vitreus positif, efusi suprakoroid, atau segera setelah operasi katarak. Kombinasi
lakukan vitrektomi anterior untuk
perdarahan suprakoroid.2 Jika saat dari trauma mekanik, waktu operasi
mencegah komplikasi yang lebih berat.11
operasi ditemukan pendangkalan yang lama, trauma kimia, radang, atau
PCR berhubungan dengan meningkatnya
KOA, hal pertama yang harus peningkatantekanan intraokular (TIO),
risiko cystoid macular edema,
dilakukan adalah mengurangi dapat menyebabkan edema kornea.1,2
ablasio retina, uveitis, glaukoma, dislokasi
aspirasi, meninggikan botol cairan Pada umumnya, edema akan hilang
LIO, dan endoftalmitis postoperatif
infus, dan mengecek insisi. Bila insisi dalam 4 sampai 6 minggu.1Jika kornea
katarak.11
terlalu besar, dapat dijahit jika perlu. tepi masih jernih, maka edema kornea
Tekanan dari luar bola mata dapat 3. Nucleus drop akan menghilang. Edema kornea yang
dikurangi dengan mengatur ulang Salah satu komplikasi teknik menetap sampai lebih dari 3 bulan
spekulum kelopak mata. Hal fakoemulsifikasi yang paling ditakutkan biasanya membutuhkan keratoplasti
berikutnya adalah menilai tekanan adalah nucleus drop, yaitu jatuhnya tembus.1
vitreus tinggi dengan melihat apakah seluruh atau bagian nukleus lensa ke
2. Perdarahan
pasien obesitas, bull-necked, dalam rongga vitreus. Jika hal ini tidak
penderita PPOK, cemas, atau Komplikasi perdarahan pasca operasi
ditangani dengan baik, lensa yang
melakukan manuver Valsava. Pasien katarak antara lain perdarahan retrobulbar,
perdarahan atau efusi suprakoroid, dan anterior perifer.1 EMK terjadi pada 2-10% pasca
hifema.1 Pada pasien-pasien dengan 4. Uveitis kronik EKIK, 1-2% pasca EKEK, dan < 1%
terapi antikoagulan atau antiplatelet, TINJAUAN
Inflamasi normal akan menghilang setelah PUSTAKApasca fakoemulsifikasi.14 Angka ini
risiko perdarahan suprakoroid dan efusi 3 sampai 4 minggu operasi katarak dengan meningkat pada penderita diabetes
suprakoroid tidak meningkat.1 Sebagai pemakaian steroid topikal.1 Inflamasi yang mellitus dan uveitis. Sebagian besar
tambahan, penelitian lain membuktikan menetap lebih dari 4 minggu, EMK akan
bahwa tidak terdapat perbedaan risiko didukung dengan penemuan keratik
mengalami resolusi spontan, walaupun
perdarahan antara kelompok yang presipitat granulomatosa yang
5% diantaranya mengalami penurunan
menghentikan dan yang melanjutkan terkadang disertai hipopion, dinamai
tajam penglihatan yang permanen.14
terapi antikoagulan sebelum operasi 3 uveitis kronik. Kondisi seperti malposisi
LIO, vitreus inkarserata, dan fragmen 6. Ablasio retina
3. Glaukoma sekunder lensa yang tertinggal, menjadi Ablasio retina terjadi pada 2-3% pasca
Bahan viskoelastik hialuronat yang penyebab uveitis kronik.1 Tatalaksana EKIK, 0,5-2% pasca EKEK, dan <1% pasca
tertinggal di dalam KOA pasca meliputi injeksi antibiotik intravitreal fakoemulsifikasi. Biasanya terjadi dalam
operasi katarak dapat meningkatkan dan operasi perbaikan posisi LIO, 6 bulan sampai 1 tahun pasca bedah
tekanan intraokular (TIO), peningkatan vitreus inkarserata, serta pengambilan katarak.1 Adanya kapsul posterior yang
TIO ringan bisa terjadi 4 sampai 6 jam fragmen lensa yang tertinggal dan LIO.1 utuh menurunkan insidens ablasio retina
setelah operasi, umumnya dapat pasca bedah, sedangkan usia muda,
5. Edema Makula Kistoid (EMK)
hilang sendiri dan tidak memerlukan miopia tinggi, jenis kelamin laki- laki,
terapi anti glaukoma, sebaliknya jika EMK ditandai dengan penurunan visus
riwayat keluarga dengan ablasio retina,
peningkatan TIO menetap, diperlukan setelah operasi katarak, gambaran
dan pembedahan katarak yang sulit
terapi anti- glaukoma.1 Glaukoma karakteristik makula pada pemeriksaan
dengan rupturnya kapsul posterior dan
sekunder dapat berupa glaukoma oftalmoskopi atau FFA, atau gambaran
hilangnya vitreus meningkatkan
sudut terbuka dan tertutup. Beberapa penebalan retina pada pemeriksaan OCT.1
kemungkinan terjadinya ablasio retina
penyebab glaukoma sekunder sudut Patogenesis EMK adalah peningkatan
pasca bedah.15
terbuka adalah hifema, TASS, permeabilitas kapiler perifovea dengan
akumulasi cairan di lapisan inti dalam 7. Endoftalmitis
endoftalmitis, serta sisa masa lensa.
dan pleksiformis luar.1 Penurunan tajam Endoftalmitis termasuk komplikasi pasca
Penyebab glaukoma sekunder sudut
penglihatan terjadi pada 2 sampai 6 bulan operasi katarak yang jarang, namun
tertutup adalah blok pupil, blok siliar,
pasca bedah.1 sangat berat.1 Gejala endoftalmitis terdiri
glaukoma neovaskuler, dan sinekia
atas nyeri ringan hingga berat, hilangnya
penglihatan, floaters, fotofobia, inflamasi TASS adalah pembilasan alat-alat operasi PCO dapat efektif diterapi dengan
vitreus, edem palpebra atau periorbita, yang tidak adekuat, penggunaan kapsulotomi Nd:YAG laser;
injeksi siliar, kemosis, reaksi bilik mata TINJAUAN
pembersih enzimatik, salah konsentrasi PUSTAKA beberapa komplikasi
depan, hipopion, penurunan tajam detergen, ultrasonic bath, antibiotik, prosedur laser ini seperti ablasio retina,
penglihatan, edema kornea, serta epinefrin yang diawetkan, alat single- merusak LIO, cystoid macular
perdarahan retina. Gejala muncul setelah 3 use yang digunakan berulang kali saat edema, peningkatan tekanan
sampai 10 hari operasi katarak. Penyebab pembedahan. Meskipun kebanyakan
16
intraokular, perdarahan iris,
terbanyak adalah Staphylococcus kasus TASS dapat diobati dengan steroid edema kornea, subluksasi LIO, dan
epidermidis, Staphylococcus aureus, topikal atau NSAIDs topikal, reaksi endoftalmitis.1
dan Streptococcus.1 Penanganan inflamasi terkait TASS dapat menyebabkan
endoftalmitis yang cepat dan tepat mampu kerusakan parah jaringan intraokular, Pencegahan PCO lebih ditekankan.
mencegah infeksi yang lebih berat. yang dapat mengakibatkan kehilangan Teknik operasi pada anak-anak
Tatalaksana pengobatan meliputi kultur penglihatan.16 menggunakan kapsuloreksis posterior
bakteri, antibiotik intravitreal spektrum (posterior continuous curvilinear
9. Posterior Capsule Opacification (PCO) / kekeruhan capsulorrhexis)
luas, topikal sikloplegik, dan topikal kapsulposterior
steroid.1 PCO merupakan komplikasi pasca operasi dan vitrektomi anterior telah terbukti
8. Toxic Anterior Segment Syndrome katarak yang paling sering.1 Sebuah menurunkan kejadian PCO.18
TASS merupakan inflamasi pasca operasi penelitian melaporkan PCO rata-rata Pemakaian LIO dengan sisi tajam
yang akut dan non-infeksius. Tanda dan terjadi pada 28% pasien setelah lima tahun (sharp-edge optic) yang terbuat dari
pasca operasi katarak.17 Insidensi PCO
gejala TASS dapat menyerupai akrilik dan silikon, serta penggunaan
endoftalmitis, seperti fotofobia, edema lebih tinggi pada anak-anak. agen terapeutik seperti penghambat
kornea, penurunan penglihatan, akumulasi Mekanisme PCO adalah karena proteasome, juga menurunkan
tertinggalnya sel-sel epitel lensa di
leukosit di KOA, dan kadang disertai kejadian PCO.18
hipopion.1 TASS memiliki onset lebih kantong kapsul anterior lensa, yang
akut, yaitu dalam 24 jam pasca operasi selanjutnya berproliferasi, lalu 10. Surgically Induced Astigmatism
bermigrasi ke kapsul posterior lensa.1 (SIA) Operasi katarak, terutama teknik
katarak, sedangkan endoftalmitis terjadi
setelah 3 sampai 10 hari operasi. TASS juga Berdasarkan morfologi, terdapat 2 jenis EKIK dan EKEK konvensional,
PCO, jenis fibrosis (fibrosis type) dan mengubah topografi kornea dan
menimbulkan keluhan nyeri minimal atau
jenis mutiara (pearl type). Jenis kedua akibatnya timbul astigmatisma pasca
bahkan tanpa nyeri. Beberapa penyebab
lebih sering menyebabkan kebutaan.
operasi. Risiko SIA meningkat dengan kebutaan di seluruh dunia. Sebagian 9. Kanski JJ. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach. 6th
ed. Edinburgh: Butterworth Heinemann/Elsevier; 2007.
besarnya insisi (> 3 mm), lokasi insisi besar kasus katarak berkaitan dengan 10. Khan MT, Jan S, Hussain Z, Karim S, Khalid MK, Mohammad L.
di superior, jahitan, derajat TINJAUAN
usia. Operasi katarak bertujuan untuk PUSTAKA Visual outcome and complications of manual sutureless small
incision cataract surgery. Pak J Ophthalmol. 2010;26(1):32-8.
astigmatisma tinggi sebelum operasi, mengoptimalkan fungsi penglihatan. 11. Chen M, LaMattina KC, Patrianakos T, Dwarakanathan S.
usia tua, serta kamera okuli anterior Pemilihan teknik operasi berdasarkan Complication rate of posterior capsule rupture with vitreous loss
during phacoemulsification at a Hawaiian cataract surgical
dangkal.19 AAO menyarankan untuk pertimbangan dan pemeriksaan periodik center: a clinical audit. Clin Ophthalmol. 2014;8:375-8.

membuka jahitan setelah 6-8 minggu dilakukan untuk mencegah 12. Tajunisah I, Reddy SC. Dropped Nucleus Following
Phacoemulsification Cataract Surgery. Med J Malaysia.
postoperatif untuk mengurangi komplikasi operasi. 2007;62(5):364-7.
13. Katz J, Feldman MA, Bass EB, et al; Study of medical testing for
astigmatisma berlebihan.1,19 cataract surgery team. Risks and benefits of anticoagulant and
DAFTAR PUSTAKA antiplatelet medication use before cataract surgery.
Ophthalmology. 2003;110(9):1784-8.
11. Dislokasi LIO(Lensa Intra Okuler) 1. Cantor LB, Rapuano CJ, Cioffi GA. Lens and cataract. 2014-2015
14. Rotsos TG, Moschos MM. Cystoid macular edema. Clin
Angka kejadian dislokasi LIO Basic and clinical Science course. San Francisco, CA: American
Ophthalmol. 2008;2(4):919-30.
Academy of Ophthalmology; 2015.
dilaporkan sebesar 0,19-3,00%.20 2. Suhardjo SU, Agni AN. Ilmu Kesehatan Mata. 2nd ed. Yogyakarta:
15. Haug SJ, Bhisitkul RB. Risk factors for retinal detachment
following cataract surgery. Curr Opini Ophthalmol.
Departemen Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Dislokasi LIO dapat terjadi di dalam Universitas Gadjah Mada; 2012.
2012;23(1):7-11.

kapsul (intrakapsuler) atau di luar 16. Peck CMC, Brubaker J, Clouser S, Danford C, Edelhauser HE, Mamalis
3. Boyd K. Parts ofthe Eye. American Academy of
N. Toxic anterior segment syndrome: Common causes. J Cataract
Ophthalmology; 2016[6November 2017]; Available
kapsul (ekstrakapsuler).1 Penyebab from: https://http://www.aao.org/eye-
Refractive Surg. 2010;36(7):1073- 80.
dislokasi LIO intrakapsuler adalah health/anatomy/parts- of-eye. 17. Schaumberg DA, Dana MR, Christen WG, Glynn RJ. A Systematic
overview of the incidence of posterior capsule opacification.
satu atau kedua haptik terletak di 4. Cataracts statistics and data [Internet]. National Eye Institute;
Ophthalmology. 1998;105(7):1213-21.
2010 [8th November 2016]; Available from:
sulkus, sedangkan beberapa https://nei.nih.gov/eyedata/cataract. 18. Awasthi N, Guo S, Wagner BJ. Posterior capsular opacification: A
Problem reduced but not yet eradicated. Arch Ophthalmol.
penyebab dislokasi LIO 5. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan
2009;127(4):555-62.
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian
ekstrakapsuler mencakup Kesehatan RI, 2013. 19. Hamer CA, Buckhurst PJ, Buckhurst H. Surgically Induced
Astigmatism. 2017.
pseudoeksfoliasi, gangguan jaringan
20. Gimbel HV, Condon GP, Kohnen T, Olson RJ, Halkiadakis I. Late in-
ikat, uveitis, retinitis pigmentosa, 6. Gilbert C, Ackland P, Resnikoff S, Gilbert S, Keeffe J, Cross C, et al. the-bag intraocular lens dislocation: incidence, prevention, and
Vision 2020 global initiative for the elimination of avoidable management. J Cataract Refract Surg. 2005;31(11):2193-2204.
miopia tinggi, dan pasien dengan blindness: Action plan 2006-2011. Geneva: World Health 21. Fernandez-Buenaga R, Alio J, Perez-Ardoy A, Larrosa-Quesada A,
riwayat operasi vitreoretina.21 Organization, 2007. Pinilla-Cortes L, Barraquer R, et al. Late in-the-bag intraocular lens
7. Pujiyanto TI. Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap dislocation requiring explantation: risk factors and outcomes.
Tatalaksana kasus ini adalah dengan
kejadian katarak senilis. Semarang: Universitas Diponegoro; Eye. 2013;27:795-802.
reposisi atau eksplantasi LIO.21 2004.
8. Pradhevi L, Moegiono, Atika. Effect oftype-2diabetes mellitus
on cataract incidence rateatophthalmology outpatient clinic, dr
SIMPULAN Soetomo Hospital, Surabaya. Folia Medica Indonesiana.
Katarak merupakan penyebab utama 2012;48(3):137-43.
TINJAUAN PUSTAKA
LEMBAR KONSULTASI

TINJAUAN PUSTAKA
Nama Mahasiswa : Yuni Elia Kartika

NIM : 2018.C.10a.0993
Tingkat / Prodi : II-B / S1 Keperawatan
Pembimbing :Rimba Aprianti , S Kep, Ners

No Hari/Tanggal Catatan Pembimbing Tanda Tangan


1 Selasa, 03 1. Bimbingan Pre Conference
November 2. Perhatikan sistematika
2020 (Pre- penulisan
Converence) 3. Buat Lembar Persetujuan
4. Perbaiki Urutan susunan Sub
tema tinjauan pustaka
5. Perbaiki WOC
6. Perbaiki Dafatr Pustka 10
tahun terakhir
7. Masukkan jurnal terkait
minimal 1
Sarjana Keperawatan Ners
Reguler is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.
Topic: Bimbingan Pre Conference
9PPK II kel. 3 Kelas 3B sistem
pengindraan Pembimbing Rimba
Aprianti, S. Kep.,Ners
Time: Nov 3, 2020 04:00 PM
Jakarta
Join Zoom Meeting
https://us02web.zoom.us/j/871479
84709?pwd=dFQ1UkwvSUtNS0I
wRWZCMjdOTkRBQT09
Meeting ID: 871 4798 4709
Passcode: htz46p

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/8
7147984709
TINJAUAN PUSTAKA

2. Kamis 05 1. Melaksanakan bimbingan


Nopermber Askep
2020 2. Perhatikan sitematika penulisan
3. perbaiki askep sesuai saran
4. Masukkan jurnal terkait
5. Masukkan Daftar pustaka

Sarjana Keperawatan Ners


Reguler is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.

Topic: Bimbingan Askep PPK II


Kel. 3 Kelas 3B Sistem
Pengindraan Pembimbing Rimba
Aprianti
Time: Nov 5, 2020 02:00 PM
Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/442567
5464?pwd=YlVoR0QyWVJSZnp
hWGltandZMXBJQT09

Meeting ID: 442 567 5464


Passcode: good1

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/4
425675464
TINJAUAN PUSTAKA

3. Jumat 06 1. Bimbingan Post Konference


November 2. Perhatikan sistematika
2020 penulisan
3. Perbaiki Implementasi dan
evaluasi
4. Perbaiki leaflet
Sarjana Keperawatan Ners
Reguler is inviting you to a
scheduled Zoom meeting.

Topic: Bimbingan Post


Konference PPK II Kel. 3 Kelas
3B Sistem Pengindraan
Pembimbing Rimba Aprianti,
S.Kep.,Ners
Time: Nov 6, 2020 11:15 AM
Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/894817
92126?pwd=K3hyNFZDMUtRU
Tl3cFZYUU5sVXVvUT09

Meeting ID: 894 8179 2126


Passcode: a53pNP

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/8
9481792126
TINJAUAN PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai