Anda di halaman 1dari 49

1

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.W DENGAN


DIAGNOSA MEDIS POST LAPARATOMI DI RUANG GARDENIA
RSUD DR.DORIS SYLVANUS
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
NAMA :
SUSED 2018.C.10a.0986

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
2

LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh :


Nama : Sused
Nim : 2018.C.10a.0986
Program Studi : S1 Keperawatan
Judul :“Laporan Pendahuluan Dengan Diagnosa Medis Penyakit Post Laparatomi”

Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menempuh Praktik


Praklinik Keperawatan 2 (PPK 2) Pada Progran Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

PEMBIMBING PRAKTIK

Pembimbing Akademik

Nia Pristina , S.Kep.,Ners

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ners,

Meilitha Carolina, Ners, M.Kep


3

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , karena dengan rahmat
dan karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah PKK 2
ini.
Adapun Laporan Pendahuluan yang sederhana ini membahas tentang “Laporan Dengan
Diagnosa Medis Penyakit Post Laparatomi”Laporan Pendahuluan ini saya susun agar pembaca
dapat memperluas ilmu tentang Asuhan Keperawatan Post Laparatomi, yang saya sajikan dengan
berdasarkan pengamatan  dari berbagai sumber, walau sedikit ada rintangan namun dengan
penuh kesabaran dan pertolongan dari Tuhan akhirnya Laporan Pendahuluan ini dapat
terselesaikan.
          Semoga laporan saya dapat bermanfaat dan dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada para pembaca .Demi perbaikan laporan ini, kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat saya harapkan.

Palangkaraya,28 September 2020

   
                                                                       Penyusun
4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Laparatomi merupakan operasi yang dilakukan untuk membuka bagian abdomen, laparatomi
merupakan suatu bentuk pembedahan mayor dengan, dengan melakukan pengayatan pada
lapisan lapisan dinding abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah
(hemoragi, perforasi, kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus seperti apendicitis
hernia inguinalis, kanker lambung, kanker kolon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus
kronis, kolestisitis dan peritonitis. Sandy 2015 menjelaskan bahwa ada pembedahan laparatomi
yang membutuhkan insisi pada dinding abdominal yang cukup lebar sehingga beresiko
terjadinya infeksi terutama infeksi luka pasca operasi. Beban penyakit didunia sekitar 11 %
berasal dari penyakit atau keadaan sebenarnya bisa ditanggulangi dengan pembedahan.. Terkait
tindakan bedah, diperkirakan lebih dari 100 juta pasien menerima layanan bedah dimana
setengahnya dapat mengalami kematian atau kecacatan akibat kejadian tidak diinginkan yang
bisa dicegah.
Data dari WHO melaporkan bahwa angka kejadian infeksi luka operasi didunia berkisar 5%-
34%. Infeksi luka operasi di United Kingdom memiliki angka kejadian infeksi luka operasi
sekitar 10%. Tahun 2013 jumlah pasien dengan tindakan operasi mencapai angka peningkatan
yang sangat significan. Pada tahun 2011 terdapat 140 juta pasien diseluruh rumahsakit di dunia,
pada tahun 2012 diperkirakan meningkat menjadi 148 juta jiwa. Laparatomi meningkat setiap
tahunnya sebesar 15% (Nurlela 2009). sedangkan menurut data tabulasi nasional Departemen
Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009 menjabarkan bahwa tindakan bedah menempati
urutan ke 11 dari 50 penyakit di Indonesia dengan presentase 12,8% dan diperkirakan 32%
diantaranya merupakan bedah laparatomi (Kusumayanti, 2015) 1 xiv Menurut data yang
diperoleh dari RSUD Prof Dr.W.Z.Johanes Kupang khusunya ruang Kelimutu tahun 2019
(dalam bulan Maret sampai tanggal 27 Mei 2019), terdapat 2 pasien dengan post op laparatomi .
Dari hasil pengamatan penulis saat melakukan praktik keperawatan di RSUD Prof, Dr W.Z
Johanes Kupang sebagian besar pasien dengan tindakan pembedahan Membutuhkan proses dan
5

waktu perawatan yang lama, sehingga peran perawat sangat penting dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien post operasi laparatomi
Prosedur ini dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri abdomen yang tidak
diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma abdomen. Laparatomy eksplorasi
digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat trauma dan perbaikan bila diindikasikan
(Smeltzer, 2014).
Berdasarkan masalah tersebut, saya tertarik untuk memberikan informasi yang komprehensif
tentang “ Laporan Dengan Diagnosa Medis Penyakit Post Laparatom”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalahnya adalah “Bagaimana
Pemberian Asuhan Keperawatan Dengan Post Laparatomi”.
1.1 Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum ini adalah untuk mendapatkan gambaran dan pengalaman langsung tentang
bagaimana menerapkan Asuhan Keperawatan Dengan Diagnosa Medis Post Laparatomi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar Post Laparatomi ?
1.3.2.3 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada Pasien Post
Laparatomi ?

1.3.2.4 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan Pasien Post Laparatomi ?

1.3.2.5 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi keperawatan pada Pasien Post
Laparatomi ?

1.3.2.6 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Pasien Post


Laparatomi ?

1.3.2.7 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Pasien Post Laparatomi ?

1.3.2.8 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan pada Pasien Post Laparatomi ?
6

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Manfaat Untuk Mahasiswa
Mengedukasi pembaca agar lebih memahami dan menjadi bahan referensi bagi perawat
dalam memberikan pendidikan pentingnya pengetahuan tentang asuhan keperawatan yang
komprehensif pada pasien dengan Post Laparatomi.
1.4.2 Untuk Klien Dan Keluarga
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi atau wawasan bagi pasien dan
Keluarga pada pasien Post Laparatomi.
1.4.3 Untuk Institusi (Pendidikan dan Rumah Sakit)
Laporan kasus ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi pelaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien Post Laparatomi.
1.4.4 Untuk IPTEK
Hasil dari laporan kasus ini diharapkan dapat bermanfaat bagii ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya dalam bidang kesehatan terutama untuk fisioterapi
7

BAB 2
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit Post Laparatomi
2.1.1 Definisi
Laparatomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan
usus dan biasanya terjadi pada usus halus. (Arif mansjoer, 2010) Laparatomi merupakan operasi
yang dilakukan untukk membuka bagian abdomen, laparatomi merupakan suatu bentuk
pembedahan mayor dengan, dengan melakukan pengayatan pada lapisan lapisan dinding
abdomen untuk mendapatkan bagian organ yang mengalami masalah (hemoragi, perforasi,
kanker dan obstruksi). Laparatomi dilakukan pada kasus seperti apendicitis hernia inguinalis,
kanker lambung, kanker kolon dan rectum, obstruksi usus, inflamasi usus kronis, kolestisitis dan
peritonitis. Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka perut dengan operasi. (Lakaman,
2011) Pelayanan. post operasi laparatomi adalah pelayanan yang diberikan kepada pasienpasien
yang telah menjalani operasi perut
2.1.2 Anatomi Fisiologi Abdomen
Dinding abdomen terdiridaripadakulit, fascia superfiscialis, lemak, otototot, fascia
transversalisdan parietal peritoneum (Shaikh, 2014).Selainitu, posisi abdomen
adadiantaratoraksdan pelvis (Moore, 2014).
Pada abdomen, terdapa tempat kuadran yang dibahagi dari bagian midline dan bagian
transumbilical (Pansky, 2013).

Gambar 1 Kuadranempatbagian abdomen (Netter, 2014)


1) Bagiankananatas: Hepardankantongempedu
2) Bagiankiriatas: Gastric danlimfa
3) Bagiankananbawah: Cecum, ascending colon danususkecil
4) Bagiankiribawah: Descending colon, sigmoid colon, danususkecil
8

Menurut Singh (2014), bagian-bagian abdomen terbagi kepada:

Gambar 2 Bagian-bagian abdomen (Pansky, 2013).


1) hypocondriacadextra
2) epigastrica
3) hypocondriacasinistra
4) lateralisdextra
5) umbilicalis
6) lateralissinistra
7) inguinalisdextra
8) pubica
9) inguinalissinistra
Menurut Singh (2014),tempat organ abdomen adalahpada:
1) Hypocondriacadextrameliputi organ: lobuskananhepar, kantungempedu, sebagian
duodenum fleksurahepatikkolon, sebagianginjalkanandankelenjar suprarenal kanan.
2) epigastricameliputi organ: pilorusgaster, duodenum, pankreasdansebagianhepar.
3) hypocondriacasinistrameliputi organ: gaster, lien, bagiankaudalpankreas,
fleksuralienaliskolon, bagianproksimalginjalkiridankelenjar suprarenal kiri.
4) lateralisdextrameliputi organ: kolonascenden, bagian distal ginjalkanan, sebagian
duodenum danjejenum.
5) Umbilicalismeliputi organ: Omentum, mesenterium, bagianbawah duodenum,
jejenumdan ileum.
6) Lateralissinistrameliputi organ: kolonascenden, bagian distal ginjalkiri,
sebagianjejenumdan ileum.
9

7) Inguinalisdextrameliputi organ: sekum, apendiks, bagian distal ileum dan ureter


kanan.
8) Pubicameliputi organ: ileum, vesicaurinariadan uterus (padakehamilan).
9) Inguinalissinistrameliputi organ: kolon sigmoid, ureter kiridanovariumkiri.
2.1.3 Etiologi
Etiologi sehingga dilakukan laparatomi adalah karena disebabkan oleh beberapa hal yaitu:
1. Trauma abdomen
2. Peritonitis
3. Perdarahan saluran cerna
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar
5. Masa pada abdomen
2.1.4 Klasifikasi
a. Mid-line incision
Metodeinsisi yang paling seringdigunakan, karena sedikit perdarahan, eksplorasi dapat
sedikit lebih luas, cepat di buka dan ditutup, serta tidak memotong ligament dan
saraf.Namun demikian, kerugian jenis insisi ini adalah terjadi hernia cikatrialis,
indikasinya 4 xvii pada eksplorasi gaster, pankreas, hepar, dan klien serta di bawah
umbilikus untuk eksplorasiginekologis, restosigmoiddan organ dalam pelvis.
b. Paramedian
Yaitu; sedikit ke tepi dari garis tengah (2,5cm), panjang (12,5cm), terbagi menjadi dua
yaitu parame diankanan dan kiri, dengan indikasi jenis operasi lambung, eksplorasi
pankreas, organ pelvis, usus bagian bawah sertaplenoktomi.
c. Transverse upper abdomen incision
Yaitu; insisi bagian atas misalnya pembedahan colesistotomy dam splenektomy.
d. Transverse lower abdomen incision
Yaitu; insisi melintang dibagian bawah 4cm diatas anterior spinailiaka, misalnya pada
operasiapendictomy.Latihan-latihan fisik seperti latihan napas dalam, batuk efektif,
menggerakan otot kaki, menggerakan otot bokong, latihan alih baring dan turun dari
tempat tidur.semuanya dilakukan hari ke-2 post operasi.
10

2.1.5 Patofiologi
Trauma adalah cedera / rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosiaonal. (Dorland
2011.) Trauma adalah luka atau cedera fisik lainya atau cedera fisiologis akibat gangguan
emosional yang hebat.
Trauma adalah penyebab kematian paling utama pada anak dan orang dewasa kurang dari
44 tahun. Penyalagunaan alkohol adalah obat yang telah menjadi faktor komplikasi pada trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja. trauma abdomen adalah
cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta gtrauma yang disengaja
atau tidak disengaja. Trauma abdomen merupakan luka pada isi rongga perut bisa terjadi dengan
atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada penanganan /penatalaksanaan dapat bersifat
kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi. tusukan / tembakan, pukulan, benturan,
ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman dapat mengakibatkan terjadinya trauma
abdomen sehingga harus dilakukan laparatomi. Trauma tumpul abdomen dapat mengakibatkan
individu kehilangan darahmemar / jejas pada dinding perut, kerusakan oragan organ nyeri, iritasi
cairan usus. Sedangkan trauma tembus abdomen dapat mengakibatkan hilangnya seluruh
Sebagian fungsi organ, respon stres simpatis, perdarahan atau pembekuan darah,
kontaminasi bakteri, kematian sel. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ dan respon stres
dari saraf simpatis akan menyebabkan terjadinya kerusakan integritas kulit, syok dan perdarahan,
kerusakan pertukaran gas, resiko tinggi terhadap infeksi, nyeri akut.
11
Trauma abdomen, pendarahan,
WOC peritoritis, sumbatanpadausus, masa
abdomen

Hospitalisasi

RencanaPembedahan

Laparatomi
(Pembedahan abdomen)

Selaput perut terbuka

Post Laparatomi

B1 B2 B3 Luka Insisi B4 B5 B6

Depresi pusat Depresi otot jantung Menyebar melalui Nyeri Cairan keluar Blockade Kelemahanotot-
pernapasan vaskular melalui saraf otot ekstermitas
kolostomi/ileosto parasimpati bawah
Kelemahan otot Penurunan curah Menuju Hipotalamus
mi
diafgragmadan jantung dan dilatasi MK : Risiko Ketidak Penurunan MK : Gangguan
intercostalis PD seimbangan Cairan peristalti Mobilitas Fisik
Perubahan Termostat
kusus
Pengembangan paru Penurunan TD
kurang maksimal
MK : Hipertermia
Perfusi darah ke
Distensi
organ turun abdomen
MK : Pola Nafas
Tidak Efektif
MK MK: Defisit
RisikoPenurunan Nutrisi
Curah Jantung
12
13

2.1.6 Manifestasi Klinis

a. Nyeri tekan pada area insisi pembedahan


b. Perubahan tekanan darah, nadi dan pernafasan
c. Kelemahan
d. Gangguan integumen dan jaringan subkutan
e. Konstipasi
f. Mual dan muntah, anoreksia
2.1.7 Komplikasi
a. Gangguan perfusi jaringan sehubungan dengan tromboplebitis. Tromboplebitis post operasi
biasanya timbul 7-14 hari setelah operasi. Bahaya besar tromboplebitis timbul bila darah
tersebut lepas dari dinding pembuluh darah sebagai emboli ke paru-paru, hati, dan otak.
Pencegahan tromboplebitis yaitu latihan kaki, ambulasi dini post operasi.
b. Infeksi, infeksi luka sering muncul pada 36-46 jam pasca operasi, organisme yang paling
sering menimbulkan infeksi adalah stapilococus aurens, organisme gram positif.
Stapilococus mengakibatkan pernanahan .untuk menghindari infeksi luka yang palaing
penting adalah perawatan luka dengan memperhatikan aseptik dan antiseptik.
c. Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan dehisensi luka atau epiverasi.
d. Ventilasi paru tidak adekuat.
e. Gangguan kardiovaskuler, hipertensi, aritmia jantung.
f. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
g. Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
2.1.8 Pemerikasaan Penunjang
Pemerikasaan rektum :
Adanya darah menunjukan kelaina pada usus besar; kuldosentesi, kemungkinan
adanya darah dalam lambung; dan katerisasi, adanya darah menunjukan adanya lesi pada
saluran kencing.
Laboratorium: hemoglobin, hematokrit, leukosit, analisis urine.
Radiologik: bila diindikasikan untuk dilakukan laparatomi
IVP / sistogram: hanya dilakukan bila ada kecurigaan pada trauma saluran kencing.
Parasentesis perut:
Tindakan ini dilakukan pada trauma tumpul perut yang diragukan adanya kelainan
pada rongga perut yang disertai denga trauma kepala yang berat, dilakukan dengan
14

menggunakan jarum pungsi no 18 atau 20 yang ditusukan melalui dinding perut di daerah
kuadran bawah atau digaris tengah dibawah pusat dengan menggosokan buli-buli terlebih
dahulu.
Lavase peritoneal:
fungsi dan aspirasi atau bilasan rongga perut dengan memasukan cairan garam
fisiologis melului kanula yang dimasukan kedalam rongga peritoneum.
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomi adalah :
a. Respiratory: bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
b. Sirkulasi: tensi, nadi, respirasi, dan suhu waran kulit, refil kapiler.
c. Persyarafan: tingkat kesadaran.
d. Balutan: apakan ada drainase? apakah ada tanda-tanda infeksi, bagaimana proses
penyembuhanya?
e. Peralatan: monitor yang terpasang, cairan infus dan transfusi.
f. Rasa nyaman:rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien dan status ventilasi.
g. Psikologis : kecemasan, suasana hati setelah operasi
2.1.9 Penatalaksanaan Post Laparatomi
Penatalaksanaan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang
diberikan kepada pasienyang telah menjalani operasi pembedahan perut. Tujuan
perawatannya antara lain :
a. Mengurangi komplikasi akibat pembedahan.
b. Mempercepat penyembuhan.
c. Mengembalikan funsi pasien semaksimal mungkin seperti sebelum operasi.
d. Mempertahankan konsep diri pasien.
e. Mempersiapkan pasien pulang. (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010)

2.2 ManajemenAsuhanKeperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan secara sistemik
mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data menganalisis data tersebut sehingga
dapat pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus menerus mengenai keadaan
15

pasien .Adapun tujuan utama dari pada pengkajian adalah memberikan gambaran secara
terus-menerus mengenai keadaan pasien yang mungkin perawat dapat merencanakan
asuhan keperawatan. (Arif mutaaq 2013).
Pengkajian pada laparatomu meliputi identitas klien keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit
psikososial.
2.2.2 Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan MRS, nomor register,
dan diagnosis medis.
2.2.3  Keluhan Utama
Sering  menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan adalah  nyeri
pada abdomen.
2.2.4 Riwayat Kesehatan
2.2.4.1 Riwayat kesehatan sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah diambil sebelum
akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan secara medis.
2.2.4.2 Riwayat kesehatan dahulu
`Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah sakit.
2.2.4.3 Riwayat kesehatan keluarga
Bisanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,diabetes melitus,atau adanya
riwayat stroke dari generasi terdahulu.

2.2..4.5 Riwayat psikososial dan spiritual


pasien  dalam  keluarga  status emosional meningkat, interaksi meningkat, interaksi sosial
terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan, hubungan dengan tetangga tidak harmonis,
status dalam pekerjaan. Dan apakah klien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari
16

2.2.5 Pemeriksaan Fisik (B1-B6)


1. B1 (Breathing)
` Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan fisik dijumpai :
Inspeksi : Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi pernafasan serta
penggunaan otot bantu nafas. Bentuk dada barrel chest (akibat udara yang tertangkap)
atau bisa juga normo chest, penipisan massa otot, dan pernapasan dengan bibir
dirapatkan. Pernapasan abnormal tidak fektif dan penggunaan otototot bantu nafas
(sternocleidomastoideus). Pada tahap lanjut, dispnea terjadi saat aktivitas bahkan
pada aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan dan mandi. Pengkajian batuk
produktif dengan sputum purulen disertai demam mengindikasikan adanya tanda
pertama infeksi pernafasan.
Palpasi : Pada palpasi, ekspansi meningkat dan taktil fremitus biasanya menurun.
Perkusi : Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hiper sonor sedangkan diafrgama
menurun
Auskultasi : Sering didapatkan adanya bunyi nafas ronchi dan wheezing sesuai
tingkat beratnya obstruktif pada bronkiolus. Pada pengkajian lain, didapatkan kadar
oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar karbondioksida yang tinggi
(hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut penyakit. Pada waktunya, bahkan gerakan
ringan sekalipun seperti membungkuk untuk mengikat tali sepatu, mengakibatkan
dispnea dan keletihan (dispnea eksersorial). Paru yang mengalami emfisematosa tidak
berkontraksi saat ekspirasi dan bronkiolus tidak dikosongkan secara efektif dari
sekresi yang dihasilkannya. Pasien rentan terhadap reaksi inflamasi dan infeksi akibat
pengumpulan sekresi ini. Setelah infeksi terjadi, pasien mengalami mengi yang
berkepanjangan saat ekspirasi.

2. Kardiovaskuler (B2:Blood)
Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi.
Tekanan darah biasanya normal. Batas jantung tidak mengalami pergeseran. Vena
jugularis mungkin mengalami distensi selama ekspirasi. Kepala dan wajah jarang dilihat
17

adanya sianosis.
3. Persyarafan (B3: Brain)
Kesadaran biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit yang
serius.
4. Perkemihan (B4: Bladder)
Produksi urin biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan pada sistem
perkemihan. Namun perawat perlu memonitor adanya oliguria yang merupakan salah
satu tanda awal dari syok.
5. Pencernaan (B5: Bowel)
Pasien biasanya mual, nyeri lambung dan menyebabkan pasien tidak nafsu makan.
Kadang disertai penurunan berat badan.
6. Tulang, otot dan integument (B6: Bone)
Kerena penggunaan otot bantu nafas yang lama pasien terlihat keletihan, sering
didapatkan intoleransi aktivitas dan gangguan pemenuhan ADL (Activity)
2.2.6 Diagnosa Keperawatan
2.2.1.1 Nyeri Akut b.d inflamasi (D.0077) Hal.172
2.2.1.2 Risiko infeksi berhubungan dengan adanya sayatan atau luka operasi laparatomi (D.0142)
Hal 304
2.2.1.3 Gangguan Mobilitas Fisik (D.0054) Hal.124
2.2.1.4 Pola Nafas Tidak Efektif (D.0005) Hal.26
2.2.1.5 Defisit Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dispnea, kelemahan dan efek samping
obat (D.0032) Hal 81
2.2.1.6 Intoleransi aktivitas b.d Ansietas (D.0056) Hal.128

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri Akut b.d inflamasi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan


selama 1x7 jam diharapkan pasien dapat
mendemonstrasikan hilang dari
18

ketidaknyamanan,nyeri berkurang atau dapat


diadaptasi oleh klien.

Kriteria Hasil : 1. TTV dalam batas normal


a. TD : 90/60-120/70 mmHg
b. N : 60-100 x/menit
c. RR : 18-24 x/ menit
d. S : 35,5-37 °C
2. Menyangkal nyeri
3. Melaporkan perasaan yaman
4. Ekpresi wajah dan tubuh rileks
5. Mampu mendeskripsikan rencana untuk
perawatan di rumah
6. Skala nyeri 0-1

Intervensi
1. Observasi tanda-tanda vital
2. Kaji karakteristik nyeri
3. Berikan posisi yang nyaman (Semi fowler)
4. Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam/ distraksi
5. Anjurkan pasien untuk melakukan tirah baring
6. Kolaborasi pemberian obat analgestik
Diagnosa Keperawatan 2 : Risiko infeksi b.d adanya sayatan atau luka operasi
laparatomi

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1x 7 Jam


,Klien diharapkan tidak ada tanda-tanda
infeksi
Kriteria hasil : 1. Luka tampak bersih
2. Luka tampak kering
3. Tidak terdapat pus (nanah)

Intervensi :
1. Monitor karakteristik luka
2. Monitor tanda-tanda infeksi
3. Pertahankan tehnik steril saat melakukan perawatan luka
4. Ajarkan prosedur perawat lian luka secara mandiri
19

5. Kaloborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgesi

Diagnosa Keperawatan 3 : Gangguan Mobilitas Fisik b.d pergerakan terbatas dari anggota
tubuh

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan


1x8 jam diharapkan ekstermitas bawah klien
normal kembali
Kriteria hasil : Klien dapat melakukan aktivitas dengan
normal.
Intervensi :
1. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi
2. Fasilitasimelakukanmobilisasifisik, jikaperlu
3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan (mis. Berjalan dari tempat tidur
kekursi roda, berjalan dari tempat tidur kekamar mandi, berjalan sesuai toleransi)

Diagnosa Keperawatan 4 : Pola Nafas Tidak Efektif b.d Depresi Pusat Pernapasan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam
diharapkan pasien akan mempertahankan kepatenan jalan napas
Tujuan : dengan bunyi nafas bersih atau jelas

1. Menunjukkan pernapasan optimal pada saat terpasang


ventilator mekanis
2. Mempunyai kecepatan dan irama pernapasan dalam batas
Kriteria hasil :
normal
3. Mampu menggambarkan rencana untuk perawatan
dirumah
4. Mengidentifikasi faktor (mis, alergen) yang memicu
ketidakefektifan pola napas, dan tindakan yang dapat
dilakukan untuk menghindarinya.
Intervensi :
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya napas
2. Monitor pola napas (seperti bradipnea, takipnea,hiperventilasi, Kussmaul, Cheyne-
Stokes, Biot, ataksik)
20

3. Atur posisi semi-fowler


4. Atur interval waktu pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
5. Monitor bunyi napas tambahan (mis. Gurgling, mengi, weezing, ronkhi kering)
6. Berikan minum hangat
7. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu
Diagnosa Keperawatan 5 : Defisit Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d dispnea,
kelemahan dan efek samping obat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x7 jam


Tujuan : diharapkanmasalah nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat
teratasi.

1. Pasien tidak lemah


2 Nafsu makan meningkat
Kriteria hasil :
3 Porsi makan bertambah

Intervensi :

1. Kaji status nutrisi pasien


2. Kaji tanda-tanda vital pasien
3. Lakukan atau bantu pasien terkait perawatan mulut sebelum makan
4. Bantu pasien makan jika tidak mampu
5. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet yang tepat bagi pasien.

Diagnosa Keperawatan 6 : Intoleransi aktivitas b.d Ansietas

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama


Tujuan : 1x7 jam diharapkan pasien Menoleransi aktivitas
yang biasa dilakukan, yang dibutuhkan oleh toleransi
aktivitas, ketahanan, penghematan energi, kebugaran
fisik, energy psikomotorik, dan perawatan-diri:
21

aktivitas kehidupan sehari-hari (dan AKSI)

1. Mengidentifikasi aktivitas atau situasi yang


Kriteria hasil : menimbulkan kecemasan yang dapat mengakibatkan
intoleran aktivitas
2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan
dengan peningkatan normal denyut jantung, frekuensi
pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola
dalam batas normal
3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas
4. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang
kebutuhan oksigen, obat, dan/atau peralatan yang
dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
5. Menampilkan aktivitas kehidupan sehari-hari dengan
beberapa bantuan (misalnya, eliminasi dengan
bantuan ambulasi untuk ke kamar mandi)
6. Menampilkan manajemen pemeliharan rumah dengan
beberapa bantuan (misalnya, membutuhkan bantuan
untuk kebersihan setiap minggu)

Intervensi :
1. Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
3. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
4. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
5. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
terhadap pasien. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan rencana
keperawatan diantaranya :
22

Intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi ;


ketrampilan interpersonal, teknikal dan intelektual dilakukan dengan cermat dan efisien
pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis klien dilindungi serta dokumentasi
intervensi dan respon pasien.
Pada tahap implementasi ini merupakan aplikasi secara kongkrit dari rencana
intervensi yang telah dibuat untuk mengatasi masalah kesehatan dan perawatan yang
muncul pada pasien (Budianna Keliat, 2005).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan intervensi
keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan (Deswani,
2009).
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2011). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Sused
Nim : 2018.C.10a.0986
Ruang Praktek : Gardenia
Tanggal Praktek : Senin, 04 Oktober 2020
Tanggal & Jam Pengkajian : Senin, 04 Oktober 2020 Jam 08.00 Wib
3.1 Pengkajian
Nama : Ny.W
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku Bangsa : Dayak /Indonesia
Agama : Kristen protestan
Pekerjaan : Swasta
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Kawin
23

Alamat : Kuala Kapuas


Tgl MRS : Oktober 2020
Diagnosa Medis : Post Laparatomi
3.1.1 Riwayat Kesehatan /Perawatan
3.1.1.1 Keluhan Utama :
Pasien mengatakan mengeluh nyeri perut kanan menjalar ke perut kiri
3.1.1.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada tanggal 04 Oktober 2020, dirumah sepulang kerja, pasien mengeluhkan
nyeri perut kanan menjalar ke perut kiri setelah aktivitas . Kemudian keluarga
memutuskan pada hari itu juga pasien langsung dibawa ke IGD RSUD dr. Doris
Sylvanus. Selama di IGD pasien di lakukan pemeriksaan dan tindakan medis dan
kemudia Ny. W menjalani tindakan Operasi laparatomi,Hari ini merupakan Post Op hari
ke-3 Ny. W dengan luka post operasi di perut ± 30 cm, keadaan luka masih merah dan
sedikit berair. setelah dilakukan operasi Laporatomi klien dipindahkan keruang Gardenia
selama keadaan pasien membaik.

3.1.2.3 Riwayat penyakit Dahulu (Riwayat Penyakit dan Riwayat Operasi) :


Sebelum sakit pasien mengatakan tidak pernah masuk rumah sakit sebelumnya, pasien
mengatakan tidak ada riwayat operasi, karena pasien baru kali ini masuk RSUD dr Doris
Sylvanus.
3.1.2.4 Riwayat penyakit keluarga :
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga

GENOGRAM KELUARGA
24

Keterangan :
1. Meninggal Dunia
2. Klien
3. suami Klien
4. Tinggal Serumah
3.1.3 Pemerikasaan Fisik
3.1.3.1 Keadaan Umum :
Pasien tampak sakit sedang, pasien tampak terbaring terlentang setengah duduk ( semi
fowler ),pasien tampak nyeri ,pasien tanpak bingung. Pasien bertanya tentang bagaimana
mengatasi nyeri tanpa obat. pasien tampak terpasang O2 nasal kanul 6 Lpm, pasien terpasang
infus Nacl 09 % 15 tpm disebelah kiri.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.2 Status Mental :
Pada pemeriksaan tingkat kesadaran pasien compos menthis, ekspresi wajah
meringis, bentuk badan ideal, cara berbaring semi fowler, suasana hati tampak sedih,
berbicara jelas, penampilan cukup rapi, fungsi kognitif normal, pasien tidak memiliki
halusinasi dengan/akustic dll, insight baik, dan mekanisme pertahanan adaptif.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.3.2 Tanda-tanda Vital :
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital saat pengkajian didapatkan hasil Suhu: 37,80C
(axila), Nadi : 84 x/menit, Respirasi : 21 x/menit, Tekanan Darah: 120/80 mmHg.
3.1.3.3 Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada klien teraba simetris,tidak terdapat nyeri dada, ,klien tidak memiliki
kebiasaan merokok, klien tidak mengalami batuk, tidak ada sputum, tidak sianosis, tidak
terdapat nyeri, tidak sesak nafas, type pernapasanan klien tampak menggunakan perut, irama
pernapasan tidak teratur dan suara nafas klien vesikuler serta tidak ada suara nafas tambahan.
Keluhan lainnya : tidak ada.
25

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan


3.1.3.5 Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak Ada nyeri, cappilary refill ≤2 detik, pasien tidak pucat, tidak ada peningkatan Vena
Jugularis, Bunyi Jantung S1 S2 Reguler, irama sinus rythm.
3.1.3.6 Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 ( membuka mata spontan ), V:5 ( orentasi dengan baik ), M 6
(bergerak sesuai perintah ) dan total Nilai GCS:15 normal, kesadaran Tn. T compos menthis,
pupil Tn.T isokor tidak ada kelainan, reflex cahaya kanan dan kiri positif.

Hasil dari uji syaraf kranial,

1. saraf kranial I (Olfaktorius): pada pemeriksaan menggunakan minyak kayu


putihdengan mata tertutup pasien mampu mengenali bau minyak kayu
putihtersebut.
2. Saraf kranial II (Optikus): pasien mampu membaca nama perawat dengan baik
pada saat perawat meminta pasien untuk membaca namanya.
3. Saraf kranial III (Okulomotor): pasien dapaat mengangkat kelopak matanya
dengan baik.
4. Saraf kranial IV (Troklearis): pasien dapat menggerakkan bola matanya
(pergerakan bola mata normal).
5. Saraf kranial V (Trigeminalis): pada saat pasien makan pasien dapat mengunyah
dengan lancar.
6. Saraf kranial VI (Abdusen): pasien mampu menggerakan bola matanya ke kiri
dan kekanan.
7. Saraf kranial VII (Fasialis): pasien dapat membedakan rasa manis dan asin. Saraf
kranial
8. VIII (Auditorius): pasien dapat menjawab dengan benar dimana suara petikan jari
perawat kiri dan kanan.
9. Saraf kranial IX (Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa asam.
10. Saraf kranial X (Vagus): pada saat makan pasien dapat mengontrol proses
menelan.
11. Saraf kranial XI (Assesorius): pasien dapat menggerakkan leher dan bahu.
26

12. Saraf kranial XII (Hipoglosus): pasien mampu mengeluarkan lidahnya.


Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung positif.
Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif; pasiendapat
menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan dan kiri postif dengan skala 5,
refleks brakioradialis kanan dan kiri positif dengan skala 5,
refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks akhiles kanan dan kiri
positif dengan skala 5, refleks babinski kanan dan kiri positif dengan skala 5. Uji sensasi
pasien di sentuh bisa merespon.
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder)
Pada pemeriksaan Eliminasi didapatkan produksi urine 70 ml/24 jam, warna urine
kuning bau khas amoniak, oliguria (+).
3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel)
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak lembab , tidak ada lesi. Gigi ada yang tanggal hampir di
semua (atas, bawah, kanan dan kiri) tidakada caries, gusi terlihat tidak ada peradangan dan perdarahan,
lidah berwana merah muda dan tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa, tidak ada
peradangan pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan saat menelan,tidak ada masalah dalam
mengejan.
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.9 Tulang- Otot– Integumen(Bone)
Kemampuan pergerakan sendi bebas, tidak ditemukan parese (-), paralise (-), hemiparese (-),
krepitasi (-), nyeri (-), bengkak (-), kekukan otot (-), flasiditas (-), spastisitas (-). Uji kekuatan otot
ekstremitas atas 5|5, ekstremitas bawah 5|5, tidak ada deformitas tulang (-), peradangan (-), perlukaan (-),
dan patah tulang (-) dan Tulang belakang normal.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.10 Kulit-Kulit Rambut
Riwayat alergi Pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan, Suhu kulit
Ny. W hangat , warna kulit normal tidak ada kelainan, turgor kulit halus tidak kasar maupun
kemerahan tidak ada peradangan, jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut
merata, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.11 Sistem Penginderaan
27

Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, visus mata kanan dan mata
kiri normal 5/5, sklera normal/putih, kornea bening. Pasien tidak memakai kecamata dan tidak
keluhan nyeri pada mata. Fungsi pendengaran baik, penciuman normal, hidung simetris, dan
tidak ada polip.

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

3.1.3.12 Leher Dan Kelenjar Limfe


Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba, kelenjar tyroid
tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3.13 Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak di kajikarena pasien menolak untuk di kaji.
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3.1.3 Pola Fungsi Kesehatan
1.1.4.1 Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit :
Pasien mengatakan ia ingin cepat sembuh dari penyakit yang dialaminya.
3.4.1.2 Nutrisi dan Metabolisme
Tinggi badan 167 cm, berat badan sebelum sakit 58 kg, berat badan saat sakit 53kg terjadi Diet
nasi lembek, diet jantung rendah garam, tidak kesukaran menelan atau normal. IMT : 19 normal.

Pola Makan Sehari-hari Saat Sakit Sebelum Sakit


Frekuensi/hari 3x sehari 3x sehari

Porsi 7-10 sendok 1 porsi

Nafsu makan Sedang Baik

Nasi biasa, sayur, lauk Nasi biasa, sayur, lauk


Jenis Makanan
pauk, buah-buahan pauk

Jenis Minuman Air putih Air putih, the

Jumlah minuman/cc/24 jam 800 cc/24 jam 1500-1700 cc/24 jam


28

Kebiasaan makan Pagi, malam Pagi, malam

Keluhan/masalah Tidak ada Tidak ada

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan


3.4.1.3 Pola istirahat dan tidur :
Klien mengatakan sulit tidur,ruangan terasa lembab dan panas,ekspresi wajah
klien tampak merigis,tidur sebelum sakit : siang 45 menit dan malam 6-7 jam,tidur sesudah
sakit : klien tidak ada tidur siang ,malam 5 jam
Masalah Keperawatan : Gangguan pola tidur
3.4.1.4 Kognitif :
Pasien mengatakan “ saya tidak mengerti tentang penyakit yang saya derita saat ini’’.
Masalah Keperawatan : Defisit pengetahuan
1.4.1.5 Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran):
Gambaran diri: pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri: pasien ingin cepat
sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang Suami dan Ayah dari
anak-anaknya, harga diri: pasien sangat di perhatikan oleh keluarga, Istri dan merasa di
hargai, Peran: pasien adalah sebagai Suami sekaligus Ayah untuk anaknya.
3.4.1.6 Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas seperti biasanya tetapi setelah sakit pasien
tidak mampu bekerja sendiri.Namun setelah sakit pasien hanya bisa berbaring ditempat tidur
dengan posisi semi folwer.Saat pengkajian pasien tampak lemah, dan sebagian aktivitas
pasien tampak dibantu oleh keluaga skala aktivitas pasien 2 ( pasien memerlukan atau
pengawasan orang lain)
Masalah Keperawatan : Intoleransi Aktivitas
3.1.3.7 Koping –Toleransi terhadap Stress
Pasien mengatakan bila ada masalah pasien bercerita kepada suami dan keluarganya
3.1.3.8 Nilai-Pola Keyakinan :
Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada tindakan medis yang bertentangan dengan
keyakinan yang dianut.
29

3.1.5 Sosial – Spiritual

3.1.5.1 Kemampuan berkomunikasi


Pasien dapat berkomunikasi dengan baik meskipun dengan suara yang pelan.

3.1.5.2 Bahasa sehari-hari


Bahasa yang digunakan pasien sehari-hari, yaitu bahasa Dayak indonesia.

3.1.5.3 Hubungan dengan keluarga


Baik, ditandai dengan perhatian yang diberikan oleh keluarga saat Tn.T di rawat di
ruang Gardenia terlihat keluarga selalu menjenguk.

3.1.5.4 Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain


Pasien dapat berinteraksi dengan baik pada orang lain baik itu dengan lingkungannya sekitar,
perawat maupun dokter.
3.1.5.5 Orang berarti/terdekat
Menurut klien orang yang terdekat dengannya adalah anak dan istri/ keluarga
3.1.5.6 Kebiasaan menggunakan waktu luang
Orang yang paling dekat dengan Ny.W adalah istri , anak, dan keluarga
3.1.5.7 Kegiatan beribadah
Keluarga mengatakan setiap hari Minggu pasien ibadah ke Gereja.
3.1.4 Data Penunjang (Radiologis, Laborato Rium, Penunjang Lainnya)
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 04 Oktober 2020

Jenis
pemeriksaan Hasil Nilai normal
WBC 9, 72 x 10^3ˆ/ul 4.00-10.00
RBC 4.64 x 10^6/ul 3,50-5,50
HGB 13,3 g/dl 11-16
PLT 360 x 10^3/ul 150-400

Pemeriksaan labolatorium Tanggal 04 Oktober 2020


N Parameter Hasil Nilai normal
o
30

1 Glukosa-sewaktu - <200
2 Glukosa puasa 155mg\dl 65-100
3 Glukosa 2 jam PP 263 mg\dl < 140

Pemerksaan Lab kimia klinik tanggal 04 -11 -2020

No Parameter Hasil Satuan Nilai normal


1 Glukosa puasa 158 Mg/dl 65-110
2 Glukosa 2 jam PP 140 Mg/dl <140
3 Asam urat 4,0 Mg/dl L :4,0- 7,0 P :
2,4-5,7
4 Trigliserida 159 Mg/dl <165
5 Kolesterol total 207 Mg /dl <200
6 Kolesterol HDL 50 Mg/dl >40
7 Kolesterol LDL 125 Mg/dl <180

3.1.7 Penatalaksanaan Medis

Nama Obat Dosis Golongan


Levofloxacin 2x500mg Antibiotik
Indikasi: untuk mengobati
berbagai infeksi yang disebabkan
oleh bakteri
Metronidazole 3x500 mg Antibiotik
Indikasi: Obat anti mikroba
Ranitidin 2x150 amp Analgesik
Indikasi:Tukak Lambung dan
Tukak duodenum
Mecobalamin 3x1 oral Vitamin
Indikasi : Untuk mengobati
neurapati perifer/vit b12
31

Palangka Raya,04 Oktober 2020

Mahasiswa,

SUSED

NIM : 2018.C.10a.0986

ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS : Pasien mengatakan
mengeluh nyeri perut kanan
menjalar keperut kiri
DO : - Ekspresi wajah klien
tampak meringis Jaringan saraf terputus
- Pasien tampak lemas
Nyeri Akut
- Posisi tidur Rangsangan pada nosiseptor
nyeri
terlentang
- Terpasang O2 nasal
kanul 6 lpm
Nyeri Akut
- Pasien tampak
terpasang infus nacl
32

09% 15 tpm
- TTV: TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/m
S : 37,8 C
RR :21 x/m

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
DS:
- Klien mangatakan sulit
tidur sebelum sakit :
siang 45 menit dan
malam 6-7 jam,tidur
sesudah sakit : klien Suhu kulit hangat
tidak ada tidur siang
,malam 5 jam. Gelisah Gangguan pola tidur
DO :
- Suhu klien teraba Waktu tidur berkurang
hangat
- Klien tampak gelisah Ketidak nyamanan
- Wajah klien tampak
33

meringis Gangguan pola tidur


- Tida ada kuantitas tidur
siang
- Kuantitas tidur malam
5 jam
Pemeriksaan TTV :
TD : 120/ 80 mmhg
N : 84 x/menit
S : 37, °C
RR : 21 x/menit

DATA SUBYEKTIF DAN KEMUNGKINAN


MASALAH
DATA OBYEKTIF PENYEBAB
34

Data subjektif :
- pasien mengatakan
aktivitas klien dibantu,sulit
bergerak karena merasa Suplai oksigen menurun
lemas
Data objektif : Distribusi oksigen ke seluruh
tubuh menurun
- Pasien tampak
lemah
Terjadi metabolisme anaerob
- nyeri bertambah Intoleransi Aktivitas
dalam tubuh
sasat
dipindahkan
posisinya dari Timbul asam laktat
duduk ke berdiri
- Pasien tampak
Intoleransi aktifitas
dibantu oleh
kelurganya pada
saat beraktivitas
- kesadaran
compos metis
- Skala aktivitas 2
- ( pasien
memerlukan
bantuan atau
pengawasan
orang lain.)
35

DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS:
-Pasien mengatakan
tidak mengetahui
dan mengerti
tentang
penyakitnya
DO : Kurangnya informasi yang Defisit pengetahuan
- Pasien tampak didapatkan tentang penyakit
diam saat ditanya
tentang penyakit
- Pasien tampak
bingung
- Pasien tampak
menunjukkan
presepsi yang
keliru terhadap
masalahnya
- Pasien hanya
lulusan SMP

Prioritas Masalah
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Inflamasi
36

2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan yang ditandai dengan


Ny.W mengeluh sulit tidur,suhu kulit teraba hangat ,gelisah,ekspresi wajah
meringis,tidak ada aktivitas tidur siang,aktivitas tidur malam 5 jam dan
pemeriksaan,dan hasil pemeriksaan TD : 120/ 80 mmhg,N : 84 x/menit, S : 37,8
°C, RR : 21 x/menit
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan penurunan suplai O2 ke jaringan
sekunder dibuktikan dengan pasien tampak gelisah,mengeluh nyeri pada saat
beraktivitas dan hanya dibantu oleh keluarga pasien.
4. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi terhadap penyakit
37

RENCANA KEPERAWATAN

Nama : Ny. W
Ruang Rawat : Gardenia

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional

1. Nyeri Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi tanda- 1. Untuk mengetahui


akut berhubungan
1 x 7 jam diharapkan Nyeri berkurang tanda vital pekembangan lebih
dengan Inflamasi
kriteria hasil : lanjut
1. Nyeri berkurang/ dapat diadaptasi. 2. Dapat menentukan
2. Skala nyeri 0-3 (0-10) 2. Kaji karakteristik terapi yang akan
3. Pasien tampak rileks nyeri dilakukan
4. Pasientidak tampak gelisah. 3. Berikan posisi yang 3. Agar pasien rileks dan
5. TTV dalam batas normal nyaman (Semi membantu
1) TD = 120/80mmHg fowler) mengurangi nyeri
2) Nadi = 60-100x/Menit 4. Mengajarkan tehnik 4. Mengalihkan
3) RR =16-24x/Menit relaksasi nafas perhatian pasien
4) Suhu = 36-37,5℃ dalam/ distraksi terhadap nyeri yang
sedang dirasakan
5. Untuk meminimalkan
5. Anjurkan pasien
mobilitas pasien
untuk melakukan
diharapkan agar nyeri
tirah baring
dapat berkurang
38

6. Untuk mengurangi
rasa nyeri dan
6. Kolaborasi
membantu proses
pemberian obat
penyembuhan
analgestik

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional


2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi pola 1. Mengumpulkan data
berhubungan dengan 4x24 jam diharapkan masalah gangguan aktivitas dan tidur seberapa lama
ketidaknyamanan yang pola tidur dapat teratasi, dengan kriteria aktivitas dan tidur
ditandai dengan Ny.W hasil : klien
mengeluh sulit tidur,suhu 1 Tidur malam 8 jam 2. Modifikasi 2. Menciftakan
kulit teraba hangat 2 Suhu badan normal lingkungan lingkungan yang
,gelisah,ekspresi wajah 3 Klien rileks nyaman
meringis,tidak ada 4 TTV normal 3. Sesuaikan jadwal 3. Membantu dalam
aktivitas tidur TD : 120/80 mmHg pemberian obat menunjang siklus
siang,aktivitas tidur N : 80 x/menit tidur
malam 5 jam dan S : 360C 4. Waktu tidur menjadi
pemeriksaan 4. Tetapkan jadwal tidur terkontrol
RR : 22 x/menit
rutin
5. Jelaskan pentingnya 5. Memberitahukan
39

tidur cukup selama pentingnya


sakit kecukupan tidur
untuk meningkatkan
kesehatan

6. Anjurkan menepati 6. Mendorong waktu


kebiasaan waktu tidur tepat waktu.
tidur

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional


40

3. Intoleransi aktifitas Tujuan :setelah dilakukan tindakan 1. Observasi respon 1. Evaluasi kelemahan
berhubungan dengan keperawatan 1x7 jam meningkatkan individu terhadap dan tingkat toleransi
penurunan suplai O2 ke toleransi aktifitas pasien aktivitas (status aktivitas pasien
jaringan sekunder Kriteria hasil : pernafasan dan pucat)
dibuktikan dengan pasien 1. Tanda-tanda vital normal 2. Mengobservasi 2. Untuk mengetahui
tampak gelisah,mengeluh 2. Menunjukkan peningkatan tanda-tanda vital perkembangan lebih
nyeri pada saat toleransi aktivitas lanjut
beraktivitas dan hanya 3. Anjurkan pasien 3. Meningkatkan
dibantu oleh keluarga untuk istirahat 1 jam toleransi aktivitas
pasien. setelah makan pasien
(misalnya berbaring
atau duduk
4. Ciptakan lingkungan 4. Lingkungan yang
yang terapeutik terapeutik membantu
proses penyembuhan
5. Tingkatkan aktivitas 5. Meningkatkan
secara bertahap istirahat untuk
dengan periode menurunkan
istirahat diantara dua kebutuhan oksigen
aktivitas misalnya tubuh
duduk dulu sebelum
tidur dan berjalan
41

setelah tidur 6. Meningkatkan


6. Kolaborasi perfusi jaringan dan
pemberian oksigen meningkatkan suplai
setelah beraktivitas oksigen
bila terjadi
peningkatan status
pernafasan

Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi Rasional


4. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi kesiapan 1. Mempermudah
berhubungan dengan keperawatan selama 1 x 7 jam dan kemampuan penyampain
kurangnya informasi diharapkan masalah pengetahuan menerima informasi informasi
terhadap penyakit tentang penyakit pasien meningkat. 2. Identifikasi faktor- 2. Memberikan
Kriteria hasil : faktor yang dapat infomasi mengenai
1.Pengetahuan klien tentang meningkatkan dan penyakit yang
penyakitnya meningkat menurunkan dideritanya serta
2.Klien mampu menangani penyakit motivasi perilaku penanganannya
yang dideritanya secara mandiri yang hidup tidak secara mandiri
3. Perilaku sesuai anjuran meningkat bersih 3. Mengetahui
4. Pertanyaan tentang masalah yang 3. Jadwalkan pemahaman pasien
dihadapi menurun pendidikan setelah diberikan
5. Persepsi yang keliru terhadap masalah
kesehatan sesuai informasi.
menurun
42

6. Menjalani pemeriksaan yang tidak kesepakatan 4. Mempermudah


tepat menurun 4. Ajarkan perilaku penyampaian
hidup bersih dan informasi untuk
sehat tetap hidup bersih
5. Jelaskan faktor dan sehat
resiko yang dapat 5. Mempermudah
mempengaruhi penyampaian
kesehatan infomasi mengenai
6. Ajarkan strategi penyakit yang
yang dapat dideritanya serta
digunakan untuk penanganannya
meningkatkan secara mandiri
pengetahuan 6.Memberikan
tentang informasi infomasi
yang belum mengenai
dipahami penyakit yang
dideritanya serta
7. Kolaborasi dengan
penanganannya
perawat dan
secara mandiri.
dokter
7.Mempermudah
penyampain
informasi
43
44

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Laparatomi adalah pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi. (Lakaman
2011).Post OperasiLaparatomimerupakantahapansetelah proses pembedahanpada area
abdomen (laparatomi) dilakukan. Perry dan Potter (2005) dipaparkan bahwa tindakan
post operatif dilakukan dalam 2 tahap yaitu periode pemulihan segera dan pemulihan
berkelanjutan setelah fase post operatif. Proses pemulihan tersebut membutuhkan
perawatan post laparatomi. Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan
perawatan yang di berikan kepada klien yang telah menjalani operasi pembedahan
abdomen.
Hasil Pengkajian Pada Ny.W : pengkajian nyeri,perkembangan kesembuhan pasien
pengetahuan pasien mengenai penyakit nya. Diagnosa keperawatan yang muncul pada
laporan kasus ini ada empat ,yaitu Nyeri Akut berhubungan dengan Inflamasi, Gangguan
pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan yang ditandai dengan Ny.W mengeluh
sulit tidur,suhu kulit teraba hangat ,gelisah,ekspresi wajah meringis,tidak ada aktivitas
tidur siang,aktivitas tidur malam 5 jam dan pemeriksaan,dan hasil pemeriksaan TD : 120/
80 mmhg,N : 84 x/menit, S : 37,8 °C, RR : 21 x/menit, Intoleransi aktifitas berhubungan
dengan penurunan suplai O2 ke jaringan sekunder dibuktikan dengan pasien tampak
gelisah,mengeluh nyeri pada saat beraktivitas dan hanya dibantu oleh keluarga
pasien.Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi terhadap penyakit
Dalam perencanaan keperawatan pada laporan asuhan keperawatan pada pasien dengan
post laparatomi dilakukan.Mengidentifikasi rasa nyeri. Mengajarkan tekhnik napas dalam
dan batuk efektif,mengatur posisi klien,mengatasi pola tidur pasienmengontrol aktivitas
pasien,mengurangi kecemasan pasien dan keluarga . Implementasi keperawatan yang
dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah keperawatan yang muncul pada kasus ini.
Fasilitas yang berada di ruangan mendukung penulis dalam melakukan tindakan-tindakan
kepada pasien.Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan.
45

4.2 Saran
Sebagai perawat diharapkan mampu membuat asuhan keperawatan dengan baik
terhadap penderita penyakit saluran pernapasan terutama PPOK. Oleh karena itu, perawat
juga harus mampu berperan sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan
ataupun memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama mengenai
tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya.

DAFTAR PUSTAKA
Potter & perry A.G Buku Ajar Fundamental keperawatan Konsep proses dan praktik
Edisi 4: Lenata Komalasari dkk, Jakarta EGC.
Nursalam.2012. konsep dan penerapan metode penelitian ilmu keperawatan,Edisi II.
Salemba medika. Jakarta.
Ackley, B.J & Ladwig, G.B. (2016). Nursing diagnosis handbook: an evidence based
guide to planning care. 9th edition. St.louis, Missouri. Mosby Elsevier
Prasetyo, S.N.2012 konsep dan proses keperawatan nyeri.yogyakarta:Graha ilmu.

Dorland ,W.A.Newman 2016. Kamus kedokteran: EGC


http://scribd.com/document/248448707/Pathway-laparatomi(diakses pada
tanggal 28 September 2020)
46

Runner and Suddarth. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume 2.
CJakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2016. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Buku Kedokteran.
Brashers, Valentina L. 2016. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan dan Manajemen Edisi 2.
Jakarta : EGC Buku Kedokteran.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.W


Ruang Rawat :Gardenia
Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat
DX 1 1. Mengobservasi S:
Senin , 04 Oktober 2020
Jam 14.00 WIB tanda-tanda vital 1. Pasien
2. Mengkaji mengatakan
karakteristik nyeri nyeri perut
3. Memberikan posisi berkurang
yang nyaman 2. Pasien
4. Ajarkan tehnik mengatakan
relaksasi nafas lebih nyaman
dalam/ distraksi O: Sused
5. Anjurkan pasien 1. Pasien tampak
untuk melakukan rileks
tirah baring 2. Skala nyeri = 3
6. Bekolaborasi 3. TD = 90/70
pemberian obat mmHg
47

analgestik (Aspirin 4. Nadi =


500 mg pemberian 96x/menit
injeksi diberikan 5. RR =
melalui I, 3-4 26x/menit
kali/hari) 6. Suhu =37℃
7. Pasien nampak
tidak gelisah
8. Pasien dapat
melakukan
tehnik
relaksasi
(Nafas dalam
dengan benar)
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan

Hari/Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi (SOAP) TTD Perawat


DX 2 1 Mengidentifikasi S = klien
Senin , 04 Oktober
pola aktivitas dan mengatakan
2020
Jam 16 .00 WIB tidur (Tidur siang tidur menjadi
pukul 13:00-14:00 nyenyak
WIB dan tidur O=
malam 22:00-05:00 - Klien mengerti
dan ingin
WIB, tetapkan
melakukan
jadwal tidur rutin) jadwal tidur
rutin
2 Modifikasi Sused
- Tidur siang
lingkungan (suhu pukul 13:00-
14:00 WIB
rungan 20 °C kulit
dan tidur
klien teraba hangat) malam 22:00-
05:00 WIB,
3 Menjelaskan
48

pentingnya tidur klien menjadi


lebih rileks
cukup selama sakit
- Kulit klien
(klien mengerti dan teraba hangat
- Tidur malam
ingin melakukan
mnejadi 7 jam
jadwal tidur rutin) - TTV dalam
batas normal
4 Tetapkan jadwal
TD : 120/80
tidur rutin (tidur mmHg
N : 80
siang pukul 13:00-
x/menit
14:00 WIB dan tidur S : 36.0C
RR : 22
malam 22:00-05:00
x/menit
WIB, klien menjadi
A = Masalah
lebih rileks)
teratasi
P = intervensi
terselesaikan

Diagnosa Tujuan (Kriteri Hasil) Intervensi


Keperawatan
7. 3. Intoleransi aktivitas Tujuan :setelah dilakukan tindakan 1.Observasi respon 1.
keperawatan1x7 jam meningkatkan valua
berhubungan dengan individu terhadap aktivitas
toleransi aktifitas pasien tingk
penurunan suplai O2 ke Kriteria hasil : (status pernafasan dan pasie
5. Tanda-tanda vital normal
jaringan sekunder pucat)
6. Menunjukkan
dibuktikan dengan peningkatan toleransi
aktivitas 2. Mengobservasi tanda-
pasien mengeluh sesak
tanda vital 2.
setelah beraktivitas ntuk
3. Anjurkan pasien untuk perke
istirahat 1 jam setelah
3.
makan (misalnya ening
berbaring atau duduk) aktiv
4. Ciptakan lingkungan
yang terapeutik
49

4.
ingku
5. Tingkatkan aktivitas secara mem
peny
bertahap dengan periode
istirahat diantara dua
5.
aktivitas misalnya duduk ening
dulu sebelum tidur dan untuk
kebu
berjalan setelah tidur

6. Kolaborasi pemberian
oksigen setelah
beraktivitas bila terjadi
peningkatan status
pernafasan 6.
ening
jaring
meni
oksig

Anda mungkin juga menyukai