OLEH :
DANTINI
( 2018.C.10a.0963 )
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. I Dengan Diagnosa Medis Konjungtivitis Pada Sistem Penginderaan”
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 2).
Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S. Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.
3
DAFTAR ISI
Lembar Pengesahan.......................................................................................
Kata Pengantar...............................................................................................
Daftar Isi..........................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................
2.1.1 Definisi..................................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisiologi ................................................................................
2.1.3 Etiologi..................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi.............................................................................................
2.1.5 Patofisiologi (Pathway..........................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)................................................
2.1.7 Komplikasi............................................................................................
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.........................................................................
3.1 Pengkajian...................................................................................................
4
3.2 Diagnosa .................................................................................................
3.3 Intervensi....................................................................................................
3.4 Implementasi...............................................................................................
3.5 Evaluasi.......................................................................................................
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................
4.1 Kesimpulan.................................................................................................
4.2 Saran...........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
SAP
Leaflet
Lembar konsultasi
5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konjungtivitis atau mata merah bisa menyerang siapa saja dan sangat mudah
menular, penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan tangan seperti
bersalaman dengan seorang penderita konjungtivitis atau dengan benda yang baru
disentuh oleh penderita, lalu orang yang sehat tersebut menggosok tangannya ke
mata dan hal ini bisa menyebabkan penularan secara cepat sehingga dapat
meningkatkan jumlah penderita penyakit konjungtivitis (Ilyas, 2015).
6
Penyakit Konjungtivitis semakin meningkat. Berdasarkan data Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat menyatakan bahwa
pada tahun 2008, menunjukkan peningkatan penderita yang lebih besar yaitu
sekitar 135 per 10.000 penderita baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa
dan juga lanjut usia (Lolowang,2014).Berdasarkan Bank Data Departemen
Kesehatan Indonesia (2013) jumlah pasien rawat inap konjungtivitis di seluruh
rumah sakit pemerintah tercatat sebesar 12,6% dan pasien rawat jalan
konjungtivitis sebesar 28,3%.
Di Indonesia pada tahun 2014 diketahui dari 185.863 kunjungan ke poli mata.
Konjungtivitis juga termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada
tahun 2015 (KEMENKES RI, 2015). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Riau, melaporkan jumlah penderita konjungtivitis di pada tahun 2015
tercatat ada sebanyak 1.528 kasus konjungtivitis dan terjadi peningkatan
konjungtivitis pada bulan Januari 2016 Agustus 2016 mencapai 1.769 kasus pada
tiga rumah sakit di wilayah kerja dinas kesehatan Tanjung Pinang. Kasus yang
terdapat di RS Angkatan Laut Tanjung Pinang sebanyak 218 kasus, di RSUD
Tanjung Pinang terdapat 81 kasus dan di RSUP Tanjung Pinang Terdapat 116
kasus (Laporan Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, 2016). konjungtivitis di
pada tahun 2015 tercatat ada sebanyak 1.528 kasus konjungtivitis dan terjadi
peningkatan konjungtivitis pada bulan Januari 2016 Agustus 2016 mencapai 1.769
kasus pada tiga rumah sakit di wilayah kerja dinas kesehatan Tanjung Pinang.
Kasus yang terdapat di RS Angkatan Laut Tanjung Pinang sebanyak 218 kasus, di
RSUD Tanjung Pinang terdapat 81 kasus dan di RSUP Tanjung Pinang Terdapat
116 kasus (Laporan Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, 2016).
7
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan
pada Nn. I dengan diagnosa konjungtivitis di ruang Aster RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka raya.
Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan diagnosa
medis konjungtivitis secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah
dengan mandiri.
8
diagnosa medis konjungtivitis melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan
secara komprehensif.
Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi
atau responalergi. (Corwin, 2001).
Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtivaatau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih padamata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandaidengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkanmata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yangmemerlukan
pengobatan. (Ilyas s, 2004).
10
1. Bola Mata
Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat, dengan diameter
anteroposterior sekitar 24,5 mm.
2. Konjungtiva
3. Kapsula Tenon
Kapsula Tenon adalah suatu membran fibrosa yang membungkus bola mata dari
limbus sampai ke nervus optikus. Di dekat limbus, konjungtiva, kapsula tenon,
dan episklera menyatu.
Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan ini
padat dan berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior
dan duramater nervus optikus di belakang. Permukaan luar sklera anterior
dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus, episklera yang
mengandung banyak pembuluh darah yang memasuki sklera.
5. Kornea
11
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan.
6. Retina
Merupakan bagian yang penting dalam memberikan pesan kepada otak dalam
bentuk semula dari benda dan diterima oleh otak sebagai impuls kimia yang dapat
menggambarkan apa yang dilihat.
7. Aparatus Lakrimalis
2.1.3 Etiologi
1. Konjungtivis Alergi
2. Konjungtivis Infektif
Disebabkan oleh bakteri seperti:
Stafilokok
Streptokok
Corynebacterium diphtheriae
Pseudomonas aeruginosa
Neisseria gonorrhoea
Haemophilus influenza
3. Konjungtivis Viral
Disebabkan oleh virus seperti:
12
Adenovirus
Herpes simplek
Herpes zoster
Klamidia
New castle
Pikorna
Enterovirus
2.1.4 Klasifikasi
Gejala jenis konjungtivitis ini adalah edema konjungtiva ringan sampai berat,
sensasi terbakar dan injeksi vaskuler. Lakrimasi kadang-kadang terjadi. Rasa gatal
adalah yang paling parah pada bentuk konjungtivitis ini. Kadang-kadang
didapatkan rabas seperti air.
Jenis konjungtivitis ini juga berhubungan dengan “pink eye” dan mudah
menular. Wabah “pink eye” dapat terjadi pada populasi yang padat dan dengan
standar kesehatan yang rendah. Penyebab infeksi ini adalah Staphylococcus
aureus. Dapat juga terjadi setelah terpapar Haemophilus influenza atau N.
gonorhoea. Dapat terjadi bersamaan dengan morbili, parotitis epidemika,
bleferitis, obstruksi duktus nasolakrimalis, karena penyinaran cahaya
(konjungtivitis elektrika).
13
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan
rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal
atau mucus dan berkembang menjadi purulent yang menyebabkan kelopak mata
menyatu dalam posisi tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari. Dapat
ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea.
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidemika) atau dari penyakit virus sistemik
seperti mumps dan mononucleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel
sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis.
14
hipertropi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores,
panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi airmata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh daah yang hyperemia dan menambah jumah airmata.Jika
klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.
Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata
sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan
meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air
mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan
menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat
menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya
aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing.
15
WOC KONJUNGTIVITIS
Masuk Mata Melalui Udara/Kontak Langsung
1. Bakteri (Neisseria Gonorrhoeae, Pneumococcus, Staphylococcus Aureus, Dll)
2. Klamidia (Chlamydia Trachomatis Serotype A-C,D-K,L1-3) 1.
3. Virus (Adenovirus,Virus Herpes Simpleks,Varicella, Herpes Zoster) Menembus Tear Fil Di Meatus Nasi Inferoir
4. Riketsia
5. Jamur (Candida,Rhinosporidium Seeberi, Sporotrix Schenckii)
6. Parasit (Loa-Loa,Ascaris Lumbricoides, Taenia Solium, Trichinella Spiralis)
7. Allergen Terjadi Pengenceran Materi Infeksi
8. Kimiawi/Iritatif
9. Tidak Diketahui/Idiopatik
Mucus Menangkap Debris
Peradangan Di Konjungtiva
KOJUNGTIVITIS
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Tidak Ada MK Tidak Ada MK
Infiltrasi Di Otot Muller Resiko Penyebaran Peradangan Konjungtiva
Peradangan Konjungtiva
Infeksi ke orang lain
Gejala :
17
2.1.7 Komplikasi
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat
dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi
pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
- Test komposisi air mata :
1. Schimer test
2. BUT
3. Ferning test
4. Uji Anel
5. Pemeriksaan swab sekret (gram , Giemsa )
- Therapy Medik
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes
simplek virus).
- Pemeriksaan Laboratorium
18
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat
dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan
alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya,
terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan antiinflamasi, irigasi
mata, pembersihan kelopak mata, atau kompres hangat. Bila konjugtivits disebabkan
oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi
mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan instruksipada
pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang
sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan
menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah.
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi
antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada
banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa
adanya kontraindikasi.
19
kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan
doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2
sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk
menyingkirkan tuberkulosis.
Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku /
bangsa,agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, penanggung jawab.
a. Keluhan utama : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan
disekitarmata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada
konjungtiva,purulen / Gonoblenorroe.
c. Riwayat penyakit dahulu: Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi
obat, riwayat operasimata.
1. Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan megurang ke arahlimbus.
2. Kemungkinan adanya sekret:
Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan
kelopak mata lengket saat bangun tidur.
Berair/encer pada infeksi virus.
3. Edema konjungtiva
20
4. Blefarospasme
5. Lakrimasi
6. Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan infiltrasi).
7. Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan
pseudomembrane pada infeksi pneumokok. Kadang-kadang disertai
perdarahansubkonjungtiva kecil-kecil baik di konjungtiva palpebra maupun bulbi
yangbiasanya disebabkan pneumokok atau virus.
8. Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena jika
terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan
kemunduranvisus/melihat halo.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sensori-persepsi; penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaansensori/status organ indera.
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yaang diperoleh
2.2.3 Intervensi Keperawatan
kriteria hasil :
21
- Meskipun kehilangan penglihatan yang telah terjadi
tidak dapat diobati akantetapi kehilangan lebih lanjut
dapat dicegah.
- Mengontrol TIO dan mencegah kehilangan penglihatan
lanjut
- Membantu mempercepat proses penglihatan dan
mencegah kehilanganpenglihatan lanjutan
22
masalah
- Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendirian
dalam menghadapimasalah.
23
2.2.3 Implementasi Keperawatan
24
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
25
4.2 Saran
26
DAFTAR PUSTAKA
27
LEMBAR KONSULTASI
28