Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

Ny.I DENGAN DIAGNOSA MEDIS KONJUNGTIVITIS


PADA SISTEM PENGINDRAAN

OLEH :

DANTINI

( 2018.C.10a.0963 )

YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021

1
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan ini di susun oleh :


Nama : Dantini
NIM : 2018.C.10a.09863
Program Studi : S-1 Keperawatan
Judul : Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Ny.I
Dengan Diagnosa Medis Konjungtivitas Pada Sistem
Pengindraan

Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan II (PPK II) Program Studi
Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya.

Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :

Mengetahui, Pembimbing Akadmik

Ketua Prodi Sarjana Keperawatan

Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep Rimba Aprianti, S.Kep.,Ners

2
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan
Pendahuluan yang berjudul “Laporan pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan
Pada Ny. I Dengan Diagnosa Medis Konjungtivitis Pada Sistem Penginderaan”
Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas (PPK 2).

Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ners
STIKes Eka Harap Palangka Raya.
3. Ibu Rimba Aprianti, S. Kep., Ners selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian
asuhan keperawatan ini
4. Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku koordinator Praktik Pra Klinik
Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.
5. Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan
pengabdian kepada masyarakat ini.

Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan


dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan
ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Palangka Raya, 30 Oktober 2020

3
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan.......................................................................................

Kata Pengantar...............................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang.........................................................................................


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................
1.3 Tujuan penulisan......................................................................................
1.4 Manfaat penulisan....................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................

2.1 Konsep Penyakit.......................................................................................

2.1.1 Definisi..................................................................................................
2.1.2 Anatomi Fisiologi ................................................................................
2.1.3 Etiologi..................................................................................................
2.1.4 Klasifikasi.............................................................................................
2.1.5 Patofisiologi (Pathway..........................................................................
2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda Dan Gejala)................................................
2.1.7 Komplikasi............................................................................................
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang........................................................................
2.1.9 Penatalaksanaan Medis.........................................................................

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan............................................................

2.2.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................

2.2.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................

2.2.3 Intervensi Keperawatan........................................................................

2.2.4 Implementasi Keperawatan...................................................................

2.2.5 Evaluasi Keperawatan..........................................................................

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................

3.1 Pengkajian...................................................................................................

4
3.2 Diagnosa .................................................................................................
3.3 Intervensi....................................................................................................
3.4 Implementasi...............................................................................................
3.5 Evaluasi.......................................................................................................
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN............................................................
4.1 Kesimpulan.................................................................................................
4.2 Saran...........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

SAP

Leaflet

Lembar konsultasi

5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Konjungtivitis merupakan penyakit mata paling umum didunia.Penyakit


konjungtivitis ini berada pada peringkat no.3 terbesar di dunia setelah penyakit
katarak dan glaukoma, khusus konjungtivitis penyebarannya sangat cepat.
Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai
berat dengan sekret purulen kental. Konjungtivitis atau radang konjungtiva adalah
radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata yang
dibedakan kedalam bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis (pink eye) merupakan
peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata)
yang disebabkan oleh mikro-organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi,
iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang debunya
beterbangan sehingga mengenai mata kita dan menyebabkan iritasi sedangkan
konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme (terutama virus dan kuman
atau campuran keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara (Ilyas, 2015).

Konjungtivitis keberadaannya dirasa cukup mengganggu karena penderita


akan mengalami beberapa gejala umum seperti mata terasa perih,berair, terasa ada
yang mengganjal disertai dengan adanya sekret atau kotoran pada mata (Wijana,
2009). Penyebab umumnya eksogen tetapi bisa juga penyebab endogen
(Vaughan,2010). Penyebab paling umum adalah Streptococcus pneumonia pada
iklim sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim panas. Konjungtivitis yang
disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus Aegyptius disertai
juga dengan perdarahan sub konjungtiva, penyakit ini ditandai dengan timbulnya
hiperemi konjungtiva secara akut, dan jumlah eksudat mukopurulen sedang
(Vaughan, 2010).

Konjungtivitis atau mata merah bisa menyerang siapa saja dan sangat mudah
menular, penularan terjadi ketika seorang yang sehat bersentuhan tangan seperti
bersalaman dengan seorang penderita konjungtivitis atau dengan benda yang baru
disentuh oleh penderita, lalu orang yang sehat tersebut menggosok tangannya ke
mata dan hal ini bisa menyebabkan penularan secara cepat sehingga dapat
meningkatkan jumlah penderita penyakit konjungtivitis (Ilyas, 2015).

6
Penyakit Konjungtivitis semakin meningkat. Berdasarkan data Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit di Amerika Serikat menyatakan bahwa
pada tahun 2008, menunjukkan peningkatan penderita yang lebih besar yaitu
sekitar 135 per 10.000 penderita baik pada anak-anak maupun pada orang dewasa
dan juga lanjut usia (Lolowang,2014).Berdasarkan Bank Data Departemen
Kesehatan Indonesia (2013) jumlah pasien rawat inap konjungtivitis di seluruh
rumah sakit pemerintah tercatat sebesar 12,6% dan pasien rawat jalan
konjungtivitis sebesar 28,3%.

Di Indonesia pada tahun 2014 diketahui dari 185.863 kunjungan ke poli mata.
Konjungtivitis juga termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada
tahun 2015 (KEMENKES RI, 2015). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Riau, melaporkan jumlah penderita konjungtivitis di pada tahun 2015
tercatat ada sebanyak 1.528 kasus konjungtivitis dan terjadi peningkatan
konjungtivitis pada bulan Januari 2016 Agustus 2016 mencapai 1.769 kasus pada
tiga rumah sakit di wilayah kerja dinas kesehatan Tanjung Pinang. Kasus yang
terdapat di RS Angkatan Laut Tanjung Pinang sebanyak 218 kasus, di RSUD
Tanjung Pinang terdapat 81 kasus dan di RSUP Tanjung Pinang Terdapat 116
kasus (Laporan Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, 2016). konjungtivitis di
pada tahun 2015 tercatat ada sebanyak 1.528 kasus konjungtivitis dan terjadi
peningkatan konjungtivitis pada bulan Januari 2016 Agustus 2016 mencapai 1.769
kasus pada tiga rumah sakit di wilayah kerja dinas kesehatan Tanjung Pinang.
Kasus yang terdapat di RS Angkatan Laut Tanjung Pinang sebanyak 218 kasus, di
RSUD Tanjung Pinang terdapat 81 kasus dan di RSUP Tanjung Pinang Terdapat
116 kasus (Laporan Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, 2016).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada Ny.I dengan diagnosa medis


konjungtivitis di ruang THT RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka raya?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Tujuan Umum

7
Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan
pada Nn. I dengan diagnosa konjungtivitis di ruang Aster RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka raya.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar penyakit Konjungtivitis


1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Asuhan Keperawatan Pada
pasien Konjungtivitis
1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian
1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun intervensi pada Ny. I
1.3.2.5 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan pada Ny. I
1.3.2.6 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi

1.3.2.7 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi keperawatan

1.4 Manfaat Penulisan


1.4.1 Bagi Mahasiswa

Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu


pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1
Keperawatan Stikes Eka Harap Palangka Raya.

1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga

Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit dengan diagnosa
medis konjungtivitis secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah
dengan mandiri.

1.4.3 Bagi Institusi

1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai sumber bacaan tentang konjungtivitis dan Asuhan


Keperawatannya.

1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit

Memberikan gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan dan


Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan

8
diagnosa medis konjungtivitis melalui Asuhan Keperawatan yang dilaksanakan
secara komprehensif.

1.4.4 Bagi IPTEK

Sebagai sumber ilmu pengetahuan teknologi, apa saja alat-alat yang dapat
membantu serta menunjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status
kesembuhan klien.

9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva akibat suatu proses infeksi
atau responalergi. (Corwin, 2001).

Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan


pembengkakan daneksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga
sering disebut mata merah. (Brunnerdan Suddarth 2001).

Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada
konjungtivaatau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi
bagian berwarna putih padamata dan permukaan bagian dalam kelopak mata.
Konjungtivitis terkadang dapat ditandaidengan mata berwarna sangat merah dan
menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkanmata rusak. Beberapa jenis
konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yangmemerlukan
pengobatan. (Ilyas s, 2004).

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konjungtiitis adalah


suatu peradangan konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,
clamida, alergi atau iritasi dengan bahan-bahan kimia.

2.1.2 Anatomi Fisiologi


2.1.2.1 Anatomi Sistem Pengindraan

10
1. Bola Mata

Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat, dengan diameter
anteroposterior sekitar 24,5 mm.

2. Konjungtiva

Konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang


membungkus permukaan permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva
palpebralis) dan permukan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva
bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (konjungtiva tarsalis) dan dengan
epitel kornea di limbus.

3. Kapsula Tenon

Kapsula Tenon adalah suatu membran fibrosa yang membungkus bola mata dari
limbus sampai ke nervus optikus. Di dekat limbus, konjungtiva, kapsula tenon,
dan episklera menyatu.

4. Sklera dan Episklera

Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian luar. Jaringan ini
padat dan berwarna putih serta bersambungan dengan kornea di sebelah anterior
dan duramater nervus optikus di belakang. Permukaan luar sklera anterior
dibungkus oleh sebuah lapisan tipis dari jaringan elastik halus, episklera yang
mengandung banyak pembuluh darah yang memasuki sklera.

5. Kornea

11
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan
kristal sebuah jam tangan.

6. Retina

Merupakan bagian yang penting dalam memberikan pesan kepada otak dalam
bentuk semula dari benda dan diterima oleh otak sebagai impuls kimia yang dapat
menggambarkan apa yang dilihat.

7. Aparatus Lakrimalis

Terdiri dari komponen kelenjar Lakrimalis, kelenjar Krause, dan kelenjar


Wolfring yaitu bagian yang menghasilkan sekresi air mata, sakus lakrimalis, dan
duktus nasolakrimalis.

2.1.3 Etiologi

Penyebab konjungtivis tergantung dari jenis konjungtivis. Berikut ini etiolgi


berdasarkan klasifikasi konjungtivis yaitu :

1. Konjungtivis Alergi

Reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat atau reaksi antibodi


humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat merupakan bagian dari
Sindrom Steven Johnson, suatu penyakit eritema multiforme berat akibat reaksi
alergi pada orang dengan presdiposisi alergi obat-obatan. Pada pemakaian mata
palsu atau lensa kontak juga dapat terjadi reaksi alergi.

2. Konjungtivis Infektif
Disebabkan oleh bakteri seperti:
 Stafilokok
 Streptokok
 Corynebacterium diphtheriae
 Pseudomonas aeruginosa
 Neisseria gonorrhoea
 Haemophilus influenza
3. Konjungtivis Viral
Disebabkan oleh virus seperti:

12
 Adenovirus 
 Herpes simplek 
 Herpes zoster
 Klamidia
 New castle
 Pikorna
 Enterovirus
2.1.4 Klasifikasi

Konjungtivitis terbagi dalam tiga jenis, yaitu konjungtivitis alergi atau


vernal, infeksi atau bacterial, dan viral

1.      Konjungtivitis Alergi

Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sesitifitas terhadap


serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan
atau obat (atropine dan antibiotic golongan mycin). Infeksi ini terjadi setelah
terpapar zat kimia seperti hair spray, tatarias, asap rokok. Asma, demam kering
dan eczema juga berhubungan dengan konjungtivitis alergi.

Gejala jenis konjungtivitis ini adalah edema konjungtiva ringan sampai berat,
sensasi terbakar dan injeksi vaskuler. Lakrimasi kadang-kadang terjadi. Rasa gatal
adalah yang paling parah pada bentuk konjungtivitis ini. Kadang-kadang
didapatkan rabas seperti air.

2.      Konjungtivitis Infektif

Jenis konjungtivitis ini juga berhubungan dengan “pink eye” dan mudah
menular. Wabah “pink eye” dapat terjadi pada populasi yang padat dan dengan
standar kesehatan yang rendah. Penyebab infeksi ini adalah Staphylococcus
aureus. Dapat juga terjadi setelah terpapar Haemophilus influenza atau N.
gonorhoea. Dapat terjadi bersamaan dengan morbili, parotitis epidemika,
bleferitis, obstruksi duktus nasolakrimalis, karena penyinaran cahaya
(konjungtivitis elektrika).

13
Gejalanya, dilatasi pembuluh darah, edema konjungtiva ringan, epifora dan
rabas pada awalnya encer akibat epifora tetapi secara bertahap menjadi lebih tebal
atau mucus dan berkembang menjadi purulent yang menyebabkan kelopak mata
menyatu dalam posisi tertutup terutama saat bangun tidur pagi hari. Dapat
ditemukan kerusakan kecil pada epitel kornea.

3.      Konjungtivitis Viral

Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus (yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidemika) atau dari penyakit virus sistemik
seperti mumps dan mononucleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel
sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis.

Gejalanya, pembesaran kelenjar limfe preaurikular, fotopobia dan sensasi


adanya benda asing pada mata. Epiofora merupakan gejala terbanyak.
Konjungtiva dapat menjadi kemerahan dan bisa terjadi nyeri periorbital.

2.1.5 Patofisiologi ( Pathway )

Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan


kelopak mata terinfeksi Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari
substansi luar. Pada film air mata unsur berairnya mengencerkan materi infeksi,
mucus menangkap debris dan kerja memompa dari palpebral secara tetap
menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata mengandung substansi
anti mikroba termasuk lisozim. Adanya agens perusak menyebabkan kerusakan
pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel eksfoliasi,
hipertropi epitel atau granuloma mungkin pula terdapat edema pada stroma
konjungtiva melalui epitel ke permukaan. Sel-sel ini kemudian bergabung dengan
fibrin dan mucus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang
menyebabkan perlengketan tepian palpebral pada bangun tidur.

Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-


pembuluh konjungtiva posterior, ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang
merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent. Hal ini menyebabkan
hiperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus.
Pada hyperemia konjungtiva ini biasanya didapatkan pembengkakan dan

14
hipertropi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi tergores,
panas, atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi airmata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh daah yang hyperemia dan menambah jumah airmata.Jika
klien mengeluh sakit pada iris atau badan silier berarti kornea terkena.

            Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu
mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata
sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada
konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan
meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air
mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan
menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat
menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya
aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing.

15
WOC KONJUNGTIVITIS
Masuk Mata Melalui Udara/Kontak Langsung
1. Bakteri (Neisseria Gonorrhoeae, Pneumococcus, Staphylococcus Aureus, Dll)
2. Klamidia (Chlamydia Trachomatis Serotype A-C,D-K,L1-3) 1.
3. Virus (Adenovirus,Virus Herpes Simpleks,Varicella, Herpes Zoster) Menembus Tear Fil Di Meatus Nasi Inferoir
4. Riketsia
5. Jamur (Candida,Rhinosporidium Seeberi, Sporotrix Schenckii)
6. Parasit (Loa-Loa,Ascaris Lumbricoides, Taenia Solium, Trichinella Spiralis)
7. Allergen Terjadi Pengenceran Materi Infeksi
8. Kimiawi/Iritatif
9. Tidak Diketahui/Idiopatik
Mucus Menangkap Debris

Air Mata Di Hanyutkan Di Duktus Air Mata

Air Mata Mengandung Substansi Antimikroba Termasuk Lisozim

Peradangan Di Konjungtiva

KOJUNGTIVITIS

B1 B2 B3 B4 B5 B6
Tidak Ada MK Tidak Ada MK
Infiltrasi Di Otot Muller Resiko Penyebaran Peradangan Konjungtiva
Peradangan Konjungtiva
Infeksi ke orang lain

Palpebra superior berat Nyeri


Ansietas Resiko Terjadi Dilatasi Pembuluh
Untuk diangkat Penyebaran Infeksi Konjungtiva Posterior
Gangguan Rasa Nyaman
Peningkatan jumlah air Hiporemia (kemerahan)
Pseudoptosis
mata

Resiko Cedera Meransang sekresi air mata Pembengkakan dan hipertropi


dipapila

16 Sensasi benda asing, tergores, panas dan gatal


2.1.6 Manifestasi Klinis ( Tanda dan Gejala )

Tanda-tanda konjungtivitis, yakni:

1. Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.


2.   Produksi air mata berlebihan (epifora).
3. Kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan
menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel
konjungtiva bagian atas.
4. Pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi
nonspesifik peradangan.
5. Pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
6. Terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
7. Dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah) (Anonim,
2009).

Gejala :

Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan


kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan
berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang
jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada
konjungtivitis karena alergi (Anonim, 2004).

Gejala lainnya adalah:

1.      Mata berair

2.      Mata terasa nyeri

3.      Mata terasa gatal

4.      Pandangan kabur

5.      Peka terhadap cahaya

17
2.1.7 Komplikasi

Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani/diobati bisa menyebabkan


kerusakan pada mata/gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. Beberapa
komplikasi dari konjungtivitis yangtidak tertangani diantaranya:
1.      Glaukoma
2.      Katarak
3.      Ablasi retina
4.      Komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
5.      Komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah
bila sembuh akan meninggalkan jaringan parut yang tebal di kornea yang dapat
mengganggu penglihatan, lama- kelamaanorang bisa menjadi buta
6.      Komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan.
2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat
dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi
pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
- Test komposisi air mata :
1. Schimer test
2. BUT
3. Ferning test
4. Uji Anel
5. Pemeriksaan swab sekret (gram , Giemsa )
- Therapy Medik
Antibiotic topical, obat tetes steroid untuk alergi (kontra indikasi pada herpes
simplek virus).
- Pemeriksaan Laboratorium

18
Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan
tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pegecatan gram atau giemsa dapat
dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan
alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil. 
2.1.9 Penatalaksanaan Medis
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya,
terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan antiinflamasi, irigasi
mata, pembersihan kelopak mata, atau kompres hangat. Bila konjugtivits disebabkan
oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi
mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan instruksipada
pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang
sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan
menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah.

Terapi pada infeksi bakteri adalah dengan antibiotic (sulfonamid topikal),


pada infeksi virus dengan sulfonamide/antibiotika tetes mata spectrum luas untuk
mencegah infeksi sekunder, sedangkan untuk infeksi alergi diberikan vasokonstriktor
tetes seperti nafazolin, kompres dingin, dan antihistamin oral

Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene


kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan
salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.

Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi
antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada
banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa
adanya kontraindikasi.

Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea,


diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama
dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin
sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga
efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga

19
kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan
doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2
sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk
menyingkirkan tuberkulosis.

2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian Keperawatan

2.2.1.1 Identitas pasien

Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis kelamin, suku /
bangsa,agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, penanggung jawab.

2.2.1.2 Riwayat Penyakit

a. Keluhan utama : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan
disekitarmata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada
konjungtiva,purulen / Gonoblenorroe.

b. Riwayat penyakit sekarang: -

c. Riwayat penyakit dahulu: Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi
obat, riwayat operasimata.

d. Riwayat penyakit keluarga: Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular


(konjungtivitis)

2.2.1.3 Pemeriksaan fisik 

Pemeriksaan fisik (inspeksi) untuk mencari karakter/tanda konjungtivitis yang meliputi:

1. Hiperemi konjungtiva yang tampak paling nyata pada fornix dan megurang ke arahlimbus.
2. Kemungkinan adanya sekret:
 Mukopurulen dan berlimpah pada infeksi bakteri, yang menyebabkan
kelopak mata lengket saat bangun tidur.
 Berair/encer pada infeksi virus.
3. Edema konjungtiva

20
4. Blefarospasme
5. Lakrimasi
6. Konjungtiva palpebra (merah, kasar seperti beludru karena ada edema dan infiltrasi).
7. Konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva banyak, kemosis, dapat ditemukan
pseudomembrane pada infeksi pneumokok. Kadang-kadang disertai
perdarahansubkonjungtiva kecil-kecil baik di konjungtiva palpebra maupun bulbi
yangbiasanya disebabkan pneumokok atau virus.
8. Pemeriksaan visus, kaji visus klien dan catat derajat pandangan perifer klien karena jika
terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan
kemunduranvisus/melihat halo.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan sensori-persepsi; penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaansensori/status organ indera.
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan. 
3. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yaang diperoleh
2.2.3 Intervensi Keperawatan

dx.1 Gangguan sensori-persepsi; penglihatan berhubungan dengan gangguan


penerimaansensori/status organ indera

Tujuan/Kriteria Hasil Klien tidak mengalami gangguan penglihatan dengan

kriteria hasil :

klien dapatmempertahankan ketajaman penglihatan tanpa


kehilangan lebih lanjut
Intervensi - Kaji derajat/tipe kehilangan penglihatan
- Dorong klien untuk mengekspresikan perasaan tentang
kehilangan/kemungkinankehilangan penglihatan.
- Ajarkan klien untuk pemberian tetes mata (jumlah
tetesan, jadwal, dosis).
- Kolaborasi untuk memberikan obat sesuai indikasi
Rasional - Menentukan pilihan intervensi selanjutnya.

21
- Meskipun kehilangan penglihatan yang telah terjadi
tidak dapat diobati akantetapi kehilangan lebih lanjut
dapat dicegah.
- Mengontrol TIO dan mencegah kehilangan penglihatan
lanjut
- Membantu mempercepat proses penglihatan dan
mencegah kehilanganpenglihatan lanjutan

dx.2 Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan/Kriteria Hasil Klien tidak mengalami kecemasan dengan


kriteria hasil :
klien melaporkan ansietasmenurun sampai tingkat dapat diatasi,
klien menunjukan keterampilan pemecahan masalah
Intervensi - Kaji tingkat ancietas, derajat pengalaman infeksi/timbulnya
gejala tiba-tiba danpengetahuan kondisi saat ini.
- Berikan informasi yang akurat dan jujur, diskusikan
kemungkinan bahwa pengawasandapat mencegah
kehilangan pengelihatan tambahan.
- Dorong pasien untuk mengakui masalah dan
mengekspresikan perasaan
- Identifikasi sumber yang menolong
Rasional - Fungsi ini mempengaruhi persepsi pada pasien terhadap
ancaman diri,potensial siklus ancietas dan dapat
mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO
- Menurunkan ancietas sehubungan dengan ketidak
tahuan/harapan yang akandatang dan memberikan dasar
fakta untuk membuat pilihan informasi tentang POB.
- Memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi
nyata , mengklarifikasisalah konsepsi dan pemecahan

22
masalah
- Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendirian
dalam menghadapimasalah.

dx. 3 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi yaang


diperoleh

Klien dapat memahami keadaannya dengan


kriteria hasil :
Klien menyatakanpemahaman tentang kondisi, prognosis dan
pengobatan, Klien dapat mengidentifikasihubungan tanda/gejala
dengan proses penyakit
- Tunjukan teknik yang benar untuk pemberian tetes mata,
minta pasien untuk mengulangitindakan.
- Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh :
tetes mata. Diskusikan obat-obatan tang harus dihindari
- Identifikasi efek samping yang merugikan dari
penggunaan obat.
- Anjur untuk memeriksa secara rutin.
- Meningkatkan keefektifan pengobatan, memberikan
kesempatan untuk pasienmenunjukan kompetensi dan
menanyakan pertanyaan
- Mempertahankan konsistensi program obat adalah hal
yang penting.Beberapa obat dapat menyebabkan dilatasi
pupil, peningkatan TIO dan potensialkehilangan
penglihatan tambahan
- Efek samping obat yang merugikan mempengaruhi
rentang dariketidaknyamanan sampai ancaman kesehatan
berat
- Mengawasi kemajuan/pemeliharaan penyakit untuk
memungkinkan intervensidini

23
2.2.3 Implementasi Keperawatan

Implementasi yang dilakukan berdasarkan rencana keperawatan yang telah


dibuat dan disesuaikan dengan kondisi pasien

2.2.4 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan adalah mengkaji respon pasien setelah dilakukan


intervensi keperawatan dan mengkaji ulang asuhan keperawatan yang telah diberikan
(Deswani, 2009).

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk


menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung,
2011). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP

24
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Konjungtivitis adalah infeksi atau inflamasi pada konjungtiva mata dan


biasa dikenal sebagai “pink eye”. Konjungtivitis biasanya tidak ganas dan bisa
sembuh sendiri. Dapat juga menjadi kronik dan hal ini mengindikasikan
perubahan degenerative atau kerusakan akibat serangan akut yang berulang. Klien
sering datang dengan keluhan mata merah. Pada konjungtivitis didapatkan
hyperemia dan injeksi konjungtiva, sedangkan pada  iritasi kojungtiva hanya
injeksi konjungtiva dan biasanya terjadi karena mata lelah, kurang tidur, asap,
debu, dan lain-lain.
Hasil pengkajian pada Nn.I berdasarkan laporan kasus diatas maka penulis
menyimpulkan beberapa hal:
Pengkajian pada pasien konjungtivitis terfokus pada pengkajian, nyeri, rasa
ngeres (seperti ada pasir dimata) perkembangan kesembuhan pasien tentang
penyakitnya.

Diagnose yang muncul pada laporan kasus ini adalah: Perubahan


kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan pada konjungtiva,
Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penglihatan yang terganggu,
Kurang pengetahuan berhubungan dengan informasi yang kurang didapat.

Dalam perencanaan keperawatan pada asuhan keperawatan pada pasien


konjungtivitis, Melakukan dan dokumentasikan keluhan pasien. Beri pemahaman
kepada pasien tentang penyakitnya. Memberi penjelasan kepada pasien mengenai
tindakan yang dapat membantu pasien agar merasa lebih nyaman seperti:
memakai kaca mata gelap pada siang hari, berusaha memperkecil kemunginan
kontak dengan angin, asap, debu, dan sinar matahari.Sarankan kepada pasien agar
segera berkonsultasi dengan dokter bila terjadi perubahan yang signifikan pada
matanya. Sarankan kepada pasien untuk memakai obat yang telah diresepkan oleh
dokter.
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan pada tahap ini
perawat membandingkan hasil dari Tindakan yang telah dilakukan demgan
kriteria hasil teratasi seluruhnya, teratasi Sebagian,atau belum teratasi semuanya.

25
4.2 Saran

Untuk lebih mengetahui lagi mengenai Asuhan keperawatan Pada Klien


dengan Konjungtivitis, pembaca bisa mencari bahan Keperawatan Medikal
Bedah yang membahas mengenai konjungtivitis disitus-situs internet dan
buku-buku Keperawatan Medikal Bedah yang membahas mengenai Asuhan
Keperawatan Pada Klien dengan Konjungtivitis

26
DAFTAR PUSTAKA

Istiqomah, Indriana N. (2004). Klien dengan Gangguan Penglihatan. Edisi


3.Jakarta : EGC
Buzanne C. Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Keperawatan medikal bedah
volume 3, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.
Jakarta: EGC.

Daniel G. Vaughan, dkk. 2000. Oftamologi Umum. Jakarta: Widya Medika

27
LEMBAR KONSULTASI

Nama Mahasiswa : Dantini


NIM : 2018.C.10a.0963
Angkatan : X (sepuluh)
Tahun Ajaran/Semester : 2020/2021
Pembimbing : RimbaAprianti, S. Kep.,Ners

No Hari / Tanggal Catatan Pembimbing Tanda Tangan


Pembimbing Mahasiswa
1. Selasa, 02 1. Pre Conference
Novevember 2020 2. Perbaiki Pathway

Sarjana Keperawatan Ners Reguler is inviting you


to a scheduled Zoom meeting.

Topic: Bimbingan Pre Conference PPK II kel. 3


Kelas 3B sistem pengindraan Pembimbing Rimba
Aprianti, S. Kep.,Ners
Time: Nov 3, 2020 04:00 PM Jakarta

Join Zoom Meeting


https://us02web.zoom.us/j/87147984709?
pwd=dFQ1UkwvSUtNS0IwRWZCMjdOTkRBQT
09

Meeting ID: 871 4798 4709


Passcode: htz46p

Join by Skype for Business


https://us02web.zoom.us/skype/87147984709

28

Anda mungkin juga menyukai