Anda di halaman 1dari 49

RESUME TRIGGER

LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH”
PADA KASUS OTITIS EKSTERNA

Dosen Pembimbing : Manggar Purwacaraka S.Kep Ns., M.Kep

Di Susun Oleh:

PUSPITA WINDY APRIANTI


NIM: A3R27054

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN (NERS)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
Jln. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 1
Tahun Akademik 2021/2022
RESUME TRIGGER
PADA KASUS OTITIS EKSTERNA

Dosen : Manggar Purwacaraka S.Kep Ns., M.Kep

Di Susun Oleh:
PUSPITA WINDY APRIANTI
NIM: A3R21054

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN (NERS)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
Jln. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 1
Tahun Akademik 2021/2022
RESUME KASUS

- Uraian Kasus : “Tn.K mengatakan keluar cairan pada telinga sejak 2 minggu yang lalu
disertai dengan nyeri yang hilang timbul. Hal itu dialami karna telinga Tn.K kemasukan
air pada saat berenang dilaut. Tn.K senang berenang di laut pada saat subuh menjelang
pagi hari. Tn.K juga sering mengorek-ngorek telinganya sejak telingnya kemasukan air
laut. Tn.K juga mengeluh pada saat telinganya terasa sangat gatal, kulit telinganya
terkelupas. Tn.K melakukan hal tersebut karena telinganya terasa penuh dan kadang
terasa nyeri. Beberapa hari setelah telinganya kemasukan air, Tn.K mengalami demam.
Tn.K merasa cemas akan telinganya, apakah dia bisa sembuh seperti semula atau akan
ada perubahan pada pendengarannya ”. Uji Weber : Lateralisasi ke telinga yang sakit, Uji
Rinne: BC>AC, Uji Schwabac : Memanjang. Tn. K terdiagnosa Furunkel meatus
akustikus eksternus (otitis eksterna).
P : nyeri terasa saat px aktivitas maupun tidak beraktivitas
Q : nyeri terasa seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri terasa pada bagian telinga dalam
S : skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul dengan durasi yang tidak menentu

KET :
AC : Headphone
BC : Bone Conductor

Data Fokus
S : (Data Subjektif Pasien)
- Klien mengatakan nyeri
- Klien mengatakan pendengarannya menurun
- Klien mengatakan telinganya terasa penuh
- Klien mengeluh demam beberapa hari setelah telinganya kemasukan air laut
- Klien merasa cemas akan penyakit yang dideritanya
- Klien mengatakan kulitnya terkelupas ketika dikorek dengan cottonbud
- Klien bertanya-tanya mengapa kulit telinganya terkelupas

O : (Data Objektif Pasien)


- Klien nampak meringis kesakitan
- Pasien tampak gelisah
- Pasien sulit tidur
- Uji Weber : Lateralisasi ke telinga yang sakit
- Uji Rinne : BC>AC
- Uji Schwabach : Memanjang
- Klien nampak demam
- TD: 100/80 mmhg
- RR: 22x/menit
- T: 38,2˚C
- Akral teraba panas, pasien lemah,bibir kering
- P : nyeri terasa saat px aktivitas maupun tidak beraktivitas
- Q : nyeri terasa seperti ditusuk tusuk
- R : Nyeri terasa pada bagian telinga dalam
- S : skala nyeri 5
T : nyeri muncul sewaktu-waktu dengan durasi yang tidak menentu
- Klien nampak khawatir/cemas
Hasil Pemeriksaan Penunjang Medis :
1. Laboratorium :
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Darah Lengkap
Hemoglobin 14,0 13,0 – 16,5 g/dL
Hematokrit 39,2 37,0 – 47,0 %
Leukosit (WBC) H 12,6 4,0 – 10,0 103/uL
Eosinofil 0,1 0–4 %
Basofil 0,2 0–1 %
Neutrofil H 72,4 50 – 70 %
Limfosit L 17,5 20 – 40 %
Monosit 6,2 2–8 %
Eritrosit (RBC) L 3,66 4,2 – 11,0 103/uL

2. Rontgen : tidak ada


3. ECG : tidak ada
4. USG : tidak ada
5. Lain-lain : tidak ada
A. Diagnosa Medis : Otitis eksterna
B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul :
1. Prioritas 1 : nyeri akut
2. Prioritas 2 : gangguan persepsi sensori
3. Prioritas 3 : hipertermi

Mengetahui Tulungagung, 13 September 2021


Pembimbing Mahasiswa
(Manggar Purwacaraka S.Kep Ns., M.Kep) (Puspita Windy Aprianti)
NIDN. 07-19119203 NIM. A3R21054

LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KASUS
“OTITIS EKSTERNA”

Dosen Pembimbing : Manggar Purwacaraka S.Kep Ns., M.Kep

Di Susun Oleh:
PUSPITA WNDY APRIANTI
NIM: A3R21054

PEMBIMBING AKADEMIK MAHASISWA

(Manggar Purwacaraka S.Kep Ns., M.Kep) (Puspita Windy Aprianti)


NIDN. 07-19119203 NIM. A3R21054
LAPORAN PENDAHULUAN

1. DEFINISI
Otitis eksterna adalah suatu peradangan pada liang telinga luar,baik akut maupun
kronis, yang biasanya dihubungkan dengan infeksisekunder oleh bakteri dan atau jamur
yang menyertai maserasi kulit danjaringan subkutan. Otitis eksterna terbagi
menjadi otitis eksternasuperfisialis dan otitis eksterna profunda atau otitis eksterna akut
(Dhingra,2008).
Otitis Eksterna adalah radang liang telinga, baik akut maupunkronis disebabkan
oleh bakteri dapat terlogalisir atau difus, telinga rasasakit. Faktor ini menyebabkan
berkurangnya lapisan protektif yangmenyebabkan edema dari epitel skuamosa.
Keadaan ini menimbulkantrauma local yang mengakibatkan bakteri masuk melalui kulit,
inflasi danmenimbulkan eksudat. Bakteri patogen pada otitis eksterna akut
adalahpseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%)
danbakteroides (11%).Istilah otitis eksterna akut meliputi adanya kondisiinflasi kulit dari
liang telinga bagian luar. (Sastrodininggrat, 2006)Otitis Eksterna adalah infeksi atau
inflamasi mukosa pada telingaluar (meatus akustikus eksternus). Dapat bersifat
akut atau kronis. Biasanya penyakit ini diderita oleh orang-orang yang banyak
beraktivitasdi air seperti pada perenang.
2. ETIOLOGI
1. Kuman penyebab terbanyak ialahStreptococcus aureusdanpsedomonas
aeruginosa.
2. Pseudomonas aeruginosamerupakanpatogen penyebab yang lazimpada
otitiseksterna maligna, meskipun sangat jarang jugadapatdijumpaiS. aureus,
Proteus dan Aspergillus
3. Predisposisi
a. Faktor endogenKeadaan umum yang buruk akibat anemia,
hipovitaminosis,diabetes mellitus, atau alergi, imunodefisiensi, dan irigasi
telinga.Diabetik (90 % ), diabetik merupakan faktor resiko utamaberkembangnya
otitis eksterna maligna. Vaskulopati pembuluhdarah kecil dan disfungsi imun
yang berhubungan dengan diabetikmerupakan penyebab utama predisposisi ini.
Serumen pada pasiendiabetik mempunyai pH yang tinggi dan menurunnya
konsentrasilisosim mempengaruhi aktifitas antibakteri lokal.Tidak
perbedaanantara DM tipe I dan II.
b. Faktor eksogen
1) Trauma karena tindakan mengorek telinga.
2) Suasana lembab, panas, atau alkalis didalam MAE(MeatusAkustikus
Eksternus).
3) Udara yang lembab dan panas menyebabkan oedema padastratum korneum
kulit MAE, sehingga menurunkan resistensikulit terhadap infeksi.
4) Kelembaban kulit yang tinggi setelah berenang/mandimenyebabkan
maserasi.
5) Bentuk MAE yang tidak lurus menyulitkan penguapan danmengakibatkan
kulit MAE lebih sering dalam keadaan lembab.
6) Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan rasa gatal yang mendorong
penderita mengorek telinga, sehingga trauma yangtimbul akan memperhebat
perjalanan infeksi.(Sastrodininggrat,2006)
3. MANIFESTASI KLINIS
1. Nyeri
2. Gangguan pendengaran
3. Rasa penuh pada telinga
4. Gatal
5. Terdapat secret yang berbau
6. Liang telinga tampak bengkak
7. Hiperemis
8. Adanya edema
4. KLASIFIKASI
Menurut MM. Carr secara klinik otitis eksterna terbagi:
1. Otitis Eksterna Ringan: kulit liang telinga hiperemis dan eksudat,liang telinga
menyempit.
2. Otitis Eksterna Sedang: liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemisdan eksudat
positif.
3. Otitis Eksterna Komplikasi: Pina/Periaurikuler eritema dan bengkak.
4. Otitis Eksterna Kronik: Kulit liang telinga/pina menebal, keriput,eritema
positif.
Otitis eksterna diklasifikasikan atas :
1. Otitis eksterna akutOtitis eksterna akut dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Otitis eksterna sirkumskriptaTerdapat pada1/3 luarMeatus Acusticus
Eksternus(MAE)mengandung adneksa kulit: folikel rambut, kelenjar
sebasea,kelenjar serumen.Padatempat itu dapat terjadi furunkel.
b. Otitis eksterna difus Biasanya mengenai 2/3 dalamMeatus Acusticus
Eksternus(MAE)
2. Otitis eksterna kronikOtitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang
berlangsung lamadan ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks).
Adanyasikatriks menyebabkan liang telinga menyempit
3. Otomitosis Infeksi jamur di liang telinga dipermudah oleh kelembaban yang
tinggi di daerah tersebut. Yang tersering ialah jamur aspergilus.
Kadang-kadang ditemukan juga kandida albicans atau jamur lain. Gejalanya
biasanya berupa rasa gatal dan rasa penuh di liang telinga tetapi sering pula tanpa
keluhan.(Sosialisman dan Helmi, 2007)
5. PATHWAY

Otitis eksterna

sirkumskripta difus

Penggunaan
½ liang telinga cotton bad

Serumen terdorong
Mengandung kedalam
adneksa kulit

Penunmpukan
Invasi membran timpani
stapilococus

Air masuk ke dalam


furunkel telinga (berenang)

Meningkatnya ph kulit
Menyumbat kanalis
liang telinga

Media tumbuh bakteri


Penurunan
pendengaran
Proses peradangan Laserasi kulit
(infeksi)
Gangguan persepsi
pendengaran

Perubahan status Pengeluaran zat Menghasilkan mediator


kesehatan pirogen endogen kimia (bradikinin
serotonin,histamin)

(-) informasi, kesalahan Koping tidak efektif Naiknya sel poin di


interpretasi hipotalamus nosiseptor

Kurang 6. Cemas hipertermi hipotalamus


pengetahuan
7.

Medula oblongata

Korteks serebri

nyeri
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes laboratorium, pemeriksaan kultur dan sensitifitas antibiotik.
a. Jumlah leukosit Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi
b. Laju endap darah
Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87mm/jam.Laju
endap darah dapat digunakan untuk mendukung diagnosis klinik dari otitis eksternal
akut atau keganasan padatelinga yang tidak menyebabkan peningkatan tes ini.
c. Kimia darah
Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan kimiadarah untuk
menentukan intoleransi glukosa basal. Pasien tanpariwayat diabetes perlu diperiksa
toleransi glukosanya
d. Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga
Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum pemberianantibiotic.Organisme
penyebab utama otitis eksterna malignaadalah P. Aeruginosa (95 %).
Organisme ini anaerobik, gramnegatif. Spesies pseudomonas mempunyai lapisan
mukoid untuk fagositosis. Eksotoksin ( yaitu eksotoksin A, kolagenase, elastase)dapat
menyebabkan nekrosis jaringan, dan beberapa strain menghasilkan neurotoksin
yang menyebabkan neuropati kranial.
2. Radiologi Pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis,
perluasan penyakit, dan respon terapi, antara lain :
a. Technetium Tc 99 metylene diphosphonate bone scan
b. Gallium citrate Ga 67 scanc.Indium In 111-labelled leucocyte scan
c. CT scan dan MRI keduanya berguna untuk memeriksa perluasan inflamasi erhadap
anatomi jaringan lunak, pembentukan abses, komplikasi intracranial.
3. Pemeriksaan sinar X mastoid
4. Pemeriksaan otologis
5. Otoskop

7. PENATALAKSANAAN
Pemberian analgetik selama 48-92 jam pertama. Kombinasi antibiotikdan kortikosteroid.
Bahan anti jamur jika diindikasikan. Pasien dilaranguntuk berenang. Klien diingatkan
untuk tidak membersihkan kanalisauditorius eksternus sendiri dengan lidi kapas.
Kapas dapat diolesi jel yangtak larut air dan letakkan di telinga untuk mencegah
kontaminasi air.Pasien dapat mencegah infeksi dengan menggunakan preparat
antiseptiktelinga sehabis berenang.
1. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel atau bisul)
Melakukan aspirasi steril untuk mengeluarkan nanah.Memberikan salep antibiotik
misalnya polymixin B dan bacitracin.Memberikan asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%.
Melakukan pada furunkel (bisul) yang berdinding tebal. Pasang drain
untukmengalirkan nanah. Memberikan analgetik dan penenang.
2. Otitis Eksterna Difus
Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau kapas denganhati-hati. Penilaian
terhadap sekret, edema dinding kanalis, danmembrana timpani dalam
menggunakan alat dalam mengoleskan obat. Pemilihan pengobatan lokal yang sering
digunakan adalah Cortisporin (polimiksinB, neomisin, hidrokortison), coli Mysin
(kolistin,neomisin, hidrokortison), pyocidin (polimiksin B, hidrokortison),vasol HC
(as. Asetat-nonakues 2%, hidrokortison), dan chloromycetin(kloramfenikol).)
3. Otitis Ekterna Maligna
Awalnya, pembedahan merupakan pilihan utama untukpenanganan pasien dengan
otitis eksterna nekrotikans. Tetapi sejakditemukannya aminoglikosida, penisilin
sintetik, generasi ketigaCephalosporin dan quinolon, maka penggunaan antibiotik
merupakanpilihan utama pengobatan. Sejak teknik pembedahan pada
dasartulang tengkorak berkembang, beberapa ahli otologi mulaimenggunakan
teknik radikal sebagai pilihan terapi.
Ada tiga aspek dalam pengobatan otitis eksterna nekrotikans. Yang paling penting
adalah mengontrol gula darah pada pasien diabetesmellitus.Mastoidektomi atau
reseksi parsial pada dasar tengkorak mungkindiperlukan jika ada gangguan saraf fasial.
Antibiotik sebaiknya diberikansejak awal, dalam dosis yang adekuat dan dalam
waktu yang lama.Pengobatan harus cepat diberikan sesuai dengan hasil kultur
danresistensinya. Karena kuman penyebab tersering adalah
Pseudomonasaeruginosa, maka diberikan antibiotik dosis tinggi yang sesuai
denganPseudomonas aeruginosa. Sementara menunggu hasil kultur dan
resistensi,diberikan golongan fluoroquinolone (ciprofloxasin) dosis tinggi per oral.Pada
keadaan yang lebih berat diberikan antibiotika parenteral kombinasidengan antibiotika
golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6 – 8minggu.
9. KOMPLIKASI
1. Kondritis
2. Parotitis
3. Penyempitan saluran telinga
4. Otitis kronik
5. Defisit pendengaran
6. Osteomielitis tulang temporal dan basis kranii
7. Kelumpuhan syaraf fasial serta syaraf otak lain
8. Kematian.
10. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pendengaran
2. Nyeri b.d agen pencedera fisiologi
3. Ansietas b.d kurang terpapar informasi
4. Hipertermi b.d proses penyakit
5. Defisit pengetahuan b.d kurang informasi
11. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA SLKI SIKI
1 Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan tindakan MINIMALISASI RANGSANGAN
(I.08241)
b.d gangguan pendengaran keperawatan, diharapkan :
1. Verbalisasi mendengar Observasi
membaik
2. Respon sesuai stimulus  Periksa status mental, status sensori,

membaik dan tingkat kenyamanan (mis. nyeri,

3. Orientasi membaik kelelahan)

Terapeutik

 Diskusikan tingkat toleransi terhadap


beban sensori (mis. bising, terlalu
terang)
 Batasi stimulus lingkungan (mis.
cahaya, suara, aktivitas)
 Jadwalkan aktivitas harian dan waktu
istirahat
 Kombinasikan prosedur/tindakan
dalam satu waktu, sesuai kebutuhan

Edukasi

 Ajarkan cara meminimalisasi


stimulus (mis. mengatur
pencahayaan ruangan, mengurangi
kebisingan, membatasi kunjungan)

Kolaborasi

 Kolaborasi dalam meminimalkan


prosedur/tindakan

 Kolaborasi pemberian obat yang


mempengaruhi persepsi stimulus
2 Nyeri b.d agen pencedera Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
keperawatan diharapkan :
fisiologi
Observasi
 Keluhan nyeri
menurun  lokasi, karakteristik, durasi,
 Meringisi menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Sulit tidur menurun  Identifikasi skala nyeri
 Pola nafas memnaik  Identifikasi respon nyeri non verbal
 Tekanan darah  Identifikasi faktor yang memperberat
membaik dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik

Terapeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu

3 Ansietas b.d kurang Setelah dilakukan tindakan Observasi


 Identifikasi saat tingkat anxietas
terpapar informasi keperawatan, diharapkan :
berubah (mis. Kondisi, waktu,
1. Perilaku gelisah stressor)
menurun  Identifikasi kemampuan mengambil
keputusan
2. Tegang menurun  Monitor tanda anxietas (verbal dan
3. Pola tidur membaik non verbal)

4. Palpitai menurun Terapeutik

 Ciptakan suasana terapeutik untuk


menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi
kecemasan , jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat
anxietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan
meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi
yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis
tentang peristiwa yang akan datang

Edukasi

 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi


yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual
mengenai diagnosis, pengobatan, dan
prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan
dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat anti


anxietas, jika perlu


4 Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)
penyakit keperawatan, diharapkan :
 Suhu tubuh membaik
Observasi
 Tekanann darah membaik
 Hipoksia menurun  Identifkasi penyebab hipertermi
(mis. dehidrasi terpapar lingkungan
 Takikardi menurun panas penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urine

Terapeutik

 Sediakan lingkungan yang dingin


 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih
sering jika mengalami hiperhidrosis
(keringat berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis.
selimut hipotermia atau kompres
dingin pada dahi, leher, dada,
abdomen,aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin
 Batasi oksigen, jika perlu

Edukasi

 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

 Kolaborasi cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu

5 Defisit pengetahuan b.d Setelah dilakukan tindakan Edukasi Kesehatan


kurang terpapar informasi keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat  Identifikasi kesiapan dan
pengetahuan membaik kemampuan menerima informasi
 Perilaku sesuai  Identifikasi faktor-faktor yang dapat
anjuran menungkat meningkatkan dan menurunkan
 Kemampuan motivasi perilaku perilaku hidup bersih
menjelaskan dan sehat
pengetahuan sesuai Terapeutik:
topik meningkat  Sediaakan materi dan media
 Menjalani pendidikan kesehatan
pemeriksaan yang  Jadwalkan pendidikan kesehatan
ttidak tepat menurun sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
 Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
 Ajarkan perilaku hidup bersih dan
sehat
 Ajarkan strategi yang dapat
digunakan untuk meningkatkan
perilaku hidup bersih dan sehat
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses:
Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing.
Mosby: ELSIVER
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
ASUHAN KEPERAWATAN
“KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH”
PADA KASUS OTITIS EKSTERNA

Dosen Pembimbing : Bapak Manggar Perwacaraka S.Kep., Ns., M.Kep

Di Susun Oleh:
PUSPITA WINDY APRIANTI
NIM: A3R21054

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN (NERS)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG
Jln. Dr. Wahidin Sudirohusodo No. 1
Tahun Akademik 2021/2022
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
“HUTAMA ABDI HUSADA”
Ijin Pendirian Mendiknas RI Nomor : 113/D/O/2009

Jl. Dr. Wahidin Sudiro Husodo Telp./Fax: 0355-


322738
Tulungagung 66224
Alamat E-mail : stikeshahta@yahoo.co.id

PENGKAJIAN DATA DASAR DAN FOKUS

Pengkajian diambil tgl : 13 September 2021 Jam : 07.00


Tanggal Masuk : 12 September 2021 No. reg : 223337
Ruangan / Kelas : Ruang Dahlia
No. Kamar : 3A
Diagnosa Masuk : Otitis Eksterna
Diagnosa Medis : Otitis Eksterna

IDENTITAS
1. Nama : Tn. K
2. Umur : 30 Tahun
3. Jenis Kelamin : Laki laki
4. Agama : Islam
5. Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
6. Bahasa : Jawa
7. Pendidikan : belum sekolah
8. Pekerjaan : Wiraswasta
9. Alamat : Ds. Ngantru
10. Alamat yg mudah dihubungi : Ds. Ngantru
11. Ditanggung oleh : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri

RIWAYAT KESEHATAN KLIEN


1. Keluhan utama / Alasan Masuk Rumah Sakit :
a. Alasan Masuk Rumah Sakit :
Pasien mengatakan merasa nyeri dan pendengaran menurun.
b. Keluhan Utama :
nyeri pada telinga
2. Riwayat Penyakit Sekarang ( PQRST ) :
Pasien mengeluh nyeri dan pendengaran menurun, sebelum MRS pasien dibawah
keluarga ke IGD RSUD Dr. Iskak pada tanggal 13 September 2021. Pasien mengatakan
keluar cairan pada telinga sejak 2 minggu yang lalu disertai dengan nyeri yang hilang
timbul. Hal itu dialami karna telinga pasien kemasukan air pada saat berenang dilaut.
Pasien senang berenang di laut pada saat subuh menjelang pagi hari. Pasien juga sering
mengorek-ngorek telinganya sejak telingnya kemasukan air laut. Pasien juga mengeluh
pada saat telinganya terasa sangat gatal, kulit telinganya terkelupas. Tn.K melakukan hal
tersebut karena telinganya terasa penuh dan kadang terasa nyeri. Lalu pasien dipindahkan
di ruangan dahlia untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.
P : nyeri terasa saat px aktivitas maupun tidak beraktivitas
Q : nyeri terasa seperti ditusuk tusuk
R : Nyeri terasa pada bagian telinga dalam
S : skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul dengan durasi yang tidak menentu

3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu :


Tidak ada

4. Riwayat Kesehatan Keluarga :


Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dan
penyakit generatif serta menular lainnya
POLA AKTIFITAS SEHARI-HARI

SEBELUM MASUK RS DI RUMAH SAKIT

A. Pola Tidur / Istirahat


1. Waktu Tidur 21.00 23.00

2. Waktu Bangun 05.00 04.00

3. Masalah Tidur Tidak ada Ada

4. Hal-hal yang Suasana tenang Suasana tenang


mempermudah tidur

5. Hal-hal yang Suara gaduh nyeri


mempermudah pasien
terbangun

B. Pola Eliminasi
1. B A B
- Warna Kuning kecoklatan Coklat
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Padat Lunak
- Jumlah - -
- Frekwensi 1-2x/hari 1x sehari
- Masalah BAB Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada
2. B A K
- Warna Kuning Bening
- Bau Khas Khas
- Konsistensi Cair Cair
- Jumlah Tidak terkaji 1000cc
- Frekwensi 4x sehari 2-3x sehari
- Masalah BAK Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

C. Pola Makan dan Minum


1. Makan
- Frekwensi 3x sehari 3x sehari
- Jenis Nasi, lauk pauk, sayur Nasi, lauk pauk, sayur
- Diit Tidak ada Tidak ada
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Tidak ada yang tidak suka Tidak ada yang tidak suka
- Yang Tdk disukai Tidak ada Tidak ada
- Alergi Tidak ada Tidak ada
- Masalah makan Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

2. Minum
- Oral / NGT 1000ml/hari 1000ml/hari
- Frekwensi Air putih Air putih
- Jenis Tidak ada Rendah gula
- Diit Tidak ada Tidak ada
- Pantangan Tidak ada Tidak ada
- Yang Disukai Tidak ada Tidak ada
- Yang Tdk disukai Tidak ada yang tidak suka Semua suka
- Alergi Tidak ada Tidak ada
- Masalah minum Tidak ada Tidak ada
- Upaya mengatasi Tidak ada Tidak ada

D. Kebersihan diri / personal


hygiene :
1. Mandi 2x sehari Px belum mandi
2. Keramas 1x per 2 hari Belum keramas
3. Pemeliharaan gigi dan Gigi dan mulut bersih Px gosok gigi
mulut
4. Pemeliharaan kuku 1x/2hari 1x/2hari
5. Ganti pakaian 3x sehari 3x sehari

E. Pola Kegiatan / Aktifitas bermain Pasien terbaring ditempat


Lain tidur

F. Kebiasaan
- Merokok Tidak Tidak
- Alkohol Tidak Tidak
- Jamu, dll Tidak Tidak

DATA PSIKO SOSIAL


A. Pola Komunikasi :
Dapat menjawab pertanyaan yang saya tanyakan

B. Orang yang paling dekat dengan klien :


Pasien dekat dengan istrinya
C. Rekreasi
Hobby : mendengarkan musik
Penggunaan Waktu Senggang :
Menonton tv
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit :
Pasien tidak dapat bekerja seperti biasanya
E. Hubungan dengan orang lain / interaksi sosial :
Pasien tampak terbuka
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan :
Istri

KONSEP DIRI
B. Gambaran Diri
Pasien suka dan menerima semua fisik tubuhnya
C. Harga Diri
Pasien tidak menarik diri dari lingkunganya
D. Ideal Diri
Seharusnya pasien bekerja
E. Identitas Diri
Pasien mengatakan pasien sorang laki-laki
F. Peran
Pasien seorang anak

DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Pasien beribadah diatas tempat tidur
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit :
Pasien yakin akan segera cepat sembuh
C. Keyakinan terhadap penyembuhan :
Pasien yakin kalau dirawat di RS akan segera cepat sembuh dan cepat pulang

PEMERIKSAAN FISIK
A. Kesan Umum / Keadaan Umum
k/u tampak menahan nyeri

B. Tanda – tanda vital


Suhu Tubuh : 38,2°C Nadi : 98x/menit
Tekanan darah : 100/50 MmHg Respirasi : 22x/menit
Tinggi Badan : 160 cm Berat Badan : 60 kg
Pemeriksaan Kepala dan Leher
6. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : simetris kanan dan kiri
Ubun-ubun : tidak ada benjolan
Kulit kepala : sedikit kotor
b. Rambut
Penyebaran dan keadaan rambut :
Penyebaran rambut merata
Bau : Berbau
Warna : hitam
c. Wajah
Warna Kulit : Sawo matang
Struktur Wajah : oval
7. Mata
a. Kelengkapan dan kesimetrisan :
Lengkap dan simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) :
tampak sembab dan simetris
c. Konjuctiva dan sklera :
konjuctiva merah muda
d. Pupil :
respon terhadap cahaya meiosis, isokor kanan dan kiri sama besar
e. Kornea dan iris
Kornea jernih dan iris berwarna coklat
f. Ketajaman penglihatan / visus :
normal, pasien bisa membaca dengan jelas dalam jarak 30 meter
g. Tekanan bola mata :
tidak terkaji
8. Hidung
a. Tulang hidung dan posisi septum nasi :
tidak ada sumbatan dan posisi simetris
b. Lubang Hidung :
bersih, tidak ada darah/kotoran
c. Cuping hidung :
tidak ada pernafasan cuping hidung
9. Telinga
a. Bentuk telinga : simetris
Ukuran telinga : normal
Ketegangan telinga : Elastis
b. Lubang telinga :
Bersih
c. Ketajaman pendengaran :
pasien mengatakan pendengaran menurun
 Uji Weber : Lateralisasi ke telinga yang sakit
 Uji Rinne : BC>AC
 Uji Schwabach : Memanjang

10. Mulut dan faring


a. Keadaan bibir :
kering
b. Keadaan gusi dan gigi :
gusi bersih, gigi lengkap, dan tidak ada caries
c. Keadaan lidah :
bersih
d. Orofarings :
tidak ada tanda tanda peradangan pada tonsil dan uvula
11. Leher
a. Posisi trakhea : simetris
b. Tiroid : normal ( tidak ada pembesan )
c. Suara : normal
d. Kelenjar Lymphe : normal ( tidak ada pembengkakan)
e. Vena jugularis : normal ( tidak ada bendungan)
f. Denyut nadi Carotis : normal ( teraba)

C. Pemeriksaan Integumen ( Kulit )


a. Kebersihan : bersih
b. Kehangatan : hangat
c. Warna : sawo matang
d. Turgor : kering
e. Tekstur : normal
f. Kelembaban : kering
g. Kelainan pada kulit : tidak ada

Pemeriksaan payudara dan ketiak


a. Ukuran dan bentuk payudara :
normal dan simetris
b. Warna payudara dan areola :
sawo matang dan aerola mamae berwarna coklat
c. Kelainan-kelainan payudara dan puting :
tidak ada kelainan, tidak ada benjolan dan luka
d. Axila dan clavicula :
normal dan simetris

Pemeriksaan Thorak / dada


1. Inspeksi Thorak
a. Bentuk Thorak : normal
b. Pernafasan
Frekwensi : 22x/menit
Irama : reguler
c. Tanda-tanda kesulitan bernafas : tidak ada rochi/whezing
2. Pemeriksaan Paru
a. Palpasi getaran suara ( vocal fremitus ) : teraba sama
b. Perkusi : sonor
c. Auskultasi
Suara Nafas : vesikuler, tidak ada suara tambahan

Suara Ucapan : normal, bergetar jelas sonor lapang paru

Suara Tambahan : tidak ada

3. Pemeriksaan Jantung
a. Inspeksi dan Palpasi
- Pulsasi : terlihat
- Ictus cordis : ICS 5 liniea mid clavicula sinistra
b. Perkusi
Batas-batas jantung :
Kanan atas : ICS II liniea sternalis dekstra, kiri atas : ICS II liniea sternalis
sinista. Kanan bawah : ICS IV liniea sternalis dekstra, kiri bawah : ICS IV
liniea sternalis sinistra

Auskultasi
- Bunyi jantung I : lup (terdengar tunggal)
- Bunyi jantung II : dup ( terdengar tunggal)
- Bunyi jantung Tambahan : tidak ada
- Bising / Murmur : tidak ada
- Frekwensi denyut jantung : 80x/menit

Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen : normal, tidak ada tanda tanda acites
- Benjolan / Massa : tidak ada
- Bayangan pembuluh darah pada abdomen
Tidak terlihat
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : 20x/menit

c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan
- Benjolan / massa : tidak ada benjolan
- Tanda-tanda ascites : tidak ada tanda tanda acites
- Hepar : tidak ada pembesaran + nyeri hepar
- Lien : tidak ada pembesaran + nyeri tekan
- Titik Mc. Burne : tidak ada nyeri tekan
d. Perkusi
- Suara Abdomen
Tympani
- Pemeriksaan Ascites
Tidak ada

Pemeriksaan Kelamin dan Daerah Sekitarnya


1. Genetalia
a. Kelainan – kelainan pada genetalia eksterna dan daerah inguinal
normal, tidak ada kelainan
2. Anus dan Perineum
a. Lubang anus :
tidak ada lesi
b. Kelainan – kelainan pada anus dan perineum :
tidak ada kelaian anus dan perineum

D. Pemeriksaan Muskuloskeletal ( Ekstrimitas )


a. Kesimetrisan Otot :
simetris
b. Pemeriksaan Oedem :
tidak ada oedem
c. Kekuatan Otot : 5 5
5 5
d. Kelainan – kelainan pada ekstrimitas dan kuku :
tidak ada kelainan.

Pemeriksaan Neurologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kuantitatif ) / GCS :
Composmentis / 4-5-6
2. Tanda – tanda rangsangan otak ( meningeal sign ) :
Tidak ada kaku kuduk/kejang
3. Syaraf otak( Nervus cranialis ) :
Tidak ada parese/kelemahan
4. Fungsi Motorik :
Pasien tidak mampu berjalan
5. Fungsi Sensorik :
Pasien mengatakan pendengaran menurun
6. Refleks :
a. Refleks Fisiologis
Tidak normal
b. Refleks Patologis
tidak normal

Pemeriksaan Status Mental


a. Kondisi Emosi / Perasaan
stabil
b. Orientasi
pasien tau sekarang berada di RS dan sekarang pukul 8.00
c. Proses berfikir ( ingatan, atensi, keputusan, perhitungan )
tidak lupa ingatan, px mampu menjabab soal 15-5-5 : 5
d. Motivasi ( Kemauan )
pasien yakin segera sembuh
e. Persepsi
pasien merasa sakit adalah cobaan
f. Bahasa
Bahasa jawa
PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Diagnosa Medis : Otitis Eksterna
B. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang Medis :
1. Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan


Darah Lengkap
Hemoglobin 14,0 13,0 – 16,5 g/dL
Hematokrit 39,2 37,0 – 47,0 %
Leukosit (WBC) H 12,6 4,0 – 10,0 103/uL
Eosinofil 0,1 0–4 %
Basofil 0,2 0–1 %
Neutrofil H 72,4 50 – 70 %
Limfosit L 17,5 20 – 40 %
Monosit 6,2 2–8 %
Eritrosit (RBC) L 3,66 4,2 – 11,0 103/uL

2. Rontgen
Tidak ada
3. E C G
Tidak ada

4. U S G
Tidak ada

5. Lain – lain
Uji Weber : Lateralisasi ke telinga yang sakit
Uji Rinne : BC>AC
Uji Schwabach : Memanjang
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI

1. Antiseptik (asam asestat 2-5% dalam alkohol 2%)


2. Analgesik
3. Cortisporin (polimiksinB, neomisin, hidrokortison)
4. coli Mysin (kolistin,neomisin, hidrokortison)
5. pyocidin (polimiksin B, hidrokortison)
6. vasol HC (as. Asetat-nonakues 2%, hidrokortison)
7. chloromycetin(kloramfenikol).)

Mahasiswa

PUSPITA WINDY APRIANTI


NIM. A3R21054
ANALISA DATA
Nama pasien : Tn.K
Umur : 30 Tahun
No. Register : ……………………………….
NO KELOMPOK DATA PENYEBAB MASALAH
KEPERAWATAN
1 Ds : pasien mengatakan nyeri
Otitis Eksterna
pada telinga Nyeri akut
DO : Sirkumskripta

- Klien nampak meringis ½ liang telinga


kesakitan
- Pasien tampak gelisah mengandung adneksa kulit
- Pasien sulit tidur
invasi stapilacocus
- TD: 100/80 mmhg
- RR: 22x/menit proses peradangan (infeksi)

- HR : 98x/menit menghasilkan mediator kimia


(bradikinin, serotonin, dan
- T: 38,2˚C hastamin)
- P :nyeri terasa saat px
nosiseptor
aktivitas maupun tidak
hipotalamus
beraktivitas
Q : nyeri terasa seperti medula oblongata

ditusuk tusuk korteks selebri


R : Nyeri terasa pada nyeri akut
bagian telinga dalam
S : skala nyeri 5
T : nyeri hilang timbul
dengan durasi yang
tidak menentu

2 DS : Klien mengarakan Otitis Eksterna

pendengarannya menurun Sirkumskripta gangguan persepsi pendengaran

DO
½ liang telinga
- Pasien tampak
mendekatkan mengandung adneksa kulit
telinganya saat
berbicara dengan invasi stapilacocus
perawat
- Uji Weber Furunkel
: Lateralisasi ke
telinga yang sakit menyumbat liang telinga
- Uji Rinne
: BC>AC penurunan pendengaran
- Uji Schwabach
: Memanjang gangguan persepsi
pendengaran
- TD: 100/80 mmhg
- RR: 22x/menit
- T: 38,2˚C
- HR : 88x/menit

3 DS : pasien mengeluh
Otitis Eksterna
demam beberapa hari setelah Hipertermi
telinganya kemasukan air laut Sirkumskripta

DO : ½ liang telinga
- Klien nampak demam
- TD: 100/80 mmhg mengandung adneksa kulit
- RR: 22x/menit
invasi stapilacocus
- T: 38,2˚C
- Akral teraba panas, proses peradangan (infeksi)

pasien lemah,bibir pengeluaran zat pirogen endogen


kering
naiknya sel poin di hipotalamus

hipertermi
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama pasien : Tn. K


Umur : 30 Tahun
No. Register : ……………………………….
NO TANGGAL MUNCUL DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 13 September 2021 Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologi d.d pasien mengatakan
nyeri pada telinga, pasien tampak menyeringai kesakitan,
Pasien tampak gelisah, Pasien sulit tidur.

2 13 September 2021 Gangguan persepsi sensori b.d gangguan pendengaran d.d


pasien mengatakan pendengarannya menurun, uji Weber:
Lateralisasi ke telinga yang sakit ,Uji Rinne : BC>AC Uji
Schwabach: Memanjang.

3 13 September 2021 Hipertermi b.d proses penyakit d.d pasien mengeluh demam
beberapa hari setelah telinganya kemasukan air laut, Klien
nampak demam, T: 38,2˚C, Akral teraba panas, pasien
lemah,bibir kering.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama pasien : Tn. K
Umur : 30 Tahun
No. Register : ……………………………….
NO DIAGNOSA LUARAN (SLKI) INTERVENSI (SIKI)
KEPERAWATAN
Setelah dilakukan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
1 Nyeri akut b.d agen tindakan keperawatan
2x24jam diharapkan : Observasi
pencedera fisiologi d.d pasien
mengatakan nyeri pada  Keluhan nyeri  lokasi, karakteristik, durasi,
menurun frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
telinga, pasien tampak
 Meringisi  Identifikasi skala nyeri
menyeringai kesakitan, menurun  Identifikasi respon nyeri non verbal
Pasien tampak gelisah, Pasien  Sulit tidur  Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan memperingan
sulit tidur.  Pola nafas nyeri
memnaik
 Tekanan darah Terapeutik
membaik
 Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur, terapi
musik, biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2 Gangguan persepsi sensori Setelah dilakukan 2x 24 MINIMALISASI RANGSANGAN


b.d gangguan pendengaran (I.08241)
jam tindakan
d.d pasien mengatakan
pendengarannya menurun, uji keperawatan, Observasi
Weber: Lateralisasi ke telinga
diharapkan :
yang sakit ,Uji Rinne :
BC>AC Uji Schwabach: 1. Verbalisasi  Periksa status mental, status
Memanjang. sensori, dan tingkat kenyamanan
mendengar (mis. nyeri, kelelahan)
membaik
Terapeutik
2. Respon sesuai
stimulus membaik
 Diskusikan tingkat toleransi
3. Orientasi membaik
terhadap beban sensori (mis. bising,
terlalu terang)
 Batasi stimulus lingkungan (mis.
cahaya, suara, aktivitas)
 Jadwalkan aktivitas harian dan
waktu istirahat

Edukasi

 Ajarkan cara meminimalisasi


stimulus (mis. mengatur
pencahayaan ruangan, mengurangi
kebisingan, membatasi kunjungan)

Kolaborasi

 Kolaborasi dalam meminimalkan


prosedur/tindakan
3 Hipertermi b.d proses Setelah dilakukan MANAJEMEN HIPERTERMIA (I.15506)
penyakit d.d pasien
tindakan keperawatan,
mengeluh demam beberapa Observasi
hari setelah telinganya diharapkan :
kemasukan air laut, Klien  Identifkasi penyebab hipertermi
 Suhu tubuh
nampak demam, T: 38,2˚C, (mis. dehidrasi terpapar lingkungan
Akral teraba panas, pasien membaik panas penggunaan incubator)
lemah,bibir kering.  Monitor suhu tubuh
 Tekanann darah
membaik Terapeutik
 Hipoksia menurun
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Takikardi menurun  Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin

Edukasi

 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

 Kolaborasi cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn. K Umur : 30 Tahun No. Register : Kasus : Otitis Eksterna
TANGGAL/ TANDA TANGGAL TAND
NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN / JAM TANGA
1 I 13-09-2021 Observasi Puspita windy 13-09-2021 S : pasien mengatakan nyeri pada telinga Puspita w
 Mengobservasi lokasi, karakteristik, durasi, 14.00
O:
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
- Klien nampak meringis kesakitan
 Mengidentifikasi skala nyeri
08.00  Mengidentifikasi respon nyeri non verbal - Pasien tampak gelisah
 Mengidentifikasi faktor yang memperberat - Pasien sulit tidur
dan memperingan nyeri
- TD: 100/80 mmhg
Terapeutik - RR: 22x/menit
08.30
- HR : 88x/menit
 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
08.45 mengurangi rasa nyeri - T: 37,6˚C
 Mengontrol lingkungan yang memperberat - P :nyeri terasa saat px aktivitas maupun
rasa nyeri
tidak beraktivitas
 Memfasilitasi istirahat dan tidur
Q : nyeri terasa seperti ditusuk tusuk
Edukasi R : Nyeri terasa pada bagian telinga dalam
08.50
S : skala nyeri 5
 Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
09.00 nyeri T : nyeri hilang timbul dengan durasi
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri yang tidak menentu
 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk A : Masalah Belum teratasi
mengurangi rasa nyeri P : Intervensi dilanjutkan
MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
Kolaborasi
Observasi
 Berkolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu  lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri

Terapeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu
2 II 13-09-2021 Observasi Puspita windy 13-09-2021 S : Klien mengarakan pendengarannya Puspita w
 Memeriksa status mental, status sensori, dan 14.00
menurun
tingkat kenyamanan
O:
08.00 Terapeutik - Pasien tampak mendekatkan telinganya
saat berbicara dengan perawat
 Mendiskusikan tingkat toleransi terhadap
beban sensori - Uji Weber : Lateralisasi ke
 Membatasi stimulus lingkungan telinga yang sakit
08.30  Menjadwalkan aktivitas harian dan waktu - Uji Rinne : BC>AC
istirahat
- Uji Schwabach : Memanjang
08.45
Edukasi - TD: 100/80 mmhg
- RR: 22x/menit
 Mengajarkan cara meminimalisasi stimulus
- T: 37,6 ˚C
Kolaborasi
- HR : 88x/menit
08.50
 Kolaborasi dalam meminimalkan A : Masalah Belum Teratasi
prosedur/tindakan P : Intervensi dilanjutkan
09.00

MINIMALISASI RANGSANGAN (I.08241)

Observasi
 Periksa status mental, status sensori,
dan tingkat kenyamanan (mis. nyeri,
kelelahan)

Terapeutik

 Diskusikan tingkat toleransi terhadap


beban sensori (mis. bising, terlalu
terang)
 Batasi stimulus lingkungan (mis.
cahaya, suara, aktivitas)
 Jadwalkan aktivitas harian dan waktu
istirahat

Edukasi

 Ajarkan cara meminimalisasi stimulus


(mis. mengatur pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan, membatasi
kunjungan)

Kolaborasi

Kolaborasi dalam meminimalkan


prosedur/tindakan

3 13-09-2021 Observasi Puspita windy 13-09-2021 S : pasien mengeluh demam beberapa hari Puspita w
 Mengidentifkasi penyebab hipertermi 14.00
setelah telinganya kemasukan air laut
 Memonitor suhu tubuh
O:
08.00 Terapeutik - Klien nampak demam
 Menyeediakan lingkungan yang dingin - TD: 100/80 mmhg
 Melonggarkan atau lepaskan pakaian - RR: 22x/menit
 Membasahi dan kipasi permukaan tubuh
 Memberikan cairan oral - T: 38,2˚C
08.30
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin - Akral teraba panas, pasien lemah,bibir

08.45 Edukasi kering


A : Masalah Belum teratasi
 Menganjurkan tirah baring
P Intervensi dilanjutkan
Kolaborasi
Observasi
 Berkolaborasi cairan dan elektrolit intravena,
08.50
jika perlu  Identifkasi penyebab hipertermi (mis.
dehidrasi terpapar lingkungan panas
09.00 penggunaan incubator)
 Monitor suhu tubuh

Terapeutik

 Sediakan lingkungan yang dingin


 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin

Edukasi

 Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

 Kolaborasi cairan dan elektrolit


intravena, jika perlu
TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn. K Umur : 30 Tahun No. Register : Kasus : Otitis Eksterna
TANGGAL/ TANDA TANGGAL TAND
NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN / JAM TANGA
1 I 14-09-2021 Observasi Puspita windy 14-09-2021 S : pasien mengatakan nyeri pada telinga Puspita w
 Mengobservasi lokasi, karakteristik, durasi, 14.00
berkurang
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
O:
 Mengidentifikasi skala nyeri
08.00  Mengidentifikasi respon nyeri non verbal - Klien nampak meringis kesakitan
 Mengidentifikasi faktor yang memperberat - Gelisah menurun
dan memperingan nyeri
- sulit tidur menurun
Terapeutik - TD: 119/80 mmhg
08.30
- RR: 22x/menit
 Memberikan teknik nonfarmakologis untuk
08.45 mengurangi rasa nyeri - HR : 88x/menit
 Mengontrol lingkungan yang memperberat - T: 37˚C
rasa nyeri
- P :nyeri terasa saat px aktivitas maupun
 Memfasilitasi istirahat dan tidur
tidak beraktivitas
Edukasi Q : nyeri terasa seperti ditusuk tusuk
08.50
R : Nyeri terasa pada bagian telinga dalam
 Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu
09.00 nyeri S : skala nyeri 3
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri T : nyeri hilang timbul dengan durasi
 Mengajarkan teknik nonfarmakologis untuk yang tidak menentu
mengurangi rasa nyeri A : Masalah Teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
Kolaborasi
Observasi
 Berkolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu  lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri

Terapeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu
2 II 14-09-2021 Observasi Puspita windy 14-09-2021 S : Klien mengarakan pendengarannya mulai Puspita w
 Memeriksa status mental, status sensori, dan 14.00
membaik
tingkat kenyamanan O:

08.00 - Mendekatkan telinga saat berbicara


Terapeutik
berkurang
 Mendiskusikan tingkat toleransi terhadap - Uji Weber : Lateralisasi ke
beban sensori
telinga yang sakit
 Membatasi stimulus lingkungan
08.30 - Uji Rinne : BC>AC
 Menjadwalkan aktivitas harian dan waktu
istirahat - Uji Schwabach : Memanjang
08.45
- TD: 11/80 mmhg
Edukasi
- RR: 22x/menit
 Mengajarkan cara meminimalisasi stimulus
- T: 37 ˚C
Kolaborasi - HR : 88x/menit
08.50
A : Masalah Belum Teratasi
 Kolaborasi dalam meminimalkan
prosedur/tindakan P : Intervensi dilanjutkan
09.00

MINIMALISASI RANGSANGAN (I.08241)

Observasi

 Periksa status mental, status sensori,


dan tingkat kenyamanan (mis. nyeri,
kelelahan)

Terapeutik
 Diskusikan tingkat toleransi terhadap
beban sensori (mis. bising, terlalu
terang)
 Batasi stimulus lingkungan (mis.
cahaya, suara, aktivitas)

Edukasi

 Ajarkan cara meminimalisasi stimulus


(mis. mengatur pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan, membatasi
kunjungan)

Kolaborasi

 Kolaborasi dalam meminimalkan


prosedur/tindakan

3 III 14-09-2021 Observasi Puspita windy 14-09-2021 S : pasien mengatakan demam berkurang Puspita w
 Mengidentifkasi penyebab hipertermi 14.00
O:
 Memonitor suhu tubuh
- Demam berkurang
08.00 Terapeutik
- TD: 100/80 mmhg
 Menyeediakan lingkungan yang dingin - RR: 22x/menit
 Melonggarkan atau lepaskan pakaian
- T: 37˚C
 Membasahi dan kipasi permukaan tubuh - Akral teraba panas, pasien lemah,bibir
 Memberikan cairan oral
08.30 kering
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
A : Masalah teratasi sebagian
08.45 Edukasi P Intervensi dilanjutkan
 Menganjurkan tirah baring
Observasi
Kolaborasi
 Monitor suhu tubuh
 Berkolaborasi cairan dan elektrolit intravena,
08.50 Terapeutik
jika perlu
 Sediakan lingkungan yang dingin
09.00
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Berikan cairan oral

Edukasi

 Anjurkan tirah baring


TINDAKAN KEPERAWATAN CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Tn. K Umur : 30 Tahun No. Register : Kasus : Otitis Eksterna
TANGGAL/ TANDA TANGGAL TAND
NO NO. DX IMPLEMENTASI EVALUASI
JAM TANGAN / JAM TANGA
1 I 15-09-2021 Observasi Puspita windy 15-09-2021 S : pasien mengatakan nyeri pada telinga Puspita w
 Observasi lokasi, karakteristik, durasi, 14.00
berkurang
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Mengidentifikasi skala nyeri O:
08.00  Mengidentifikasi faktor yang memperberat - Klien nampak meringis kesakitan
dan memperingan nyeri
- Gelisah menurun
Terapeutik
- sulit tidur menurun
 Membeerikan teknik nonfarmakologis untuk - TD: 119/80 mmhg
08.30 mengurangi rasa nyeri
- RR: 22x/menit
 Memfaasilitasi istirahat dan tidur
08.45 - HR : 88x/menit
Edukasi
- T: 37˚C
 Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu - P :nyeri terasa saat px aktivitas maupun
nyeri
 Menjelaskan strategi meredakan nyeri tidak beraktivitas
Q : nyeri terasa seperti ditusuk tusuk
08.50 Kolaborasi
R : Nyeri terasa pada bagian telinga dalam

09.00  Berkoolaborasi pemberian analgetik,  S : skala nyeri 2


T : nyeri hilang timbul dengan durasi
yang tidak menentu
A : Masalah Teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
MANAJEMEN NYERI (I. 08238)

Observasi

 lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,


kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri

Terapeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis untuk


mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi

 Jelaskan strategi meredakan nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika


perlu
2 II 15-09-2021 Observasi Puspita windy 15-09-2021 S : Klien mengarakan pendengarannya mulai Puspita w
14.00
 Memeriksa status mental, status sensori, dan membaik
08.00 tingkat kenyamanan O:
- Mendekatkan telinga saat berbicara
berkurang
- Uji Weber : Lateralisasi ke
Terapeutik
08.30 telinga yang sakit
- Uji Rinne : BC>AC
 Mendiskusikan tingkat toleransi terhadap
08.45 - Uji Schwabach : Memanjang
beban sensori
 Membatasi stimulus lingkungan - TD: 11/80 mmhg
- RR: 22x/menit
Edukasi - T: 37 ˚C
08.50 - HR : 88x/menit
 Mengajarkan cara meminimalisasi stimulus
A : Masalah Belum Teratasi
Kolaborasi P : Intervensi dilanjutkan

09.00 Observasi
 Berkolaborasi dalam meminimalkan
prosedur/tindakan
 Periksa status mental, status sensori,
dan tingkat kenyamanan (mis. nyeri,
kelelahan)

Terapeutik

 Diskusikan tingkat toleransi terhadap


beban sensori (mis. bising, terlalu
terang)
Edukasi

 Ajarkan cara meminimalisasi stimulus


(mis. mengatur pencahayaan ruangan,
mengurangi kebisingan, membatasi
kunjungan)

Kolaborasi

 Kolaborasi dalam meminimalkan


prosedur/tindakan
3 III 15-09-2021 Observasi Puspita windy 15-09-2021 S : pasien mengatakan sudah tidak merasa Puspita w
 Memonitor suhu tubuh 14.00
demam
Terapeutik O:
08.00 - TD: 120/80 mmhg
 Menyediakan lingkungan yang dingin
 Melonggarkan atau lepaskan pakaian - RR: 22x/menit
 Memberikan cairan oral - T: 36,5˚C
Edukasi - Akral dingin
08.30
A : Masalah teratasi
 Menganjurkan tirah baring
08.45
P Intervensi dihentikan

Anda mungkin juga menyukai