Anda di halaman 1dari 15

Nama dosen : Muhajirin Maliga,S.kep.,Ns.,M.

kep
Mata kuliah : Keperawatan medikal bedah III

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTROFI KONKA

ANDI FERDI FEBRIANSA


(14220160051)

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PRGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

Septum nasi merupakan struktur pada hidung (nasi) yang terbentuk oleh
tulang dan tulang rawan sehingga membagi cavum nasi menjadi dua
bagian yaitu cavum nasi kanan dan cavum nasi kiri. Selain itu septum
berperan sebagai penyangga hidung dan mempertahankan bentuk hidung
normal. Pada sepertiga atas septum terdapat mukosa penghidu. Sementara
pada sisi lateral masing-masing septum terdapat struktur yang termasuk
kompleks osteomeatal sehingga kelainan pada septum dapat
mempengaruhi fungsi normal struktur didekatnya. Berdasarkan fakta
tersebut maka dapat diperkirakan bahwa kondisi patologis yang terjadi
pada septum akan menimbulkan masalah yang dapat meluas ke organ lain
seperti sinus, hidung dan tenggorokan. 1,2

Deviasi septum merupakan kondisi dimana terjadi peralihan posisi septum


nasi terhadap posisinya normalnya. Termasuk didalamnya ialah bentuk
septum yang tidak lurus di tengah cavum nasi. Kelainan ini dapat muncul
akibat trauma ataupun pertumbuhan abnormal pada septum. Dengan
rinoskopi anterior, kita dapat menemukan adanya deviasi pada septum.
Manajemen pada kasus ini dapat secara konservatif atau aktif (operasi)
tergantung pada keadaan klinis pasien, berat-ringannya deviasi yang
terjadi dan komplikasi yang muncul akibat kondisi tersebut. 2,3
BAB II
KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Defenisi
Hipertrofi konka merupakan salah satu mekanisme mendasar yang
sering terjadi.Hipertrofi konka dapat bilateral atau unilateral.Hipertrofi
konka bilateral disebabkan peradangan hidung sebagai akibat dari alergi dan
non alergi, pemicu lainnya adalah lingkungan seperti debu dan
tembakau.Hipertrofi konka unilateral berhubungan dengan deviasi
congenital atau deviasi septum kontralateral.Hipertrofi adalah pembesaran
dari organ atau jaringan karena ukuran selnya yang meningkat.
Konka hipertrofi adalah pembesaran konka nasal terutama konka nasal
inferior yang menyebabkan sumbatan hidung.Konka hipertrofi berbeda
dengan konka hyperplasia.Pada hipertrofi terjadi pembesaran jaringan
karena ukurannya meningkat sedangkan pada hyperplasia dijumpai
pertambahan jumlah sel.

2. Fisiologi sistem
Hidung merupakan organ penting yang seharusnya mendapat perhatian
lebih dari biasanya dan hidung merupakan salah satu organ pelindung tubuh
terhadap lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung berfungsi sebagai
indra penghidu, menyiapkan udara inhalasi agar dapat digunakan paru serta
fungsi filtrasi. Sebagai fungsi penghidu, hidung memiliki epitel olfaktorius
berlapis semu yang berwarna kecoklatan yang mempunyai tiga macam sel-
sel syaraf yaitu sel penunjang, sel basal, dan sel olfaktorius. Fungsi filtrasi,
memanaskan dan melembabkan udara inspirasi akan melindungi saluran
napas dibawahnya dari kerusakan. Fungsi hidung terbagi atas beberapa
fungsi utama yaitu sebagai jalan nafas, alat pengatur kondisi udara,
penyaring udara, sebagai indra penghidu, untuk resonansi suara, turut
membantu proses bicara dan reflek nasal.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan fungsi sistem pada
hipertrofi konka antara lain suhu udara, kelembaban dan polusi akan
merangsang kelenjar di hidung menjadi hiperaktif. Hal ini juga dapat
ditimbulkan oleh rangsangan akibat asap rokok, parfum, bau-bauan yang
mengiritasi dan gangguan vasomotor. Akibat rangsangan yang berlangsung
lama dan berulang, mukosa konka akan menebal dan terjadi pelebaran
pembuluh darah darah mukosa terutama pleksus kavernosus konka. Lama
kelamaan epitel akan kehilangan silia dan berubah bentuk menjadi epitel
kuboid bertingkat serta bertambahnya sel goblet. Pada submukosa terjadi
edema, infiltrasi sel bulat dan sel plasma serta fibroblast.Rongga pleksus
kavernosus makin melebar sementara otot polosnya mengalami
atrofi.Periosteum menebal dan terbentuk tulang baru di bawahnya akibat
aktivitas osteoblas. Bentuk papiler akan tampak pada ujung posterior bagian
bawah konka inferior dan mediae seperti buah murbei yang terbentuk akibat
lekukan penebalan mukosa oleh duktus kelenjar dan infiltrasi sel sekitar
kelenjar.

4. Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem


Macam-macam gangguan yang mungkin terjadi pada sistem yaitu nyeri
dan sumbatan hidung.Secret hidung biasanya banyak, kental dan
mukopurulen.Secret mukopurulen yang banyak biasanya ditemukan diantara
konka inferior dan septum dan di dasar rongga hidung.Beberapa penderita
mengeluhkan sakit kepala, rasa berat di kepala, dan gangguan
penghidu.Pada stadium awal dari pemeriksaan tampak membrane mukosa
membengkak dan merah kemudian terjadi konka hipertrofi.Mukosa konka
lebih tebal dan tidak melekuk bila ditekan.Hipertrofi dapat terjadi pada
seluruh ataupun sebagian konka inferior dan dapat pula terjadi pada konka
media walaupun jarang.
5. Pemeriksaan penunjang
Dapat dilakukan endoskopi seperti pada gambar di bawah ini,
untuk menentukan jenis deviasi yang terjadi. Foto rontgen Walter’s
dapat juga dilakukan bila pasien datang dengan keluhan sesuai
sinusitis.3,4

Gambar. A. Tampakan endoskopi septum nasi yang berdeviasi ke arah


kiri, obstruksi sebagian jalan nafas. B. Tampakan endoskopi taji tulang
septum yang menyentuh konka inferior sehingga menyebabkan
epistaksis.

Terapi bedah dikerjakan ketika gejala menjadi persisten dan atau


susah untuk diobati (sinusitis kronik, sulit bernafas, mendengkur hebat,
atau apneu). Operasi biasanya dikerjakan dengan dua jenis yaitu:
a. Reseksi submukosa
Pada operasi ini mukoperikondrium dan mukoperiosteum kedua sisi
dilepaskan dari tulang rawan dan tulang septum. Bagian tulang atau
tulang rawan dari septum kemudian diangkat sehingga
mukoperikondrium dan mukoperiosteum sisi kiri dan kanan akan
langsung bertemu di garis tengah. Reseksi submukosa dapat
menyebabkan komplikasi seperti terjadinya hidung pelana (saddle nose)
akibat turunnya puncak hidung oleh karena bagian atas septum terlalu
banyak diangkat. Setelah kartilago diangkat, hidung ditampon (biasanya
24 jam) untuk memastikan septum berada pada posisi yang sesuai.
Tehnik ini biasanya dilakukan dengan anestesi general. 1,3,4
b. Septoplasti
Pada operasi ini, tulang rawan yang bengkok direposisi. Hanya bagian
yang berlebihan saja yang dikeluarkan. Dengan cara ini dapat dicegah
komplikasi yang mungkin timbul pada operasi SMR. Operasi ini kurang
invasif dibanding SMR dan sering dilakukan dengan anestesi lokal.
Setelah kartilago diangkat dan septum berada di garis tengah, tampon
dimasukkan ke dalam hidung untuk menjaga septum tetap di tempatnya
(biasanya selama 7 hari) sampai septum menyembuh. Selama periode ini
hidung harus dilindungi dari trauma. 1,3,4

RENCANA ASUHAN KLIEN DENGAN HIPERTROFI KONKA

1. Pengkajian
a. Berdasarkan kebutuhan dasar manusia menurut Henderson antara lain :
1) Bernafas normal
2) Makan dan minum cukup
3) Eliminasi
4) Bergerak dan mempertahankan sikap yang dibutuhkan (bergerak,
duduk, berbaring)
5) Tidur dan istirahat
6) Memilih, menentukan dan mengganti pakaian
7) Mempertahankan suhu tubuh normal dengan cara menyesuaikan
pakaian dan memodifikasi lingkungan
8) Mempertahankan kebersihan tubuh, penampilan yang baik serta
melindungi kulit
9) Menghindari bahaya lingkungan dan menghindari melukai orang lain
10) Berkomunikasi dengan orang lain untuk mengekspresikan
kebutuhan, perasaan
11) Membantu melaksanakan ibadah sesuai dengan kepercayaan
12) Melakukan pekerjaan yang dapat memberikan kepuasaan
13) Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14) Belajar menemukan sesuatu yang baru atau memuaskan rasa ingin
tahu yang mengarahkan ke perkembangan dan kesehatan yang
normal.
Dari 14 kebutuhan dasar diatas, kebutuhan dasar yang terganggu
ketika orang mengalami nyeri dan gangguan pola nafas adalah
1) Bernafas dengan normal
2) Kebutuhan istirahat dan tidur
3) Eliminasi

a. Riwayat Keperawatan
1) Riwayat keperawatan dahulu : pasien pernah dirawat di RS 7 bulan
yang lalu untuk menjalani operasi caesar
2) Riwayat keperawatan sekarang : pasien di rawat tanggal 8 januari
2017 dan kemudian masuk ke ruang perawatan dan selanjutnya
tanggal 9 januari menjalani operasi hipertrofi konka.

b. Pemeriksaan fiisk
1) Keadaan rambut dan hygiene kepala
-Inspeksi : rambut hitam,
-Palpasi : mudah rontok, kulit kepala kotor, berbau secara umum
menunjukkan tingkat hygiene seseorang
2) Hidrasi kulit daerah dahi
-Palpasi : penekanan ibu jari pada kulit dahi, karena mempunyai
dasar tulang. Pada dehidrasi biasa ditemukan “finger print” pada kulit
dahi
3) Hidung
-Inspeksi : hidung simetris , pada rongga di kaji apakah ada kotoran
hidung, polip atau pembengkakan
4) Hygiene rongga mulut, gigi, lidah, tonsil, faring
a) Rongga mulut : diperiksa bau mulut, radang mukosa, (stomatitis)
b) Gigi : diperiksa adanya makanan, karang gigi, perdarahan, abses,
benda asing (gigi palsu), gusi meradang
c) Lidah : kotor akan ditemukan pada hygiene mulut yang kurang,
demam thypoid, tidak suka makan, dan pasien coma
d) Tonsil : tonsil diperiksa apakah ada pembengkakan atau tidak
e) Faring : dinding belakang faring diperiksa apakah ada
peradangan, pembesaran adenoid, dan lendir yang ada.
5) Dada/punggung
-Inspeksi : kesimetrisan, bentuk, postur dada, gerakan nafas, warna
kulit, lesi, edema dan pembengkakan
-Palpasi : simetris, pergerakan dada (perawat berdiri dibelakang
pasien untuk menginstruksikan pasien mengucapkan angka tujuh
puluh tujuh pada punggung pasien)
-Perkusi : paru dan eksrusi diafragma (bandingkan satu sisi dengan
satu sisi lain)
-Auskultasi : suara nafas, trachea, bronkus, dan paru-paru
6) Abdomen
-Inspeksi : lihat apakah abdomen membusung/membuncit, amati
adanya benjolan-benjolan massa
-Auskultasi : mendengar peristaltic bunyi usus
-Palpasi : sebelum dilakukan palpasi, tanyakan kepada pasien apakah
ada daerah yang nyeri, bila ada palpasi dilakukan terakhir. Periksa
turgor kulit perut untuk menilai hidrasi.
7) Anus
Posisikan pasien berbaring miring dengan lutut terlipat menempel
diperut/dada.Diperiksa adanya : hemoroid
c. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan CT Scan untuk mengetahui pembesaran pada konka
nasalis inferior dan mengukur ukuran mukosa dan tulang

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


No Diagnosa Defenisi Batasan karakteristik Faktor yang
berhubungan
1 Nyeri akut Nyeri akut  Subjektif Agen-agen
pada hidung adalah Mengungkapkan secara penyebab
pengala-man verbal atau melaporkan cedera
sensori dan nyeri dengan isyarat (misalnya
emosi yang biologis,
tidak menye-  Objektif kimia, fisik
nangkan a) Posisi untuk dan
akibat adanya menghindari nyeri psikologis)
keru-sakan b) Respon autonomik
jaringan yang (misalnya perubahan
aktual atau tekanan darah,
potensial, pernafasan atau
atau nadi)
digambar-kan c) Mengkomunikasikan
dengan istilah deskriptor nyeri
seperti (misalnya rasa tidak
(International nyaman)
Association
for the Study
of Pain);
awitan yang
tiba-tiba atau
perlahan
dengan inten-
sitas ringan
sampai berat
dengan akhir
yang dapat
diantisipasi
atau dapat
dira-malkan
dan durasinya
ku-rang dari
6 bulan.

2 Ketidakefekti- Ketidakefekti  Subjektif a) Ansietas


fan pola nafas -fan pola na- Nafas pendek b) Posisi
fas adalah tubuh
inspirasi atau  Objektif c) Nyeri
ekspresi yang a) Penurunan tekanan d) Kerusakan
tidak mem- inspirasi-ekspirasi persepsi
beri ventilasi b) Ortopnea
yang ade- c) Fase ekspirasi
kuat. memanjang

3 Gangguan Pola  Subjektif -


pola tidur terputusnya a) Mengungkapkan
kesadaran perusahaan dapat
yang alami istirahat setelah
dan periodik tidur.
yang b) Mengungkapkan
memberi keinginan untuk
istirahat meningkatkan
adekuat, tidur.
mencapai
gaya hidup  Objektif
yang a) Jumlah tidur yang
diinginkan, selaras dengan
dan dapat di kebutuhan
tingkatkan. perkembangan.
b) Melakukan
rutinitas tidur yang
meningkatkan
kebiasaan tidur.
c) Terkadang
menggunakan obat
untuk menginduksi
tidur.

3. Intervensi (Perencanaan)
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
1. Nyeri NOC NIC
akut pada a.Tingkat kenyamanan : a. Kaji tingkat nyeri pada
hidung tingkat persepsi positif pasien meliputi lokasi,
terhadap kemudahan fisik frekuensi, intensitas atau
dan psikologis keparahan nyeri
b. Pengendalian nyeri : b. Observasi isyarat
tindakan individu untuk nonverbal
mengendalikan nyeri ketidaknyamanan, khusus-
c. Tingkat nyeri : keparahan nya pasien yang tidak
nyeri yang dapat diamati mampu berkomunikasi se-
atau dilaporkan cara efektif
c. Berikan informasi tentang
Tujuan : nyeri seperti penyebab
a. Melaporkan nyeri kepada nyeri
penyedia layanan kese- d. Ajarkan teknik nonfarma-
hatan kologis (misalnya
b. Menggunakan tindakan relaksasi, terapi musik,
meredakan nyeri dengan kompres hangat atau
analgesic dan nonanalge- dingin dan masase)
sik secara tepat e. Kolaborasi dengan dokter
c. Tidak mengalami gang- tindakan pengendalian
guan dalam frekuensi nyeri (pemberian obat)
pernafasan, frekuensi sebelum nyeri mnejadi
jantung atau tekanan lebih parah
darah
d. Mempertahankan selera
makan yang baik
e. Melaporkan pola tidur
yang baik
2. Ketidak- NOC NIC
efektifan a. Respon alergi sistemik : a. Kaji kebutuhan insersi
pola nafas tingkat keparahan respon jalan nafas
imun hipersensitif b. Pantau kecepatan, irama,
sistemik terhadap antigen kedalaman dan upaya
tertentu dari lingkungan pernafasan
(eksogen) c. Berikan informasi kepada
b. Status respirasi, ventilasi : keluarga pasien bahwa
pergerakan udara ke tidak boleh merokok di
dalam dan keluar paru dalam ruangan
c. Status tanda vital : tingkat d. Instruksikan kepada pasien
suhu, nadi pernafasan, dan dan keluarga bahwa
tekanan darah dalam mereka harus
rentang normal memberitahukan pe-rawat
pada saat terjadi
Tujuan : ketidakefektifan pola per-
a. Mempunyai kecepatan nafasan
dan irama pernafasan e. Kolaborasikan dengan
dalam batas normal dok-ter pemberian obat
b. Mempunyai fungsi paru nyeri untuk
dalam batas normal mengoptimalkan pola
c. Mampu menggambarkan pernafasan
rencana untuk perawatan
dirumah
d. Mengidentifikasi faktor
(mis : allergen) yang
memicu ketidakefektifan
pola nafas dan tindakan
yang dapat dilakukan
untuk menghindarinya.
3. Ganggua NOC NIC
n pola a. Tingkat kenyamanan : a. Kaji bukti perbaikan tidur
tidur tingkat persepsi positif b. Pantau pola tidur pasien
tentang kenyamanan c. Bantu pasien membatasi
fisik dan psikologis waktu tidur siang dengan
b. Istirahat : kuantitas dan memberi aktivitas yang
pola penurunan aktivitas meningkatkan keterjagaan
untuk penyegaran fisik d. Anjurkan pasien untuk
dan jiwa menghindari mengonsum-
c. Tidur : terputusnya kesa- si makanan dan minuman
daran periodik dan alami yang dapat mengganggu
saat tubuh dipulihkan saat akan tidur
e. Diskusikan bersama dok-
Tujuan : tentang pentingnya mere-
a. Mengidentifikasi tinda- visi program obat jika
kan yang akan mening- program tersebut meng-
katkan istirahat atau tidur ganggu pola tidur
b. Mencapai tidur yang
adekuat tanpa menggu-
nakan obat

DAFTARPUSTAKA
Nizar,NutyW.&Mangunkusumo,Endang.2012.‘KelainanSeptum’.Dalam:Soepardi
etal(eds).‘BukuAjarIlmuKesehatan;Teling,Hidung,Tenggorok,Kepala&Leher’.
BalaiPenerbitFKUI:Jakarta
Pasha,R.&Marks,StevenC.‘NasalAnatomicAbnormalities’.In:Pasha,R.
(eds).‘OtolaryngologyHead&NeckSurgery’.SingularThomsonLearning.
Grever,Gerhards.2010.‘DiseasesoftheNose,ParanasalSinusesandFace’.In:Probst,
Rudolfetal(eds).‘BasicOtorhinolaryngology’.Thieme
Lund,ValiereJ.2009.‘AcutandChronicNasalDisorder.In:Snow,JamesB.&Balenger,
JhonJacob.‘Ballenger’s:OtorhinolaryngologyHeadandNeckSurgery’.BcDecker
:Ontario
Rao,J.Janardhanetal.2007.‘ClassificationofNasalSeptalDeviations-
RelationtoSinonasalPathology’.IndianJournalofOtolaringologyandHeadandNeckS
urgery,vol57,No3

Anda mungkin juga menyukai