Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Dasar

DI SUSUN OLEH:

ANDI FERDI FEBRIANSA


14420202173

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN


AKTIVITAS DAN LATIHAN

A. KONSEP DASAR KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. DEVINISI
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda
kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti
berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas
dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal.
Mobilitas atau mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak
seca-ra bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
guna mempertahankan kesehatannya.
Imobilitas atau imobilisasi merupakan keadaan dimana seseorang tidak dapat
bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan misalnya
mengalami trauma tulang belakang, cedera otak berat disertai fraktur pada
ekstremitas dan sebagainya. [ CITATION Der16 \l 1033 ]

2. EPIDEMOLOGI
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat
terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan
mobilisasi adalah pada orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.
[ CITATION Der16 \l 1033 ]

3. ETIOLOGI / PENYEBAB
a. Kelainan Postur
b. Gangguan Perkembangan Otot
c. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
d. Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan Otot

4. BATASAN KARARKTERISTIK

Ketidakmampuan untuk bergerak sesuai tujuan dalam lingkungan fisik,


termasuk mobilitas di tempat tidur, berpindah dan ambulasi, menolak
berusaha bergerak, keterbatasan rentang gerak, penurunan kekuatan otot atau
massa otot, mengalami keterbatasan gerak termasuk protokol-protokol
mekanis dan medis, kerusakan koordinasi[ CITATION Sap16 \l 1033 ]

5. FAKTOR–FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN


AKTIFITAS DAN LATIHAN
a. Gaya hidup

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin


tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan
kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan
mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan
dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk

b. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi


mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan
untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani
operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih
lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita
penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan
penyakit kardiovaskuler.
c. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan


aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan
berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam
segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya
dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.

d. Tingkat energy

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang
lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat
apalagi dengan seorang pelari.

e. Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan


dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa
pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan
dengan anak yang sering sakit.

1) Bayi: sistem muskuloskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstremitas lentur


dan persendian memiliki ROM lengkap. Posturnya kaku karena kepala
dan tubuh bagian atas dibawa ke depan dan tidak seimbang sehingga
mudah terjatuh.
2) Batita: kekakuan postur tampak berkurang, garis pada tulang belakang
servikal dan lumbal lebih nyata
3) Balita dan anak sekolah: tulang-tulang panjang pada lengan dan tungkai
tumbuh. Otot, ligamen, dan tendon menjadi lebih kuat, berakibat pada
perkembangan postur dan peningkatan kekuatan otot. Koordinasi yang
lebih baik memungkinkan anak melakukan tugas-tugas yang
membutuhkan keterampilan motorik yang baik.
4) Remaja: remaja putri biasanya tumbuh dan berkembang lebih dulu
dibanding yang laki-laki. Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan
atas, paha, dan bokong. Perubahan laki-laki pada bentuk biasanya
menghasilkan pertumbuhan tulang panjang dan meningkatnya massa
otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul menjadi lebih sempit.
Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu, dan tungkai atas.
5) Dewasa: postur dan kesegarisan tubuh lebih baik. Perubahan normal
pada tubuh dan kesegarisan tubuh pada orang dewasa terjadi terutama
pada wanita hamil. Perubahan ini akibat dari respon adaptif tubuh
terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi
berpindah ke bagian depan. Wanita hamil bersandar ke belakang dan
agak berpunggung lengkung. Dia biasanya mengeluh sakit punggung.
6) Lansia: kehilangan progresif pada massa tulang total terjadi pada
orangtua.[ CITATION Der16 \l 1033 ]

6. JENIS MOBILITAS DAN IMOBILITAS


a. Jenis Mobilitas:
1) Mobilitas penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara penuh dan bebas sehingga dapat melakuka interaksi sosial dan
menjalankan peran sehari-hari. Mobilitas penuh ini merupakan fungsi
saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area
tubuh seseorang. [ CITATION Lil16 \l 1033 ]
2) Mobilitas sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena
dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area
tubuhnya. Hal ini dapat di jumpai pada kasus cedera atau patah tulang
dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat mengalami mobilitas
sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilangan kontrol motorik dan
sensorik. Mobilitas ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kamampuan individu untuk
bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh trauma reversible pada sistem musculoskeletal,
contohnya adalah adanya disiokasi sendi dan tulang.
b) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu
untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut
disebabkan oleh rusaknya sistem saraf reversibel, contohnya
terjadinya hemiplegia karena stroke, paraplegi karena cedera tulang
belakang, poliomyelitis karena terganggunya sistem saraf motorik
dan sensorik. [ CITATION Ali15 \l 1033 ]

Nilai-Nilai Normal

Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :

Tingkat aktivitas / Kategori


mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara
Tingkat 1 penuh
Tingkat 2 Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau
Tingkat 3 pengawasan orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan
Tingkat 4 orang lain dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan
Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan
sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %.
Derajat Kekuatan Otot

Skal Persentase Karakteristik


a Kekuatan
Normal
(%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi
otot dapat di palpasi atau
dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal
melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan
penuh yang normal
melawan gravitasi dan
tahanan penuh

7. MASALAH GANGGUAN KEBUTUHAN AKTIFITAS DAN LATIHAN


a. Hemiparese
Hemiparesis adalah sindrom klinis yang awal timbulnya mendadak,
progesif cepat, berupa deficit neurologis fokal, atau/dan global, yang
berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan
semata-mata disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non
traumatic, hemiparesis adalah cedera otak yang berkaitan dengan obstruksi
aliran darah otak. Yang disebabkan oleh infark otak (80%) , pendarahan
intraserebral (15%), pendarahan subaraknoid (5%), trobus sinus dura,
diseksi arteri karotis atau vertebralis, vaskulitis system saraf pusat,penyakit
moya-moya, migren, kondisi hiperkoagulasi, penyalahgunaan obat,
kelainan hematologist (anemia sel sabit, polisistemia,atau leukemia), dan
miksoma atrium. [ CITATION Ali15 \l 1033 ]
b. Fraktur
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan
ditentukan sesuai jenis dan luasnya (atau setiap retak atau patah pada
tulang yang utuh Fraktur adalah masalah yang akhir-akhir ini sangat
banyak menyita perhatian masyarakat, pada arus mudik dan arus balik hari
raya idulfitri tahun ini banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang sangat
banyak yang sebagian korbannya mengalami fraktur. Banyak pula kejadian
alam yang tidak terduga yang banyak menyebabkan fraktur. Sering kali
untuk penanganan fraktur ini tidak tepat mungkin dikarenakan kurangnya
informasi yang tersedia contohnya ada seorang yang mengalami fraktur,
tetapi karena kurangnya informasi untuk menanganinya Ia pergi ke dukun
pijat, mungkin karena gejalanya mirip dengan orang yang terkilir.
c. Atropi otot
Atrofi merupakan simtoma penyusutan jaringan atau organ. Atrofi
berkemungkinan berlaku akibat tindak balas adaptasi terhadap tekanan
sehingga isi padu sel mengerut dan seterusnya keperluan tenaga
diturunkan ke tahap yang minimum. penyebab lain yang mungkin ialah
sel kurang digunakan seperti dalam otot rangka. selain penurunan
keperluan sesuatu fungsi, kekurangan bekalan oksigen atau nutrisin,
inflamasi kronik dan proses penuaan juga menyumbang kepada fenomena
atropi. Begitu juga dengan gangguan isyarat dalam tindakan hormon
berakibat fungsi sesuatu organ berkurangan.
d. Hipertrofi otot
Hipertrofi adalah pembesaran atau pertambahan massa total suatu otot.
Semua hipertrofi adalah akibat dari peningkatan jumlah filamen aktin dan
miosin dalam setiap serat otot, jadi menyebabkan pembesaran masing-
masing serat otot, yang secara sederhana disebut hipertrofi serat. Peristiwa
ini biasanya terjadi sebagai respon terhadap suatu kontraksi otot yang
berlangsung pada kekuatan maksimal atau hampir maksimal.Bagaimana
kontraksi otot yang sangat kuat dapat menimbulkan hipertrofi? Telah
diketahui bahwa selama terjadi hipertrofi, sintesis protein kontraktil otot
berlangsung jauh lebih cepat daripada kecepatan penghancurnya, sehingga
menghasilkan jumlah filamen aktin dan miosin yang bertambah banyak
secara progesif di dalam miofibril. Kemudian miofibril itu sendiri akan
memecah di dalam setiap serat otot untuk membentuk miofibril yang
baru. Jadi, peningkatan jumlah miofibril tambahan inilah yang terutama
menyebabkan serat otot menjadi hipertrofi.
Secara fisiologis, latihan tidak boleh terjadi hipertrofi. Hal ini dikarenakan
bahwa jika terjadi hipertrofi maka energi yang dibutuhkan semakin besar
dan dapat mengakibatkan kelelahan otot (terjadi penumpukan asam
laktat). Semakin banyak asam laktat, konsentrasi H+ meningkat , dan pH
menurun. Peningkatan konsentrasi ion H+ akan menghambat kegiatan
fosfofruktoksinase, enzim yang terlibat dalam glikolisis sehingga
mengurangi penyediaan ATP untuk energy.[ CITATION Der16 \l 1033 ]
e. Kelainan postur
Postur atau sikap tubuh melibatkan pertimbangan mekanis, seperti
kelurusan segmen badan, kekuatan, tekanan otot,dan ikatan sendi, serta
efek gaya berat badan. Postur seperti semua karakteristik manusia tidak
hanya melibatkan perbedaan antara individu, tetapi juga perbedaandi
dalam individu itu sendiri. Evaluasi postur dapat dilakukan dengan dua
carayaitu statis dan dinamis. Evaluasi statis dilakukan terhadap postur
seseorang padasaat yang bersangkutan dalam posisi diam (fixed potition).
Sementara evaluasiyang dinamis dilakukan pada saat yang bersangkutan
sedang bergerak, meliputi gerak pada saat berjalan, memanjat, turun, dan
berdiri. Macam-macam kelainan postur :
1) Lordosis adalah istilah medis yang digunakan untuk menggambarkan
an inward curvature of a portion of the vertebral column . Dua segmen
dari kolom tulang belakang servikal dan lumbalis, biasanya lordotic,
yaitu, mereka ditetapkan dalam suatu kurva yang memiliki
kecembungan anterior (ke depan) dan cekungan posterior (belakang),
dalam konteks anatomi manusia. Ketika mengacu pada anatomi
mamalia lain, arah kurva disebut ventral. Lengkung dalam arah yang
berlawanan, yaitu apex / puncak posterior (manusia) atau dorsally/
bagian punggung (mamalia) disebut kyphosis . Excessive or
hyperlordosis sering disebut sebagai swayback atau saddle back
2) Kiposis adalah suatu gangguan pada tulang belakang di mana tulang
belakang melengkung ke depan yang mengakibatkan penderita
menjadi terlihat bongkok
Gangguan yang dapat menyebabkan kifosis, meliputi:
a) Osteoporosis
b) Degenerative arthritis
c) Tuberkulosis dan infeksi tulang belakang lain, yang dapat
mengakibatkan kerusakan sendi
d) Kanker atau tumor jinak yang menimpa pada tulang belakang dan
memaksa tulang keluar dari posisi
e) Spina bifida
f) Kondisi yang menyebabkan paralisis, seperti cerebral palsy, polio,
dan kaku tulang tulang belakang
3) Skoliosis / Scoliosis / Skoliosis adalah suatu gangguan pada tulang
belakang di mana tulang belakang melengkung ke samping baik kiri
atau kanan yang membuat penderita bungkuk ke samping.Membentuk
huruf S. Kelainana ini dapat terjadi akibat deformitas struktuural
kolumna vertebralis yang ada sejak lahir (congenital) atau dapat timbul
akibat penyakit neuromuskuler misalnya cerebral palsy atau distrofi
otot. Sebagian skoliosis structural dapat timbul tanpa sebab jelas
(idiopatik) atau karena postur yang buruk. skoliosis menyebabkan
deformitas dan kadang-kadang nyeri. Apabila keadaan ini tidak diatasi,
maka fungsi pernapasan dan jantung dapat terganggu.[ CITATION Wah17
\l 1033 ]
f. Imobilitas
Penyebab imobilitas bermacam-macam. Pada kenyataannya, terdapat
banyak penyebab imobilitas yang unik pada orang-orang yang di
imobilisasi. Semua kondisi penyakit dan rehabilitasi melibatkan beberapa
derajat imobilitas. Ada bebetapa faktor yang berhubungan dengan
gangguan , yaitu:
1) Tirah baring dan imobilitas
2) Kelemahan secara umum
3) Gaya hidup yang kurang gerak
4) Ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan

8. PATOFISIOLOGI
Mekanisme kusal terjadinya penyakit yaitu dari suatu ateroma (endapan
lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena
setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan
darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding
arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih
kecil. Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta
percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang
berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Obat-
obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh
darah di otak dan menyebabkan Stroke. Penurunan tekanan darah yang tiba-
tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya
menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah
rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang
mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan,
serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.
Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan
kelemahan otot dan spastisitas kontralateral serta defisit sensorik
(hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis.
Akibat selanjutnya adalah deviasi ocular(deviation conjugee)” (akibat
kerusakan area motorik penglihatan), hemianopsia (radiasi optikus), gangguan
bicara motorik dan sensorik (area bicara broca dan wernicke dari hemisfer
dominan), gangguan persepsi spasial, apraksia, hemineglect (lobus parietalis).
Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan
defisit sensorik kontralateral (akibat kehilangan girus presentralis dan
postsentralis bagian medial), kesulitan berbicara (akibat kerusakan area
motorik tambahan) serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum
anterior dan hubungan dari hemisfer dominan ke korteks motorik kanan
terganggu. Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan
apatis karena kerusakan dari sistem limbic. Penyumbatan arteri serebri
posterior menyebabkan hemianopsia kontralateral parsial (korteks parsial
primer) dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi
kehilangan memori (lobus temporalis bagian bawah).Penyumbatan arteri
karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di daerah yang disuplai oleh
arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia
basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis), dan traktus optikus
(hemianopsia) akan terkena[ CITATION Ali15 \l 1033 ]

9. PANATALAKSANAAN KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN


a. Pengaturan posisi tubuh sesuai kebutuhan pasien
1) Posisi Fowler
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian
kepalatempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan
untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi
pernapasan pasien.

Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang
menetap
Indikasi
1) Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2) Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alat dan bahan :
1). Tempat tidur khusus
2). Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr
tempat tidur.
4. Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
5. Anjurkan pasien untuk tetam berbaring setengah duduk.

2) Posisi semi fowler


Pengertian
Semi fowler adalah sikap dalam posisi setengah duduk 15-60 derajat
Tujuan
1. Mobilisasi
2. Memerikan perasaan lega pada klien sesak nafas
3. Memudahkan perawatan misalnya memberikan makan
Cara / prosedur
1. Mengangkat kepala dari tempat tidur ke permukaan yang tepat ( 45-
90 derajat)
2. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan kepala klien jika tubuh
bagian atas klien lumpuh
3. Letakan bantal di bawah kepala klien sesuai dengan keinginan klien,
menaikan lutut dari tempat tidur yang rendah menghindari adanya teknan
di bawah jarak poplital ( di bawah lutut )

3) Posisi sim
Definisi :
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus
(supositoria).

Tujuan :
1. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor
otot pinggang
2. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
3. Memasukkan obat supositoria
4. Mencegah dekubitus
Indikasi :
1. Untuk pasien yang akan di huknah
2. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri
dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha
kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan
kanan diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan
telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke
dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan
kiri diatas tempat tidur.

4) Posisi trendelenburg
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.

Alat dan bahan :


1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Indikasi :
1) Pasien dengan pembedahan pada daerah perut
2) Pasien shock
3) Pasien hipotensi.
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri
dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha
kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan
kanan diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan
telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke
dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan
kiri diatas tempat tidur

5) Posisi dorsal recumbent


Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring terlentang dengan kedua lutut flexi
(ditarik atau direnggangkan) diatas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
merawat dan memeriksa genetalia serta pada proses persalinan.

Tujuan :
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung
belakang.
Indikasi :
1. Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
2. Untuk persalinan
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal
diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah
lipatan lutut
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur
tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

6) Posisi Litotomi
Definisi :
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya
ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Indikasi :
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua
paha dan tarik ke arah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomic
4. Pasang selimut

7) Posisi Genu pectrocal/ Knee chest


Definisi :
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada
menempel pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk
memeriksa daerah rektum dan sigmoid.
Tujuan :
Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.
Indikasi :
1. Pasien hemorrhoid
2. Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
Cara kerja :
1. Anjurkan pasien untuk posisi menungging dengan kedua kaki
ditekuk dan dada mencmpel pada kasur tempat tidur.
2. Pasang selimut pada pasien.

Pelatihan ROM (Range of Motion)


Pengertian
Pelatihan ROM (Range of Motion) adalah latihan gerak sendi yang
memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik
secara aktif ataupun pasif. [ CITATION Ali15 \l 1033 ]

Manfaat
a. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot
b. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
c. Mencegah kontraktur, kelainan bentuk dan kekakuan pada sendi
Jenis
a. Latihan Aktif ROM
Merupakan latihan gerak yang dilakukan dengan menggerakkan masing-
masing
persendian sesuai dengan rentang gerak normal. Sendi yang digerakkan
meliputi
seluruh sendi dari kepala sampai ujung kaki secara aktif.
b. Latihan Aktif Asistif
Latihan dilakukan sesuai dengan kemampuan pasien dan sisanya dibantu
oleh
perawat
c. Latihan Pasif ROM
Merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang
menggerakkan
persendian pasien sesuai dengan rentang geraknya.

Syarat - syarat melakukan latihan ROM


Indikasi
• Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
• Kelemahan otot
• Fase rehabilitasi fisik
• Klien dengan tirah baring lama
• Penting untuk mempertahankan normal sendi dan jaringan lunak.
Kontra Indikasi
• Klien dengan gangguan pada sistem kardiovaskuler dan sistem
pernapasan
• Pembengkakan dan peradangan pada sendi
• Cedera di sekitar sendi.
Gerakan - Gerakan
Kepala
Kepala : Tundukkan kepala ke bawah menuju dada lalu kembalikkan ke
posisi
semula , naikkan kepala ke atas dan kembali ke bawah
b. Tangan
Bahu: Naikkan lengan ke atas dan kembalikan ke bawah
Abduksi adduksi : Gerakan lengan menjauhi dan mendekati tubuh

Siku: bengkokkan siku hingga jari-jari tangan menyentuh dagu kemudian


kembalikan posisi semula.
Pergelangan tangan: dibengkokkan ke bawah dan keatas

Memutar pergelangan tangan.

Gerakan jari jari tangan : Tangan mengenggam mengepal dan kembalikan


ke posisi semula.

Gerakan jari jari tangan : Memutar jari jari tangan

Oposisi : Sentuhkan masing– masing jari tangan dengan ibu jari tangan
c. Kaki
Gerakkan atau tekuk lutut kearah paha Kembalikan lutut atau kaki ke
posisi semula.

Memutar telapak kaki ke samping dalam dan luar. Menekuk jari jari kaki
ke bawah dan kembalikan ke posisi semula. Regangkan jari-jari kaki yang
satu dengan yang lainnya, rapatkan kembali bersama-sama.

HADIST TENTANG KEBUTUHAN AKTIVITAS DAN LATIHAN


“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai oleh Allah SWT
daripada mukmin lemah.” (HR Bukhari)

Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baik aktivitas untuk mengobati


diri adalah mengobati diri melalui hidung, melalui mulut, bekam, dan
al-masy." (HR Ibnu 'Abbas).

Menurut Sa'ud bin 'Abdullah al-Rauqi dalam buku Al-Riyadhah Fi


Mandzur Al-Islam, yang al-masy adalah jalan kaki

B. KONSEP ASPEK LEGAL ETIK KEPERAWATAN


1. Konsep Legal Etik
Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk
ekspresi bagaimana perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika
keperawatan diatur dalam kode etik keperawatan. Aspek Legal Etik
Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur
dalam undang-undang keperawatan. [ CITATION Sap16 \l 1033 ]

2. Prinsip Legal dan Etik Keperawatan


a. Autonomi ( Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih
dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh
orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan
bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan
kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak
klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya. Berprilaku
sesuai dengan perjanjian hukum, peraturan-peraturan dan moralitas,
berhubungan dengan hukum legal.
b. Beneficience (Berbuat baik)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan,
memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan
orang lain. Terkadang,dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi
konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil
terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan
kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam prkatek profesional ketika
perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas
pelayanan kesehatan.
d. Non-maleficience ( Tidak Merugikan )
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan
psikologis pada klien.
e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran.
f. Fidelity (Kesetiaan)
Memenuhi kewajiban dan tugas dengan penuh kepercayaan dan
tanggung jawab, memenuhi janji-janji. Veatch dan Fry mendifinisikan
sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan.
Tanggung jawab dalam konteks hubungan perawat-pasien meliputi
tanggung jawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi dan
memberikan perhatian /kepedulian. Peduli kepada pasien merupakan
salah satu dari prinsip ketataatan. Peduli pada pasien merupakan
komponen paling penting dari praktek keperawatan, terutama pada
pasien dalam kondisi terminal (Fry, 1991). Rasa kepedulian perawat
diwujudkan dalam memberi asuhan keperawatan dengan pendekatan
individual, bersikap baik, memberikan kenyamanan dan menunjukkan
kemampuan profesional.
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus
dijaga privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen
catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan
klien. Melindungi informasi yang bersifat pribadi, prinsip bahwwa
perawat menghargai semua informsi tentang pasien dan perawat
menyadari bahwa pasien mempunyai hak istimewa dan semua yang
berhubungan dengan informasi pasien tidak untuk disebarluaskan
secara tidak tepat.
h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa
terkecuali.[ CITATION Lil16 \l 1033 ]

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
b. Anamnesa
1) Identitas diri
2) Riwayat penyakit dulu
3) Riwayat penyakit dari keluarga
4) Pengkajian fisik (head to toe)
5) Vital sign
c. 11 pola gordon
1) Pola persepsi dan manajemen kesehatan
2) Pola nutrisi
3) Pola eliminasi
4) Pola katifitas dan latihan
5) Pola persepsi dan konsep diri
6) Pola istirahat dan tidur
7) Pola peran dan hubungan
8) Pola seksual dan reproduksi
9) Pola stress dan koping
10) Pola nilai dan kepercayaan
11) Latihan
d. Kekuatan otot
Derajat Kekuatan Otot

Skal Persentase Karakteristik


a Kekuatan
Normal
(%)
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi
otot dapat di palpasi atau
dilihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan
gravitasi dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal
melawan gravitasi
4 75 Gerakan penuh yang normal
melawan gravitasi dan
melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan
penuh yang normal
melawan gravitasi dan
tahanan penuh

Kategori tingkat kemampuan aktivitas adalah sebagai berikut :

Tingkat aktivitas / Kategori


mobilitas
Tingkat 0 Mampu merawat diri sendiri secara
Tingkat 1 penuh
Tingkat 2 Memerlukan penggunaan alat
Memerlukan bantuan atau
Tingkat 3 pengawasan orang lain
Memerlukan bantuan, pengawasan
Tingkat 4 orang lain dan peralatan
Sangat tergantung dan tidak dapat
melakukan atau berpartisipasi
dalam perawatan
Keadaan postur yang seimbang sesuai dengan garis sumbu dengan
sentralnya adalah gravitasi. Kemampuan tubuh dalam mempertahankan
keseimbangan seperti kemampuan mangangkat beban, maksimal 57 %.

2. Diagnosa Keperawatan [ CITATION Kus15 \l 1033 ]


a. Intoleransi aktivitas b.d imobilitas
b. Hambatan mobilitas fisik b.d imobilisasi dan gangguan
muskuloskeletal
c. Defisit keperawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal
3. Intervensi

NO DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL


1 Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor keterbatasan aktivitas, 1. Merencanakan intervensi dengan
aktivitas keperawatan selama 1x 24 jam , maka kelemahan saat aktivitas tepat
diharapkan klien berpartisipasi dalam 2. Bantu pasien dalam melakukan 2. Pasien dapat memilih dan
aktivitas fisik tanpa disertai aktivitas sendiri merencakannya sendiri
peningkatan td, nadi dan pernapasan 3. Catat tanda vital sebelum daan 3. Mengkaji sejauh mana perbedaan
sesudah aktivitas peningkatan selama aktivitas
4. Lakukan istirahat yang adekuat 4. Membantu mengembalikan
setelah latihan dan aktivitas energy
5. Berikan pendidikan kesehatan 5. Meningkatkan pengetahuan dalam
tentang perubahan gaya hidup perawatan diri
untuk menyimpan energi dan 6. Meningkatkan kerjasama tim dan
penggunaan alat bantu gerak perawatan holistik.
6. Kolaborasi dengan dokter dan
fisioterapi dalam latihan aktivitas.
2. Hambatan Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kulit yang tertekan, amati 1. Memonitor gangguan
mobilitas fisik keperawatan selama 1x 24 jam , maka kemungkinan decubitus integritas kulit
diharapkan klien : 2. Pertahankan postur tubuh dan 2. Mencegah iritasi dan
1. Dapat menunjukan peningkatan posisi yang nyaman komplikasi
mobilitas 3. Lakukan latihan aktif maupun 3. Meningkatkan sirkulasi dan
2. Pasien mengatakan terjadi pasif mencegah
peningkatan aktivitas 4. Tingkatkan aktivitas sesuai batas Kontraktur
toleransi 4. Mempertahankan tonus otot
5. Bantu pasien dalam memutuskan 5. Menentukan pilihan yang
penggunaan alat bantu berjalan tepat dalam penggunaan alat
6. Ajarkan pasien atau tenaga 6. .Memberikan pengetahuan
kesehatan lain tentang teknik 7. Kerjasama dalam perawatan
ambulasi holistik.
7. Kolaborasi dengan fisioterapi
dalam program latihan.
3 Defisit Perawatan Diri Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor tanda vital, tekanan 1. Mengecek perubahan keadaan
keperawatan selama 1x 24 jam , maka darah sebelum dan sesudah ADL pasien
diharapkan : 2. Lakukan kajian kemampuan 2. Memberikan informasi dasar
Pasien dapat melakukan pasien dalam perawatan diri dalam menentukan rencana
perawatan diri secara aman terutama ADL keperawatan
3. Jadwalkan jam kegiatan tertentu 3. Perencanaan yang matang dalam
untuk ADL menentukan kegiatan sehari-hari
4. Jaga privasi dan keamanan 4. Memberikan keamanan
pasien selama memberikan 5. Meningkatkan kepercayaan diri
perawatan dan motivasi
5. Berikan penjelasan sebelum 6. Meningkatkan kepercayaan diri
melakukan tindakan 7. Meningkatkan sirkulasi darah
6. Selama melakukan aktivitas
berikan dukungan dan pujian
kepada pasien
7. Lakukan latihan aktif dan pasif
b. PATHWAY
Penyumbatan pebuluh Pecahnya pembulu
Gangguan jantung
darah darah

stroke
Suplai O2

Peningkatan tekanan intrakranial


Metabolism tubuh

Adanya proses desak ruang


energi

Penekanan neuron
motorik lemah

Kehilangan control volunteer


Memerlukan bantuan Intoleransi aktifitas
toileting, membersihkan
terhadap gerakan motorik
diri dan makan

Hemiparase
Defisit Perawatan Diri

Kelemahan/ Kesulitan dalam memenuhi


Hambatan mobilitas
keterbatasan gerak kebutuhan dasar aktivitas /
fisik
latihan secara mandiri
MIPMAPPING
Daftar pustaka

Alimul H , & A Aziz. (2015). Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan . Jakarta: Salemba
Medika.
Dermawan , & Jamil. (2016). Keterampilan Dasar Keperawatan Konsep dan Prosedur. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
I, L. (2016). Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta : Salemba Medika.

Istianah, Umi. (2017). Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press.
Kusuma, H., & Nurarif. A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC- NOC.
Yogyakarta: Media Hardy.
Saputra, & Lyndon. (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang selatan : Binarupa Aksara
Publiser.
Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2017). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Anda mungkin juga menyukai