DI SUSUN OLEH:
2. EPIDEMOLOGI
Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan latihan biasanya menyangkut tentang
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat
terjadi pada semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan
mobilisasi adalah pada orang yang lanjut usia, post cedera dan post trauma.
[ CITATION Der16 \l 1033 ]
3. ETIOLOGI / PENYEBAB
a. Kelainan Postur
b. Gangguan Perkembangan Otot
c. Kerusakan Sistem Saraf Pusat
d. Trauma Langsung pada Sistem Mukuloskeletal dan neuromuscular
e. Kekakuan Otot
4. BATASAN KARARKTERISTIK
d. Tingkat energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang
lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat
apalagi dengan seorang pelari.
Nilai-Nilai Normal
8. PATOFISIOLOGI
Mekanisme kusal terjadinya penyakit yaitu dari suatu ateroma (endapan
lemak) bisa terbentuk di dalam pembuluh darah arteri karotis sehingga
menyebabkan berkurangnya aliran darah. Keadaan ini sangat serius karena
setiap pembuluh darah arteri karotis dalam keadaan normal memberikan
darah ke sebagian besar otak. Endapan lemak juga bisa terlepas dari dinding
arteri dan mengalir di dalam darah, kemudian menyumbat arteri yang lebih
kecil. Pembuluh darah arteri karotis dan arteri vertebralis beserta
percabangannya bisa juga tersumbat karena adanya bekuan darah yang
berasal dari tempat lain, misalnya dari jantung atau satu katupnya. Obat-
obatan (misalnya kokain dan amfetamin) juga bisa mempersempit pembuluh
darah di otak dan menyebabkan Stroke. Penurunan tekanan darah yang tiba-
tiba bisa menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak, yang biasanya
menyebabkan seseorang pingsan. Stroke bisa terjadi jika tekanan darah
rendahnya sangat berat dan menahun. Hal ini terjadi jika seseorang
mengalami kehilangan darah yang banyak karena cedera atau pembedahan,
serangan jantung atau irama jantung yang abnormal.
Penyumbatan pada arteri serebri media yang sering terjadi menyebabkan
kelemahan otot dan spastisitas kontralateral serta defisit sensorik
(hemianestesia) akibat kerusakan girus lateral presentralis dan postsentralis.
Akibat selanjutnya adalah deviasi ocular(deviation conjugee)” (akibat
kerusakan area motorik penglihatan), hemianopsia (radiasi optikus), gangguan
bicara motorik dan sensorik (area bicara broca dan wernicke dari hemisfer
dominan), gangguan persepsi spasial, apraksia, hemineglect (lobus parietalis).
Penyumbatan arteri serebri anterior menyebabkan hemiparesis dan
defisit sensorik kontralateral (akibat kehilangan girus presentralis dan
postsentralis bagian medial), kesulitan berbicara (akibat kerusakan area
motorik tambahan) serta apraksia pada lengan kiri jika korpus kalosum
anterior dan hubungan dari hemisfer dominan ke korteks motorik kanan
terganggu. Penyumbatan bilateral pada arteri serebri anterior menyebabkan
apatis karena kerusakan dari sistem limbic. Penyumbatan arteri serebri
posterior menyebabkan hemianopsia kontralateral parsial (korteks parsial
primer) dan kebutaan pada penyumbatan bilateral. Selain itu, akan terjadi
kehilangan memori (lobus temporalis bagian bawah).Penyumbatan arteri
karotis atau basilaris dapat menyebabkan defisit di daerah yang disuplai oleh
arteri serebri media dan anterior. Jika arteri koroid anterior tersumbat, ganglia
basalis (hipokinesia), kapsula interna (hemiparesis), dan traktus optikus
(hemianopsia) akan terkena[ CITATION Ali15 \l 1033 ]
Tujuan
1. Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.
2. Meningkatkan rasa nyaman
3. Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya
ekspansi dada dan ventilasi paru
4. Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang
menetap
Indikasi
1) Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan
2) Pada pasien yang mengalami imobilisasi
Alat dan bahan :
1). Tempat tidur khusus
2). Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Dudukkan pasien
3. Berikan sandaran atau bantal pada tempat tidur pasien atau aturr
tempat tidur.
4. Untuk posisi semifowler (30-45˚) dan untuk fowler (90˚).
5. Anjurkan pasien untuk tetam berbaring setengah duduk.
3) Posisi sim
Definisi :
Posisi sim adalah posisi miring ke kanan atau ke kiri, posisi ini dilakukan
untuk memberi kenyamanan dan memberikan obat melalui anus
(supositoria).
Tujuan :
1. Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor
otot pinggang
2. Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
3. Memasukkan obat supositoria
4. Mencegah dekubitus
Indikasi :
1. Untuk pasien yang akan di huknah
2. Untuk pasien yang akan diberikan obat melalui anus
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring, kemudian miringkan ke kiri
dengan posisi badan setengan telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha
kanan ditekuk diarahkan ke dada.
3. Tangan kiri diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan
kanan diatas tempat tidur.
4. Bila pasien miring ke kanan dengan posisi badan setengan
telungkup dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahakan ke
dada.
5. Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan
kiri diatas tempat tidur.
4) Posisi trendelenburg
Definisi :
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan
peredaran darah ke otak.
Tujuan :
Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung
belakang.
Indikasi :
1. Pasien yang akan melakukan perawatan dan pemeriksaan genetalia
2. Untuk persalinan
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur
2. Selimut
Cara kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
2. Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, letakkan bantal
diantara kepala dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal dibawah
lipatan lutut
3. Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur
tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.
6) Posisi Litotomi
Definisi :
Posisi berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan menariknya
ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia pada
proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Indikasi :
1. Untuk ibu hamil
2. Untuk persalinan
3. Untuk wanita yang ingin memasang alat kontrasepsi
Alat dan bahan :
1. Tempat tidur khusus
2. Selimut
Cara kerja:
1. Pasien dalam keadaan berbaring telentang, kemudian angkat kedua
paha dan tarik ke arah perut
2. Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
3. Letakkan bagian lutut/kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi
lithotomic
4. Pasang selimut
Manfaat
a. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot
b. Mempertahankan fungsi jantung dan pernapasan
c. Mencegah kontraktur, kelainan bentuk dan kekakuan pada sendi
Jenis
a. Latihan Aktif ROM
Merupakan latihan gerak yang dilakukan dengan menggerakkan masing-
masing
persendian sesuai dengan rentang gerak normal. Sendi yang digerakkan
meliputi
seluruh sendi dari kepala sampai ujung kaki secara aktif.
b. Latihan Aktif Asistif
Latihan dilakukan sesuai dengan kemampuan pasien dan sisanya dibantu
oleh
perawat
c. Latihan Pasif ROM
Merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang
menggerakkan
persendian pasien sesuai dengan rentang geraknya.
Oposisi : Sentuhkan masing– masing jari tangan dengan ibu jari tangan
c. Kaki
Gerakkan atau tekuk lutut kearah paha Kembalikan lutut atau kaki ke
posisi semula.
Memutar telapak kaki ke samping dalam dan luar. Menekuk jari jari kaki
ke bawah dan kembalikan ke posisi semula. Regangkan jari-jari kaki yang
satu dengan yang lainnya, rapatkan kembali bersama-sama.
stroke
Suplai O2
Penekanan neuron
motorik lemah
Hemiparase
Defisit Perawatan Diri
Alimul H , & A Aziz. (2015). Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan . Jakarta: Salemba
Medika.
Dermawan , & Jamil. (2016). Keterampilan Dasar Keperawatan Konsep dan Prosedur. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.
I, L. (2016). Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta : Salemba Medika.
Istianah, Umi. (2017). Asuhan Keperawatan klien dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Yogyakarta :
Pustaka Baru Press.
Kusuma, H., & Nurarif. A. H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan NANDA NIC- NOC.
Yogyakarta: Media Hardy.
Saputra, & Lyndon. (2016). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang selatan : Binarupa Aksara
Publiser.
Wahyudi, A. S., & Wahid, A. (2017). Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Mitra Wacana Media.