Anda di halaman 1dari 3

DEVINISI

Vertigo adalah sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa
sensasi peputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar atau badan yang
berputar. Vertigo bisa mengenai semua golongan umur, dengan jumlah insidensi 25% pada
pasien usia lebih dari 25 tahun, dan 40% pada pasien usia lebih dari 40 tahun. Dizziness
dilaporkan sekitar 30% pada populasi berusia lebih dari 65 tahun
Vertigo merupakan gejala yang sering dikeluhkan pasien pasca mengalami trauma pada
kepala, leher atau craniovertebral junction. Trauma bisa terjadi karena cedera akibat jatuh,
kecelakaan kendaraan bermotor, cedera kontak saat olah raga dan trauma akibat ledakan. Telinga
bagian dalam dan otak rentan terhadap benturan sehingga gejala bisa timbul walaupun tanpa
cedera yang substansial. Vertigo pasca trauma diklasifikasikan menjadi
perifer dan sentral tergantung pada struktur yang terkena.
(EB, 2016)

MANIFESTASI KLINIS VERTIGO

Gejala
Secara garis besar, gejala vertigo dimulai dengan sensasi rasa pusing yang disertai dengan kondisi
kepala yang berputar-putar atau kliyengan. Selain itu, biasanya penderita juga akan merasakan
sensasi lain saat kepala mereka terasa berputar-putar, seperti:
- Pusing
- Kepala terasa sakit disertai dengan berputar-putar atau kliyengan
- Mual
- Rasa ingin muntah
- Berkeringat
- Pergerakan arah pandangan yang tidak normal
- Hilangnya pendengaran
- Tinnitus atau telinga berdenging
Gejala Tambahan:
- Anggota tubuh yang mulai terasa lemas
- Penglihatan yang mulai ada bayang-bayangnya
- Kesulitan untuk bicara
- Disertai demam
- Kesulitan untuk berdiri atau bahkan berjalan
- Respon yang lambat
- Penurunan kesadaran
- Pergerakan mata yang mulai tidak normal
(EB, 2016)

KOMPLIKASI
 Cidera fisik pasien dengan vertigo ditandai dengan kehilangan keseimbangan akibat
terganggunya saraf V666 (Vestibularis), sehingga pasien tidak mampu mempertahankan
diri untuk tetap berdiri dan berjalan.

 Kelemahan otot pasien yang mengalami vertigo seringkali tidak melakukan aktivitas.
mereka lebih sering untuk berbaring atau tiduran, sehingga berbaring yang terlalu lama dan
gerak yang terbatasdapat menyebabkan kelemahan otot (Edwar & Rosa, 2014)
DAFTAR PUSTAKA

EB, B. (2016). posttraumatic Vertigo Treatment and Management. Otolaryngology and Facial
Plastic Surgery. medscape.

Edwar, Y., & Rosa, Y. (2014). Tatalaksana Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) .
Jurnal kesehatan Andalas.

Anda mungkin juga menyukai