Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


PADA PASIEN DENGAN VERTIGO

OLEH :

I PUTU PRAJA SANTIKA ABADI


P07120213018
D IV KEPERAWATAN TK. III

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2015
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
PADA PASIEN DENGAN VERTIGO

A. Pengertian Vertigo
“Vertere” suatu istilah dalam bahasa latin yang merupakan bahasa lain dari
vertigo, yang artinya memutar. Vertigo dalam kamus bahasa diterjemahkan dengan
pusing (Wahyono, 2007). Definisi vertigo adalah gerakan (sirkuler atau linier), atau
gerakan sebenarnya dari tubuh atau lingkungan sekitarnya diikuti atau tanpa diikuti
dengan gejala dari organ yang berada di bawah pengaruh saraf otonom dan mata
(nistagmus) (Jenie, 2001). Sedangkan menurut Gowers Kapita Selekta neurologi, 2005,
mendefinisikan vertigo adalah setiap gerakan atau rasa gerakan tubuh penderita atau
objek-objek disekitar penderita yang bersangkutan dengan gangguan sistem
keseimbangan (ekuilibrum).
Vertigo dapat digolongkan sebagai salah satu bentuk gangguan keseimbangan
atau gangguan orientasi di ruangan. Banyak system atau organ tubuh yang ikut terlibat
dalam mengatur dan mempertahankan keseimbangan tubuh kita. Keseimbangan diatur
oleh integrasi berbagai sistem diantaranya sistem vestibular, system visual dan system
somato sensorik (propioseptik). Untuk memperetahankan keseimbangan diruangan,
maka sedikitnya 2 dari 3 sistem system tersebut diatas harus difungsikan dengan baik.
Pada vertigo, penderita merasa atau melihat lingkunganya bergerak atau dirinya bergerak
terhadap lingkungannya. Gerakan yang dialami biasanya berputar namun kadang
berbentuk linier seperti mau jatuh atau rasa ditarik menjauhi bidang vertikal. Pada
penderita vertigo kadang-kadang dapat kita saksikan adanya nistagmus. Nistagmus yaitu
gerak ritmik yang involunter dari pada bolamata (Lumban Tobing, 2003).
Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau
seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai
dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa
saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih
baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak
bergerak sama sekali (Israr, 2008).
Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang
menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh
gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga.
Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita
merasa tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah keseimbangan.
Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai
posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya
timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan (Putranta,
2005).
Vertigo adalah sensasi atau perasaan yang mempengaruhi orientasi ruang dan
mungkin dapat didefinisikan sebagai suatu ilusi gerakan. Keluhan ini merupakan gejala
yang sifatnya subyektif dan karenanya sulit dinilai. Walupun pengobatan sebaiknya
langsung pada penyebab yang mendasari penyebab atau kelainannya, asal atau penyebab
vertigo sering tidak diketahui ataupun tidak mungkin diobati (CDK, 2009)

B. Jenis-jenis Vertigo
Vertigo diklasifikasikan menjadi dua kategori berdasarkan saluran vestibular yang
mengalami kerusakan, yaitu
1. Vertigo Periferal
Vertigo periferal terjadi jika terdapat gangguan di saluran yang disebut kanalis
semisirkularis, yaitu telinga bagian tengah yang bertugas mengontrol keseimbangan.
Gangguan kesehatan yang berhubungan dengan vertigo periferal antara lain
penyakitpenyakit seperti benign parozysmal positional vertigo (gangguan akibat
kesalahan pengiriman pesan), penyakit meniere (gangguan keseimbangan yang
sering kali menyebabkan hilang pendengaran), vestibular neuritis (peradangan pada
sel-sel saraf keseimbangan), dan labyrinthitis (radang di bagian dalam pendengaran).
2. Vertigo Sentral
Saluran vestibular adalah salah satu organ bagian dalam telinga yang senantiasa
mengirimkan informasi tentang posisi tubuh ke otak untuk menjaga keseimbangan.
Vertigo sentral terjadi jika ada sesuatu yang tidak normal di dalam otak, khususnya
di bagian saraf keseimbangan, yaitu daerah percabangan otak dan serebelum (otak
kecil).

C. Tanda dan Gejala Vertigo


1. Vertigo Sentral
Gejala yang khas bagi gangguan di batang otak misalnya diplopia, paratesia,
perubahan serisibilitas dan fungsi motorik. Biasanya pasien mengeluh lemah,
gangguan koordinasi, kesulitan dalam gerak supinasi dan pronasi tanyanye secara
berturut-turut (dysdiadochokinesia), gangguan berjalan dan gangguan kaseimbangan.
Percobaan tunjuk hidung yaitu pasien disuruh menunjuk jari pemeriksa dan
kemudian menunjuk hidungnya maka akan dilakukan dengan buruk dan terlihat
adanya ataksia. Namun pada pasien dengan vertigo perifer dapat melakukan
percobaan tunjuk hidung sacara normal. Penyebab vaskuler labih sering ditemukan
dan mencakup insufisiensi vaskuler berulang, TIA dan strok. Contoh gangguan
disentral (batang otak, serebelum) yang dapat menyebabkan vertigo adalah iskemia
batang otak, tumor difossa posterior, migren basiler.
2. Vertigo perifer
Lamanya vertigo berlangsung :
a. Episode (Serangan ) vertigo yang berlangsung beberapa detik.
Vertigo perifer paling sering disebabkan oleh vertigo posisional berigna
(VPB). Pencetusnya adalah perubahan posisi kepala misalnya berguling sewaktu
tidur atau menengadah mengambil barang dirak yang lebih tinggi. Vertigo
berlangsung beberapa detik kemudian mereda. Penyebab vertigo posisional
berigna adalah trauma kepala, pembedahan ditelinga atau oleh neuronitis
vestibular prognosisnya baik gejala akan menghilang spontan.
b. Episode Vertigo yang berlangsung beberapa menit atau jam.
Dapat dijumpai pada penyakit meniere atau vestibulopati berulang.
Penyakit meniere mempunyai trias gejala yaitu ketajaman pendengaran menurun
(tuli), vertigo dan tinitus. Usia penderita biasanya 30-60 tahun pada permulaan
munculnya penyakit.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan penurunaan pendengaran dan kesulitan
dalam berjalan “Tandem” dengan mata tertutup. Berjalan tandem yaitu berjalan
dengan telapak kaki lurus kedepan, jika menapak tumit kaki yang satu
menyentuh jari kaki lainnya dan membentuk garis lurus kedepan.
Sedangkan pemeriksaan elektronistagmografi sering memberi bukti
bahwa terdapat penurunan fungsi vertibular perifer. Perjalanan yang khas dari
penyakit meniere ialah terdapat kelompok serangan vertigo yang diselingi oleh
masa remisi. Terdapat kemungkinan bahwa penyakit akhirnya berhenti tidak
kambuh lagi pada sebagian terbesar penderitanya dan meninggalkan cacat
pendengaran berupa tuli dan timitus dan sewaktu penderita mengalami
disekuilibrium (gangguan keseimbangan) namun bukan vertigo. Penderita sifilis
stadium 2 atau 3 awal mungkin mengalami gejala yang serupa dengan penyakit
meniere jadi kita harus memeriksa kemungkinana sifilis pada setiap penderi
penyakit meniere.
c. Serangan Vertigo yang berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
Neuronitis vestibular merupakan kelainan yang sering dijumpai pada
penyakit ini mulanya vertigo, nausea, dan muntah yang menyertainya ialah
mendadak. Gejala ini berlangsung  beberapa hari sampai beberapa minggu.
Sering penderita merasa lebih lega namun tidak bebas sama sekali dari gejala bila
ia berbaring diam.
Pada Neuronitis vestibular fungsi pendengaran tidak terganggu
kemungkinannya disebabkan oleh virus. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
nistagmus yang menjadi lebih basar amplitudonya. Jika pandangan digerakkan
menjauhi telinga yang terkena penyakit ini akan mereda secara gradual dalam
waktu beberapa hari atau minggu.
Pemeriksaan elektronistagmografi (ENG) menunjukkan penyembuhan
total pada beberapa penyakit namun pada sebagian besar penderita didapatkan
gangguan vertibular berbagai tingkatan. Kadang terdapat pula vertigo posisional
benigna. Pada penderita dengan serangan vertigo mendadak harus ditelusuri
kemungkinan stroke serebelar. Nistagmus yang bersifat sentral tidak berkurang
jika dilakukan viksasi visual yaitu mata memandang satu benda yang tidak
bergerak dan nigtamus dapat berubah arah bila arah pandangan berubah. Pada
nistagmus perifer, nigtagmus akan berkurang bila kita menfiksasi pandangan kita
suatu benda contoh penyebab vetigo oleh gangguan system vestibular perifer
yaitu mabok kendaraan, penyakit meniere, vertigo pasca trauma
VERTIGO PERIFERAL VERTIGO SENTRAL
NO
(VESTIBULOGENIK) (NON-VESTIBULER)
1 Pandangan gelap Penglihatan ganda
2 Rasa lelah dan stamina menurun Sukar menelan
3 Jantung berdebar wajah Kelumpuhan otot-otot
4 Hilang keseimbangan Sakit kepala yang parah
5 Tidak mampu berkonsentrasi Kesadaran terganggu
6 Perasaan seperti mabuk Tidak mampu berkata-kata
7 Otot terasa sakit Hilangnya koordinasi
8 Mual dan muntah-muntah Mual dan muntah-muntah
9 Memori dan daya pikir menurun Tubuh terasa lemah
10 Sensitif pada cahaya terang dan
11 Suara
Berkeringat
3. Pohon Masalah
Ukuran lensa Gangguan
Trauma mata tidak aliran darah Infeksi telinga
cerebellum sama ke otak dalam (vestibular)

VERTIGO

Penurunan Tekanan Stres Tekanan pada


fungsi kognitif intracranial meningkat otot leher

Cemas Nyeri Akut Pusing Risiko Perfusi


Jaringan Serebral
tidak Efektif

Intoleransi
Aktivitas
4. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan fisik :
1) Pemeriksaan mata
2) Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh
3) Pemeriksaan neurologik
4) Pemeriksaan otologik
5) Pemeriksaan fisik umum.
b. Pemeriksaan khusus :
1) ENG
2) Audiometri dan BAEP
3) Psikiatrik
c. Pemeriksaan tambahan :
1) Laboratorium
2) Radiologik dan Imaging
3) EEG, EMG, dan EKG

5. Penatalaksanaan Medis
a. Terapi kausal
b. Terapi simtomatik
c. Terapi rehabilitatif

6. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Airway dan Kontrol Servikal
Keadaan Jalan Nafas
1) Tingkat Kesadaran
2) Pernafasan
3) Upaya bernafas
4) Benda asing di jalan nafas
5) Bunyi nafas
6) Hembusan nafas
b. Breathing
Fungsi Pernafasan
1) Jenis Pernafasan
2) Frekwensi Pernafasan
3) Retraksi Otot bantu nafas
4) Kelainan dinding thoraks (simetris, perlukaan, jejas trauma)
5) Bunyi nafas
6) Hembusan nafas
c. Circulation
Keadaan sirkulasi
1) Tingkat kesadaran
2) Perdarahan (internal/eksternal)
3) Kapilari refill
4) Nadi radial/carotis
5) Akral perifer
d. Disability
1) GCS
2) Refleks fisiologis
3) Refleks patologis
4) Kekuatan otot
2. Pengkajian Sekunder
a. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
b. Riwayat dan Mekanisme Trauma
c. Pemeriksaan Fisik (Head to Toe)
1) Kepala
Kulit kepala
Mata
Telinga
Hidung
Mulut dan gigi
Wajah
2) Leher
3) Dada/thoraks
Paru-paru
Jantung
4) Abdomen
5) Pelvis
6) Perineum dan rectum
7) Genitalia
8) Ekskremitas
Status sirkulasi
Keadaan injury
9) Neurologis
Fungsi sensorik
Fungsi motoric
d. Hasil Laboratorium
e. Hasil Pemeriksaan Diagnostik
f. Terapi Dokter

7. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas b.d penurunan fungsi kognitif
b. Nyeri Akut b.d agen cedera biologis (peningkatan TIK)
c. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d hipertensi
d. Intoleransi aktifitas b.d kelemahan fisik (pusing)
8. Perencanaan
No.
Tujuan (NOC) Intervensi (NIC) Rasional
Dx.
1 Anxiety self-control Anxiety Reduction (Penurunan
Kriteria hasil : Kecemasan)
1. Pasien mampu 1. Monitor vital sign pasien 1. Mengetahui keadaan
mengidentifikasi, pasien
mengungkapkan, dan 2. Eksplorasi kecemasan klien 2. Mengidentifikasi faktor
menunjukkan tehnik dengan cara memberikan pencetus/ pemberat
untuk mengontrol cemas umpan balik masalah kecemasan dan
2. Vital sign dalam batas menawarkan solusi yang
normal : dapat dilakukan klien
TD : 120/80 mmHg 3. Anjurkan keluarga untuk 3. Memobilisasi sistem
N : 60-100x/menit menemani pasien pendukung, mencegah
perasaan terisolasi dan
menurunkan kecemasan
4. Jelaskan semua prosedur dan 4. Memberikan pasien
apa yang dirasakan selama pengertian mengenai
prosedur prosedur yang akan
dilakukan untuk
mengurangi kecemasan
5. Anjurkan pasien 5. Menenangkan pasien
menggunakan teknik relaksasi
2 Pain Level Pain Management
Pain Control 1. Kaji secara komprehensif 1. Mengetahui nyeri yang
Kriteria hasil: tentang nyeri, meliputi : dirasakan
1. Menyatakan rasa lokasi, karakteristik, dan
nyaman setelah nyeri onset, durasi, frekuensi,
berkurang (tidak tampak kualitas, intensitas / beratnya
meringis) nyeri, dan factor- factor
2. Mampu mengontrol predisposisi.
nyeri 2. Observasi isyarat –isyarat non 2. Mengetahui nyeri yang
3. Mampu mengenali nyeri verbal dari ketidaknyamanan dirasakan
4. Vital sign dalam batas 3. Gunakan komunikasi
normal terapeutik agar pasien dapat 3. Memudahkan dalam
mengekspresikan nyeri berkomunikasi
4. Anjurkan penggunaan tekhnik
non farmakologi (ex: 4. Mengurangi nyeri yang
relaksasi, guided imagery, dirasakan
terapi musik,
distraksi,aplikasi panas-
dingin, masase, dll).
5. Berikan anelgetik untuk
mengurangi nyeri . 5. Mengurangi nyeri
6. Cegah tindakan yang tidak
dibutuhkan. 6. Agar nyeri tidak
7. Posisikan pasien pada posisi bertambah
yang nyaman. 7. Agar dapat mengurangi
Vital sign monitoring nyeri
8. Monitor TD, nadi, suhu dan
respirasi. 8. Mengetahui kondisi dan
vital sign pasien
3 Circulation status Cerebral perfusion promotion
Tissue Prefusion : 1. Monitor TTV 1. Megetahui keadaan
cerebral pasien
Kriteria hasil: 2. Ukuran pupil, kesimetrisan 2. Mengetahui reflex pupil
1. Tekanan systole dan dan reaksi
diastole dalam rentang 3. Monitor adanya pandangan 3. Mengetahui respon
yang diharapkan kabur, nyeri kepala tubuh untuk vertigo
2. Komunikasi jelas 4. Monitor respon nerologis 4. Mengetahui tingkat
3. Menunjukkan kesadaran pasien
konsentrasi dan orientasi 5. Konsultasi dengan dokter untuk 5. Mengurangi tekanan
4. Pupil seimbang dan mengoptimalkan posisi kepala intrakranial
reaktif (15-30 derajat) dan monitor
respon pasien terhadap
pengaturan posisi kepala
4 Self Care : ADLs  Exercise Therapy : Joint
Activity Tolerance Mobility
Kriteria hasil : 1. Memantau lokasi dan 1. Mengetahui lokasi dan
1. Berpartisipasi dalam ketidaknyamanan atau nyeri ketidaknyamanan atau
aktivitas fisik tanpa yang timbul selama latihan nyeri yang timbul
disertai peningkatan selama latihan
tekanan darah, nadi dan 2. Melindungi klien dari trauma 2. Memberi rasa aman pada
RR selama latihan pasien
2. Keseimbangan aktivitas 3. Mendorong klien untuk 3. Berpartisipasi dalam
dan istirahat bergerak, sesuai kebutuhan aktivitas fisik
4. Menentukan adanya tujuan 4. Memberi apresiasi
atau kemajuan yang dicapai terhadap usaha yang
dari latihan ini dilakukan pasien

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Ed 8 : Jakarta. EGC

Doenges, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.


Gloria M. Bulecheck,dkk. 2013. Nursing Interventions Classification Sixth Edition

(NIC). Amerika:ELSEVIER

Mansjoer,Arief,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3:

Jakarta.Mediaaesculapius

Nanda.2012. Buku Saku Diagnosa Keperawatan definisi keperawatan dan

klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Nurarif, Hardi.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis

NANDA NIC NOC.Yogyakarta. Medi Action Publishing

Sue Moorhead,dkk.2013.Nursing Outcomes Classification Fifth Edition (NOC).

Amerika : ELSEVIER

Setiono, Wiwing. 2014. Laporan Pendahuluan Vertigo. Available on :

(http://lpkeperawatan.blogspot.co.id/2014/01/aporan-pendahuluan-

vertigo.html#.VmlqZuJyO_4). Diakses pada tanggal 9 Desember 2015.

Anda mungkin juga menyukai