Disusun oleh :
KELOMPOK 3
1. BIMA AJI PRASETYA (015.18.16.230)
2. BRINA NUR OKTAVIA (015.18.16.231)
3. DEWI MAHFUDOH (015.18.16.239)
4. FAHMI FRIDA AGUSTINA (015.18.16.254)
5. SEPTYANA NURAZLYN (015.18.16.298)
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Cedera kepala adalah suatu cedera yang terjadi pada daerah kepala yang dapat
mengenai kulit kepala, tulang tengkorak, atau otak. Meskipun pada kenyataannya
sebagian besar kasus trauma kepala bersifat ringan dan tidak memerlukan perawatan
khusus, tetapi pada kasus trauma kepala yang berat tidak jarang berakhir dengan
kematian atau kecacatan. Secara global insiden cedera kepala meningkat dengan
tajam terutama karena peningkatan penggunaan kendaraan bermotor. Tahun 2020
diperkirakan WHO bahwa kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab penyakit
dan trauma ketiga terbanyak di dunia (Suprapto, 2017). Di Indonesia saat ini, cedera
kepala merupakan penyebab hampir setengah dari seluruh kematian akibat trauma, hal
ini dikarenakan kepala merupakan bagian yang tersering dan rentan terlibat dalam
suatu kecelakaan. Distribusi kasus cedera kepala lebih banyak melibatkan kelompok
usia produktif, yaitu antara 15-44 tahun (dengan usia rata-rata sekitar tiga puluh tahun)
dan lebih didominasi oleh kaum laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Adapun
penyebab yang tersering kecelakaan lalu lintas (49%) dan kemudian disusul dengan
jatuh (terutama pada kelompok anak-anak (Satyanegara et al., 2014). Bedasarkan latar
belakang diatas maka penulis tertarik untuk membuat makalah dengan judul asuhan
keperawatan pada klien dengan diagnosa medis cidera kepala sedang.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis cedera kepala
sedang?
C. TUJUAN
1. Mengetahui pengkajian pada klien dengan diagnose medis cedera kepala sedang
2. Mengetahui hasil analisa pada klien dengan diagnose medis cedera kepala sedang
3. Mengetahui masalah keperawatan pada klien dengan diagnose medis cedera
kepala sedang
4. Mengetahui intervensi keperawatan pada klien dengan diagnose medis cedera
kepala sedang
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Cidera kepala merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak (Wijaya dan Putri, 2013). Cidera kepala adalah suatu
trauma yang mengenai kulit kepala, tulang tengkorak atau otak yang terjadi akibat
cedera baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan disertai atau tanpa
disertai perdarahan yang menyebabkan gangguan fungsi otak (Lastri dan Octaviana,
2018)
B. Etiologi
Menurut Wijaya dan Putri (2013) etiologi trauma kepala adalah :
1. Trauma tajam
Menyebabkan cedera setempat dan menimbulkan cedera local meliputi constutio
serebral, hematom serebral, kerusakan otak sekunder yang disebabkan perluasan
masa lesi, pergeseran otak atau hernia.
2. Trauma tumpul
Menyebabkan cedera menyeluruh (difusi), kerusakannya menyebar secara luas
dan terjadi dalam bentuk 4 bentuk yaitu cedera akson, kerusakan otak hipoksia,
pembengkakan otak menyebar, hemoragi kecil multiple pada otak. Koma terjadi
karena cedera menyebar pada hemisfer serebral, batang otak atau keduanya.
C. Klasifikasi
Menurut Wijaya dan Putri (2013) cedera kepala dibagi berdasarkan keparahan dan
menurut jenis, yaitu :
Berdasarkan keparahan cedera
1. Cedera kepala ringan (CKR)
Tidak ada fraktur tengkorak
Tidak ada kontusia serebri, hematoma
GCS 13-15
Dapat terjadi kehilangan kesadaran tapi < 30 menit
2
2. Cedera kepala sedang (CKS)
Kehilangan kesadaran (amnesia) > 30 menit tapi < 24 jam
Muntah
GCS 9-12
Dapat mengalami fraktur tengkorak, disorientasi ringan (bingung)
3. Cedera kepala berat (CKB)
GCS 3-8
Hilang kesadaran >24 jam
Adanya kontusio serebri, laserasi/hematoma intracranial
Menurut jenis cedera
1. Cedera kepala terbuka dapat menyebabkan fraktur pada tulang tengkorak dan
jaringan otak
2. Cedera kepala tertutup dapat disamakan dengan keluhan gagar otak ringan dan
oedema serebral yang luas
D. Manifestasi klinis
a. Cedera kepala ringan-sedang
Disorientasi ringan
Amnesia post traumatik
Hilang memori sesaat
Sakit kepala
Mual dan muntah
Vertigo dalam perubahan posisi
Gangguan pendengaran
b. Cedera kepala sedang-berat
Oedema pulmonal
Kejang
Infeksi
Tanda herniasi otak
Hemiparese
Gangguan akibat saraf kranial
(Wijaya dan Putri, 2013)
3
E. Patofisiologi
Trauma kepala dapat disebabkan oleh kecelakaan, jatuh, perkelahian dan cidera
olahraga (Corwin, 2009). Mekanisme cedera kepala dibagi menjadi 2, yaitu cedera
primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera yang terjadi saat
benturan terjadi, umumnya menimbulkan kerusakan pada tengkorak, otak, pembuluh
darah dan struktur pendukungnya. Sedangkan cedera sekunder merupakan lanjutan
dari cedera primer. Pada cedera sekunder pasien mengalami hipoksia, hipotensi,
asidosis, penurunan suplay oksigen otak serta dapat menimbulkan edema serebri dan
peningkatan tekanan intracranial. Peningkatan tekanan intracranial ditandai dengan
penurunan kesadaran, muntah proyektil, papilla edema dan nyeri kepala. Kematian
pada cedera kepala banyak disebabkan karena gangguan pada autoregulasi karena
dapat menimbulkan hipoperfusi jaringan serebral dan berakhir pada iskemia jaringan
otak (Padila, 2012)
4
Pathway
Akselerasi, Cidera primer
1. Kecelakaan Trauma
2. Jatuh deselerasi, Kerusakan
Kepala Laserasi, hematoma
3. Perkelahian deformitas integritas kulit
Cedera sekunder dan abrasi pada kulit
4. Cidera
olahraga Fraktur tengkorak Resiko Infeksi
Aliran darah ke Gangguan Kerusakan sel otak
otak menurun autoregulasi
Peningkatan tekanan
Suplai oksigen Peningkatan Penurunan tekanan
vaskuler sistemik dan
menurun rangsang simpatis pembuluh darah pulmonal
tekanan darah
G. Komplikasi
Menurut Padila (2012) komplikasi cedera kepala meliputi :
a. Epilepsi pasca trauma
b. Afasia
c. Apraksia
d. Agnosis
e. Amnesia
f. Fistel karotis kavernosus
g. Diabetes insipidus.
6
h. Kebocoran cairan serebrospinal
i. Defisit neurologis dan psikologis
7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
a. Identitas
Nama : Ny H
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : IRT
Diagnosa medis : CKS, Ht grade II, hiperglikemia, akut CKD, hiperkoagulasi
subgleal hematom regio temporoparietal.
8
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Klien sedang berjalan saat ditabrak dari samping pada jam 06.00 WIB.
Penabarak melarikan diri. Oleh warga disekitar kejadian dibawa ke Puskesmas
Cempaka Putih kemudian dirujuk ke RSCM dan masuk IGD RSCM pada 26
Maret 2012. Saat kecelakaan posisi klien telungkup, Tidak ada muntah. Rhionorea
(+) bilateral. Tampak luka impresi di temporal. Krepitasi (-). Luka 10x10 cm
hematom sub gleal. Dari hasil pemeriksaan diketahui TTV klien sebagai berikut:
tekanan darah : 160/ 100 mmHg, nadi :92 x/m, RR: 20 x/m, suhu: 36 C.
Kesadaran somnolen dengan GCS: E2M6V5. Pupil isokor dengan diameter 3
mm/3 mm. Tidak ada rangsang meningeal. Kaku kuduk (-), lasiq>70/>70,
kemig>l30/>130, brunzinky (-).Reflek fisiologi dalam batas normal dan tidak ada
reflek patologis.Tonus otot : rigid. Amnesia reftrograde Kekuatan otot: 5555
5555/5555 5555
2. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mempunyai riwayat hipertensi dan CKD
3. Riwayat kesehatan keluarga
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit menular
c. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum : kesadaran somnolen
TTV :
TD : 160/100 mmHg
N : 92x/menit
RR : 20x/menit
S : 36ºC
1. Pemeriksaan kepala
Tampak luka 10x10 cm hematom sub gleal, terdapat hematom regio
temporoparietal, laserasi dan abrasi
2. Pemeriksaan mata
Mata simetris, sklera putih, pupil isokor diameter 3mm/3mm
3. Pemeriksaan hidung
Terdapat rhionorea bilateral
4. Pemeriksaan telinga
Telinga simetris, tidak terdapat perdarahan telinga
9
5. Pemeriksaan leher
Tidak terlihat bendungan vena jugularis, tidak terdapat pembesaran kelenjar getah
bening
6. Pemeriksaan dada
thoraks : tidak ada otot bantu pernapasan, pergerakan dada kanan dan kiri
seimbang, perkusi sonor, tidak ada bunyi napas tambahan.
Jantung : tidak tampak iktus kordis, perkusi pekak, BJ I dan II tunggal
7. Pemeriksaan abdomen
Tidak ada hepatomegali, tidak teraba skibala, bising usus positif
8. Pemeriksaan ekstremitas
Tonus otot : rigid
Kekuatan otot: 5555 5555/5555 5555
9. Pemeriksaan integumen
Terdapat lesi pada kepala dengan diameter 10x10 cm
10. Pemeriksaan neurologis
GCS: E2M6V5
Tidak ada rangsang meningeal. Kaku kuduk (-), lasiq>70/>70, kemig>l30/>130,
brunzinky (-).Reflek fisiologi dalam batas normal dan tidak ada reflek patologis
d. Pemeriksaan diagnostik
Rontgen: spondylosiscervicalis.
Radiologi: tidak nampak kelainan pada cor dan pulmo , tidak nampak kelainan pada
tulang calvaria
10
B. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS : - Edema serebri Perubahan perfusi
DO : jaringan serebral
- terdapat hematom sub gleal dan
hematom regio temporoparietal
- kesadaran somnolen
- GCS: E2M6V5
- TD : 160/100 mmHg
- N : 92x/menit
- RR: 20x/menit
- S : 36ºC
- Hasil rontgen:
spondylosiscervicalis.
C. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan perfusi jaringan serebral b/d edema serebri
2. Resiko pola nafas tidak efektif b/d difusi oksigen terhambat
3. Resiko Infeksi b/d trauma kepala
11
D. Rencana Keperawatan
No Dx Tujuan & Kh Intervensi & Rasional
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji status neurologis yang
keperawatan selama 2X24 jam berhubungan dengan tanda- tanda
diharapkan perfusi jaringan peningkatan TIK, terutama GCS
adekuat dengan kriteria hasil : R/ hasil dari pengkajian dapat
1. Tingkat kesadaran normal diketahui secara dini adanya tanda-
(komposmetis) tanda peningkatan TIK
2. GCS : E 4 V 5 M 6 2. Monitor TTV : TD, RR, nadi
3. TTV normal R/ dapat mendeteksi secara dini tanda-
TD : 120/80 mmHg tanda peningkatan TIK, misalnya
Nadi : 80-100 x/ mnt napas yang tidak teratur dapat
RR : 16-24 x/ mnt menunjukan lokasi adanya gangguan
serebral.
3. Tinggikan posisi kepala dengan sudut
15-450 tanpa bantal dan posisi netral
R/ posisi kepala dengan sudut 15-450
dari kaki akan meningkatkan dan
memperlancar aliran balik vena kepala
sehingga mengurangi kongesti
cerebrum
4. Kolaborasi berikan O2 tambahan
sesuai indikasi
R/ mengurangi hipokremia yang dapat
meningkatkan vasoditoksi cerebri,
volume darah dan TIK
5. Kolaborasi berikan obat
obatanantiedema, seperti manito,
gliseroldan losix sesuaiindikasi
6. R/ manitol/ gliserol merupakan cairan
hipertonis yang berguna untuk
menarik cairan dari intreseluler dan
ekstraseluler.
12
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Pantau frekuensi irama dan kedalaman
keperawatan selama 2X24 jam pernafasan
diharapkan klien mempunyai pola R/ perubahan dapat menandakan
pernafasan yang efektif dengan awitan komplikasipulmo
kriteria hasil : 2. Catat kompetensi reflek GAG dan
1. Pola nafas normal irama kemampuan untuk melindungi jalan
teratur RR : 16-24x/ mnt nafas sendiri
2. Tidak ada pernafasan R/ kemampuan mobilisasi penting
cuping hidung untuk pemeliharaan jalan nafas
3. Pergerakan dada simetris 3. Anjurkan klien untuk bernafas
dalamdan batuk efektif
R/ mencegah atau menurunkan
atelektasis
4. Kolaborasi terapi O2 tambahan
R/ memaksimalkan O2 pada darah
arteri dan membantudalam mencegah
hipoksia
5. Pantau analisa gas darah tekanan
oksimetri
R/ menentukan kecukupan pernafasan
keseimbangan asam dan basa
3. Tujuan : Setelah dilakukan 1. Berikan perawatan aseptik dan
tindakan keperawatan selama antiseptik, pertahankan teknik cuci
2X24 jam diharapkan infeksi tangan yang baik.
tidak terjadi selama perawatan R/ Cara pertama untuk menghindari
Kriteria hasil : terjadinya infeksi nosokomial.
1. Didapatkan luka pada 2. Observasi daerah kulit yang
klien bebas tanda-tanda mengalami kerusakan dan catat
infeksi adanya inflamasi.
2. mencapai penyembuhan R/ Deteksi dini perkembangan infeksi
luka tepat waktu. memungkinkan untuk melakukan
pencegahan terhadap komplikasi
selanjutnya.
13
3. Pantau suhu tubuh secara teratur, catat
adanya demam, menggigil, diaforesis
R/ Dapat mengidikasikan
perkembangan sepsis yang selanjtnya
memerlukan evaluasi atau tindakan
dengan segera dan pencegahan
terhadap komplikasi selanjutnya.
4. Batasi pengunjung yang dapat
menularkan infeksi
R/ Menurunkan pemajanan terhadap
pembawa kuman penyebab infeksi.
5. Berikan antibiotik sesuai indikasi
R/ Terapi profilaktik dapat di
gunakan pada pasien yang mengalami
trauma (perlukaan) dan menurunkan
risiko terjadinya infeksi nosokomial.
E. Implementasi
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan
oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke
status yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
F. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah membandingkan suatu hasil atau perbuatan
dengan standar untuk tujuanan pengambilan keputusan yang tepat sejauh mana tujuan
tercapai.
14
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Cidera kepala merupakan suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang
disertai atau tanpa perdarahan interstitial dalam substansi otak tanpa diikuti
terputusnya kontinuitas otak (Wijaya dan Putri, 2013). Menurut hasil pengkajian
menunjukkkan diagnosa medis yaitu CKS, Ht grade II, hiperglikemia, akut CKD,
hiperkoagulasi subgleal hematom regio temporoparietal. Hal yang perlu diperhatikan
adalah terjadinya hematom dan juga penurunan kesadaran. Dari hasil analisa data
pada Ny H didapatkan masalah keperawatan penurunan perfusi jaringan serebral,
resiko ketidakefektifan pola napas dan resiko infeksi.
B. Saran
.Untuk perawat agar mampu memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensif kepada pasien dengan gangguan cedera kepala sedang. Untuk rumah
sakit agar meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, perlu ditunjang fasilitas
diruangan yang memadai dalam memberikan pelayanan keperawatan .
15
DAFTAR PUSTAKA
16
Mahasiswa yang memberikan pertanyaan :
1. Mustika
2. Intan
3. Ninuk
4. Teda
17