Anda di halaman 1dari 89

PROPOSAL

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA RESIDUAL


DENGAN GANGGUANISOLASI SOSIAL
DI RSJD SURAKARTA

OLEH:
AMANDA KARINA ANGELLITA
015.18.16.219

PROGRAM STUDI DIPLOMA-III KEPERAWATAN


AKPER PEMKAB NGAWI
2018
PROPOSAL
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA RESIDUAL


DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL
DI RSJD SURAKARTA

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat
untuk pengajuan Karya Tulis Ilmiah

OLEH :
AMANDA KARINA ANGELLITA
NIM 015.18.16.219

PROGRAM STUDI D – III KEPERAWATAN


AKPER PEMKAB NGAWI
2018
SURAT PERNYATAAN

1
Saya bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa Proposal Karya

Tulis Ilmiah ini saya susun tanpa melakukan plagiat sesuai dengan peraturan yang

berlaku di Akper Pemkab Ngawi.

Jika dikemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiatsaya akan

bertangung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Akper

Pemkab Ngawi.

Ngawi, 21 Desember 2018

Amanda Karina Angellita


NIM. 015. 18. 16. 219

2
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah kami periksa dan amati, selaku pembimbing mahasiswa :

Nama : Amanda Karina Angellita


NIM : 015. 18. 16. 219
Judul : Asuhan Keperawatan pada Klien Skizofrenia Residual Dengan

GangguanIsolasi Sosial di RSJD Surakarta.


Serta perbaikan – perbaikan sepenuhnya, maka kami menganggap dan dapat

menyetujui bahwa proposal karya tulis ilmiah ini diajukan dalam ujian proposal

karya tulis ilmiah guna memenuhi sebagian persyaratan untuk mengikuti :

UJIAN KARYA TULIS ILMIAH

Ngawi, 21 Desember 2018


Pembimbing I Pembimbing II

Tri Admadi, S.Kep., Ns, M.Kes Yudisa Diaz Lutfi Sandi, Ns, M.Kep
NUPN. 9907009383

Mengetahui,
Direktur Akper Pemkab Ngawi

Siti Maimunah, S.Kep., Ns, M.Kes


NIDK : 8881670018
KATA PENGANTAR

3
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya pada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Proposal Karya Tulis Ilmiah ini
disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan program Ahli Madya
Keperawatan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Siti Maimunah, S.Kep., Ns., M.Kes selaku Direktur Akper Pemkab Ngawi
2. Bapak Tri Admadi, S.Kep.,Ns,M.Kes dan Yudisa Diaz Lutfi Sandi,
Ns.,M.Kepselaku pembimbing Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Seluruh dosen dan staf administrasi Akper Pemkab Ngawi yang membantu
penulis dalam menuntut ilmu pengetahuan selama masa pendidikan.
4. Orang tua tercinta yang telah banyak memberikan dukungan spiritual dan
material serta dorongan dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa Proposal Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak demi kesempurnaan penulisan ini.

Ngawi, 20Desember 2018

Penulis

4
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN...................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vi
DAFTAR TABEL......................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. viii
DAFTAR SINGKATAN............................................................................... ix
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................ 3
1.4 Manfaat Penelitian.......................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Kesehatan Jiwa........................................................ 6
2.2 Konsep Dasar Gangguan Jiwa........................................................ 6
2.3 Konsep Dasar Skizofrenia............................................................... 7
2.4 Konsep Dasar Skizofrenia Residual................................................ 8
2.5 Konsep Dasar Isolasi Sosial............................................................ 9
2.6 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial......................... 13
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian............................................................................ 72
3.2 Batasan Istilah................................................................................. 72
3.3 Unit Analisa.................................................................................... 73
3.4 Lokasi dan Waktu............................................................................ 73
3.5 Pengumpulan Data.......................................................................... 73
3.6 Analisa Data.................................................................................... 74
3.7 Etik Penelitian................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 76

5
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang respon........................................................................... 11


Gambar 2.2 Pohon masalah............................................................................ 12
Gambar 2.3 Setting tempat TAK.................................................................... 37

6
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Strategi pelaksanaan klien dan keluarga......................................... 24


Tabel 2.2 Evaluasi kemampuan verbal memperkenalkan diri........................ 43
Tabel 2.3 Evaluasi kemampuan nonverbal memperkenalkan diri.................. 43
Tabel 2.4 Evaluasi kemampuan verbal berkenalan........................................ 47
Tabel 2.5 Evaluasi kemampuan nonverbal bekenalan.................................... 47
Tabel 2.6 Evaluasi kemampuan verbal bertanya............................................ 51
Tabel 2.7 Evaluasi kemampuan verbal menjawab......................................... 51
Tabel 2.8 Evaluasi kemampuan nonverbal bercakap-cakap........................... 51
Tabel 2.9 Evaluasi kemampuan verbal menyampaikan topik........................ 56
Tabel 2.10 Evaluasi kemampuan verbal memilih topik................................. 56
Tabel 2.11 Evaluasi kemampuan verbal memberi pendapat.......................... 56
Tabel 2.12 Evaluasi kemampuan nonverbal bercakap-cakap topik tertentu. . 56
Tabel 2.13 Evaluasi kemampuan verbal menyampaikan topik...................... 61
Tabel 2.14 Evaluasi kemampuan verbal memilih topik masalah pribadi....... 61
Tabel 2.15 Evaluasi kemampuan verbal memberi pendapat.......................... 61
Tabel 2.16 Evaluasi kemampuan nonverbal bercakap masalah pribadi......... 61
Tabel 2.17 Evaluasi kemampuan verbal bertanya dan meminta.................... 66
Tabel 2.18 Evaluasi kemampuan verbal menjawab dan memberi................. 66
Tabel 2.19 Evaluasi kemampuan nonverbal bekerja sama............................. 66
Tabel 2.20 Evaluasi kemampuan verbal manfaat enam kali TAKS............... 70
Tabel 2.21 Evaluasi kemampuan nonverbal manfaat enam kali TAKS......... 70

7
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal Rencana Kegiatan............................................................77


Lampiran 2 Lembar Konsultasi ......................................................................78

8
DAFTAR SINGKATAN

APGI : Anti Psikotik Generasi I


APGII : Anti Psikotik Generasi II
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
CPZ : Clorpromazin
HLP : Haloperidol
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
RSJD : Rumah Sakit Jiwa Daerah
TAKS : Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi
THP : Trihexiphenidil
TUK : Tujuan Khusus
WHO : World Health Organization

9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan yang terjadi pada kesehatan jiwa akan memberikan

dampak pada produktivitas serta kehidupan manusia untuk jangka panjang

(Riskesdas, 2013). Kesehatan jiwa merupakan kondisi seseorang yang dapat

terus menerus tumbuh dan berkembang serta dapat mempertahankan

keselarasan dengan orang lain. Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari

bentuk penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga

ditemukan ketidakwajaran dalam bertingkah laku (Nasir & Munith, 2011).

Masalah kesehatan jiwa yang paling paling berat adalah skizofrenia. Salah

satu skizofrenia yang memiliki tanda khas menarik diri isolasi sosial adalah

skizofrenia residual (Townsend, 2010). Isolasi sosial merupakan keadaan

individu menghindari hubungan dengan orang lain, menghindari berinteraksi

dengan orang lain maupun berkomunikasi dengan orang lain (Darmawan &

Rusdi, 2013). Klien dengan isolasi sosial apabila tidak mendapatkan

penanganan yang tepat maka akan berdampak pada kemampuan klien dalam

memenuhi kebutuhan secara mandiri.

Menurut data World Health Organization (WHO, 2016 dalam

Kemenkes RI, 2016) terdapat 21 juta orang terkena skizofrenia. Menurut

Riset Kesehatan Dasar (2018) penderita skizofrenia mencapai 7 juta per mil

atau 7% per 1.000 penduduk. Dikutip dari data Dinas Kesehatan Jawa

Tengah jumlah gangguan jiwa pada tahun 2013 sejumlah 121.962 penderita.
2

Sedangkan pada tahun 2014 meningkat menjadi 260.247 orang dan pada

tahun 2015 jumlah penderita gangguan jiwa bertambah menjadi 317.504 jiwa.

Berdasarkan data dari RSJD Surakarta pada bulan januari yang didiagnosa

isolasi sosial berjumlah 429 klien, lebih banyak dibandingkan dengan jumlah

klien yang didiagnosa halusinasi, harga diri rendah dan devisit perawatan diri

(Rekam Medik, 2017).

Proses terjadinya isolasi sosial dapat dipengaruhi oleh dua faktor

yaitu faktor predisposisi dan presipitasi. Faktor predisposisi meliputi

perkembangan, komunikasi, sosial budaya dan biologis, sedangkan faktor

presispitasi meliputi faktor eksternal dan internal. Kegagalan dalam hal

tersebut dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya pada

orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan merasa tertekan.

Ketidakmampuan seseorang untuk menyelesaikan masalah dapat

menyebabkan seseorang mempunyai harga diri rendah sehingga orang

tersebut berperilaku tidak normal. Keadaan ini dapat menimbulkan perilaku

tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri,

menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari – hari terabaikan. Apabila

isolasi sosial tidak segera ditangani, maka akan menyebabkan seseorang

terkena halusinasi (Direja, 2011).

Berdasarkan uraian diatas klien dengan isolasi sosial membutuhkan

perawatan dan penanganan yang tepat. Pendekatan bina hubungan saling

percaya dapat dilakukan dengan komunikasi terapeutik yang intens(Keliat,

dkk, 2011). Konsistensi perawat dalam melakukan pendekatan dapat

menumbuhkan rasa kepercayaan klien yang selanjutnya dapat ditindaklanjuti


3

dalam proses asuhan keperawatan (Darmawan & Rusdi, 2013). Peran

keluarga dalam pemulihan berupa pemberian dukungan kepada klien untuk

dapat mengembalikan kualitas hidup dan kembali menjadi manusia yang

produktif (Riskesdas, 2013). Penggunaan terapi kelompok sebagai pemulihan

dapat memberikan dampak positif bagi klien dalam mengurangi perilaku

maladaptif. Pada klien Isolasi Sosial dapat dilakukan terapi aktivitas

kelompok sosialisasi (Keliat, 2016).

1.2 Rumusan Masalah

“Bagaimana asuhan keperawatan pada klien skizofrenia residual

dengan gangguan isolasi sosial di RSJD Surakarta ?”

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan isolasi sosial di RSJD Surakarta.


1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengkaji klien dengan diagnosa skizofrenia residual dengan

gangguan isolasi sosial di RSJD Surakarta.


2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada klienskizofrenia residual

dengan gangguan isolasi sosial di RSJD Surakarta.


3) Merencanakan asuhan keperawatan pada klienskizofrenia residual

dengan gangguan isolasi sosial di RSJD Surakarta.


4) Melaksanakan asuhan keperawatan pada klien skizofrenia residual

dengan gangguan isolasi sosial di RSJD Surakarta.


5) Mengevaluasi klien skizofrenia residual dengan gangguan isolasi

sosial di RSJD Surakarta.


6) Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien skizofrenia

residual dengan gangguan isolasi sosial di RSJD Surakarta.


4

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil studi kasus ini dapat digunakan sebagai acuan untuk melakukan

asuhan keperawatan pada klien skizofrenia residual dengan isolasi sosial.

1.4.2 Manfaat Praktis

1) Bagi Institusi Pendidikan

Hasil studi kasus ini, dapat menambah kajian ilmu khususnya

keperawatan jiwa dalam hal mengembangkan model intervensi

keperawatan khususnya pada klien yang mengalami skizofrenia

residual dengan isolasi sosial.

2) Bagi Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit

Hasil studi kasus ini, dapat menjadi acuan dasar aplikasi untuk

menentukan tindakan keperawatan oleh petugas kesehatan terhadap

klien skizofrenia residual dengan isolasi sosialbagi pelayanan di

RumahSakit.

3) Bagi Perawat

Hasil studi kasus ini, sebagai tambahan ilmu bagi profesi keperawatan

dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang asuhan

keperawatan pada klien skizofrenia residual dengan gangguan isolasi

sosial di RSJD Surakarta.

4) Bagi klien
5

Hasil studi kasus ini, diharapkan dapat menambah wawasan klien

tentang isolasi sosial sehingga klien dapat memahami dan menguasai

teori dan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan dengan benar.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bagian ini menjelaskan mengenai konsep dasar kesehatan jiwa, konsep

gangguan jiwa, konsep dasar skizofrenia, konsep dasar skizofrenia residual dan

konsep dasar isolasi sosial. Konsep dasar yang akan diuraikan definisi, etiologi,

dan proses terjadinya masalah. Asuhan keperawatan akan diuraikan masalah –

masalah yang muncul pada isolasi sosial dengan melakukan asuhan keperawatan

yang terdiri dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

2.1 Konsep Dasar Kesehatan Jiwa

2.1.1 Definisi Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa adalah kondisi perkembangan seseorang yang

berjalan selaras dengan orang lain yang memungkinkan perkembangan fisik,

intelektual, emosional secara optimal dari seseorang (UU Kesehatan Jiwa

No.3 Tahun 1966).

2.2 Konsep Dasar Gangguan Jiwa

2.2.1 Definisi Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk penyimpangan

perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran

dalam bertingkah laku. Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi

kejiwaan (Nasir & Munith, 2011).Gangguanpada fungsi kejiwaan meliputi:

proses berfikir, emosi, kemauan, dan perilaku psikomotorik, termasuk

bicara (UU No. 3 Tahun 1966). Ditemukan secara klinis disertai adanya

distress dan berkaitan dengan terganggunya fungsi kejiwaan (PPDGJ III).


7

2.3 Konsep Dasar Skizofrenia

2.3.1 Definisi Skizofrenia

Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan

gangguan utama pada proses fikir serta ketidakharmonisan antara proses

pikir, afek/emosi, kemauan dan psikomotor yang disertai dengan distorsi

kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi; asosiasi terbagi-bagi

sehingga timbul inkoherensi (Direja, 2011).

2.3.2 Proses terjadinya skizofrenia

Dalam otak terdapat milyaran sambungan sel. Setiap sambungan

sel akan meneruskan atau menerima pesan dari sambungan sel yang lain.

Sambungan sel tersebut melepaskan zat kimia yang disebut

neurotransmitters yang akan membawa pesan dari ujung sambungan sel

satu ke sambungan sel yang lain. Dalam otak yang terserang skizofrenia,

terdapat kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut.

Sinyal-sinyal yang dikirim mengalami gangguan sehingga tidak berhasil

mencapai sambungan sel yang dituju. Kerusakan yang perlahan-lahan ini

yang akhirnya menjadi skizofrenia yang tersembunyi dan berbahaya

(Yosep & Sutini, 2014).

2.3.3 Gejala skizofrenia

Menurut Direja (2011), gejala skizofrenia meliputi gejala primer

dan sekunder. Gejala primer meliputi gangguan proses piker, gangguan

afek emosi, terjadi kedangkalan afek emosi, emosi berlebihan, gangguan

kemauan, gejala psikomotor. Sedangkan gejala sekunder meliputi waham

dan halusinasi.
8

2.3.4 Macam-macam skizofrenia

Menurut Direja(2011), macam-macam skizofrenia yaitu

skizofrenia simplex, skizofrenia hebefrenik, skizofrenia katatonik,

skizofrenia paranoid, Skizofrenia psiko-afektif, episode skizofrenia akut

(lir schizophrenia), skizofrenia residual.

2.3.5 Penatalaksanaan

Skizofrenia dapat diobati dengan dua cara yaitu terapi

psikofarmaka dan psikososial. Terapi psikofarmaka dengan pemberian

antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi kedua

(APG II).APG I berfungsi untuk menurunkan gejala postif skizofrenia

tetapi memiliki efek samping yaitu mulut kering, pandangan kabur,

gangguan miksi, difungsi seksual dan sebagainya.Obat yang sering

digunakan adalah trifluoperazine dan chlorpromazine. APG II atau yang

disebut antipsikotik atipikal mengandung dopamine dan antagonis

serotonin.Obat-obatan ini efektif untuk mengurangi gejala positif dan

negative skizofrenia.Obat yang tersedia yaitu clozapine, olanzapine,

quetiapine dan rispendon.Terapi psikososial dapat diberikan secara

individual, kelompok dan keluarga (Baradero, Drayit, & Maratning, 2016;

Prabowo, 2014).

2.4 Konsep Dasar Skizofrenia Residual

2.4.1 Definisi Skizofrenia Residual

Skizofrenia tipe ini merupakan sisa-sisa (residu) dari gejala

skizofrenia yang tidak begitu menonjol. Misalnya alam perasaan yang


9

tumpul dan mendatar serta tidak serasi (inappropriate), penarikan diri dari

pergaulan sosial, tingkah laku ekstrinsik, pikiran tidak logis dan tidak

rasional atau penggolongan asosiasi pikiran (Hawari, 2012).

2.4.2 Gejala Skizofrenia Residual

Menurut Hawari (2012), gejala skizofrenia residual meliputi

penarikan diri atau isolasi dari hubungan sosial (withdrawn), hendaya

(impairment), tingkah laku aneh dan nyata, defisit perawatan diri, afek

(alam perasaan) yang tumpul, pembicaraan yang melantur (digressive),

berputar-putar (circumstantial) atau perumpamaan (metaforik), memiliki

ide atau gagasan yang aneh dan tak lazim, penghayatan persepsi yang tak

lazim seperti ilusi.

2.5 Konsep Dasar Isolasi Sosial

2.5.1 Definisi Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu

menghindari interaksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin

merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina

hubungan yang berarti dengan orang lain (Trimelia, 2011).

2.5.2 Etiologi

Menurut Direja (2011), terjadinya gangguan isolasi sosial

dipengaruhi oleh faktor predisposisi dan presipitasi. Faktor predisposisi

meliputi faktor tumbuh kembang, faktor komunikasi dalam keluarga,

faktor sosial budaya dan faktor biologis. Setiap tahapan tumbuh kembang

ada tugas perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan

dalam hubungan sosial. Bila tugas dalam perkembangan tidak terpenuhi


10

maka akan menghambat fase perkembangan sosial yang dapat

menimbulkan masalah. Gangguan komunikasi dalam keluarga dapat

mendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Keadaan ini

dapat terjadi dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang

saling bertentangan dalam waktu bersamaan. Lingkungan sosial

merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam

hubungan sosial. Hal ini disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut

oleh keluarga, dimana setiap anggota keluarga yang tidak produktif seperti

usia lanjut, berpenyakit kronis, dan penyandang cacat diasingkan dari

lingkungan sosialnya.Faktor biologis juga dapat mendukung terjadinya

gangguan hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi adalah

otak, pada klien skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan

sosial memiliki struktur yang abnormal pada otak, seperti atropi otak, serta

perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan daerah kortikal.

Faktor presipitasi yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan

hubungan sosial meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Stressor

psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang

berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan

individu untuk mengatasinya.Stressor sosial budaya, yaitu stress yang

ditimbulkan oleh faktor sosial budaya seperti adat istiadat.

2.5.3 Tanda dan Gejala

Menurut Darmawan dan Rusdi (2013), tanda dan gejala isolasi

sosial terbagi menjadi gejala subyektif dan obyektif. Pada gejala subyektif

klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain , merasa
11

tidak aman berada dengan orang lain, mengatakan hubungan yang tidak

berarti dengan orang lain, tidak mampu berkonsentrasi dan membuat

keputusan, merasa tidak berguna, tidak yakin dapat melangsungkan hidup.

Sedangkan pada gejala obyektif klien menunjukkan perilaku banyak diam

dan tidak mau bicara, tidak mengikuti kegiatan, banyak berdiam diri

dikamar, menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang

terdekat, tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal, kontak mata kurang,

apatis, tidak merawat diri, tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan

sekitarnya, aktivitas menurun, rendah diri, postur tubuh berubah, misalnya

sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur).

2.5.4 Rentang Respon


Adaptif Maladaptif

- Menyendiri - Merasa sendiri - Menarik diri


- Otonomi - Dependensi - Ketergantungan
- Bekerjasama - Curiga - Manipulasi
- Interdependen - Curiga
Gambar 2.1 Rentang respon menurut Direja (2011).

2.5.5 Proses Terjadinya Masalah

Menurut Direja (2011), terjadinya gangguan ini dipengaruhi oleh

faktor predisposisi dan presipitasi. Kegagalan dapat mengakibatkan

individu tidak percaya diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut

salah, pesimis, putus asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan

keinginan, dan merasa tertekan. Keadaaan ini dapat menimbulkan perilaku

tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain, lebih menyukai berdiam diri,

menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari terabaikan. Faktor

komunikasi dalam keluarga dan faktor biologis merupakan faktor


12

pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Selain itu terdapat

faktor eksternal yang berasal dari luar seperti keluarga atau adat dan faktor

internal yang berasal dari diri sendiri.

2.5.6 Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi

kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam

dirinya. Kecemasan koping yang sering digunakan adalah regrasi, represi,

dan isolasi. (Stuart and sudeen, 1998 dalam Darmawan & Rusdi, 2013)

2.5.7 Pohon Masalah


Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Effect

Isolasi Sosial

Core Problem

Harga diri rendah

Caussa
Gambar 2.2 Pohon Masalah Isolasi Sosial menurut Damaiyanti (2012).
2.5.8 Masalah keperawatan yang muncul
Menurut Damaiyanti (2012), masalah keperawatan yang muncul yaitu:
1) Isolasi Sosial.
2) Harga diri rendah kronis.

3) Perubahan persepsi sensori : halusinasi.

2.6 Konsep Proses Keperawatan Isolasi Sosial

2.6.1 Pengkajian
13

Tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan

kebutuhan atau masalah klien dengan mengumpulkan data yang meliputi

data biologis, psikologis, sosial, dan spiritual (Direja, 2011).


Menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012) dan Kusumawati dan Hartono

(2010) , isi dari pengkajian meliputi :


1) Identitas
Pengkajian identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, alamat,

pekerjaan, pendidikan dan identitas penanggung jawab (nama, umur,

alamat, pekerjaan dan nomor telepon yang dapat dihubungi).


2) Keluhan utama dan alasan masuk
Mengkaji penyebab klien dibawa oleh keluarga datang ke rumah sakit

untuk saat ini, apa yang sudah dilakukan oleh keluarga dalam

mengatasi masalah klien dan bagaimana hasilnya. Biasanya klien

menunjukkan adanya kemunduran kemauan dan kedangkalan emosi.


3) Faktor Predisposisi
Tanyakan mengenai riwayat gangguan jiwa di masa lalu, apabila

pernah mengalami tanyakan mengenai hasil pengobatan sebelumnya.

Selain itu kaji tentang pengalaman yang tidak menyenangkan dan

adanya riwayat gangguan jiwa dalam keluarga.


4) Aspek Fisik
Melalukan pengukuran tanda-tanda vital: tekanan darah, nasi, suhu,

pernapasan, melakukan pengukuran antropometri: tinggi badan dan

berat badan pada klien. Mengkaji keluhan yang mungkin dirasakan

oleh klien.
5) Aspek psikososial
Meliputi genogram yang dibuat 3 generasi yang dapat menggambarkan

riwayat hubungan klien dan keluarga. Kaji juga mengenai konsep diri

meliputi citra tubuh, identitas, peran, ideal diri, harga diri, dan

hubungan sosial meliputi orang yang berarti, peran dimasyarakat dan


14

hambatan dalam berhubungan, serta spiritual klien meliputi nilai dan

keyakinan serta kegiatan ibadah klien.


6) Status mental
Beberapa hal yang perlu dikaji dari status mental yaitu:
a) Penampilan diri.
Klien gangguan isolasi sosial tampak lesu, rambut acak-acakan,

kuku kotor dan panjang, gigi kotor, kancing baju tidak tepat,

resleting tak terkunci, baju tak diganti dan cara berpakaian baju

terbalik sebagai manifestasi kemunduran kemauan klien.


b) Pembicaraan.
Nada bicara suara rendah, lambat, kurang bicara, apatis.
c) Aktivitas motorik.
Kegiatan tidak bervariatif, kecenderungan mempertahankan pada

satu posisi yang dibuatnya sendiri (katalepsia). Pada klien isolasi

sosial biasanya mempertahankan posisi fetus.

d) Alam perasaan.
Alam perasaan adalah keadaan emosional yang berkepanjangan

yang mempengaruhi seluruh kepribadian dan fungsi kehidupan

seseorang.Data yang didapatkan diperoleh dari hasil observasi

perawat/keluarga meliputi adanya perasaan sedih, putus asa,

gembira yang berlebihan, ketakutan, khawatir. Pada pasien dengan

gangguan interaksi sosial biasanya didapatkan data perasaan sedih

atau putus asa.


e) Afek.
Afek adalah ekspresi emosi yang luas dengan jumlah variasi yang

beragam dalam ekspresi wajah. Biasanya klien dengan gangguan

isolasi sosial menunjukkan afek yang dangkal, tidak ada ekspresi

roman muka.
f) Interaksi selama wawancara.
15

Interaksi selama wawancara pada klien gangguan isolasi sosial

didapatkan melalui hasil wawancara dan observasi yaitu kontak

mata kurang/ tidak mau menatap lawan bicara, curiga.


g) Persepsi.
Persepsi adalah tindakan menyusun, mengenali, dan menafsirkan

informasi sensori guna memberikan gambaran dan pemahaman

tentang lingkungan. Kaji adanya halusinasi atau waham.


h) Proses pikir.
Proses pikir adalah perilaku manusia yang komplek karena

melibatkan berbagai aspek. Didapatkan melalui observasi dan saat

wawancara. Klien dengan gangguan isolasi sosial didapatkan arus

pikir sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai

tujuan), atau tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak

sampai tujuan), atau kehilangan asosiasi dan bloking (pembicaraan

terhenti tiba-tiba).
i) Isi pikir
Isi pikir adalah apa yang sesungguhnya dipikirkan seseorang

gagasan, keyakinan. Didapatkan dari hasil wawancara yaitu

depersonalisasi (perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri,

orang atau lingkungan), phobia adalah ketakutan yang patologis

terhadap obyek, hipokondria adalah keyakinan terhadap adanya

gangguan organ dalam tubuh yang sebenarnya tidak ada, obsesi

adalah pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha

menghilangkannya. Pikiran yang magis adalah keyakinan klien

tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang mustahil.


j) Tingkat kesadaran dan orientasi
16

Data tentang bingung dan sedasi diperoleh dari melalui wawancara

dan observasi, stupor diperoleh melalui observasi, orientasi klien

(waktu, tempat, orang) diperoleh dari wawancara.


k) Memori
Data diperoleh melalui wawancara adakah gangguan daya ingat

jangka panjang, gangguan daya ingat jangka pendek, gangguan

daya ingat saat ini. Biasanya tidak ada gangguan memori.

l) Tingkat konsentrasi dan berhitung


Data diperoleh melalui wawancara, klien gangguan isolasi sosial

biasanya tidak mampu berkonsentrasi dan tidak mampu berhitung,

namun ada pula yang bertolak belakang (dapat berkonsentrasi dan

berhitung) atau salah satunya.


m) Kemampuan penilaian
Kaji apakah ada gangguan kemampuan penilaian ringan atau

gangguan kemampuan penilaian bermakna. Biasanya klien

mengalami gangguan kemampuan penilaian bermakna yaitu klien

tidak mampu mengambil keputusan walaupun sudah dibantu.


n) Daya tilik diri
Data yang diperoleh melalui wawancara. Kemampuan klien dalam

menilai dirinya sendiri. Mengingkari penyakit yang diderita dengan

tidak menyadari gejala penyakit pada dirinya dan merasa tidak

perlu pertolongan.
7) Kebutuhan klien pulang
a) Makan
Tanyakan tentang frekuensi, jumlah, variasi, macam dan cara

makan. Observasi kemampuan klien dalam menyiapkan dan

membersihkan alat makan.


b) BAB/BAK
17

Observasi kemampuan dan kemauan klien untuk BAB/BAK (pergi

ke toilet, menggunakannya, lalu membersihkannya).

c) Mandi
Observasi dan tanyakan tentang frekuensi cara mandi, menyikat

gigi, cuci rambut, gunting kuku, cukur (kumis, jenggot dan rambut)

serta kebersihan tubuh dan bau badan.


d) Berpakaian
Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan

mengenakan pakaian dan alas kaki, serta penampilan klien.


e) Istirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan tentang lama dan waktu tidur siang/malam

serta persiapan sebelum tidur (menyikat gigi, cuci kaki dan berdoa)

dan kegiatan sesudah tidur (merapikan tempat tidur, mandi/cuci

muka, dan menyikat gigi).


f) Penggunaan obat
Observasi dan tanyakan tentang penggunaan obat dan reaksi obat.
g) Pemeliharaan kesehatan.
Tanyakan tentang perawatan dan pengobatan lanjut dan sistem

pendukung yang dimiliki.


h) Kegiatan di dalam rumah
Tanyakan kemempuan klien dalam menyajikan makanan,

merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri dan mengatur

kebutuhan biaya sehari-hari.

i) Kegiatan di luar rumah


Tanyakan kemampuan klien dalam memenuhi keperluan sehari-

hari, melakukan perjalanan mandiri dan kegiatan yang dilakukan di

luar rumah.
j) Mekanisme koping
Mekanisme koping yang digunakan akan lebih banyak pada

mekanisme koping maladaptif.


k) Masalah psikososial
18

Adanya penolakan di lingkungan tempat tinggal atau masyarakat,

tempat kerja atau sekolah, atau dari keluarga.


l) Pengetahuan
Berisi pemahaman klien mengenai penyakit. Klien kebanyakan

kurang atau tidak mengetahui tentang penyakit.


m) Aspek medik
Diagnosa medik dan obat-obatan serta terapi yang dijalani klien

sudah dirumuskan oleh dokter.

2.6.2 Analisa Data

Menurut Setiadi (2012), data yang didapat dikelompokkan menjadi

dua macam, yaitu data subjektif dan data objektif. Berikut adalah data

subjektif dan objektif klien isolasi sosial menurut Damaiyanti (2012),

yaitu:

1) Data Subjektif :

a) Mengatakan malas berinteraksi.


b) Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya.
c) Merasa orang lain tidak selevel.
2) Data objektif :
a) Menyendiri.
b) Mengurung diri.
c) Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain.
2.6.3 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah masalah kesehatan aktual atau

potensial dan berdasarkan pendidikan dan pengalamannya perawat mampu

mengatasinya (Darmawan & Rusdi, 2013). Menurut (Damaiyanti, 2012)

berdasarkan hasil analisa data yang didapat melalui wawancara, observasi

dan pemeriksaan fisik perawat dapat merumuskan diagnosa keperawatan

gangguan isolasi sosial.


2.6.4 Rencana Tindakan Keperawatan (Intervensi)
Menurut Wijayaningsih (2015), intervensi keperawatan dalam asuhan

keperawatan ini adalah :


19

Tujuan Umum : Klien dapat berinteraksi dengan orang lain.


TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menunjukkan ekpresi wajah bersahabat, rasa senang, ada

kontak mata, mau berjabat tangan, mau menyebut nama, mau menjawab

salam, mau berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah

yang dihadapi.
Intervensi :

1) Bina hubungan saling percaya dengan prinsip terapeutik.

2) Sapa klien dengan ramah.


3) Tanyakan nama lengkap klien, dan nama panggilan yang disukai.
4) Jelaskan tujuan pertemuan.
5) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya.

6) Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien.

TUK 2 : Klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial atau tidak

mampu berhubungan dengan orang lain.

Kriteria hasil :

Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial atau tidak berhubungan

dengan orang lain berasal dari diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Intervensi :

1) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku isoslasi sosial dan tanda-

tandanya.

2) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan penyebab isolasi

sosial.

3) Diskusikan bersama klien tentang perilaku isolasi sosial dan tanda-

tandanya serta penyebab yang muncul.


20

4) Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan

perasaannya.

TUK 3: Klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan dengan

orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain (isolasi

sosial).

Kriteria hasil :

Klien dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian tidak berhubungan

dengan orang lain.

Intervensi :

1) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan

dengan orang lain.

2) Beri kesempatan dengan klien untuk mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.

3) Diskusikan bersama klien tentang keuntungan dan kerugiantidak

berhubungan dengan orang lain.

4) Beri reinforcement positif terhadap kemampuan pengungkapan

perasaan tentang keuntungan dan kerugian berhubungan dengan orang

lain.

TUK 4 : Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap.

Kriteria Hasil:

Klien dapat mendemonstrasikan hubungan sosial secara bertahap, antara:

1) Klien – Perawat.
21

2) Klien – Perawat – Klien.

3) Klien – Perawat – Keluarga.

4) Klien – Perawat – Perawat Lain – Kelompok.

Intervensi :

1) Kaji kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya.

2) Bantu klien untuk berhubungan dengan orang secara bertahap.

3) Beri reiforcement atau pujian terhadap keberhasilan yang telah dicapai.

4) Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain.

5) Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan diruangan.

6) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan.

7) Beri reiforcement positif atas kegiatan yang dilakukan klien dalam

ruangan.

TUK 5 : Klien dapat mengungkapkan perasaannya seteah berhubungan

dengan orang lain.

Kriteria Hasil :

Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan

orang lain untuk diri sendiri dan orang lain.

Intervensi :

1) Dorong klien mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan

orang lain.

2) Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan dengan orang

lain.

3) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien dalam

mengungkapkan perasaan bermanfaat berhubungan dengan orang lain.


22

TUK 6 : Klien mendapat dukungan keluarga atau memanfaatkan sistem

pendukung yang ada lingkungan dalam memperluas hubungan sosial.

Kriteria Hasil :

1) Keluarga dapat menjelaskan perasaannya.

2) Keluarga dapat menjelaskan cara merawat klien isolasi sosial.

3) Keluarga dapat mendemonstrasikan perawatan klienisolasisosial

dirumah.

4) Keluarga dapat berpartisipasi dalam perawatan klien isolasi sosial.

Intervensi :

1) Bina berhubungan saling percaya dengan keluarga.

2) Diskusikan dengan keluarga tentang: perilaku isolasi sosial, akibat jika

perilaku isolasi sosial tidak di tanggapi, cara keluarga menghadapi

klien isolasi sosial.

3) Dorong keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk

melakukan hubungan sosial dengan orang lain.

4) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk

klien minimal satu minggu sekali.

5) Beri reiforcement positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga.

2.6.5 Tindakan Keperawatan (Implementasi)

Menurut Direja (2011), implementasi merupakan tindakan

keperawatan yang disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan.

Menurut Damaiyanti (2012), klien dengan isolasi sosial dapat dilakukan

tindakakan keperawatan dengan melakukan Standar Pelaksanaan (SP) 1

sampai 3 yaitu :
23

Tabel 2.1 SP Klien dan Keluarga menurut Damaiyanti (2012).


Klien Keluarga
SP1 SP1
Bina hubungan saling percaya Mendiskusikan masalah yang dirasakan
keluarga dalam merawat klien
Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan Menjelaskan pengertian, tanda dan
berinteraksi dengan orang lain gejala serta proses terjadinya isolasi
Berdiskusi dengan klien tentang kerugian sosial
tidak berinteraksi dengan orang lain Menjelaskan cara merawat klien
Mengajarkan klien cara berkenalan dengan dengan isolasi sosial
satu orang
Menganjurkan klien memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang dengan orang
lain dalam kegiatan harian
SP2 SP2
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien Melatih keluarga mempraktikkan cara
merawat klien dengan isolasi sosial
Memberikan kesempatan kepada klien Melatih keluarga melakukan cara
mempraktikkan cara berkenalan dengan satu merawat langsung kepada klien
orang (perawat)
Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

SP3 SP3
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien Membantu keluarga membuat jadwal
aktifitas di rumah termasuk minum
obat (discharge planning)
Memberikan kesempatan kepada klien Menjelaskan follow up klien setelah
mempraktikkan cara berkenalan dengan pulang
orang kedua (seorang klien)
Menganjurkan klien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

2.6.6 Strategi Pelaksanaan pada Klien Isolasi Sosial

Menurut Damaiyanti (2012) dan Trimelia (2011), Strategi Pelaksanaan

(SP) apabila dipraktekkan secara langsung dapat dilihat dibawah ini:

1) SP 1 Klien
Membina hubungan saling percaya, membantu klien mengenali

penyebab isolasi sosial, membantu klien mengenal keuntungan

berhubungan dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain dan

mengajarkan klien berkenalan.


Contoh:
Fase Orientasi
24

“Assalamualaikum,WR.WB, Selamat pagi!”


“Perkenalkan saya Amanda. Saya senang dipanggil Manda. Saya

perawat yang akan merawat anda.”


“Siapa nama anda? Senangnya dipanggil bagaimana?”
“Bagaimana perasaan anda saat ini? Apa keluhan anda hari ini?”
“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tetang keluarga dan teman-

teman anda? Bagaimana kalau di taman? Mau berapa lama anda?

bagaimana kalau 15 menit?”


Fase Kerja
“Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan anda? Siapa yang

paling sekat dengan anda? Siapa yang jarang bercakap-cakap dengan

anda? Apa yang membuat anda jarang bercakap-cakap dengannya?”


“Apa yang anda rasakan selama dirawat disisni? Oo.. anda merasa

sendirian? Siapa saja yang anda kenal di ruangan ini? Oo.. belum ada?

Apa yang menyebabkan anda tidak mempunyai teman disini dan tidak

mau bergabung atau ngobrol dengan teman-teman yang ada disini?”


“Anda tahu tentang keuntungan kalau kita mempunyai banyak

teman? Coba sebutkan apa saja? (Sampai klien dapat menyebutkan

beberapa). Nah kalau kerugian dari tidak punya banyak teman anda

tahu tidak? Coba sebutkan apa saja? (Sampai klien dapat

menyebutkan beberapa). Jadi, banyak juga ruginya ya kalau kita tidak

punya banyak teman. Kalau begitu maukah anda berkenalan dan

bergaul dengan orang lain?”


“Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan

orang lain?”
“Begini lo, untuk berkenalan dengan orang lain, kita ucapkan

salam lalu berjabat tangan kemudian sebutkan nama kita dan nama

panggilan yang kita sukai, asal dan hobby kita. Contoh:


25

Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Amanda, saya senang

dipanggil Manda. Asal saya dari Ngawi dan hobby saya menyanyi.”
“Selanjutnya anda tanyakan nama orang yang diajak kenalan, nama

panggilan yang disukai dan tanyakan juga asal dan hobbynya. Contoh:

nama anda siapa? Senang dipanggil apa? Asal anda dari mana?

Hobbynya apa?”
“Ayo dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan anda. Coba

berkenalan dengan saya!”


“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali!”
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan anda setelah kita latihan berkenalan?”
“Anda tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik

sekali.”
“Selanjutnya, anda dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari

tadi selama saya tidak ada. Sehingga anda lebih siap untuk berkenalan

dengan orang lain. anda mau mempraktikkan ke orang lain? Mau

pukul berapa mencobanya? Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan

harian anda”
“Besok pagi pukul 10.00 saya akan datang kesini untuk mengajak

anda berkenalan dengan teman saya, perawat Y. “Bagaimana, Tn.x

mau kan?”
“Baiklah, sampai jumpa.”

2) SP 2 Klien
Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (berkenalan dengan

orang pertama, yaitu seorang perawat)


Fase Orientasi
“Selamat pagi !”
“Bagaimana perasaan anda hari ini?”
“Sudah diingat-ingat lagi pelajaran kita tentang berkenalan? Coba

sebutkan lagi sambil bersalaman dengan perawat!”


26

“Bagus sekali, anda masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan

mengajak anda mencoba berkenalan dengan perawat Y. Tidak lama

kok, sekitar 10 menit.”


“Ayo kita temui perawat Y disana.”
Fase Kerja
(Bersama-sama mendekati perawat Y)
“Selamat pagi perawat Y, ini klien saya ingin berkenalan dengan

anda.”
“Baiklah, anda dapat berkenalan dengan perawat Y seperti yang

kita praktikkan kemarin.”(Klien mendemonstrasikan cara berkenalan

dengan perawat Y: memberi salam, menyebutkan nama, menanyakan

nama perawat dan seterusnya).


Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan anda setelah kita latihan berkenalan?”
“Anda tadi sudah mempraktikkan cara berkenalan dengan baik

sekali.”
“Selanjutnya, anda dapat berkenalan lagi dengan klien, Sehingga

anda mempunyai banyak kenalan. anda mau berkenalan klien lain?

Mau pukul berapa mencobanya? Mari kita masukkan pada jadwal

kegiatan harian anda”


“Besok pagi pukul 10.00 saya akan datang kesini untuk mengajak

anda berkenalan dengan klien lain. Bagaimana, anda mau kan?”


“Baiklah, sampai jumpa.”
3) SP 3 Klien
Mengajarkan klien berinteraksi secara bertahap (bekenalan dengan

perawat dan klien lain)


Fase Orientasi
“Selamat pagi! Bagaimana perasaan anda hari ini?”
“Apakah anda bercakap-cakap dengan perawat Y kemarin?”(Jika

jawaban klien ya, maka lanjutkan komunikasi berikutnya pada orang

lain).
“Bagaimana perasaan anda setelah bercakap-cakap dengan perawat

Y kemarin siang?”
27

“Bagus sekali, anda menjadi senang karena punya teman lagi”


“Kalau begitu, anda ingin punya banyak teman lagi?”
“Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain,

yaitu saudara A?”


“Seperti biasa kira-kira 10 menit”
“Mari kita temui dia ditaman”

Fase Kerja
(Bersama-sama klien ).
“Selamat pagi, ini ada klien saya yang ingin berkenalan”
“Baiklah anda, sekarang dapat berkenalan dengannya seperti yang

telah anda lakukan sebelumnya” (Klien mendemonstrasikan cara

berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama panggilan,

asal, hobby dan menanyakan hal yang sama).


“Ada lagi yang anda ingin tanyakan kepada saudara A?”
“Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan anda dapat sudahi

perkenalan ini. Lalu anda dapat buat janji bertemu lagi. Misal,

bertemu lagi pukul 3 sore nanti”(klien membuat janji untuk bertemu

kembali dengan saudara A).


“Baiklah saudara A, karena anda sudah selesai berkenalan, kami

akan kembali keruangan kami. Selamat pagi” (Bersama-sama klien,

meninggalkan A untuk melakukan terminasi dengan klien di tempat

lain).
Fase Terminasi
“Bagaimana perasaan anda setelah berkenalan dengan A?”
“Dibandingkan kemarin pagi, anda tampak lebih baik saat

berkenalan dengan A. Pertahankan apa yang sudah anda lakukan tadi.

Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan A pukul 3 sore nanti.”


“Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-

cakap dengan orang lain kita tambahkan lagi di jadwal harian? Jadi

satu hari anda dapat berbincang-bincang dengan orang lain sebanyak

tiga kali, pukul 8 pagi, pukul 2 siang dan pukul 7 malam, anda dapat
28

bertemu dengan pasien lain. Selanjutnya anda dapat berkenalan

dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana? anda setuju?.”

“Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman

anda. Pada pukul yang sama dan tempat yang sama ya. Sampai

besok.”

Strategi Pelaksanaan (SP) Untuk Keluarga

1) SP I Keluarga

Berikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi sosial,

penyebab isolasi sosial dan cara merawat klien dengan isolasi sosial.

Contoh:

Fase Orientasi

“Selamat pagi Pak/IBu!”

“Perkenalkan saya Amanda perawat dirumah sakit. Saya yang

merawat keluarga Bapak/Ibu”

“Nama Bapak/Ibu siapa? Senang dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Bagaimana keadaan

klien sekarang?”

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah

klien dan cara perawatannya?”

“Kita diskusi disini saja ya? Berapa lama Bapak/Ibu punya

waktu? Bagaimana kalau setengah jam?”

Fase Kerja
29

“Apa masalah yang Bapak/Ibu hadapi dalam merawat klien?

Apa sudah dilakukan?”

“Masalah yang dialami oleh klien disebut isolasi sosial. Ini

adalah salah satu gejala penyakit yang juga dialami oleh klien

gangguan jiwa lainnya”

“Tanda-tandanya antara lain, enggan berkomunikasi, tidak

peduli lingkungan, mengurung diri, serta tidak mau bergaul dengan

orang lain”

“Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman

yang mengecewakan saat berhubungan dengan orang lain, seperti

sering ditolak, tidak dihargai ataupun berpisah dengan orang-orang

terdekat”

“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi, maka seseorang

dapat mengalami halusinasi. Halusinasi adalah suatu keadaan

dimana klien melihat bayangan atau mendegar suara yang

sebetulnya tidak ada”

“Untuk menghadapi keadaan yang demikian, Bapak/Ibu dan

anggota keluarga lainnya harus bersabar menghadapi klien. Untuk

merawat klien, keluarga perlu melakukan beberapa hal. Pertama,

keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan klien

yang caranya adalah bersikap peduli dengan klien dan jangan

ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan semangat dan

dorongan kepada klien agar dapat melakukan kegiatan bersama-


30

sama dengan orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan

mencela kondisi klien.”

“Selanjutnya, jangan biarkan klien sendiri. Buat rencana atau

jadwal bercakap-cakap dengan klien. Misal, sholat bersama, makan

bersama, rekreasi bersama, serta melakukan kegiatan rumah tangga

bersama”

“Nah, bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan

semua cara itu?”

“Begini contoh komunikasinya: Bapak/Ibu lihat sekarang kamu

sudah dapat bercakap-cakap dengan orang lain. Perbincangannya

juga lumayan lama. Bapak senang sekali melihat perkembangan

kamu. Nak, coba kamu bincang-bincang dengan saudara yang lain.

Lalu bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah?

Kalau di Rumah Sakit ini, kamu sholat dimana? Kalau nanti

dirumah, kamu sholat bersama-sama keluarga atau di mushola

kampung. Bagaimana anda, kamu mau kan, Nak?”

“Nah, coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti

yang telah saya contohkan”

“Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”

“Sampai sini ada yang ingin ditanyakan Pak?”

Fase Terminasi

“Baiklah, waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan

Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”


31

“Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi

sosial dan tanda-tanda orang yang mengalami isolasi sosial”

“Selanjutnya, dapat Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat

anak Bapak yang mengalami masalah isolasi sosial”

“Bagus sekali Pak, Bapak dapat menyebutkan kembali cara-cara

perawatan tersebut”

“Nanti kalau ketemu klien, coba Bapak/Ibu lakukan. Tolong

ceritakan kepada anggota keluarga yang lain agar mereka juga

melakukan hal yang sama”

“Bagaimana kalau kita bertemu tiga hari lagi untuk latihan.”

“Kita bertemu di rumah Bapak saja, pada pukul yang sama,

selamat pagi.”

2) SP 2 Keluarga

Latih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan masalah

isolasi sosial langsung dihadapan klien.

Contoh:

Fase Orientasi

“Selamat pagi Pak/Bu”

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”

“Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang

telah kita pelajari beberapa hari yang lalu?”

“Mari mempraktikkan langsung ke klien! Berapa lama waktu

Bapak/Ibu? Baik, kita akan coba 30 menit”

“Sekarang mari kita temui klien”


32

Fase Kerja

“Selamat pagi. Bagaimana perasaan klien hari ini?”

“Bapak/Ibu klien ingin bercakap-cakap. Beri salam! Bagus.

Tolong klien tunjukkan jadwal kegiatannya!”(Kemudian perawat

berbicara dengan keluarga klien sebagi berikut).

“Nah, Pak, sekarang Bapak dapat mempraktikkan apa yang

sudah kita latihkan beberapa hari lalu” (Perawat mengobservasi

keluarga mempraktikkan cara merawat klien seperti yang telah

dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).

“Bagaimana perasaan klien setelah berbincang-bincang dengan

orang tua klien?”

“Baiklah, sekarang saya dan orang tua keruang perawat dulu”

(Perawat dan keluarga meninggalkan klien untuk melakukan

terminasi dengan keluarga).

Fase Terminasi

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?

Bapak/Ibu sudah bagus”

“Mulai sekarang, Bapak/Ibu sudah dapat melakukan cara

merawat tadi”

“Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan

pengalaman Bapak melakukan cara merawat yang sudah kita

pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak”

“Sampai jumpa!”
33

3) SP 3 Keluarga

Jelaskan perawatan lanjutan

Contoh:

Fase Orientasi

“Selamat pagi Pak/Bu!”

“Karena kunjungan saya sudah mau berakhir, maka perlu kita

bicarakan perawatan lanjutan dirumah”

“Bagaimana kalau kita membicarakan perawatan lanjutan

tersebut disini saja?”

“Berapa lama kita dapat bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

Fase Kerja

“Bapak/Ibu, ini jadwal yang sudah dibuat. Coba dilihat,

mungkinkah dilanjutkan? Bapak/Ibu lanjutkan jadwal ini, baik

jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku

yang ditampilkan oleh anak Bapak. Misal, kalau klien terus-

menerus tidak mau bergaul dengan orang lain, menolak minum

obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika

hal itu terjadi, segera hubungi perawat Y di Rumah Sakit, ini nomer

telepon RS nya xxxxxx.”

Fase Terminasi

“Bagaimana, Pak/Ibu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal

kegiatan harian anda. Jangan lupa kontrol ke Rumah Sakit sebelum

obat habisatau jika ada gejala yang tampak”


34

2.6.7 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Menurut Keliat & Akemat (2016), Terapi aktivitas kelompok yang

dapat dilakukan untuk klien dengan Isolasi sosial adalah: Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi.

2.6.8 Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)

Menurut Keliat & Pawirowiyono (2016), Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi adalah upaya memfasilitasi kemampuan sosialisasi

sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.

1) Tujuan

a) Tujuan Umum :

Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara

bertahap.

b) Tujuan Khusus :

(1) Klien mampu memperkenalkan diri.

(2) Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.

(3) Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.

2) Setting Tempat

Keterangan:
: Leader : Klien
: Co Leader : Operator
: Fasilitator : Observer

Gambar 2.3 Setting Tempat Terapi Aktivitas Kelompok (Keliat, 2016).


35

3) Tim Terapi dan Tugasnya

a) Leader :

(1) Menyusum rencana TAK.

(2) Merencanakan,mengontrol, mengatur berlangsungnya TAK.

(3) Mengarahkan kelompok dalam pencapaian tujuan, memimpin

jalannya TAK dan menetapkan tujuan dan peraturan kelompok.

(4) Memfasilitasi setiap anggota untuk mengkoreksi perasaan.

(5) Mengajukan pendapat dan memberikan umpan balik.

(6) Memberi motivasi anggota untuk mengemukakan pendapat dan

memberi reinforcement positif.

(7) Evaluasi tindak lanjut.

b) Co Leader :

(1) Membantu leader dalam pengorganisasian anggota kelompok.

(2) Mengingatkan pemimpin bila diskusi menyimpang.

(3) Bersama leader memberi contoh bentuk kerjasama yang baik.

c) Fasilitator:

(1) Ikut serta dalam kegiatan kelompok.

(2) Memberikan stimulus dan motivasi kepada pasien anggota

kelompok untuk aktif mengikuti berlangsungnya TAK.

(3) Mengikuti arahan dari leader dalam mengikuti kegiatan

kelompok.
36

d) Observer :

(1) Mencatat serta mengamati respon klien (dicatat pada format

yang tersedia), dinamika jalannya TAK, keadaan peserta (aktif,

pasif, kooperatif).

(2) Mengawasi berlangsungnya TAK dari mulai persiapan, proses

hingga penutupan.

(3) Memberikan umpan balik kepada leader, co-leader, fasilitator

tentang jalannya TAK.

e) Setting

Terapi dengan klien duduk bersama membentuk lingkaran

diruangan yang nyaman dan tenang.

f) Antisipasi Masalah:

(1) Beri perhatian khusus dalam penyampaian materi dan

peragaan.

(2) Bimbing sebisa mungkin peserta TAK mengikuti perintah.

(3) Buatlah kontrak dengan seluruh peserta TAK untuk disiplin

selama proses berjalannya TAK dengan tidak meninggalkan

tempat pelaksanaan sesuai dengan kontrak waktu.

2.6.9 Penerapan Terapi Aktivitas Kelompok


Menurut Keliat (2016), TAKS pada klien isolasi sosial sesi yaitu:
Sesi 1 : Kemampuan memperkenalkan diri.
Tujuan:
Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama lengkap,

nama panggilan, asal, dan hobi.


37

Setting:

1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran.

2) Ruangan nyaman dan tenang.

Alat:

1) Buku catatan dan pulpen.

2) Jadwal kegiatan.

3) Bola tennis.

4) Tape recorder.

5) Kaset "dangdut.

Metode:

1) Dinamika kelompok.

2) Diskusi dan tanya jawab.

3) Bermain peran/ stimulus.

Langkah Kegiatan:

1) Persiapan

a) Memilih klien sesuai dengan indikasi yaitu isolasi sosial.

b) Membuat kontrak dengan pasien.

c) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi

a) Salam terapeutik

Salam dari terapis kepada klien.

b) Evaluasi/ validasi

Menanyakan perasan klien saat ini.


38

c) Kontrak:

(1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, memperkenalkan diri.

(2) Terapis menjelaskan aturan main:

Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

izin kepada terapis. lama kegiatan 45 menit, setiap klien

mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3) Tahap Kerja

a) Terapis membagikan papan nama untuk masing-masing klien.

b) Terapis meminta masing-masing klien menyebutkan nama lengkap,

nama panggilan, hobi, dan asal.

c) Terapis meminta masing-masing klien menuliskan nama panggilan

di depan papan nama yang dibagikan.

d) Terapis meminta masing-masing klien memperkenalkan diri

secara berurutan, searah jarum jam dimulai dari terapis, dengan

menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.

e) Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder

akan dinyalakan, saat musik terdengar bola tenis dipindahkan dari

satu ke klien lain. Saat musik dihentikan, klien yang sedang

memegang bola tenis menyebutkan nama lengkap, nama

panggilan, asal, dan hobi dari klien yang lain (minimal nama

panggilan).

f) Terapis memutar tape recorder dan saat musik berhenti, klien yang

sedang memegang bola tennis menyebutkan nama lengkap, nama

panggilan, asal, dan hobi klien yang lain.


39

g) Ulangi langkah f sampai semua klien mendapatkan giliran.

h) Berikan pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan mengajak

klien lain bertepuk tangan.

4) Tahap Terminasi

a) Evaluasi:

(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.

(2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien menyapa orang lain sesuai dengan

nama panggilan.

c) Kontrak yang akan datang:

(1) Terapis membuat kontrak untuk TAK yang akan datang, yaitu

berkenalan dengan anggota kelompok.

(2) Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

1) Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya

pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien

sesuai dengan tujuan, Kemampuan klien yang diharapkan adalah dapat

memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal dengan

menggunakan formulir evaluasi berikut.


40

Sesi 1: TAKS

Kemampuan memperkenalkan diri

a) Kemampuan verbal.
Tabel 2.2 Evaluasi Kemampuan Memperkenalkan Diri Secara
Verbal.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Menyebutkan nama lengkap


2. Menyebutkan nama panggilan
3. Menyebutkan asal
4. Menyebutkan hobi
Jumlah

b) Kemampuan nonverbal.
Tabel 2.3 Evaluasi kemampuan memperkenalkan diri secara
nonverbal.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:

(1) Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang

mengikuti TAK.

(2) Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda

centang (√), jika ditemukan pada klien atau tanda negatif (-)

jika tidak di temukan.


41

(3) Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien

mampu, dan tidak nilai 0-1, atau 2 klien belum mampu.

2) Dokumentasi

Dokumentasi pada catatan proses keperawatan tiap klien.

Contoh klien mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Klien

mampu memperkenalkan diri secara verbal dan nonverbal, anjurkan

klien mengenal klien lain di ruangan.

Sesi 2 :Kemampuan berkenalan

Tujuan:

1) Klien mampu memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama

lengkap, nama panggilan, asal, dan hobi.

2) Menanyakan diri anggota kelompok lain: nama lengkap, nama

panggilan, asal, dan hobi.

Setting:

1) Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran

2) Ruangan tempat perawatan klien.

Alat:

1) Buku catatan dan pulpen

2) Jadwal kegiatan

3) Bola tennis

4) Tape recorder

5) Kaset "dangdut

Metode:

1) Dinamika kelompok
42

2) Diskusi dan tanya jawab

3) Bermain peran/ stimulus.

Langkah Kegiatan:

1) Persiapan:

a) Mengingatkan kontrak pada klien peserta sesi 1 Terapi Aktivitas

Kelompok Sosialisasi.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi:

a) Salam terapeutik:

(1) Salam dari terapis kepada klien.

(2) Terapis dan klien memakai papan nama.

b) Evaluasi / validasi:

(1) Menanyakan perasaan klien saat ini.

(2) Menanyakan apakah klien telah mencoba memperkenalkan diri

pada orang lain.

c) Kontrak:

(1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu berkenalan dengan

anggota kelompok.

(2) Terapis menjelaskan aturan main berikut :

Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta

izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap klien

mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3) Tahap Kerja:

a) Hidupkan kaset pada tape recorder dan edarkan bola tenis.


43

b) Pada saat tape dimatikan anggota kelompok yang memegang bola

tenis diberi kesempatan menjawab dan menanyakan nama lengkap,

nama panggilan, asal, dan hobi lawan bicara kelompok lain.

c) Kegiatan ini diulang sampai semua peserta mendapat giliran.

d) Terapis memberikan pujian saat klien menyebutkannya dengan

benar.

4) Tahap Terminasi:

a) Evaluasi

(1) Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.

(2) Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Tindak lanjut

Terapis menganjurkan klien untuk berkenalan kepada anggota

kelompok lain dan berikan jadwal kegiatan klien.

c) Kontrak yang akan datang:

(1) Menyepakati kegiatan TAK yang akan datang yaitu tentang

kehidupan pribadi.

(2) Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

1) Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya

pada tahap kerja. Aspek yang di evaluasi pada TAKS SESI 2,

kemampuan klien yang diharapkan adalah mampu berkenalan secara

verbal dan nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.


44

Sesi 2: TAKS

Kemampuan berkenalan

a) Kemampuan berkenalan verbal.

Tabel 2.4 Evaluasi kemampuan berkenalan secara verbal


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Menanyakan nama lengkap


2. Menanyakan nama panggilan
3. Menanyakan asal
4. Menanyakan hobi
Jumlah

b) Kemampuan nonverbal.
Tabel 2.5 Evaluasi kemampuan berkenalan secara nonverbal.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk

1) Dibawah ini judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang

ikut TAKS.

2) Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda

centang (√), jika ditemukan pada pasien atau tanda negatif (-)

jika tidak di temukan.

3) Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika nilai verbal lebih dari

6 berarti mampu dan kurang dari 5 pasien belum mampu. Nilai

nonverbal jika 3 atau 4 berarti mampu dan kurang dari 2 belum

mampu.
45

2) Dokumentasi

Dokmentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat Terapi

Aktivitas Kelompok pada catatan proses keperawatan tiap klien.

Contoh klien mengikuti sesi 2, Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi.

Klien mampu menanyakan nama lengkap, nama panggilan, asal, dan

hobi.

Sesi 3: Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

Tujuan :

1) Menanyakan kehidupan pribadi pada satu anggota kelompok.

2) Menjawab pertanyaan tentang kehidupan pribadi.

Setting :

1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

2) Ruangan nyaman dan tenang.

Alat :

1) Tape recorder/CD player.

2) Kaset/CD: “Marilah kemari” (Titiek Puspa) atau lagu sejenis yang

berirama riang.

3) Bola tenis.

4) Buku catatan dan pulpen.

5) Jadwal kegiatan.

Metode :

1) Dinamika kelompok.

2) Diskusi dan tanya jawab.

3) Bermain peran/simulasi.
46

Langkah Kegiatan:

1) Persiapan

a) Mengingatkan kontrak dengan anggota kelompok (pada terminasi

sesi 2 TAKS).

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi

a) Salam Terapeutik

(1) Memberi salam terapeutik.

(2) Peserta dan terapis memakai papan nama.

b. Evaluasi/ validasi

(1) Menanyakan perasaan klien saat ini.

(2) Bertanya apakah telah mencoba berkenalan dengan orang lain.

c. Kontrak

(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu bertanya dan menjawab

tentang kehidupan pribadi.

(2) Menjelaskan aturan main

Jika ada peserta yang akan meninggalkan kelompok, harus

meminta izin kepada terapis, lama kegiatan 45 menit, setiap

klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3) Tahap Kerja

a) Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player dan edarkan

bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.


47

b) Pada saat musik dihentikan, anggota kelompok yang memegang

bola mendapat giliran untuk bertanya tentang kehidupan pribadi

anggota kelompok yang ada di sebelah kanan dengan cara :

(1) Memberi salam.

(2) Memanggil panggilan.

(3) Menanyakan kehidupan pribadi.

(4) Dimulai oleh terapis sebagai contoh.

c) Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.

d) Beri pujian untuk tiap keberhasilan anggota kelompok dengan

memberi tepuk tangan.

4) Tahap Terminasi

a) Evaluasi

(1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.

(2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Rencana tindak lanjut

(1) Menganjurkan tiap anggota bercakap cakap tentang kehidupan

pribadi dengan orang lain pada kehidupan sehari-hari.

(2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan

harian klien.

c) Kontrak yang akan datang

(1) Menyepakati kegiatan berikut, yaitu menyampaikan dan

membicarakan topik pembicaraan tertentu.

(2) Menyepakati waktu dan tempat.


48

Evaluasi dan Dokumentasi

1) Evaluasi

Evaluasi dilakukan ketika proses TAKS berlangsung sesuai

dengan tujuan, khususnya pada tahap kerja. TAKS sesi 3 dievaluasi

kemampuan verbal dalam bertanya dan menjawab serta kemampuan

nonverbal dengan menggunakan formulir evaluasi berikut.

Sesi 3: TAKS

Kemampuan bercakap-cakap

a) Kemampuan verbal: Bertanya


Tabel 2.6 Evaluasi kemampuan verbal bertanya.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Mengajukan pertanyaan yang jelas


2. Mengajukan pertanyaan yang ringkas
3. Mengajukan pertanyaan yang relevan
4. Mengajukan pertanyaan secara spontan
Jumlah

b) Kemampuan verbal menjawab

Tabel 2.7 Evaluasi kemampuan verbal menjawab.


Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Menjawab secara jelas


2. Menjawab secara ringkas
3. Menjawab secara relevan
4. Menjawab secara spontan
Jumlah

c) Kemampuan nonverbal
Tabel 2.8 Evaluasi kemampuan nonverbal bercakap-cakap.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
49

Jumlah
Petunjuk :

(1) Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien.

(2) Untuk tiap klien, semua aspek dinilai dengan memberi

tanda centang (√) jika ditemukan pada klien dan tanda

negatif (-) jika tidak ditemukan.

(3) Jumlahkan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapat

nilai 3 atau 4 klien mampu; jika nilai ≤2 klien dianggap

belum mampu.

2) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat mengikuti

TAKS pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, nilai

kemampuan verbal bertanya 2, kemampuan verbal menjawab 2, dan

kemampuan nonverbal 2, maka catatan keperawatan adalah klien

mengikuti TAKS Sesi 3, klien belum mampu bercakap-cakap secara

verbal dan nonverbal. Dilanjutkan latihan diulang di ruangan (buat

jadwal).

Sesi 4 : mampu menyampaikan topik pembicaraan tertentu dengan

anggota kelompok

Tujuan:

1) Menyampaikan topik yang ingin dibicarakan.

2) Memilih topik yang ingin dibicarakan.

3) Member pendapat tentang topik yang dipilih.

Setting :

1) Tape recorder/CD Player.


50

2) Kaset/CD: “ Marilah kemari” (Titiek Puspa). Jika tidak ada, dapat

diganti lagu yang sejenis yang berirama riang.

3) Bola tenis.

4) Buku catatan dan pulpen.

5) Flipchart/whiteboard dan spidol.

Metode :

1) Dinamika kelompok.

2) Diskusi dan tanya jawab.

3) Bermain peran / simulasi.

Langkah Kegiatan :

1) Persiapan

a) Mengingatkan kontrak dengan kelompok pada sesi 3 TAKS.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi

a) Salam Terapeutik

(1) Memberikan salam terapeutik.

(2) Peserta dan terapis memakai papan nama.

b) Evaluasi/ validasi

(1) Menanyakan perasaan klien saat itu.

(2) Menanyakan apakah klien telah berlatih bercakap-cakap

dengan orang lain.

c) Kontrak

(1) Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu menyampaikan, memilih,

dan memberi pendapat tentang topik percakapan.


51

(2) Menjelaskan tentang aturan main yaitu jika ada peserta yang

ingin meninggalkan kelompok harus eminta izin kepada

terapis, lama kegiatan selama 45 menit, setiap peserta

mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.

3) Tahap Kerja

a) Hidupkan kaset/CD pada tape recorder/CD player dan edarkan

bola tenis berlawanan dengan arah jarum jam.

b) Pada saat musik berhenti, anggota kelompok yang memegang

bola mendapat giliran untuk menyampaikan suatu topik yang

ingin dibicarakan.

c) Tuliskan pada flipchart/whiteboard, topik yang disampaikan

secara berurutan.

d) Ulangi a,b, dan c sampai semua anggota kelompok

menyampaikan topik yang ingin dibicarakan.

e) Hidupkan lagi musik dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan,

anggota yang memegang bola memilih topik yang disukasi untuk

dibicarakan dari daftar yang ada.

f) Ulangi e sampai semua anggota kelompok memilih topik.

g) Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih.

h) Hidupkan lagi musik dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan,

anggota kelompok yang memegang bola menyampaikan pendapat

tentang topik yang dipilih.

i) Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan

pendapat.
52

j) Buat rangkuman pendapat dari anggota.

k) Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan

memberi tepuk tangan.

4) Tahap terminasi

a) Evaluasi

(1) Menayakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.

(2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Rencana tindak lanjut

(1) Menganjurkan setiap anggota kelompok bercakap-cakap

tentang topik tertentu dengan orang lain pada kehidupan

sehari-hari.

(2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap pada jadwal kegiatan

harian klien.

c) Kontrak yang akan datang

(1) Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu menyampaikan dan

membicarakan masalah pribadi.

(2) Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

1) Evaluasi

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan

tujuan TAKS. Pada TAKS sesi 4 dievaluasi kemampuan verbal

menyampaikan, memilih, dan memberi pendapat tentang topik

percakapan serta kemampuan nonverbal dengan menggunakan

formulir evaluasi berikut.


53

Sesi 4 : TAKS

Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu.

a) Kemampuan verbal : menyampaikan topik


Tabel 2.9 Evaluasi kemampuan verbal menyampaikan topik.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Mengajukan topik secara jelas


2. Mengajukan topik secara ringkas
3. Mengajukan topik yang relevan
4. Mengajukan topik secara spontan
Jumlah

b) Kemampuan verbal : memilih topik


Tabel 2.10 Evaluasi kemampuan verbal memilih topik.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Memilih topik secara jelas


2. Memilih topik secara ringkas
3. Memilih topik yang relevan
4. Memilih topik secara spontan
Jumlah

c) Kemampuan verbal : memberi pendapat


Tabel 2.11 Evaluasi kemampuan verbal memberi pendapat.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Memberi pendapat secara jelas


2. Memberi pendapat secara ringkas
3. Memberi pendapat yang relevan
4. Memberi pendapat secara spontan
Jumlah

d) Kemampuan nonverbal
Tabel 2.12 Evaluasi kemampuan nonverbal
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah
54

Petunjuk:

(1) Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang

ikut TAKS.

(2) Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda

centang (√) jika ditemukan pada klien atau tanda negatif (-)

jika tidak di temukan.

(3) Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien

mampu, dan nilai ≤2 klien belum mampu.

2) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan klien saat TAKS berlangsung,

pada catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, kemampuan

verbal bertanya, meminta, menjawab dan memberi 4, serta kemampuan

nonverbal 4, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti sesi 4

TAKS, klien mampu secara verbal dan nonverbal dalam bertanya,

meminta, menjawab dan memberi.

Sesi 5 : menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi dengan

orang lain.

Tujuan :

1) Klien mampu menyampaikan masalah pribadi.

2) Memilih satu masalah untuk dibicarakan.

3) Memberi pendapat tentang masalah pribadi yang dipilih.

Setting:

1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

2) Ruangan nyaman dan tenang.


55

Alat:

1) Tape recorder/CD Player.

2) Kaset/CD: “ Marilah kemari” (Titiek Puspa).

3) Bola tenis.

4) Buku catatan dan pulpen.

5) Jadwal kegiatan.

6) Flipchart/whiteboard dan spidol.

Metode:

1) Dinamika kelompok.

2) Diskusi dan tanya jawab.

3) Bermain peran / stimulasi.

Langkah Kegiatan:

1) Persiapan

1) Mengingatkan kontrak anggota kelompok pada sesi TAKS 4.

2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi

1) Memberi salam terapeutik

(1) Memberi salam terapeutik.

(2) Klien dan terapis memakai papan nama.

b) Evaluasi

(1) Menanyakan perasaan klien saat ini.

(2) Menanyakan apakah klien telah berlatih bercakap-cakap

tentang topik/ hal tertentu dengan orang lain.


56

c) Kontrak

(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan, memilih,

dan memberi pendapat tentang masalah pribadi.

(2) Menjelaskan aturan main.

2) Tahap Kerja

a) Hidupkan kaset/CD dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah

jarum jam.

b) Pada saat musik dihentikan, anggota kelompok yang memegang

bola mendapat giliran untuk menyampaikan suatu masalah pribadi

yang ingin dibicarakan.

c) Tuliskan pada flipchart/whiteboard masalah yang disampaikan.

d) Ulangi a,b,c sampai semua anggota kelompok menyampaikan

masalah yang ingin dibicarakan.

e) Hidupkan musik dan edarkan bola tenis. Pada saat dimatikan

anggota yang memegang bola memilih masalah yang akan

dibicarakan.

f) Ulangi e sampai semua angota kelompok memilih masalah yang

ingin dibicarakan.

g) Terapis membantu menetapkan topik yang paling banyak dipilih.

h) Hidupkan musik dan edarkan bola tenis. Saat musik berhenti

anggota yang memegang bola menyampaikan pendapat tentang

masalah yang dipilih.

i) Ulangi h sampai semua anggota kelompok menyampaikan

pendapat.
57

j) Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan

memberi tepuk tangan.

3) Tahap terminasi

a) Evaluasi

(1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.

(2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Rencana tindak lanjut

(1) Menganjurkan tiap anggota kelompok bercakap-cakap tentang

masalah pribadi dengan orang lain dikehidupan sehari-hari.

(2) Memasukkan kegiatan bercakap-cakap kedalam jadwal

kegiatan harian.

c) Kontrak yang akan datang

(1) Menyepakati kegiatan berikutnya, yaitu bekerjasama dalam

kelompok.

(2) Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan Dokumentasi

1) Evaluasi

Proses evaluasi dilakukan selama sesi TAKS berlangsung.

Untuk TAKS 5, dievaluasi kemampuan verbal klien menyampaikan,

memilih, dan memberi pendapat tentang percakapan mengenai masalah

pribadi, serta kemampuan nonverbal.


58

Sesi 5 : TAKS

Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi

a) Kemampuan verbal: menyampaikan topik


Tabel 2.13 Evaluasi kemampuan verbal menyampaikan pendapat.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Menyampaikan topik secara jelas


2. Menyampaikan topik secara ringkas
3. Menyampaikan topik yang relevan
4. Menyampaikan topik secara spontan
Jumlah

b) Kemampuan verbal : memilih topik


Tabel 2.14 Evaluasi kemampuan verbal memilih topik.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Memilih topik secara jelas


2. Memilih topik secara ringkas
3. Memilih topik yang relevan
4. Memilih topik secara spontan
Jumlah

c) Kemampuan verbal : memberi pendapat tentang masalah


Tabel 2.15 Evaluasi kemampuan verbal memberi pendapat.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Memberi pendapat secara jelas


2. Memberi pendapat secara ringkas
3. Memberi pendapat yang relevan
4. Memberi pendapat secara spontan
Jumlah

d) Kemampuan nonverbal
Tabel 2.16 Evaluasi kemampuan nonverbal.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
59

Jumlah
Petunjuk:
(1) Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang

ikut TAKS.

(2) Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda

centang (√) jika ditemukan pada klien atau tanda negatif (-) jika

tidak di temukan.

(3) Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien

mampu, dan nilai ≤2 klien belum mampu.

2) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan klien saat proses TAKS

berlangsung. Misalnya, kemampuan menyampaikan topik masalah

pribadi 3, memilih dan memberi pendapat 2, kemampuan nonverbal 4.

Dalam catatan keperawatan dapat dituliskan klien mengikuti TAKS

Sesi 5 dengan hasil mampu menyampaikan masalah pribadi yang

ingin dibicarakan, belum mampu memilih dan memberi pendapat,

tetapi nonverbalnya baik. Anjurkan latihan bercakap-cakap tentang

masalah pribadi dengan perawat dan klien lain di ruang rawat ( buat

jadwal).

Sesi 6 : Mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok

Tujuan :

1) Klien dapat bertanya dan meminta sesuai dengan kebutuhan pada

orang lain.

2) Klien mampu menjawab dan memberi pada orang lain sesuai dengan

pertanyaan.
60

Setting :

1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

2) Ruangan nyaman dan tenang.

Alat :

1) Tape recorder/CD.

2) Kaset CD : “Marilah Kemari” (Titiek Puspa, jika tidak ada bisa diganti

dengan lagu sejenis yang berirama riang).

3) Bola tenis.

4) Buku catatan dan pulpen.

5) Jadwal kegiatan klien.

6) Kartu kwartet.

Metode :

1) Dinamika kelompok.

2) Diskusi dan tanya jawab.

3) Bermain peran.

Langkah Kegiatan :

1) Persiapan

a) Mengingatkan kontrak anggota kelompok pada sesi 5 TAKS.

b) Mempersiapakan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi

a) Salam terapeutik

(1) Salam dari terapis.

(2) Terapis dan klien menggunakan papan nama.


61

b) Evaluasi/validasi

(1) Menanyakan perasaan klien saat itu.

(2) Menanyakan apakah telah bertalih bercakap-cakap tentang

masalah pribadi dengan orang lain.

c) Kontrak

(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu dengan bertanya dan

meminta kartu yang diperlukan serta menjawab dan memberi

kartu pada anggota kelompok.

(2) Menjelaskan aturan main.

3) Tahap Kerja

a) Terapis membagi empat buah kartu dan sisanya diletakkan

dimeja.

b) Terapis meminta tiap anggota kelompok untuk menyusun kartu

sesuai dengan seri (satu seri ada 4 kartu).

c) Hidupkan musik dan edarkan bola tenis berlawanan dengan arah

jarum jam.

d) Pada saat musik dihentikan, angota kelompok yang memegang

bola memulai permainan berikut :

(1) Meminta kartu yang dibutuhkan (seri yang belum lengkap)

kepada kelompok di sebelah kanannya.

(2) Jika kartu yang dipegang serinya lengkap, diumumkan pada

kelompok dengan membaca judul dan subjudul.


62

(3) Jika kartu yang dipegang serinya tidak lengkap diperkenankan

mengambil satu kartu dari tumpukan kartu dimeja.

(4) Jika anggota kelompok memberikan kartu yang dipegang pada

yang meminta, ia berhak mengambil satu kartu di atas meja.

(5) Setiap menerima kartu, diminta mengucapkan terimakasih.

e) Ulangi c dan d jika d2 dan d3 terjadi.

f) Beri pujian untuk setiap keberhasilan.

4) Tahap terminasi

a) Evaluasi

(1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAKS.

(2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

b) Rencana tindak lanjut

(1) Menganjurkan setiap anggota kelompok latihan bertanya,

meminta, menjawab dan memberi pada kehidupan sehari-

hari (kerja sama).

(2) Memasukkan kegiatan bekerja sama dalam jadwal harian.

c) Kontrak yang akan datang

(1) Menyepakati kegiatan berikut mengevaluasi kegiatan

TAKS.

(2) Menyepakati waktu dan tempat.

Evaluasi dan dokumentasi

1) Evaluasi
63

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan

tujuan TAKS yaitu, kemampuan verbal klien dalam bertanya, meminta,

menjawab, dan memberi serta kemampuan nonverbal.

Sesi 6 TAKS

Kemampuan bekerja sama

a) Kemampuan verbal : bertanya dan meminta


Tabel 2.17 Evaluasi kemampuan verbal bertanya dan meminta.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Bertanya dan meminta secara jelas


2. Bertanya dan meminta secara ringkas
3. Bertanya dan meminta secara relevan
4. Bertanya dan meminta secara spontan
Jumlah

b) Kemampuan verbal : menjawab dan memberi


Tabel 2.18 Evaluasi kemampuan verbal menjawab dan memberi.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Menjawab dan memberi secara jelas


2. Menjawab dan memberi secara ringkas
3. Menjawab dan memberi secara relevan
4. Menjawab dan memberi secara spontan
Jumlah

c) Kemampuan non verbal


Tabel 2.19 Evaluasi kemampuan nonverbal.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:
64

(1) Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang

ikut TAKS.

(2) Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda

centang (√) jika ditemukan pada klien atau tanda negatif (-)

jika tidak di temukan.

(3) Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien

mampu, dan nilai ≤2 klien belum mampu.

2) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan klien saat TAKS berlangsung, pada

catatan proses keperawatan tiap klien. Misalnya, kemampuan verbal

bertanya, meminta, menjawab dan memberi 4, serta kemampuan

nonverbal 4, maka catatan keperawatan adalah klien mengikuti sesi 6

TAKS, klien mampu secara verbal dan nonverbal dalam bertanya,

meminta, menjawab dan memberi.

Sesi 7 : Evaluasi kemampuan sosialisasi

Tujuan :

Klien mampu menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan

kelompok yang telah dilakukan.

Setting :

1) Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran.

2) Ruangan nyaman dan tenang.

Alat :

1) Tape recorder/CD.

2) Kaset CD : lagu yang berirama riang.


65

3) Bola tenis.

4) Buku catatan dan pulpen.

5) Jadwal kegiatan klien.

Metode :

1) Dinamika kelompok.

2) Diskusi dan tanya jawab.

Langkah kegiatan :

1) Persiapan

a) Mengingatkan kontrak anggota kelompok pada sesi 6 TAKS.

b) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.

2) Orientasi

a) Salam terapeutik

(1) Salam dari terapis.

(2) Klien dan terapis memakai papan nama.

b) Evaluasi/validasi

(1) Menanyakan perasaan klien saat itu.

(2) Bertanya apakah telah bertalih bekerja sama dengan orang

lain.

c) Kontrak

(1) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu menyampaikan manfaat

enam kali pertemuan TAKS.

(2) Menjelaskan aturan main.

3) Tahap Kerja
66

a) Hidupkan kaset/CD dan edarkan bola tenis berlawanan dengan

arah jarum jam.

b) Pada saat musik dihentikan, anggota yang memegang bola

mendapat kesempatan menyampaikan pendapat tentang manfaat

dari enam kali pertemuan yang telah berlalu.

c) Ulangi a dan b sampai semua anggota kelompok menyampaikan

pendapatnya.

d) Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok.

4) Tahap Terminasi

a) Evaluasi

(1) Menanyakan perasaan setelah mengikuti TAKS.

(2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok.

(3) Menyimpulkan 6 kemampuan pada 6 kali pertemuan yang

lalu.

b) Rencana tindak lanjut

(1) Menganjurkan tiap anggota kelompok untuk berlatih enam

kemampuan yang telah dimiliki baik di RS maupun dirumah.

(2) Memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga untuk

memberi dukungan kepada klien.

c) Kontrak yang akan datang

Menyepakati rencana evaluasi kemampuan secara periodik.

Evaluasi dan dokumentasi

1) Evaluasi
67

Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien

menyampaikan manfaat TAKS yang telah beralangsung 6 sesi

secara verbal dan disertai kemampuan nonverbal.

Sesi 7 TAKS

Evaluasi kemampuan sosialisasi

a) Kemampuan verbal : menyebutkan manfaat enam kali TAKS


Tabel 2.20 Evaluasi kemampuan verbal menyebutkan manfaat
enam kali TAKS
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Menyebutkan manfaat secara jelas


2. Menyebutkan manfaat secara ringkas
3. Menyebutkan manfaat secara relevan
4. Menyebutkan manfaat secara spontan
Jumlah

b) Kemampuan nonverbal
Tabel 2.21 Evaluasi kemampuan nonverbal.
Nama Klien
No Aspek yang dinilai

1. Kontak mata
2. Duduk tegak
3. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai
4. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
Jumlah

Petunjuk:

(1) Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang

ikut TAKS.
68

(2) Semua aspek dimulai dengan memberi tanda centang (√) jika

ditemukan pada klien atau tanda negatif (-) jika tidak di

temukan.

(3) Jumlah kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien

mampu, dan nilai ≤2 klien belum mampu.

2) Dokumentasi

Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien ketika akhir

TAKS pada catatan proses keperawatan. Disimpulkan kemampuan

yang telah didapat diterapkan oleh klien sehari-hari. Untuk klien yang

telah mampu, maka dianjurkan dan dievaluasi pada kegiatan sehari-

hari. Pada klien yang belum mampu dapat disertakan pada kelompok

TAKS yang baru.

2.6.10 Evaluasi

Evaluasi adalah Proses berkelanjutan untuk menilai efek dari

tindakan keperawatan. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien

terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan (Keliat & Akemat,

2011).

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan

SOAP (Subyek, Obyek, Assisment, Pleaning), sebagai pola pikir :

S: Respons subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.

O: Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan.
69

A: Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk

menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau

ada data yang kontradiksi dengan masalah yang ada.

P: Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada

respon klien.
Lampiran 8
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi masalah keperawatan

pada klien Isolasi Sosial di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

3.2 Batasan Istilah

Dalam memahami proses penelitian ini, maka penulis membuat

penjelasan sebagai berikut :

1) Asuhan keperawatan diberikan pada klien yang mengalami skizofrenia

residual dengan gangguan isolasi sosial.

2) Klien adalah seseorang yang mengalami skizofrenia residual dengan

gangguan isolasi sosial.

3) Skizofrenia residual merupakan sisa-sisa (residu) dari gejala

skizofrenia yang tidak begitu menonjol. Misalnya alam alam perasaan

yang tumpul serta tidak serasi, penarikan diri dari pergaulan sosial,

tingkah laku ekstrinsik, pikiran tidak logis dan tidak rasional atau

penggolongan asosiasi pikiran.

4) Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang menghindari interaksi,

komunikasi, maupun hubungan dengan orang lain. Klien mungkin

merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina

hubungan yang berarti dengan orang lain


73

3.3 Unit Analisa

Partisipan dalam penelitian yang sesuai dengan kriteria inklusi

meliputi:

1) Klien di diagnosa skizofrenia residual dengan gangguan isolasi

sosial.

2) Bersedia menjadi responden.

3) Mengisi inform consent.

3.4 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan kepada klien yang mengalami Isolasi Sosial

di Ruang... RSJD Surakarta pada tanggal... 2019 sampai …. 2019.

3.5 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini metode pengumpulan data yang dilakukan untuk

memperoleh data subjek penelitian menurut Setiadi (2012), meliputi:

3.5.1 Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data melalui tanya jawab

untuk mengetahui masalah yang dihadapi klien.

3.5.2 Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan

dengan menggunakan panca indra.

3.5.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terdapat 2 cara yaitu : Head– to–toe (kepala sampai

kaki), ROS (review of system) yaitu pengkajian sistem tubuh meliputi:


74

sistem pernafasan, cardiovaskuler, persyarafan, perkemihan, pencernaan,

muskuluskeletal dan integumen, dan reproduksi

3.5.4 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mengambil data yang berasal dari dokumen asli atau rekam medis

(Hidayat, 2010). Peneliti menggunkan dokumen yang dapat digunakan

sebagai informasi tambahan yaitu data rekam medis, informasi yang ada di

RSJD untuk mendukung hal-hal yang didapatkan secara langsung.

3.6 Analisa Data

Pada studi kasus, analisis data diolah menggunakan aturan-aturan

yang disesuaikan dengan pendekatan studi kasus asuhan keperawatan. Dalam

analisa data, data yang dikumpulkan dikaitkan dengan konsep, teori, prinsip

yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah

keperawatan. Cara analisa data :

1) Validasi data, teliti kembali yang telah terkumpul.

2) Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosio-

spiritual.

3) Mambandingkan data-data hasil pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi, dan evalusi yang menjadi kesenjangan dengan konsep

teori.

4) Membuat kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan.


75

3.7 Etik Penelitian

3.7.1 Inform consent


Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan responden penelitian

dengan memberikan lembar persetujuan agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian serta dampak yang ditimbulkan.


3.7.2 Anonymity (Tanpa Nama)
Artinya memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lemar

pengumpulan data dan hanya member nomor kode pada masing-masing

lembar tersebut.
3.7.3 Confidientially (Kerahasiaan)
Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh

peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil

riset.

3.7.4 Justice (Keadilan)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap

orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal, dan

kemanusiaan.

3.7.5 Fidelity (Loyality/ketaatan)

Artinya individu tersebut mampu menghargai janji dan komitmennya

terhadap orang lain.

3.7.6 Autonomy (Otonomi)

Keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan memutuskan. Orang

dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat keputusan


76

sendiri, memilih, dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang

dihargai.

3.7.7 Non Maleficience (Tidak merugikan)

Prinsip ini berarti segala tindakan yang dilakukan pada klien tidak

menimbulkan bahaya/cidera secara fisik dan psikologik(Hidayat, 2010;

Nasrullah, 2014).
77

DAFTAR PUSTAKA

Baradero, M., Drayit, M., & Maratning, A. (2016). Seri Asuhan Keperawatan
Kesehatan Mental Psikiatri. Jakarta: EGC.
Damaiyanti, m., & iskandar. (2012). Asuhan keperawatan jiwa. Bandung: refika
aditama.
Darmawan, d., & rusdi. (2013). Keperawatan jiwa; konsep dan kerangka kerja
asuhan keperawtan jiwa. Yogyakarta: gosyen publishing.
Direja, a. H. S. (2011). Buku ajar asuhan keperawatan jiwa. Yogyakarta: nuha
medika.
Hawari, d. (2012). Skizofrenia pendekatan holistik (bpss) bio-psiko-sosial-
spiritual (3rd ed.). Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
Hidayat, A. (2010). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. (2011). Keperawatan
kesehatan jiwa komunitas : cmhn (basic course). (b. A. Keliat, akemat, n.
Helena, & h. Nurhaeni, eds.). Jakarta: egC.
Keliat, B. A., & Pawirowiyono, A. (2016). Keperawatan jiwa terapi aktivitas
kelompok. (B. Angelina, Ed.) (2nd ed.). Jakarta: EGC.
KEMENKES RI. (2016). Peran keluarga dukung kesehatan jiwa masyarakat.
Kusumawati, F., & Hartono, Y. (2010). Buku ajar keperawatan jiwa. Jakarta:
salemba medika.
Nasir, A., & Munith, A. (2011). Dasar-dasar keperawatan jiwa : pengantar dan
teori. Jakarta: Salemba Medika.
Nasrullah, D. (2014). Etika dan Hukum Keperawatan untuk Mahasiswa dan
praktisi Keperawatan. Jakarta.
Penelitian, B., & Pengembangan, D. A. N. (2013). RISET KESEHATAN DASAR.
Penelitian, B., & Pengembangan, D. A. N. (2018). RISET KESEHATAN DASAR.
Prabowo, eko. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Setiadi. (2012). Konsep dan praktik penulisan riset keperawatan (2nd ed.).
Yogyakarta: GRAHA ILMU.
78

Townsend, M. C. (2010). Buku saku diagnosis keperawatan psikiatri ; rencana


asuhan & medikasi psikotropik. (d. Widiarti & f. Ariani, Eds.) (5th ed.).
Jakarta: EGC.
Trimelia. (2011). Asuhan keperawatan klien isolasi sosial. Jakarta: CV. Trans Info
Media.
Wijayaningsih, K. S. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.
Jakarta: Trans Info Media.
Yosep, H. I., & Sutini, T. (2014). Buku ajar keperawatan jiwa dan advance
mental health nursing. (m. D. Wildani, ed.). Bandung: refika aditama.
Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Lampiran 1

JADWAL RENCANA KEGIATAN


PENYUSUNAN PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

Minggu - Bulan -Tahun 2018/2019


No
Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Mencari literature judul
2 ACC judul
3 Konsul BAB 1
4 Revisi BAB 1
5 Konsul BAB 2& 3
6 Revisi BAB 2& 3
7 Ujian proposal
8 Revisi proposal

79
80

Lampiran 2

79
81

79

Anda mungkin juga menyukai