OLEH :
Felisitas Eci Nguru
NPM : 22201311
a. Definisi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapisan atau selaput yang disebut
Meningen (Tarwoto, 2013). Meningitis adalah peradangan pada selaput yang melapisi
otak dan medulla spinalis dan dapat menginfeksi system saraf pusat (Ferasinta,2022).
Meningitis dapat disebabkan oleh bakteri atau virus seperti streptococcus pneumoniae,
neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae, Listeria monocytogenes,
staphylococcus aureus dan diplococcus pneumonia (CDC, 2019; Nurarif dan Kusuma,
2016).
Meningitis adalah infeksi pada cairan dan selaput yang menutupi otak dan
sumsum tulang belakang. Ini dapat disebabkan oleh tiga jenis kuman : bakteri, virus,
atau jamur (Meningitis. Paediatr Child Health. 2001). Bakteri atau virus dapat
memasuki tubuh melalui hematogen atau trauma kepala terbuka yang dapat menembus
selaput otak. Masuknya bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan.
b. Etiologi
Meningitis dapat disebabkan oleh berbagai macam organisme. Penyebab
meningitis adalah virus, bakteri, ataupun jamur, meskipun jamur jarang terjadi. Paling
sering klien memiliki kondisi predisposisi seperti: fraktur tengkorak, infeksi,
pembedahan otak atau spinal, dimana akan meningkatkan terjadinya meningitis
(Widagdo et al, 2013).
Nurarif dan Kusuma (2016), mengatakan penyebab meningitis ada 2 yaitu:
a. Pada orang dewasa, bakteri penyebab tersering adalah diplococus pneumonia
dan neiseria meningitidis, stafilokokus, dan gram negative.
b. Pada anak-anak bakteri tersering adalah hemophylus influenza, neiseria
meningitidis dan diplococcus pneumonia.
c. Patofisiologi
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh tiga lapisan meningen yaitu pada
bagian paling luar adalah duramater, bagian tengah araknoid dan bagian dalam
piamater. Mikroorganisme dapat masuk ke dalam sistem saraf pusat melalui beberapa
cara misalnya hematogen (paling banyak), trauma kepala yang dapat tembus pada CSF
dan arena lingkungan. Invasi bakteri pada meningen mengakibatkan respon peradangan.
Netropil bergerak ke ruang subaraknoid untuk memfagosit bakteri menghasilkan
eksudat dalam ruang subaraknoid. Eksudat ini yang dapat menimbulkan bendungan
pada ruang subaraknoid yang pada akhirnya dapat menimbulkan hidrosepalus. Eksudat
yang terkumpul juga akan dapat meningkatkan tekanan intracranial (Tarwoto, 2013).
Otak dan medulla spinalis dilindungi oleh lapis meningitis: dura mater, araknoid
dan piamater. CSF diproduksi di dalam fleksus koroid ventrikel yang mengalir melalui
ruang subaraknoid di dalam system ventrikel dan sekitar otak dan medulla spinalis. CSF
diabsorbsi melalui araknoid pada lapisan araknoid dari meningitis. Organisme penyebab
meningitis masuk melalui sel darah merah pada blood brain barrier. Cara masuknya
dapat terjadi akibat trauma penetrasi, prosedur pembedahan atau pecahnya abses
serebral. Meningitis juga dapat terjadi bila adanya hubungan antara cairan serebrospinal
dan dunia luar. Masuknya mikroorganisme menuju ke susunan saraf pusat melalui ruang
subarakhoid dapat menimbulkan respon peradangan pada pia, araknoid, cairan
serebrospinal dan ventrikel. Eksudat yang dihasilkan dapat menyebar melalui saraf
kranial dan spinal sehingga menimbulkan masalah neurologi. Eksudat dapat menyumbat
aliran normal cairan serebropinal dan menimbulkan hidrosefalus (Widagdo, dkk, 2013)
d. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik pada meningitis diantaranya:
a. Demam
b. Perubahan tingkat kesadaran
c. Nyeri kepala parah, kaku kuduk
d. Kejang focal atau kejang umum
e. fotophobia
f. mual dan muntah, lemah dan lesu
g. perubahan pola napas
h. gangguan pendengaran
i. Tanda Brundzinki’s dan kernig’s positif (Tarwoto, 2013)
j. leher kaku dan tonjolan ubun-ubun (titik lunak di atas tengkorak) dapat terjadi
pada bayi muda dengan meningitis, tetapi biasanya tanda-tanda ini tidak muncul
pada awal penyakit (Meningitis. Paediatr Child Health. 2001).
e. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosis meningitis menurut (Harsono, 2015) dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan diagnostik diantaranya adalah :
a. Laboratorium
Pemeriksaan Darah : pemeriksaan darah lengkap, peningkatan sel darah putih
(10.000-40.000/mm3), pemeriksaan koagulasi, kultur adanya mikroorganisme
pathogen.
Urine : protein, sel darah merah, sel darah putih ada dalam urine.
b. Radiografi
Untuk menentukan adanya sumber infeksi misalnya rontgen dada untuk
menentukan adanya penyakit paru seperti TBC paru, pneumonia, abses paru.
c. Pemeriksaan lumbal pungsi : untuk membandingkan keadaan CSF normal
dengan meningitis.
d. CT Scan.
Scan otak untuk menentukan kelainan otak.
Sedangkan pemeriksaan penunjang menurut (Hudak dan Gallo, 2012) adalah :
a. Fungsi lumbal dan kultur CSS: jumlah leukosit (CBC) meningkat, kadar
b. glukosa darah menurun, protein meningkat, glukosa serum meningkat
a. Kultur darah, untuk menetapkan organisme penyebab
b. Kultur urin, untuk menetapkan organisme penyebab
c. Elektrolit serum, meningkat jika anak dehidrasi: Na+ naik dan K + turun
d. MRI, CT-scan/ angioraf.
f. Komplikasi
a. Peningkatan tekanan intracranial
b. Hydrosephalus : penumpukan cairan pada rongga otak, sehingga meningkatkan
tekanan pada otak.
c. Infark serebral: kerusakan jaringan otak akibat tidak cukup suplai oksigen,
karena terhambatnya aliran darah ke daerah tersebut.
d. Ensepalitis: peradangan pada jaringan otak dan meningen akibat virus, bakteri,
dan jamur.
e. Syndrome of inappropriate secretion of antidiuretic hormon
f. Abses otak : infeksi bakteri yang mengakibatkan penimbunan nanah didalam
otak serta pembengkakkan.
g. Kejang: gangguan aktivitas listrik di otak. Ditandai dengan gerakan tubuh yang
tidak terkendali dan hilangnya kesadaran.
h. Endokarditis: infeksi pada endokardium yaitu lapisan bagian dalam jantung.
i. Pneumonia: infeksi yang menimbulkan peradangan pada kantung udara disalah
satu atau kedua paru-paru yang dapat berisi cairan.
j. Syok sepsis: infeksi luas yang menyebabkan kegagalan organ dan tekanan
darah yang sangat rendah (Widagdo et al, 2013).
BAB II
PATOFLOW DIAGRAM ATAU WOC
Agen
(Bakteri, Virus, Jamur)
Infeksi
kelemahan
Intoleransi Aktivitas
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari seluruh proses keperawatan dengan tujuan
mengumpulkan informasi dan data-data pasien. Diperlukan pengkajian cermat
untuk mengenal masalah pasien, agar dapat memberikan tindakan keperawatan.
Keberhasilan proses keperawatan sangat tergantung pada kecermatan dan
ketelitian dalam tahap pengkajian (Nurarif & Hardhi, 2016).
3.1.1. Identitas
a. Identitas pasien terdiri dari: nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
agama, suku/ bangsa, pendidikan, perkerjaan dan alamat.
b. Identitas penanggung jawab terdiri dari: nama, hubungan dengan klien,
pendidikan, pekerjaan dan alamat.
3.2.2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama biasanya pasien datang dengan keluhan utamanya demam,
sakit kepala, mual dan muntah, kejang, sesak nafas, penurunan tingkat
kesadaran.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang Pengkajian RKS yang mendukung keluhan utama
dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai kelemahan
fisik pasien secara PQRST.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu : pengkajian penyakit yang pernah dialami pasien
yang memungkinkan adanya hubungan atau menjadi predisposisi keluhan
sekarang, meliputi : pernah kah pasien mengalami infeksi jalan nafas bagian
atas, otitis media, anemia sel sabit dan hemoglobinopatis, tindakan bedah saraf,
riwayat trauma kepala, riwayat sakit TB paru perlu ditanyakan kepada orang
tua pasien terutama jika ada keluhan batuk produktif dan pernah mengalami
pengobatan obat anti tuberkulosa yang sangat berguna untuk mengidentifikasi
meningitis tuberkulosa.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : pada riwayat kesehatan keluarga, biasanya
apakah ada di dalam keluarga yang pernah mengalami penyakit keturunan yang
dapat memacu terjadinya meningitis.