Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN

SISTEM IMUNOLOGI : ASUHAN KEPERAWATAN ANAK JUVENILE


IDIOPATHIC ARTHRITIS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Dosen Pembimbing : Etik Pratiwi M.Kep

Disusun oleh :
Bekti Suhartimah (2720162818)
Biwidya Noor Mindari (2720162819)

AKADEMI KEPERAWATAN NOTOKUSUMO


YOGYAKARTA
2018
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya oenulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah dengan
judul “Asuhan Keperawatan Sistem Imunologi : Asuhan Keperawatan Anak
Juvenile Idiopathic Arthritis” dengan baik dan tepat waktu. Adapun pembuatan
makalah ini dilakukan sebagai pemenuhan nilai tugas dari mata kuliah Keperawatan
Anak. Selain itu pembuatan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan manfaat
yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada semau pihak yang terlibat dan
membantu dalam pembuatan makalah sehingga semua dapat terselesaikan dengan
baik dan lancar. Selain itu, penulis juga mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun terhadap kekurangan dalam makalah agar selanjutnya penulis
dapat memberikan karya yang lebih baik dan sempurna. Semoga makalah ini dapat
berguna dan bermanfaat bagi pengetahuan para pembaca.

Yogyakarta, 17 September 2018

Penulis
Daftar Isi

Halaman judul

Kata Pengantar ………………………………………......……………..... i

Daftar Isi ........………………………………………….....………….…. ii

Daftar Tabel....………………………………………….....………….… iii

Daftar Gambar ........…………………………...………….....…….....… iii

BAB I Pengertian

A. Pengertian ........…………………………………....……………. 1

BAB II Proses Terjadinya Masalah

A. Presipitasi dan Predisposisi ………….…………........……….… 3

B. Pathway ...........………………………………………....…….… 4

C. Manifestasi Klinik....………………………....………....…….… 5

D. Klasifikasi...………………………………………….....…….…. 5

E. Pemeriksaan Penunjang...…………………………….....………. 6

F. Penatalaksanaan Medis....…………………………….....………. 6

BAB III Rencana Keperawatan

A. Diagnosa ............................………….…………...……......….… 9

B. Tujuan ...........…………………..………………………......……11

C. Intervensi ....……............…………………....………….........… 18

Daftar Pustaka.…………......................…………………………........... 23
Daftar Tabel

Tabel 1.1 .…………....………………........................................……..... 11


Tabel 1.2 .…………....……………….....................................……........ 12
Tabel 1.3 .…………....……………….....................................……........ 13
Tabel 1.4 .…………....……………….....................................……........ 14
Tabel 1.5 .…………....……………….....................................……........ 15
Tabel 1.6 .…………....……………….....................................……........ 16
Tabel 1.7 .…………....……………….....................................……........ 17
Tabel 1.8 .…………....……………….....................................……........ 18
Tabel 1.9 .…………....……………….....................................……........ 18
Tabel 2.1 .…………....……………….....................................……........ 19
Tabel 2.2 .…………....……………….....................................……........ 19
Tabel 2.3 .…………....……………….....................................……........ 20
Tabel 2.4 .…………....……………….....................................……........ 21
Tabel 2.5 .…………....……………….....................................……........ 21

Daftar Gambar

Gambar 1.1 .…………....……………….................................…….......... 1


Gambar 1.2 .…………....……………….................................…….......... 4
BAB 1
PENGERTIAN
A. Pengertian
Juvenile idiopathic arthritis (JIA) merupakan penyakit peradangan sendi
yang kronik dan merupakan penyakit rematik yang paling banyak ditemukan
pada usia anak-anak dan remaja. Juvenile idiopathic arthritis (JIA) juga dikenal
sebagai Juvenile Rheumatoid Arthritis (JRA). Juvenile dalam konteks ini
berarti remaja sebelum usia 16 tahun, Idiopathic mengacu pada suatu kondisi
tanpa penyebab yang ditetapkan, dan arthritis adalah peradangan pada sendi
sinovium (Naz Samia dkk, 2013).
Gambar 1.1

Juvenile idiopathic arthritis (JIA) dibuat dengan diagnosis eksklusi terhadap


arthritis yang tidak diketahui penyebabnya seperti infeksi, onkologi dan
penyebab rhematik yang lain. Faktor lingkungan seperti infeksi diduga
berpengaruh sebagai pencetus penyakit pada individu yang secara genetik
berpotensi menderita JIA yang sering menetap sampai dewasa dan bisa
menjadi morbiditas jangka lama seperti kecacatan fisik. (Lovell DJ, 2008).
Juvenile idiopathic arthritis (JIA) adalah jenis penyakit reumatik tersering
yang mengenai anak diikuti oleh lupus eritematosus sistemik (LES),
dermatomiositis juvenilis, vaskulitis, dan skleroderma. Para pakar beranggapan
bahwa penyakit ini berkaitan dengan sifat genetik komplek yang melibatkan
12 – 20 gen pada 30% resiko penyakit. Sebagian dari gen ini terletak diregio
Human Leukocyte Antigen (HLA) kromosom 6; namun banyak dari gen non
HLA juga tampaknya berperan termasuk gen – gen yang mengatur respon imun
dan peradangan misalnya reseptor regulatorik imun sitokin, komponen
komplemen dan reseptor imunoglobulin, serta gen – gen yang mengatur biologi
sel, termasuk protein pengatur apoptosis dan sinyal sel. Faktor konstribusi lain
dalam ekspresi penyakit ini juga berperan sama penting seperti faktor genetik,
termasuk usia, tingkat pubertas, faktor lingkungan. Yang menarik sebagian gen
menyebabkan kerentanan terhadap banyak penyakit autoimun seperti
ditunjukkan oleh keluarga yang mengidap beragam penyakit auto imun
(Christy Sandborg, 2017).
Juvenil idiophatic arthritis sebenarnya termasuk penyakit autoimun yang
sampai saat ini belum diketahui penyebab pastinya. Namun, penyakit ini dapat
muncul akibat kesalahan dari sistem imun tubuh yang justru menyerang
jaringan serta sel-sel tubuh yang baik. Jadi pada anak yang mengalami juvenil
idiophatic arthritis, lapisan sinovial atau lapisan sendi yang berperan sebagai
pelumas sendi mengalami kerusakan akibatb peradangan. Peradangan lapisan
ini disebabkan karena sistem kekebalan tubuh yang menyerang lapisan tersebut,
sehingga muncul radang (Mita Etika 2017).
BAB II
PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Faktor Resiko
Penyebab dari Juvenile Idiopathic Athritis hingga saat ini masih belum
terungkap, namun beberapa faktor resiko untuk timbulnya Idiopathic Athritis
antara lain adalah (NIAMS, 2014):
1. Faktor Presipitasi
a. Kegemukan
Kegemukan Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya peradangan sendi baik pada
wanita maupun pada pria. Menurut Dr Monoot, kelebihan berat badan
merupakan saslah satu faktor risiko arthritis. Karena, lutut dan sendi
pergelangan kaki harus menanggung beban berat badan, sehingga
perlahan-lahan menyebabkan keausan. Seiring berjalannya waktu,
kondisi tersebut memburuk dan saat itulah nyeri sendi terjadi.
b. Faktor lingkungan
Meskipun tidak pasti dan kurang dipahami, beberapa eksposur seperti
asbes atau silika dapat meningkatkan risiko untuk mengembangkan
Idiophatic arthritis. yang merangsang sistem imun untuk menyerang
jaringan tubuh yang normal.
2. Faktor Predisposisi
a. Umur
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya penyakit reumatik, faktor
umur adalah yang terkuat. Prevalensi dan beratnya penyakit reumatik
semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
b. Genetik
Ada banyak gen dan kombinasi gen sebagai faktor predisposisi
penyakit rematik. Sebagai contoh, pada rheumatoid arthritis, juvenile
arthritis, dan lupus, penderita mungkin memiliki variasi pada gen yang
mengkode enzim yang disebut protein tyrosine phosphatase
nonreceptor 22
B. Pathway
Gambar 1.2

Reaksi faktor R dengan antibodi, faktor metabolic, infeksi


dengan kecenderungan virus

Nyeri kronis Reaksi peradangan

Synovial menebal

pannus nodus Deformitas Gangguan


citra
sendi
tubuh
Infiltrasi ke dalam
Os subcondria

Kerusakan kartilago dan Hambatan nutrisi pada kartilago artikularis


tulang

Tendon dan ligamen Kartilago nekrosis


melemah

Erosi kartilago

Hilangnya Mudah luksasi


kekuatan otot dan subluksasi Adhesi pada permukaan sendi

Ankilosis fibrosis Ankilosis tulang

Kekakuan sendi

Hambatan Terbatasnya gerakan


mobilitas sendi
fisik

Defisit perawatan diri


C. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada juvenile idiopathic atrhritic adalah sebagai berikut:
1. Sendi yang hangat saat disentuh
2. Pembengkakan dan nyeri pada sendi
3. Demam
4. Ruam
5. Kekakuan pada sendi
6. Ketidakmampuan menekuk dan meluruskan sendi dengan benar
7. Aktivitas fisik menurun
8. Kelelahan
9. Gangguan tidur

D. Klasifikasi ( Ravelli A, 2007)

1. Oligoartikuler, melibatkan 4 sendi atau kurang. Tipe ini adalah tipe yang
paling banyak ditemukan.

2. Poliartikuler (RhF negatif), melibatkan 5 sendi atau lebih, tidak


ditemukan antibodi Rheumatoid factor (RhF) pada pemeriksaan darah.

3. Poliartikuler (RhF positif), melibatkan 5 sendi atau lebih, ditemukan


antibodi Rheumatoid factor (RhF) pada pemeriksaan darah, tipe ini yang
paling menyerupai arthritis rheumatik pada dewasa.

4. Sistemik, berhubungan dengan gsmbaran sistemik seperti demam tinggi,


trancient episodic erytematous rash, limfadenopati dan
hepatoslenomegali

5. Enthesis, dahulu dikenal sebagai Juvennile spondyloarthropathy,


merupakan arthritis kronik yang diserai dengan enthesis yaitu inflamasi
pada insersi tendon, ligamen atau fascia tulang.

6. Psoriatic, melibatkan sendi besar dan kecil secara asimetris, terdapat


psoariasis atau bukti diathesis psoriasis (2 dari kriteria berikut : riwayat
keluarga, nail pits atau onycholysis atau dactylitis).
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Anamnesis
2. Tes Laboratorium
a. Antinuclear Antibodi (ANA)
b. Darah lengkap (CBC)
c. Kreatinin
d. Laju Endapan Darah (LED)
e. Hematokrik
3. X-ray
Tes diagnose yang menggunakan energi elektromagnetik
4. Ct-scan
Sebuah prosedur diagnosa yang menggunakan kombinasi dari X-ray dan
teknologi komputer untuk menghasilkan gambar
5. MRI (Magnetic Resonance Imaging )
Sebuah prosedur diagnoatik yang menggunakan kombinasi magnet
besar, radiofrequencies dan komputer untuk menghasilkan gambar
detail dari organ dan struktur dalam tubuh.

F. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi Non farmakologis :
a. Istirahat : karena pasien dengan JIA disertai dengan rasa lelah yang
hebat
b. Latihan : bertujuan untuk mempertahankan sendi pasien
2. Terapi Farmakologis :
a. Kemoterapi
b. Terapi farmakologi :
1. Obat Anti Inflamasi non steroid (OAINS) untuk mengurangi
rasa sakit, nyeri dan bengkak, contoh :
- Naprosen, untuk anak-anak dosis 7-20 mg/kg/hari peroral
dan tidak melebihi 1 gr/hari
- Ibu proven untuk anak-anak dosis 30-50 mg/kg/hari per oral
tidak melebihi 2.4 gr per hari
2. Kartikossteroid
Contoh : methyprednisolone, pada anak dosis intravena 15-
30 mg/kg/hari diberikan 30-60 menit untuk 2-3 hari
3. Antireutamik pemodifikasi penyakit (DMARD) untuk
memperlambat perkembangan penyakit, contoh :
- Sulfasalazine untuk anak >6 tahun diberikan dosis 30-50
mg/kg/hari dan tidak melebihi 2 gr/hari
BAB III
RENCANA KEPERAWATAN
A. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan Juvenille Arthritis Idhiopatic:
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera
Definisi : pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan dengan
kerusakan jaringan aktual atau potensial, atau digambarkan sebagai suatu
kerusakan (International Assosiation fot teh study of Pain); awitan yang
tiba – tiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hhingga berat, terjadi
konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi
dan berlangsung lebih dari tiga (>3) bulan.
Kode : 00133
Domain : 12 (kenyamanan)
Kelas : 1
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi
Definisi : keterbatasan dalam gerakan fisik atau satu atau lebih ekstremitas
secara mandiri dan terarah..
Kode : 00085
Domain : 4 (aktivitas/istirahat)
Kelas : 2
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
Definisi: konfunsi dalam gambaran mental tentang diri-fisik individu.
Kode: 00118
Domain: 6 (persepsi diri)
Kelas: 3
4. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan
Definisi: hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktifitas mandi secara mandiri.
Kode: 00108
Domain: 4 (aktifitas/istirahat)
Kelas: 5
5. Defisit perawatan diri: berpakaian dengan kelemahan
Definisi: hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktifitas berpakaian secara mandiri.
Kode: 00109
Domain: 4 (aktifitas/istirahat)
Kelas: 5
6. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan
Definisi: hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktifitas makan secara mandiri.
Kode: 000102
Domain: 4 (aktifitas/istirahat)
Kelas: 5
7. Defisit perawatan diri: eliminasi berhubungan dengan hambatan mobilitas
fisik
Definisi: hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
aktifitas eliminasi secara mandiri.
Kode: 000110
Domain: 4 (aktifitas/istirahat)
Kelas: 5.
B. Tujuan Keperawatan
Tujuan keperawatan Juvenille Idhiopatic Arthritis
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera
NOC Kontrol Nyeri
Tabel 1.1

Tidak Jarang Kadang- Sering Secara


pernah menunjukk kadang menunju konsist
menunjukk an menunju kkan en
an kkan menun
jukkan
Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5

Indikator

1605 Mengenali kapan nyeri terjadi 1 2 3 4 5


02

1605 Menggambarkan faktor 1 2 3 4 5


01 penyebab nyeri

1605 Menggunakan tindakan 1 2 3 4 5


04 pengurangan (nyeri) tanpa
analgesik
1605 Menggunkan analgesik 1 2 3 4 5
05

1605 Melaporkan nyeri yang 1 2 3 4 5


11 terkontrol
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi
NOC Pergerakan (0208)
Tabel 1.2

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu terganggu tergangg tergangg tergan
u u ggu

Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5

Indikator

0208 Keseimbangan 1 2 3 4 5
01

0208 Cara berjalan 1 2 3 4 5


10

0208 Gerakan otot 1 2 3 4 5


03

0208 Gerakan sendi 1 2 3 4 5


04

0208 Bergerak dengan mudah 1 2 3 4 5


14
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
Citra tubuh (1200)
Tabel 1.3

Tidak Jarang Kadang Sering Konsis


pernah posistif –kadang positif ten
posistif posistif posisti
f
Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5

Indikator

1200 Gambaran internal diri 1 2 3 4 5


01

1200 Deskripsi bagian tubuh yang 1 2 3 4 5


03 terkena (dampak)

1200 Penyesuaian terhadap 1 2 3 4 5


07 perubahan tampilan fisik

1200 Penyesuaian terhadap 1 2 3 4 5


08 perubahan fungsi tubuh
4. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan
Perawatan diri mandi (0301)
Tabel 1.4

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu terganggu tergangg tergangg tergan
u u ggu

Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5

Indikator

0301 Mencuci wajah 1 2 3 4 5


13

0301 Mencuci badan bagian atas 1 2 3 4 5


14

0201 Mencuci badan bagian bawah 1 2 3 4 5


15

0301 Membersihkan area perineum 1 2 3 4 5


16

0301 Mengeringkan badan 1 2 3 4 5


11
5. Defisit perawatan diri: berpakaian dengan kelemahan
Perawatan diri: berpakaian (030201)
Tabel 1.5
Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
terganggu terganggu tergangg tergangg tergan
ua u ggu

Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5

Indikator

0302 Memaakai pakaian bagian atas 1 2 3 4 5


04

0302 Memakai pakaian bagian 1 2 3 4 5


05 bawah

0302 Pmengancingkan baju 1 2 3 4 5


06
6. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan
Perawatan diri: makan (0303)
Tabel 1.6

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu terganggu tergangg tergangg tergan
u u ggu

Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5

Indikator

0303 Memasukkan makanan ke 1 2 3 4 5


07 mulut dengan sendok

0303 Minum dengan gelas atau 1 2 3 4 5


09 cangkir

0303 Mengunyah makanan 1 2 3 4 5


12

0303 Menelan makanan 1 2 3 4 5


13

0303 Menelan minuman 1 2 3 4 5


17
7. Defisit perawatan diri: eliminasi berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik
Perawatan diri: eliminasi (0310)
Tabel 1.7

Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


terganggu terganggu tergangg tergangg tergan
u u ggu

Skala outcome keseluruhan 1 2 3 4 5

Indikator

0310 Merespon saat kandung kemih 1 2 3 4 5


01 penuh dengan tepat waktu

0310 Menanggapi untuk buang air 1 2 3 4 5


02 besar tepat waktu

0310 Memposisikan diri di toilet 1 2 3 4 5


05 atau alat bantu eliminasi

0310 Mengelap sendiri setelah 1 2 3 4 5


07 buang urin

0310 Mengelap sendiri setelah 1 2 3 4 5


12 buang air besar
C. Intervensi
1. Nyeri kronis berhubungan dengan agen pencedera
Manajemen nyeri (1400)
Tabel 1.8
Diagnosa Intervensi
Nyeri kronis berhubungan dengan (Manajemen nyeri 1400)
agen pencedera 1. Kaji nyeri secara komperhensif
2. Berikan posisi nyaman,
tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan
3. Ajarkan tehnik non farmakologi
(relaksasi, distraksi, kompres)
4. Kolaborasi pemberian obat
analgesik

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kekakuan sendi 00085


Terapi latihan : ambulasi (0221)
Tabel 1.9
Diagnosa Intervensi
Hambatan mobilitas fisik (terapi latihan : ambulasi 0221)
1. Monitor penggunaan alat bantu
berhubungan dengan kekakuan sendi
berjalan
2. Bantu pasien untuk duduk
ditempat tidur
3. Motivasi klien untuk sering
latihan ambulasi
4. Kolaborasi dengan ahli terapi
3. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
Peningkatan citra tubuh (5220)
Tabel 2.1
Diagnosa Intervensi
Gangguan citra tubuh berhubungan 1. Identifikasi strategi
dengan perubahan fungsi tubuh penggunakan koping oleh
orang tua dalam berespon
terhadap perubahan
penampilan anak.
2. Bantu kebutuhan perawatan
yang dibutuhkan
3. Ajarkan untuk melihat
pentingnya respon orang tua
terhadap perubahan tubuh
anak dan penyesuaian dimasa
depan.
4. Kolaborasi dengan ahli
psikolog

4. Defisit perawatan diri: mandi berhubungan dengan kelemahan


Bantuan perawatan diri mandi (1801)
Tabel 2.2
Diagnosa Intervensi
Defisit perawatan diri: mandi 1. Monitor kuku pasien
berhubungan dengan kelemahan 2. Berikan bantuan kepada
pasien untuk mandi dan
menggosok gigi
3. Edukasikan kepada orang tua
untuk menyediakan barang –
barang yang diinginkan
(misalnya sabun, sampo.
Sikat gigi)
4. Kolaborasi dengan orang tua
untuk menciptakan
lingkungan yang terapeutik.

5. Defisit perawatan diri: berpakaian dengan kelemahan


Bantuan perawatan diri: berpakaian/berdandan (1802)
Tabel 2.3
Diagnosa Intervensi
Defisit perawatan diri: berpakaian 1. Sediakan pakaian pribadi
dengan kelemahan dengan tepat
2. Berikan bantuan dalam
berpakain
3. Informasikan pasien
mengenai ketersediaan
pilihan pakaian
4. Kolaborasi dengan kelarga
untuk membantu pasien
berpakaian
6. Defisit perawatan diri: makan berhubungan dengan kelemahan
Bantuan perawatan diri: makan (1803)
Tabel 2.4
Diagnosa Intervensi
Defisit perawatan diri: makan 1. Monitor kemampuan pasien
dengan kelemahan untuk menelan
2. Suapi pasien
3. Edukasi pada keluarga untuk
memberikan makanan dan
minuman yang disukai
dengan tepat
4. Kolaborasi dengan ahli gizi

7. Defisit perawatan diri: eliminasi berhubungan dengan hambatan mobilitas fisik


Bantuan perawatan diri: eliminasi (1804)
Tabel 2.5
Diagnosa Intervensi
Defisit perawatan diri: eliminasi 1. Monitor kemampuan
berhubungan dengan hambatan pasien dalam eliminasi
mobilitas fisik secara mandiri
2. Bantu pasien ke toilet
untuk eliminasi
3. Edukasikan kepada
keluarga untuk menjaga
kebersihan pasien dan
toilet setelah selesai
eliminasi
4. Kolaborasi dengan
keluarga untuk membantu
eliminasi pasien
Daftar Pustaka

Bernstein, Daniel & Steven Shelov. 2016. Ilmu Kesehatan Anak Untuk Mahasiswa
Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: EGC

Budiman, Johan. 2014. Bab 1 pengertian Juvenile Idhiopatic Arthritis. Di ambil


pada 17 September 2018 dari
https://anzdoc.com

Gloria M,Bulechek. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi keenam.


Indonesia: Elsevier

Herdman, T. Heather. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015 –


2017 Edisi 10. Jakarta: EGC

Kholifahnoer. 2016. Askep anak dengan JIA. Di ambil pada 17 september 2018 di
https://www.scribd.com

Moorhead, Sue. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi kelima.


Indonesia: Elsevier

Reni Ghrahani. 2012. Distribusi Subtipe Juvenile Idiopathic Arthritis di Bandung.


Di ambil pada 12 september 2018 di
http://download.portalgaruda.org/article.php

Anda mungkin juga menyukai